"Ini buat Kak Ardhan."
Seorang gadis dengan dress bunga-bunga merah muda yang dipadukan dengan cardigan berwarna senada itu memberikan sebuah coklat pada pria di hadapannya sambil menunduk malu. Rona merah di pipinya dapat terlihat dengan jelas meskipun ia menunduk untuk menghindari tatapan dari pria yang sudah lama ia sukai.
Coklat yang ia berikan tak kunjung diambil. Hal itu membuatnya berniat menarik kembali tangannya, tapi belum sempat ia melakukan itu coklat pemberiannya sudah berpindah tangan pada cowok itu.
"Terima kasih udah mau terima coklat dari aku.. emm semangat kuliahnya Kak Ardhan," katanya sebelum berlari meninggalkan pria itu karena malu.
Sedangkan di tempatnya berdiri Ardhan Sebastian dengan satu tangan yang memegang coklat dan tangan lainnya di saku celana itu menatap ke arah gadis yang berlari meninggalkannya dengan seulas senyum tipis.
Tidak biasanya orang yang mendekatinya bersikap malu-malu begitu.
Ardhan Sebastian, mahasiswa jurusan ekonomi yang baru saja memasuki semester tiga itu dikenal sebagai cowok cuek dan sombong. Meskipun begitu ada banyak gadis yang secara terang-terangan menyatakan cinta padanya.
Biasanya Ardhan akan langsung menolak dan meminta mereka untuk berhenti, tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk gadis yang baru saja menemuinya itu.
"Sumpah tega banget lu sama gue, Dan."
Dari arah belakang sosok Arthan Sebastian, kembarannya itu muncul dan mendorong bahunya cukup keras.
"Wihh coklat, mantap buat gue.."
"Enggak!"
Ardhan tiba-tiba berubah galak dan langsung memasukkan coklat itu ke saku jaket yang saat ini ia kenakan.
"Pelitttt." Arthan menyorakinya yang membuat Ardhan berdecak kesal.
"Dari siapa, sih? Dari cewek lo, ya?" tebak Arthan sambil menaik turunkan alisnya.
"Dari cewek lo," kata Ardhan kesal.
"ARDHANNN GUE TINJU LO SUMPAH."
Ardhan memejamkan matanya sejenak ketika mendengar teriakan yang memekakkan telinga itu. Dia langsung menoleh dan menatap kembarannya dengan sengit.
"Mau pulang apa mau gue tinggal?" tanya Ardhan to the point.
"PULANGGGG!"
Arthan langsung berlari menghampiri kembarannya sebelum ia benar-benar ditinggal. Karena percayalah ARDHAN SANGAT TEGA SAMA KEMBARANNYA.
"Tumben gue enggak boleh makan coklatnya. Biasanya lo selalu memberikan pemberian dari fans fans lo itu ke kembaran lo yang paling ganteng ini," kata Arthan yang mengekor dibelakang kembarannya.
Oh iya satu lagi Ardhan itu kalau jalan cepet banget dia suka ketinggalan. Kayaknya kaki dia ada rodanya.
"Fans apa? Gue bukan artis," ucap Ardhan.
"Yaaa sama aja. Mereka kan naksir lo, jadi gue sebut sebagai fans. Jawab dulu woyyy kenapa gue enggak boleh makan coklat itu? Kenapa lo enggak memberikan coklat itu kepada gue? Kenapa Ardhan? Kenapaaa?" tanya Arthan dengan penuh drama.
Ardhan hanya bisa menghela nafasnya lelah. Kalau boleh jujur kadang dia lelah sekali dengan tingkah laku kembarannya ini.
Kalau bisa ditukar tambah udah dia tukar tambah tuh Arthan.
"Lo bisa enggak jangan lebay, Tan? Gue sebagai kembaran lo capek banget," kata Ardhan.
"Yaelah kebanyakan ngeles. Cepetan jawab dulu pertanyaan gue. Apa jangan-jangan itu dari cewek yang lo suka? Makanya lo enggak mau kasih ke gue," tebak Arthan yang tidak peduli dengan keluhan saudaranya itu.
Menurutnya Ardhan harusnya sangat bahagia memiliki kembaran yang sangat ceria, pintar dan tidak sombong sepertinya dirinya ini.
"Ngaco. Gue lagi mau makan coklat, makanya enggak gue kasih ke lo," kata Ardhan asal.
Arthan mengangguk faham. Dia pun diam, tapi ketika melihat para gadis yang menyapanya Arthan langsung balas menyapa sambil mengedipkan sebelah matanya, genit.
Padahal mah mereka nyapa Ardhan bukan dia.
......................
Natasha Renjana, gadis itu tersenyum setelah berhasil memberikan coklat pada pria yang sudah tiga bulan ini ia kagumi. Tadi adalah kali pertama ia memberanikan diri untuk memberikan coklat pada Ardhan setelah berminggu-minggu ia hanya berani menatap pria itu dari jauh.
Bisa dibilang ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ardhan. Pertama kali ia melihat pria itu bermain basket yang membuatnya terlihat tampan berkali-kali lipat. Selain itu dia juga sering mendengar tentang Ardhan yang selalu dibilang tampan dan sangat terkenal di kalangan para gadis.
Tapi, Natasha juga tidak percaya diri untuk mendekati pria itu setelah mendengar kabar banyak gadis-gadis cantik yang mendapatkan penolakan dari Ardhan Sebastian.
Contohnya adalah Aneisha Azura, duta kampus yang menyatakan cinta pada Ardhan dan mendapatkan penolakan darinya. Kalau dibandingkan dengan Aneisha jelas saja dia pasti kalah jauh.
Tapi, Natasha ingin mencoba keberuntungan. Salah satunya dengan memberi coklat dan sekarang dia juga memberanikan diri untuk mengirim pesan pada Ardhan.
Hanya pesan singkat yang ia kirimkan dan sekarang Natasha sibuk memandangi ponselnya, menunggu pesan itu dibaca lalu dibalas oleh Ardhan.
Natasha juga memandangi foto profil Ardhan yang terlihat begitu menawan meskipun wajahnya tidak kelihatan.
"Nat, udah deh nyerah aja. Tipe Kak Ardhan pasti bukan yang kayak lo, mending sama cowok yang jelas-jelas naksir lo."
Perkataan itu membuat Natasha menatap temannya dengan wajahnya cemberut. Tentu saja dia tidak mau menyerah begitu saja, buktinya tadi coklatnya diterima padahal katanya tidak semua yang memberikan hadiah akan Ardhan terima.
"Enggak semudah itu, Le." Natasha menanggapi dengan santai perkataan temannya, Azalea.
"Aku enggak berharap banyak kok selama ngedeketin Kak Ardhan, tapi aku tuh beneran suka bangettt. Aku udah jatuh cinta pada pandangan pertama sama Kakak tingkat kita yang tampannya paripurna itu," kata Natasha dengan mata berbinar ketika menceritakan tentang Ardhan.
Azalea menggelengkan kepalanya pelan, tapi ia dibuat terkejut ketika temannya itu tiba-tiba berteriak.
"Nat, apaan, sih???" protes Azalea.
"KAK ARDHAN BACA CHAT AKU! IHHH LE DIA NGETIK LE! CHAT AKU MAU DIBALAS."
Natasha benar-benar heboh, tapi Azalea pun terlihat terkejut ketika mendengarnya. Setahunya Ardhan hampir tidak pernah membalas pesan dari orang-orang yang mendekatinya.
Ia pun ikut melirik handphone Natasha, tapi kemudian dia tertawa ketika melihat Ardhan hanya membalas dengan satu kata.
Natasha :
Halo, kak ardhannn ini aku Natasha yang tadi kasih kakak coklat hehehehe
Makasih yaaa kakk udah terima coklat dari aku dan maaf juga kalau aku tiba-tiba chat hehehe aku dapat nomor kakak dari kak bisma
^^^Ardhan :^^^
^^^sama²^^^
Azalea tertawa meledeknya, tapi Natasha malah tersenyum lebar seperti habis mendapatkan hadiah besar saja. Menurut gadis itu ini adalah awal keberuntungannya dalam mendekati Ardhan.
Dia tidak akan menyerah. Selama Ardhan tidak memberikan penolakan langsung padanya maka Natasha akan tetap maju. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, termasuk meluluhkan hati Ardhan Sebastian yang katanya sekeras batu.
Dan perjalanan meluluhkan hati Ardhan akan segera dimulai.
......................
Natasha bersembunyi dibalik rak buku yang ada di perpustakaan. Gadis itu tengah mengamati Ardhan yang terlihat fokus dengan buku dan laptopnya. Sangat mudah mencari keberadaan Ardhan di kampus karena jika tidak ada kelas atau jika sedang menunggu jam kosong pasti pria itu ada di perpustakaan.
Diam-diam Natasha tersenyum. Ardhan bahkan tidak tersenyum, wajahnya sangat serius, tapi tetap saja melihat itu membuat Natasha senyum-senyum sendiri. Dia sampai menolak ajakan ke kantin ketika melihat Ardhan pergi ke perpustakaan.
Saat Ardhan tiba-tiba menutup buku dan bangun, Natasha melotot lalu mengambil asal buku yang ada di dekatnya. Dia juga melirik Ardhan yang tengah mencari buku lain di rak buku yang ada di belakang tempatnya berdiri sekarang.
Jantungnya berdegup begitu kencang sekarang. Natasha menahan nafasnya sejenak ketika Ardhan bergeser ke samping hingga semakin dekat dengannya.
"Lo yang kemarin, kan?"
Suara Ardhan barusan membuat Natasha melepaskan buku yang ada di tangannya. Buku berukuran cukup tebal itu hampir jatuh menimpa kakinya kalau saja Ardhan tidak cepat mengambilnya.
Natasha menahan nafasnya lagi ketika Ardhan memberikan kembali buku itu padanya.
"Em Kak Ardhan lagi ngerjain tugas?" tanya Natasha yang mencoba untuk mengajaknya bicara.
Tapi, Ardhan hanya menjawab dengan gumam singkat. Pria itu kembali mencari buku yang ia butuhkan untuk menyelesaikan tugasnya.
"Kak Ardhan lagi cari buku apa? Mau aku bantuin?" tanya Natasha dengan semangat.
"Gue bisa cari sendiri," jawab Ardhan singkat.
"Enggak papa tau aku bantuin. Kakak cari buku apa?" tanya Natasha sambil berdiri di sebelah Ardhan dan melihat ke rak buku.
"Lo lanjutin aja kegiatan lo yang tadi," kata Ardhan yang kembali menolak bantuan dari Natasha.
"Oh aku kesini cuman mau liatin Kak Ardhan aja... EHHH!"
Natasha melotot ketika sadar kalau ia salah bicara. Dia menepuk dahinya cukup kuat dan menunduk malu ketika Ardhan menoleh padanya.
"Itu... aku... Aku ada kelas sebentar lagi. Dadah Kak Ardhan. Semangat ngerjain tugasnya," kata Natasha sebelum berlari meninggalkan Ardhan yang terkekeh melihatnya.
Ardhan menggelengkan kepalanya pelan dan ketika ia ingin mencari buku lagi, sesuatu menarik perhatiannya. Sepertinya itu adalah milik Natasha yang terjatuh. Ardhan menunduk dan mengambil gelang yang terjatuh di dekat kakinya.
Ardhan tersenyum lagi. Ia memasukkan gelang itu ke saku celananya dan akan mengembalikannya jika kembali bertemu dengan gadis itu.
Omong-omong Ardhan lupa namanya, tapi dia ingat kalau kemarin gadis itu sempat mengirim pesan padanya.
......................
"Aduh gelang aku kemana??? Le, jatuh dimana, ya???"
Natasha sangat panik ketika menyadari jika gelang miliknya hilang. Ia sudah membongkar semua isi tasnya untuk mencari gelang itu, tapi tetap tidak ada juga.
Natasha bahkan tidak sadar kalau gelangnya hilang karena Azalea yang memberitahukan hal itu padanya. Gelang pemberian Ayahnya itu memang selalu ia pakai, karena itu Azalea menanyakannya ketika tidak melihatnya memakai gelang itu.
"Gue kira lo memang enggak makai gelangnya. Coba diingat dulu, lo ada lepas gelangnya enggak, Sha?" tanya Azalea
Natasha menggeleng lemah sebagai jawaban. Ia ingin menangis karena takut kalau satu-satunya gelang pemberian Ayahnya itu hilang.
"Lo tadi kemana aja? Kita coba cari ke semua tempat yang tadi lo datengin." Azalea mengusap pelan pundak Natasha agar gadis itu tidak panik.
"Aku cuman di kelas sama perpustakaan aja hari ini," jawab Natasha dengan lesu.
"Yaudah, karena belum pulang, kita coba cek ke kelas dulu habis itu baru ke perpustakaan. Gue coba tanya sama temen kelas kita tadi, siapa tau ada yang lihat gelang punya lo," kata Azalea yang membuat Natasha sedikit lebih tenang.
"Makasih, Le."
Azalea tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia tau betapa berartinya gelang itu untuk Natasha. Hadiah pertama juga terakhir Ayahnya untuk gadis itu.
Keduanya pun beranjak dari kantin untuk mencari gelang milik Natasha yang hilang, tapi baru saja akan melangkah, seseorang sudah berdiri di hadapan Natasha dan memanggil namanya. Kehadiran orang itu membuat Natasha menahan nafasnya juga membuat nyaris seisi kantin menatap ke arahnya.
"Natasha?"
Dia Ardhan.
"Bener nama lo Natasha, kan?" tanya Ardhan yang dijawab dengan anggukan singkat oleh Natasha.
Ia pun merogoh sesuatu dari saku celananya dan memberikannya kepada Natasha. Itu adalah gelang yang tadi Ardhan temukan. Niatnya ia ingin mengembalikan nanti saja dan meminta Natasha untuk mengambilnya sendiri.
Tapi, ketika ia tidak sengaja melihat Natasha ketika akan membeli minum di kantin, jadi Ardhan langsung mengembalikannya saja.
"Tadi jatuh di perpustakaan," kata Ardhan.
Ardhan dapat melihat wajah yang semula gugup itu berubah. Natasha terlihat lega hingga matanya berkaca-kaca dan membuat Ardhan sedikit bingung melihatnya.
Apa gelang ini sangat berarti untuk Natasha?
"Makasih, Kak." Natasha mengucapkannya dengan tulus yang ditanggapi dengan gumaman singkat oleh Ardhan.
"Lain kali jangan lari-lari," kata Ardhan sebelum pergi tanpa menunggu tanggapan dari Natasha.
Ardhan berjalan keluar kantin tanpa mempedulikan orang-orang yang menatapnya. Dia meninggalkan Natasha yang tersenyum dengan pipi memerah karena mengingat ia yang lari dari hadapan Ardhan beberapa saat lalu.
Ini benar-benar seperti mimpi!
Gelang kesayangannya ditemukan oleh orang yang tengah ia sukai.
......................
Ardhan memejamkan matanya untuk menahan emosi ketika Arthan yang baru pulang dari kampus membuka pintu kamarnya dengan kuat.
Pria itu datang dengan heboh membawa berita yang katanya sedang ramai dibicarakan di kampus.
"Gue mendengar sebuah hot news. Kejadiannya tadi sore, tapi sayang sekali karena gue tidak ada di sana. Padahal kalau gue ada di sana gue bisa membawa bukti untuk ditunjukkan kepada Mami, Papi dan adik kesayanganku Zelline," celoteh Arthan yang datang dan melompat ke atas kasur kembarannya.
Ardhan yang kesal melemparnya dengan bantal dan mengusir Arthan agar keluar dari kamarnya, tapi bukan Arthan namanya kalau menurut.
"Jadi, gue mendengar bahwasanya kembaran gue yang enggak lebih ganteng dari gue ini sudah menemui seorang wanita di kantin. Apakah itu adalah benar?" tanya Arthan sambil mengarahkan kepalan tangannya ke dekat bibir Ardhan seolah itu adalah sebuah mic yang langsung ditepis oleh Ardhan karena kesal.
"Enggak usah kebanyakan gosip. Mending kerjain tugas lo yang banyak itu, gue enggak mau bantuin kalau nanti lo ngerjain pas deadline," kata Ardhan yang membuat Arthan berdecak pelan.
"My Twins, lo jangan mencoba untuk mengelak. Sekarang kasih tau gue jawabannya. Apakah itu adalah benar?" tanya Arthan, tidak peduli dengan omelan kembaran nya itu.
"Gue cuman ngembaliin barang dia yang jatuh," jawab Ardhan seadanya.
"Siapakah wanita itu?" tanya Arthan lagi.
"Lo mau keluar sendiri dari kamar gue atau mau gue seret?" tanya Ardhan dengan wajah serius.
"Jawab dulu." Arthan menolak keluar kamar sebelum Ardhan memberikan jawaban.
"Gue enggak tau," jawab Ardhan bohong.
Kalau dia jawab kenal pasti akan semakin banyak pertanyaan dari kembarannya itu.
"Udah? Sekarang lo keluar," usir Ardhan lagi.
Arthan berdecak kesal, tapi tetap berdiri dan berjalan meninggalkan kamar kembarannya sambil mengomel.
"Pasti dia bohong. Kalau dia enggak kenal terus gimana dia bisa ngembaliin gelangnya? Ardhan pasti bohong sama gue. Gue bakal mencari saksi mata untuk mengetahui siapa orangnya."
Ardhan hanya bisa geleng-geleng ketika mendengarnya. Kalau ada yang mau, Ardhan bakal kasih kembarannya itu secara cuma-cuma.
......................
Natasha menatap pantulan dirinya dicermin untuk memastikan bahwa penampilannya cukup baik. Ia sudah siap untuk berangkat ke kampus bersama dengan Azalea yang sekarang sedang dalam perjalanan menjemputnya.
Sebenarnya Natasha tidak pernah memaksa temannya itu untuk menjemputnya, tapi Azalea selalu menawarkan dirinya karena rumah mereka memang searah. Bedanya, rumah Azalea berada di salah satu perumahan mewah.
Hari ini Natasha mengenakan rok berwarna coklat yang panjangnya selutut dan ia padukan dengan kemeja yang senada dengan roknya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dan dihiasi dengan sebuah bando yang warnanya pun sama dengan rok serta kemejanya. Kemudian untuk tas dan juga sepatu, ia menggunakan masing-masing warna hitam.
Setelah merasa tidak ada yang aneh dengan penampilannya, Natasha mengambil ponselnya buang tengah diisi daya lalu duduk di tepi ranjang. Ia menghidupkan ponselnya dan mencari nomor Ardhan lalu mengirimkan beberapa pesan untuk pria itu, tidak peduli jika pesannya akan dibalas atau tidak.
Natasha :
Selamat pagiiii🙋🏻♀️
Kak Ardhan semangat untuk kuliah hari ini dan jangan lupa makan.
Natasha menatap ponselnya beberapa menit dan tak lama dari itu ia mendengar suara klakson mobil yang membuatnya bergegas keluar rumah. Dia melambaikan tangan pada Azalea dengan ceria lalu masuk ke dalam mobil milik gadis itu.
"Nat, nanti temenin gue ke mall, yuk." Azalea menatap Natasha dengan penuh permohonan.
"Emm boleh, tapi habis itu kamu temenin aku ke toko buku, gimana?" tanya Natasha.
"DEAL! Oh iya gimana Kak Ardhan? Ada kemajuan enggak? Dia balas chat lo enggak?" tanya Azalea penasaran.
Setelah kejadian kemarin, Azalea yang semula ingin meminta Natasha untuk mundur langsung mengurungkan niatnya. Dari apa yang ia lihat kemarin, sepertinya ada sedikit kesempatan untuk temannya itu bisa dekat dengan Ardhan.
Dia pernah mendengar kalau Ardhan tidak pernah sekalipun merespon mereka yang mendekatinya, Ardhan juga tidak pernah membalas chat mereka apalagi sampai mengembalikan sendiri gelang milik Natasha seperti kemarin. Ardhan bisa saja membiarkan gelang itu terjatuh dan diambil oleh Natasha sendiri.
Selain itu Ardhan bahkan mengingat nama Natasha. Itu sungguh sebuah kemajuan besar untuk temannya, jadi Azalea memutuskan untuk mendukung Natasha maju mendekati Ardhan.
"Dia cuman baca chat aku aja," jawab Natasha lesu.
"Tapi, gue pernah denger katanya Kak Ardhan suka blokir nomor cewek-cewek yang chat dia. Lo enggak, kan?" tanya Azalea yang dijawab dengan gelengan singkat oleh gadis itu.
"Sebelum berangkat tadi, aku chat Kak Ardhan dan dia cuman baca aja," kata Natasha.
"It's okay, Nat. Meskipun enggak dibalas, tapi Kak Ardhan baca chat lo dan dia enggak blokir nomor lo. Itu sebuah keberuntungan," kata Azalea yang membuat Natasha langsung tersenyum.
"Hm menurut gue kita harus buat strategi," kata Azalea lagi.
Perkataannya barusan membuat Natasha kebingungan sendiri.
"Strategi?" tanya Natasha tidak mengerti.
"Iya, strategi untuk deketin Kak Ardhan. Gue memang sempet nyuruh lo untuk berhenti, tapi kali ini gue bakal dukung dan bantuin lo. Kita bakal atur strategi," kata Azalea sambil tersenyum puas.
Belum sempat Natasha bicara untuk bertanya, Azalea sudah lebih dulu memotongnya.
"Lo tenang aja, biar gue yang mengatur strateginya."
......................
"ARTHAN! MAU BARENG ATAU ENGGAK, SIH?! GUE TINGGAL LO!"
Teriakan Ardhan menggema di rumah besar ini. Pria itu berdecak kesal sambil berkali-kali melirik jam di tangannya. Kembarannya yang mengatakan ingin berangkat bersama itu masih belum keluar kamar juga.
Ardhan benar-benar ingin memukulnya sekarang karena kesal. Tak lama dari itu ia mendengar teriakan yang berasal dari atas bersamaan dengan pintu kamar Arthan yang terbuka.
"I'M COMING! GUE DATANG MY TWINSSS TUNGGU!"
Sedangkan itu Devina hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua anaknya yang selalu ada saja hal untuk diributkan. Sejak kecil Arthan dan Ardhan jarang sekali akur, mereka banyak berdebat hingga saling mengganggu satu sama lain.
"Enggak sabaran banget sumpah," gerutu Arthan begitu ia sampai di bawah.
"Kalau gue jahat udah gue tinggal lo." Ardhan menatapnya dengan sinis dan langsung berbalik.
Tapi, wajah sinisnya langsung berganti dengan senyuman begitu melihat Devina yang berdiri tidak jauh dari mereka. Baru saja ia akan mendekat, Arthan sudah lebih dulu berseru lalu mendorongnya kesamping dan berlari lebih dulu menghampiri Devina.
"MAMIKU SAYANGGG."
Ardhan berdecak kesal, untung saja dia tidak jatuh. Ia pun mendekat dan tersenyum pada sang Ibu yang menatapnya.
"Mami, Arthan berangkat ke kampus dulu, ya. Mami jangan kangen. Arthan janji akan langsung pulang begitu semua matkul selesai, supaya Mami enggak perlu menahan rindu lama-lama sama anak kesayangan Mami yang satu ini..."
"Berisik."
Ardhan kesal ketika Arthan mulai berdrama. Kini giliran ia yang menarik Arthan menjauh dan mendorongnya ke samping. Kemudian ia memeluk Ibunya dengan sayang yang membuatnya tertawa kecil dengan tingkah anak-anaknya.
Devina memeluk kedua anaknya bergantian dan mencium pipi mereka dengan sayang.
"Yasudah, cepat berangkat ke kampus nanti kalian terlambat."
......................
Bagi Ardhan hal paling menyebalkan dari kembarannya adalah tidak bisa diam dan penuh dengan rasa ingin tau. Kejadian kemarin membuat rasa penasaran Arthan begitu besar hingga sepanjang perjalanan menuju kampus pun ia terus membahasnya.
Terkadang Ardhan bingung sendiri, apa Arthan tidak lelah berbicara tanpa henti?
Dari pagi hingga malam pria itu seolah tidak kehabisan energi. Sedangkan Ardhan sebaliknya, dia selalu ingin istirahat setelah seharian berada di luar, tapi terkadang Arthan tidak membiarkannya istirahat.
Pria itu akan masuk ke dalam kamarnya lalu berbaring disampingnya dan bermain game. Padahal Arthan bisa melakukan itu semua dikamarnya, tapi tidak, dia lebih suka menganggu Ardhan.
"Tan."
"Oke, gue akan mendengar jawaban lo. Siapa cewek itu?" tanya Arthan dengan cepat.
"Lo bisa diem?" tanya Ardhan.
Arthan terlihat terkejut. Dia diam sejenak, tapi kemudian membuat Ardhan menghela nafasnya lelah.
"Enggak."
"Gue udah jawab, kan? Gue cuman ngembaliin gelang dia yang jatuh," kata Ardhan lelah.
"Iya, tapi siapa ceweknya? Enggak mungkin lo enggak kenal, karena lo bisa ngembaliin gelang dia itu artinya lo kenal sama dia," kata Arthan dengan cepat.
"Adik tingkat, pernah chat gue makanya gue tau. Udah cukup?" tanya Ardhan dengan malas.
"Hm sebenarnya belum, tapi yaudah." Arthan membuat Ardhan frustasi sendiri menghadapinya.
"Apalagi, sih, Tan????" tanya Ardhan dengan penuh kekesalan, tapi Arthan tidak mau menjawab.
Dia harus bertepuk tangan yang meriah untuk kedua orang tuanya yang tahan menghadapi Arthan sejak kecil.
"Lo kalau punya pacar harus kasih tau gue! Gue akan sedih dan merasa sangat dikhianati kalau lo enggak bilang," kata Arthan dengan dramatis.
Apa yang harus Ardhan lakukan dengan kembarannya ini? Terkadang dia benar-benar tidak sanggup menghadapinya.
"Gue penasaran, siapa ya yang bakal mencairkan hati es batu kayak lo, Dan?"
Ardhan lebih penasaran, siapa cewek yang bakal tahan dengan kelakuan kembarannya ini?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!