...Awal bab. ...
"Nenek moyang...!"
"Nenek moyang dimana kau?"
"Nenek moyang..!"
Beberapa orang lelaki dewasa berjalan menelusuri padang rumput sambil memanggil-manggil 'Nenek Moyang'.
Di atas sebuah pohon, seorang anak kecil berusia lima atau enam tahun tampak dengan lincah berpindah dari satu dahan ke dahan yang lainnya sambil cekikikan menyembunyikan diri. Dia sama sekali tidak menghiraukan kekhawatiran pada wajah orang-orang itu.
"Cari saja kalau bisa menemukanku. Siapa suruh kalau aku adalah nenek moyang mu," cibir anak itu. Wajah nya terlihat sangat imut, dengan mata bening sebening kristal. Dia sangat tampan dan raut wajahnya terlihat sangat polos. Tapi siapa sangka kalau tingkah lakunya bertolakbelakang dengan kepolosan wajahnya. Dia lah yang dikenal dengan julukan setan kecil dan karena selalu berkuasa sendiri dan tidak mau mengalah, lama kelamaan orang-orang memanggilnya dengan sebutan Nenek moyang. Karena, hanya Nenek moyang saja yang kata-katanya tidak boleh dibantah. Dan anak kecil itu paling tidak suka dibantah. Atau, dia akan menangis tujuh hari tujuh malam.
Kenakalan anak ini sering merugikan orang-orang disekitarnya. Mulai dari mencuri makanan, melarikan keledai milik orang lain untuk dijadikan tunggangan, menipu orang tua dengan keimutannya, dan banyak lagi tingkahnya yang membuat orang lain mengalami kerugian. Namun meski begitu, tidak ada orang yang benar-benar akan memarahinya. Malahan, orang akan merelakan apa saja yang dia lakukan. Siapa suruh dia adalah protagonis dalam kisah ini.
Perkenalkan. Namanya adalah Ryan Clifford. Seorang anak laki-laki yang tampan, imut, lucu, menggemaskan, yang ketika bayinya selalu dijuluki sebagai boneka porselen dari Utara.
Dia terlahir dari seorang ibu bernama Diana Wilmar, dan Ayahnya yang bernama Rey Clifford.
Identitas anak ini, jika diceritakan akan membuat orang yang mendengarnya merinding ketakutan. Bagaimana tidak takut. Ayahnya adalah seorang Raja yang berkuasa di sebuah kerajaan yang luasnya mencakup dua wilayah yaitu Wilayah Utara dan Wilayah selatan. Ayah angkatnya bernama Kaisar Agung Bernard yang berkuasa di Erosia. Gurunya bernama Grand Warden yang mendirikan Sekte Misterius dan dia adalah murid tinggal dari sang guru. Selain identitas di atas, dia juga adalah Putra suci Sekte Misterius yang kelak akan mewarisi sekte tersebut. Dengan segala latar belakang seperti yang disebutkan di atas, dia hanya cukup menjentikkan jarinya saja jika menginginkan sesuatu, dan orang-orang akan berlomba-lomba untuk memuaskan hatinya.
Meski memiliki latar belakang identitas yang sangat menakutkan, tapi Ryan Clifford ini tidak sombong. Memang dia nakal, dia selalu merugikan orang lain. Namun tetap dengan batasan-batasannya. Dia tau apa yang tidak boleh dia lakukan. Misalnya, mengintip tetangga yang sedang bercocok tanam, dia tau itu tidak boleh. Atau, mengintip orang mandi. Itu juga tidak pernah dia lakukan. lagian ngapain dia ngintip orang mandi. Dia kan masih bocil, mana ngerti. Dan paling-paling, hal terburuk yang pernah dia lakukan hanya menggadaikan keledai milik tetangga seharga sepuluh dolar untuk membeli gula-gula. Itu saja. Walaupun orang yang kehilangan keledai menjadi heboh karena keledai yang akan mereka gunakan untuk mengangkut gandum harus ditebus dulu di pasar gadai.
Ketika mereka sedang sibuk mencari di mana Ryan Clifford berada, seorang lelaki tua tampak sedang melayang di atas pisau terbang dan berhenti tepat di depan mereka.
"Bagaimana, apakah kalian menemukan dimana setan kecil itu berada?"
"Salam kepada Grand Warden. Maaf, kami masih belum menemukan dimana Nenek moyang kita bersembunyi," jawab mereka.
Mendengar mereka menyebut nama nenek moyang, membuat telinga lelaki tua itu berdenging sesaat. "Sudahlah. Kalian kembali saja. Anak itu, aku sudah tau dimana dia berada. Lihat saja, akan ku tarik jabrik nya nanti,"
Mengingat tentang jabrik, ketika lahir, Ryan Clifford ini memiliki empat pusar pada kepalanya. Jika dia berambut pendek, maka di tengah-tengah antara empat pusar di kepalanya itu, akan ada sejumput rambut yang bandel. Walau dibagaimanakan, rambut itu tidak mau tidur. Selalu berdiri. Dan kalau gurunya marah, rambut jabrik nya itulah yang akan ditarik oleh Grand Warden. Dan Ryan sangat takut kalau jabrik nya itu ditarik. Sebaliknya, kalau sudah terlalu sakit, biasanya Ryan akan membalas dengan balik menarik Jenggot Grand Warden.
"Baik, Grand Warden. Kami permisi dulu!"
"Hmmm...!" Jawab Grand Warden sambil melirik ke arah sebatang pohon yang berdiri sekitar dua puluh meter darinya.
"Setan kecil, mau sampai kapan kau di situ bersembunyi?"
"Aku Nenek moyang, bukan setan kecil!"
Terdengar jawaban dengan nada yang tidak senang dari balik dahan pohon. Dia sangat benci dipanggil dengan sebutan setan kecil. Dia kan protagonis. Mana ada setan' menjadi protagonis. Malaikat kecil mungkin nama yang bagus. Tapi siapa yang mau memanggilnya dengan sebutan malaikat kecil? Bukankah sifatnya yang merugikan itu adalah sifat setan. Malaikat, mana ada yang merugikan.
"Kau setan kecil. Apakah kau tidak lagi sayang dengan jabrik mu itu?"
"Selalu jabrik ian yang jadi korban," jawabnya dengan sedikit pelo. Kemudian dia dengan ringan melompat dari dahan dan mendarat dengan mantap di atas rerumputan. Sekali dia bersalto, maka sosoknya sudah sampai di depan Grand Warden.
"Katakan. Apa lagi yang kau curi sampai-sampai mereka mencari mu beramai-ramai?"
"Itu.., itu.., hehehe..!' Ryan Clifford nyengir menunjukkan gigi-giginya yang putih bersih.
"Jawab. Apa lagi yang kau curi?" Tanya Grand Warden sambil membesarkan matanya.
"Ya itu," tunjuk Ryan ke arah semak-semak yang tampak bergoyang. Dan ketika diperhatikan, ternyata ada seekor keledai diikat yang tampak tersembunyi dibalik semak-semak sehingga jika dia tidak menunjukkan, maka Grand Warden sendiri pun tidak akan menduga bahwa di sana ada seekor keledai yang diikat.
"Kau... Punya siapa keledai itu?"
"Hehehe. Itu punya menantu kakek Zega,"
"Oh tuhan ku. Ayah mu dulu tidak seperti dirimu ini. Kembalikan keledai itu! Kalau tidak, terpaksa aku akan mengurung mu di dalam goa untuk melakukan latihan tertutup,"
"Ian akan kembalikan. Tapi apa mungkin mereka berani menerimanya?"
"Mengapa mereka tidak berani menerima? Keledai itu milik mereka. Kembalikan segera!"
"Itu karena Ian adalah nenek moyang," jawabnya dengan polos. Tapi tiba-tiba dia meringis karena saat ini Grand Warden sudah menjambak rambut jabrik nya yang cuma sejumput itu.
"Nenek moyang apanya? Kalau mau disebut nenek moyang, aku lebih pantas disebut nenek moyang daripada kau ini. Masih lima tahun sudah pandai menjawab. Berbuat onar dimana-mana,"
"Iya Guru. Ian kembalikan. Lepaskan jabrik ian. Sakit!"
Anak itu menyingsing kan kaki celananya yang kepanjangan, menata rambutnya yang tampak sedikit berantakan dan memasangkan ikat kepalanya yang terbuat dari sutra bersulam benang emas dengan banyak manik-manik dan batu permata di atasnya. Setelah merasa tampan, barulah dia melompat menuju semak-semak untuk melepaskan ikatan tali pada keledai curiannya.
Grand Warden melihat aksi narsis anak itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Ini guru pegang!" Kata Ryan Clifford menyerahkan ujung tali kepada Grand Warden. Kemudian dia segera melompat ke atas punggung keledai dan menyuruh Grand Warden untuk menariknya.
Mau apa lagi? Mau tak mau Grand Warden menarik tali yang terikat pada keledai itu. Siapa suruh dia sangat mencintai anak nakal itu.
"Bisakah lebih pelan sedikit, Guru?"
"Diam saja kau. Jatuh juga tidak akan mati,"
"Iya. Tapi keledai ini tidak ada pelana nya. Sakit,"
"Biarkan kantong menyan mu pecah sekalian. Siapa suruh nakal,"
Ryan hanya bisa menekan kedua telapak tangannya pada punggung keledai untuk meminimalisir hentakan yang membuat perabotannya terasa nyeri.
...Bab 02...
"Grand Warden datang. Itu dia nenek moyang!" Seru seseorang sambil menunjuk ke arah lelaki tua dengan pakaian serba putih serta rambut dan jenggot nya keseluruhan juga sudah memutih.
"Salam untuk Grand Warden," kata mereka serempak membungkuk.
Grand Warden menoleh ke arah bocah kecil yang duduk di atas punggung keledai. Tingkahnya sangat imut dan polos seolah-olah seperti bukan dia yang melakukan kesalahan.
Orang lain tidak tega untuk kesal kepadanya. Justru mereka saling berebut untuk menggendong anak itu walaupun kenakalannya mampu menggegerkan sekte Misterius.
"Ian haus, lapar, dan kelelahan. Siapa suruh kalian mengejar Ian sampai setengah hari,"
"Oh Nenek moyang ku terkasih. Lapar ya. Sini biar paman ambilkan makanan,"
Mereka saling berebut untuk memberi makan kepada anak nakal itu. Ada yang menyuapinya, ada yang memberi minum, ada juga yang memijit kaki anak itu. Sedangkan Grand Warden melihat adegan dihadapannya itu merasa kesal setengah mati.
Melihat Grand Warden sangat kesal, Ryan Clifford menggodanya dengan menjulurkan lidahnya.
"Kalau kalian seperti ini, anak itu akan tumbuh menjadi anak manja. Jika kelak sifat anak ini merajalela, itu salah kalian!" Tegur Grand Warden.
"Pemilik sekte, anak itu masih kecil. Jangan dididik terlalu keras. Lagi pula, hanya dia satu-satunya anak yang kita punya. Sudah hampir lima tahun formasi kutukan itu dihilangkan, tapi tidak satupun dari istri kami yang hamil,"
Grand Warden terdiam. Sebenarnya dia juga kasihan melihat Ryan Clifford ini. Seharusnya, di usianya yang masih kecil ini, sedang asyik-asyiknya bermain bersama teman-teman sebaya. Tapi di sini hanya dia satu-satunya anak kecil. Makanya dia tidak terlalu marah ketika Ryan Clifford ini sangat nakal.
"Grand Warden. Sampai kapan kita akan menahan Ryan di sini? Kakak Zega mengatakan bahwa di dunia sekuler sana, anak-anak yang seusia dengannya sudah masuk sekte yang hanya mempelajari tulis baca. Ryan harus dimasukkan ke sekte itu agar tidak buta huruf," kata salah seorang dari mereka. Maklumlah, walaupun kutukan telah berakhir, namun mereka tidak pernah keluar. Jadi, ketika mengetahui bahwa di dunia sekuler ada yang namanya sekolah, mereka juga menyebutnya dengan sebutan sekte.
"Itu bukan sekte. Tapi sekolah dasar. Yang aku khawatirkan adalah, anak ini, walaupun masih kecil, tingkat kultivasi nya berada di alam dewa agung tahap puncak. Untuk membunuh orang biasa, dia hanya butuh menatapnya saja. Jangankan di dunia sekuler, di sini saja, hanya aku yang bisa menahan anak ini. Kalian bahkan menjadi bulan-bulanan nya," kata Grand Warden.
Memang salahnya yang sangat memanjakan Ryan Clifford. Sejak kecil, smpai berumur segini, dia sangat mengutamakan Ryan. Bahkan rasa sayangnya kepada Ryan melebihi rasa sayangnya kepada Rey. Itulah mengapa dia sangat mengutamakan Ryan. Apa saja hal yang baik yang dia miliki, dia akan memberikannya kepada Ryan. Pil, batu spiritual, kolam emas spiritual, metode kultivasi, bahkan setiap dia melakukan pelatihan tertutup, Ryan ini akan dibawa bersama dan duduk di pangkuannya dan itu sejak Ryan berusia enam bulan.
Ryan yang cerdas dan sangat rakus ini menyerap seluruh esensi dari hasil pelatihan Grand Warden. Bakatnya berada di atas rata-rata. Itulah mengapa dia seperti ini yang pada akhirnya membuat Grand Warden sendiri menjadi pusing memikirkannya. Saat ini iya dia belum mengerti. Tapi nanti, kalau dia mengetahui bahwa dirinya memiliki kekuatan supranatural yang sangat besar, dikhawatirkan dia akan membully semua orang. Rusak lah citranya sebagai putra suci Sekte Misterius sekaligus sebagai pewaris tahta Utara.
Di sekte Misterius ini, orang tidak terlalu perduli ketika melihat Ryan melompat ataupun bersalto dari atas pohon yang tingginya puluhan meter ke tanah dengan selamat. Tapi jika itu di luar sana, akal mereka tidak akan sanggup memikirkan itu. Bagaimana mungkin seorang bocah, bisa melompat turun dari pohon setinggi puluhan meter tanpa cedera sedikitpun.
"Lalu, grand Warden. Apakah tidak ada cara lain?" Tanya mereka. Mereka juga mengkhawatirkan masa depan Ryan. Jika ini terjadi ketika masa kekuasaan Saddiq Siga, itu tidak masalah walaupun harus sekolah atau tidak. Yang penting pintar, bisa tulis baca saja sudah cukup. Tapi di jaman sekarang pintar saja tidak cukup. Tanpa ijazah, seribu kali pintar pun anda, orang tidak akan percaya bahwa anda pernah sekolah. Karena ijazah adalah lambang gengsi bagi mereka yang pernah sekolah. Pintar atau gobloknya, itu urusan belakang. Yang penting ada ijazah.
Grand Warden mengelus jenggotnya yang entah sudah berapa kali jadi korban penarikan tangan usil Ryan.
"Hanya ada satu cara. Yaitu, menyegel Meridian nya untuk sementara waktu. Hanya dengan begini baru dia bisa berbaur dengan masyarakat awam. Jika tidak, ketika dia marah, mungkin akan ada yang terbunuh,"
Grand Warden jelas tidak akan menyangka bahwa metodenya menyegel Meridian Ryan tidak akan berhasil. Sifat nakal Ryan Clifford ini sudah mendarah daging. Dan kemungkinan, akan membuat ramai orang menjadi gempar. Walaupun kekuatannya tersegel, tapi untuk orang biasa, Ryan masih terlalu tangguh secara fisik. Yang namanya kultivator, tentu saja mereka berbeda dengan orang awam.
"Guru. Kapan Yang Mulia akan datang?" Tanya Ryan sambil mengunyah membuat mulutnya belepotan.
"Dia ayah mu. Yang Mulia apanya? Aku lah Yang Mulia sesungguhnya," jawab Grand Warden kesal.
"Iya. Maksud Ian, kapan ayah datang. Persediaan permen Ian sudah habis," katanya sambil melirik ke arah seekor keledai yang sedang merumput. Orang-orang tau apa maksud dari tatapannya itu, pasti niat anak ini buruk. Makanya pemilik keledai langsung mengamankan keledainya. Khawatir Ryan akan pergi ke pinggiran kota Altra untuk menggadaikan keledai miliknya dan menukarnya dengan gula-gula.
Walaupun tidak sembarangan orang bisa memasuki Sekte Misterius karena ada formasi pelindung yang dibuat oleh Grand Warden, tapi bagi orang-orang Sekte Misterius, itu bukan masalah. Mereka bisa keluar masuk sesuka mereka walaupun tidak sampai ke pusat kota atas larangan Grand Warden.
Di sisi lain , Ryan memang masih anak-anak. Tapi, kecerdasan Ryan ini melebihi usia lima belas tahun. Apa lagi dia pernah mengikuti beberapa penghuni kampung misterius ini menjual hasil panen mereka ke pinggiran kota Altra. Dia ingat jalan dan karena itulah mengapa dia sempat menggadaikan keledai milik menantu Zega ke pasar dan ditukar dengan permen.
"Ayah mu tidak akan datang. Ada beberapa hal yang harus dia urus. Beberapa waktu ini, kekaisaran Zagraria dan Moon nationwide selalu membuat masalah di perbatasan. Oleh karena itu, ayahmu sangat sibuk. Mengerti?"
"Ian mengerti, Guru. Suatu saat nanti, Ian juga akan membuat orang yang merepotkan ayah, menjadi sibuk. Biar gantian," katanya. Karena, setiap apa yang disampaikan oleh Grand Warden akan terpatri dalam benaknya, maka dia ingat bahwa kedua negara itu adalah musuh ayahnya yang juga adalah musuhnya.
anak itu mulai berpikir keras membuat tampangnya menjadi tambah lucu dan imut.
"Guru. Mengapa Ian harus di sini dan mengapa tidak bersama dengan ayah? Apakah Ian tidak diinginkan?" Tanya anak itu dengan sedih.
"Bukan. Bukan seperti itu. Ryan di sini harus belajar. Kelak agar bisa membantu meringankan beban ayah mu,"
"Ian mengerti," jawab anak itu. Dia bangkit sambil merapikan pakaiannya, tak lupa merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Anak ini sungguh sangat narsis," pikir Grand Warden dalam hati.
"Ryan. Jangan nakal lagi ya. Besok kakek akan membawamu keluar untuk jalan-jalan,"
"Hehehe. Harus beli permen yang banyak!" Kata Ryan memberi syarat.
Grand Warden mengusap kepala anak itu dengan lembut sekaligus berjanji bahwa dia akan membelikan permen yang banyak untuknya.
Ryan tertawa bahagia. Kemudian tak lupa mengusap kepalanya untuk merapikan rambutnya.
...Bab 03...
Hari ini suasana terasa sangat tenang. Tidak ada keributan, tidak ada barang yang hilang, dan tidak ada teriakan penuh kekesalan dari orang-orang. Akan tetapi, hal yang tidak biasa ini terasa sangat aneh. Apakah dunia sudah terbalik?
Karena setiap hari Ryan Clifford akan membuat onar, jelas saja terasa aneh kenapa tiba-tiba kampung misterius ini menjadi aman tentram. Ini membuat mereka bertanya-tanya apakah Ryan dibawa oleh Grand Warden untuk menjalani pelatihan tertutup? Tapi anggapan itu segera terbantah apabila diantara mereka baru saja melihat Grand Warden berada di tendanya.
Orang-orang segera menjadi bertanya-tanya kemana Ryan menghilang.
Mereka mulai panik mencari ke sana ke mari. Bahkan, sudah ada beberapa orang yang bertanya kepada Grand Warden dimana Ryan Clifford berada.
"Ada apa?" Tanya Grand Warden yang baru saja keluar dari kediamannya.
"Begini, Grand Warden. Kami tidak melihat dimana Nenek moyang berada,"
"Apa lagi yang dilakukan oleh bocah tengik ini?" Pikir Grand Warden. Namun sudah biasa seperti itu. Makanya Grand Warden tidak terlalu pusing. Hanya saja, beberapa saat kemudian, ada puluhan orang mendatangi kediaman grand Warden sambil menggendong seorang bocah yang dalam keadaan pingsan. Pemandangan seperti itu membuat semuanya menjadi panik.
"Apa yang terjadi?"
"Ada apa dengan Nenek moyang?"
"Eh, pingsan? Mengapa bisa seperti itu?"
Orang-orang mulai berkerumun dan saling tanya. Tapi mana ada jawaban. Mana ada yang tau apa sebenarnya yang terjadi.
Bagaikan sambaran kilat, Grand Warden melesat menghampiri kemudian mengambil tubuh Ryan Clifford dan menggendongnya untuk memasuki kediamannya.
"Ryan. Kenapa kau nak?" Tanya Grand Warden. Dia kemudian memeriksa denyut nadi anak itu. Seketika wajahnya menjadi murung.
"Ada apa? Kenapa dengannya?"
Grand Warden segera menatap cincin naga yang melingkar di ibu jari bocah itu.
"Oh tidak. Anak ini tidak sengaja menelan pil spiritual tingkat sembilan. Sialan Rey. Dia meninggalkan cincin penyimpanan kepada anak ini tanpa mempertimbangkan resikonya,"
Lalu, Grand Warden memeriksa aliran energi yang memburu dan saling kejar-kejaran di setiap titik nadi di tubuh anak itu.
"Apa? Bagaimana mungkin?" Seru semua orang.
Cincin penyimpanan ini awalnya adalah milik Rey yang dia tinggalkan sebelum berangkat untuk berperang. Dia sengaja mewariskan cincin ini sebagai penanda bahwa Ryan adalah pewaris tahta Utara yang selanjutnya. Tapi siapa sangka bahwa anaknya sangat nakal yang suka penasaran terhadap hal-hal yang baru.
Awalnya Ryan kehabisan permen. Dia tampak murung karena tidak tau bagaimana cara untuk mendapatkan permen. Yang dia tau hanyalah menggadaikan keledai milik masyarakat kampung misterius. Tapi karena semua orang sudah mengetahui ulahnya, mereka menyembunyikan keledai mereka. Itulah mengapa Ryan menjadi murung.
Dalam kemurungan nya, dia memutar-mutar cincin yang berada di ibu jarinya. Mungkin karena dia tidak sengaja menyuntikkan energi ke dalam cincin tersebut, membuat segel pada cincin itu terbuka.
Alangkah terkejutnya Ryan ketika melihat ternyata cincin itu memiliki ruang penyimpanan yang mana didalamnya terdapat berbagai jenis pil dimulai dari pil pencuci sumsum, pil rekonstruksi tulang, pil pondasi, pil peningkatan level kultivasi, dan yang terakhir pil tingkat sembilan warna yang Grand Warden sendiri pun belum tentu berani menelan nya. Tapi justru ditelan oleh Ryan karena menganggap bahwa pil-pil tersebut adalah permen.
Kebiasaannya sejak kecil adalah, memakan pil yang diberikan oleh Grand Warden kepadanya. Ditambah dia memang tidak ngerti. Baginya semuanya sama. Sama-sama pil, dan tentunya bisa dimakan sesuka-suka nya. Yang tidak dia mengerti adalah, pil tersebut mengandung energi yang sangat besar dan apabila dikonsumsi sembarangan tanpa pondasi yang kuat, akan berdampak pada tubuh dan tidak mustahil tubuhnya akan meledak.
Panik, semua orang menjadi panik dan tidak sedikit yang menyalahgunakan kecerobohan Rey.
Di tempatnya, Grand Warden menjadi murka. Dia tidak pernah menduga akan seperti ini.
Tanpa banyak bicara lagi, Grand Warden segera membawa Ryan memasuki kolam emas spiritual dan merendam tubuh anak itu.
Seperti besi panas yang dicelupkan ke dalam air, tubuh Ryan berasap serta menimbulkan gelembung pada permukaan air.
Hawanya berubah menjadi panas seketika. Orang-orang di kampung misterius terkenal dengan tingkat kultivasi nya yang tinggi. Tapi menghadapi perubahan pada udara yang tiba-tiba panas yang ditimbulkan oleh tubuh Ryan, mereka tidak mampu menahannya dan segera mundur beberapa meter jauhnya dari tepian kolam emas spiritual.
Seerrrrrr...!
Air di kolam terus mendidih seakan ada kobaran api di bawah yang terus memanasi sehingga terus mendidih. Sedangkan Grand Warden dengan panik menyalurkan hawa dingin melalui ubun-ubun Ryan.
"Aku menyesal menyembunyikan keledai ku. Itu pasti karena dia menganggap bahwa yang ada di cincin itu adalah gula-gula. Andai waktu bisa diputar kembali, biarkan dia menjual keledai ku untuk ditukar dengan permen," sesal salah seorang dari warga yang tampak matanya mulai berair. Dia menyesal karena telah menyembunyikan keledai miliknya karena khawatir akan dicuri oleh Ryan.
"Nak. Bangun nak. Paman akan memberikanmu permen yang banyak. Ayo bangun!"
Semua orang mulai terisak. Mereka menyalahkan diri mereka sendiri karena terlalu pelit kepada satu-satunya anak mereka.
Walaupun Ryan adalah putra Rey dan Diana, tapi mereka juga menganggap bahwa Ryan adalah putra mereka sendiri. Dengan mata kepala mereka, mereka menyaksikan pertumbuhan Ryan dibawah pengawasan bersama. Mana mungkin mereka sampai hati melihat anak mereka terkulai lemas tak sadarkan diri seperti ini.
"Apakah tangisan kalian itu bisa merubah apa yang sudah terjadi?" Bentak Grand Warden. Dia juga sangat panik, tapi dia mampu menguasai perasaannya.
"Grand Warden. Bagaimana ini?" Tanya mereka.
"Untuk saat ini kita hanya bisa bergantian menyalurkan hawa dingin ke dalam tubuhnya agar tidak meledak. Setiap sepuluh orang akan bersama-sama menyalurkan hawa dingin selama lima menit. Kemudian dilanjutkan dengan sepuluh orang lainnya,"
"Baik. Kalau begitu biar saya yang terlebih dahulu," kata Zega sambil menyingsingkan lengan bajunya. Kemudian dia meletakkan telapak tangannya di atas kepala Ryan. Kemudian mulai memusatkan hawa murninya, mengubahnya menjadi dingin lalu disalurkan ke telapak tangan dan terus disuntikkan ke dalam tubuh Ryan melalui ubun-ubun.
Jumlah warga Kampung misterius tidak sedikit. Mereka dulunya adalah prajurit dibawah penguasa Utara yang jumlahnya melebihi seratus ribu orang. Sepuluh orang dari seratus ribu orang yang saling bergantian, menurut Grand Warden, pasti bisa menetralisir hawa panas dalam tubuh Ryan.
Di dalam kolam emas spiritual, Ryan seperti orang tertidur. Semuanya tampak biasa saja. Pipi bakpao nya memerah menambah keimutannya. Sedangkan asap putih berhawa panas terus keluar dari tubuhnya.
Andai saat ini ada yang memasukkan telur ayam ke dalam kolam tersebut, pasti seketika akan matang.
"Kalian jangan lupa untuk melakukan apa yang aku katakan. Aku akan pergi sebentar," ujar Grand Warden yang tampak marah.
"Grand Warden, kemanakah anda akan pergi?"
"Hatiku marah. Jika aku tidak melampiaskan kepada Rey, hatiku tidak akan tenang," jawabnya.
Begitu jawabannya selesai, sosoknya juga menghilang seketika dari pandangan.
Orang-orang sudah menduga musibah apa yang akan dialami oleh Raja Utara ketika orang tua itu sudah marah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!