" Papa kenapa mama benci sekali denganku, aku gak buat salah lagi kan Pah? Atau jangan-jangan aku bukan anak mama makanya mama gak sayang sama aku" ucap gadis kecil itu dengan polosnya saat berada di pangkuan sang ayah.
" Mama mungkin kecapekan aja makanya marah tadi. Kamu gak boleh ngomong kayak gitu. Kamu itu anak papa dan Mama sama seperti kakak dan adik kamu. Mama pasti juga sayang banget sama kamu" ujarnya berusaha memberikan semangat kepada sang putri.
" Mama gak sayang sama aku pah karena aku bodoh aku gak pernah dapet juara di sekolah kayak bang Adnan. Pasti Mama malu punya anak kayak aku ya kan pa"
"Aqilla dengerin papa ya nak,kamu itu pinter di bidang kamu sendiri gak ada anak yang bodoh. Papa gak suka denger kamu ngomong kayak gitu. Kalau kamu merasa mama gak sayang sama kamu kan masih ada papa. Selagi papa masih ada kamu gak akan merasa kesepian. Oke sayang.. gimana sekarang kita beli ice cream aja kamu mau kan "
" Horee.. beli ice cream. Mau pa ayok" sorak anak itu kegirangan.
Namanya Aqilla Salsabila, seorang gadis kecil berumur 7 tahun yang menginginkan kasih sayang dari sang ibu. Namun karena kemampuan otaknya yang tidak terlalu cerdas tak seperti Adnan Alfarizi,sang kakak yang membuatnya terabaikan. Menurut Mama nya untuk apa mempunyai anak yang tidak bisa di banggakan itu hanya membuat malu keluarga saja. Berbeda dengan papa nya yang begitu sangat menyayanginya nya.
Aqilla tergolong anak yang lahir dari keluarga berkecukupan. Ayahnya bernama Teguh Wijaya seorang pengusaha mebel yang sudah mempunyai banyak cabang. Dan ibunya bernama Miranti juga meneruskan usaha rumah makan yang telah di rintis bersama suaminya. Namun apalah arti semua itu jika kasih sayang yang dia dapatkan tidak sebanding dengan harta yang dia punya.
Dia hanya memiliki sosok ayah yang selalu memberikan semangat padanya saat habis di marahi oleh sang ibu. Saat sang papa membelanya ketika tengah di marahi oleh mamanya maka yang terjadi malah pertengkaran antara ibu dan ayahnya. Dan saat itu terjadi dia akan mengurung diri seharian di kamar.
Apalagi sekarang Miranti baru saja melahirkan anak laki-laki lagi yang di beri nama Alvaro Maldini yang membuatnya semakin tidak di perduli kan. Ibunya hanya sayang dan peduli kepada kedua anak lelakinya saja. Seperti sekarang ini saat menuruni anak tangga menuju ruang keluarga,Miranti sambil menggendong sibungsu menegur sang suami yang terlalu memanjakan Aqilla.
" Kamu ini mas anak kayak gitu aja di manjain banget buat apa sih. Dia bisa beli sendiri gak usah di gendong kayak gitu. Mendingan kamu bantuin aku asuh Alvaro,gak kasian apa kamu dari tadi aku urus sendirian. Kamu juga Aqilla,kamu tuh udah gede gak pantes kayak gitu sama papa kamu. Masuk kamar sekarang Aqilla,belajar sana yang bener jangan bisanya buat malu aja kamu" omel Miranti.
"Bentar lagi ya Ma,papa cuma mau beliin qilla ice cream aja. Setelah itu papa susulin kamu ke kamar ya. Kasian juga qilla,kamu kasih perhatian juga dong sama dia gimana pun juga dia anak kita ma"
"Halah belain aja terus dia mas biar makin besar kepala. Asal kamu tau yaa mas aku gak Sudi punya anak bodoh macam dia. Nyesel aku udah ngelahirin dia ke dunia ini sampai kapan pun bagiku anak kita itu cuma 2 Adnan dan Alvaro aja bukan dia. Kamu urus aja anak kesayangan mu yang gak guna itu mas" Aqilla mulai menangis mendengar perkataan ibu kandungnya sendiri. Meskipun sudah sering sekali ia mendengar tetap saja teras perih.
"Cukup Miranti mau sampai kapan kamu seperti ini. Kepintaran seorang anak itu tidak hanya di lihat dari segi akademik nya saja di sekolah. Kamu sebagai ibu seharusnya memberi dukungan kepada qilla agar dia dapat menemukan di mana letak kemampuan nya. Jangan terus-terusan kamu bandingkan dia dengan saudara nya yang lain itu akan membuat mentalnya semakin down. Kamu harusnya berpikir siapa yang akan merawat kamu ketika tua nanti jika bukan anak perempuan mu siapa lagi." Ujar Teguh mencoba menasihati istrinya.
Namun bukan Miranti namanya jika tidak melawan sang suami. Selalu saja begitu setiap Aqilla sedang bersama papanya,maka tidak lama kemudian pasti sang ibu akan memarahinya. Suara tangis Aqilla mulai terdengar dia tidak ingin lagi menyaksikan pertengkaran antara kedua orang tuanya. Aqilla lantas langsung berlalu menuju kamarnya dan menguncinya dari dalam.
"Sayang, Aqilla tunggu papa nak." Teguh langsung berlari menyusul Aqilla ke kamar nya dan meninggalkan sang istri dengan wajah tertekuk menahan kesal.
Tok...tok..
"Aqilla sayang,kamu jangan nangis lagi yaa. Ayo dong kita beli ice cream masak papa di tinggalin." Tidak ada sahutan dari dalam yang terdengar hanyalah Isak tangis pilu seorang gadis kecil yang sudah merasakan pahitnya kehidupan.
"Qilla maafin papa dan mama ya sayang. Kamu jangan diem terus dong bukain pintunya,papa mau masuk sayang. Kamu jangan dengerin omongan mama kamu yaa nak"bujuk sang papa sekali lagi.
"Qilla gak mau keluar pa!! Aku mau sendiri,gak ada yang sayang sama aku. Mama bener aku cuma buat malu aja. Papa mending bantuin mama aja asuh adek sana setiap papa main sama qilla mama pasti marah dan aku gak mau dengerin itu lagi pa!!" teriak Aqilla dari dalam kamar nya dengan tangis yang semakin kencang.
Teguh pun tidak ingin membuat putri nya semakin sedih. Dia akan memberikan sedikit waktu untuk Aqilla hingga ia merasa lebih baik. Dia pun melangkahkan kakinya meninggalkan kamar sang anak dan berjalan menuju tempat di mana istrinya berada. Dia harus lebih tegas kepada Miranti. Sebagai seorang ibu tidak adakah rasa simpatinya sedikit saja kepada sang anak.
" Kamu kenapa sih Mir,selalu aja bedain Aqilla. Kamu juga perempuan kan,gimana perasaan kamu kalau ada di posisi dia. Kasihan dia masih kecil tapi selalu aja salah di mata kamu gak pernah dapat kasih sayang seperti saudara nya yang lain."tutur Teguh saat sudah berada di kamar mereka. Kalau Teguh sudah menyebut istrinya dengan panggilan nama saja itu artinya dia sedang marah dan kesal.
"Aku kayak gitu ke Aqilla biar dia gak manja dan bisa mandiri mas.Lagian aku heran, keturunan siapa sih dia bisa bego kayak gitu. Masih SD aja udah keliatan gak ada prestasi nya Sampek besar pun pasti tetap aja kayak gitu. Harusnya dia bisa mencontoh abangnya yang selalu juara di kelas, malu tau mas masak kalah sama Adnan yang laki laki. Aku gak mau yaa kalau udah besar nanti dia malah nyusahin dan gak bisa nerusin usaha kita karena otaknya yang mampu."cerocos Miranti.
"Istighfar kamu Mir,omongan adalah doa. Dia masih kecil wajar kalau masih tahap pembelajaran. Mungkin saja kan dia pandai di bidang yang lain dan aku yakin itu. Sebagai orang tua kita harus bisa mendukung dia dan mengeksplorasi kemampuan nya. Kasih waktu kamu sedikit saja untuk menemani dia belajar dan mendengarkan ceritanya. Jangan biarkan dia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Dan jangan sampai kamu malah menyesali semuanya saat semua sudah terlambat" bujuk Teguh seperti ada makna tersirat dari ucapannya.
" Udah lah mas aku capek berdebat terus cuma gegara dia aja. Kamu aja yang urus anak kesayangan kamu itu,selama dia gak bisa buat aku bangga aku gak akan anggap dia anak. Aku malu sama temen- teman aku punya anak bodoh kayak dia gak seperti kita dan Adnan. Aku juga bakal jamin kalau Alvaro lebih pintar nantinya."kekeh Miranti dan berjalan keluar meninggalkan suaminya sendiri sambil membawa Alvaro yang berada di gendongan nya.
^^^^
Hari ini adalah hari Senin. Awal dimana semua aktivitas kembali berjalan setelah menikmati waktu libur di hari Minggu. Bertepatan dilaksanakannya ujian semester ganjil di SD Budi Darma tempat dimana Aqilla dan Adnan menimba ilmu. Teguh pun sudah bersiap untuk berangkat ke pabrik mebel yang ia kelola untuk memantau para karyawannya. Sedangkan Miranti masih fokus merawat sang bungsu dan memberikan kepercayaan kepada asisten nya untuk menghandle cafe yang ia kelola.
Saat sarapan bersama hanya suara Adnan saja yang terdengar berceloteh riang dengan sang mama. Tidak seperti Aqilla yang melahap sarapannya sambil menunduk lesu.
" Hari ini kamu sudah mulai ujian kan qilla, semangat yaa sayang papa yakin kamu pasti bisa dapetin nilai terbaik."ucap Teguh tak tega melihat sang putri sedih karena hanya bisa melihat kedekatan mama dan Abang nya saja.
"Iyaa pa, tadi malam juga aku udah belajar biar nanti bisa jawab soal yang di kasih Bu guru" jawab Aqilla dengan menampilkan senyum manisnya.
" Halah mau belajar Sampek mata kamu juling juga gak bakalan bisa ngalahin Adnan,ya kan sayang kamu kan jagoan nya mama" sambung Miranti dan juga Adnan yang menatap remeh ke arah Aqilla. Padahal mereka lahir dari rahim yang sama tapi malah saling berlomba agar terlihat mana yang paling terbaik di mata sang mama.
Dengan mata tajam Teguh menatap Miranti agar diam dan tidak memperkeruh suasana pagi ini. Ia mengusap lembut pucuk kepala sang putri seolah menyalurkan energi agar kembali bersemangat.
" Papah pergi dulu yaa sayang,nanti pulang kerja papa belikan kamu boneka yang gede banget". Mata Aqilla seketika membulat dengan menampilkan senyum termanis nya ketika mendengar perkataan papanya.
" Beneran pa, hore. Aku janji nanti aku pasti dapat nilai bagus biar papa seneng dan bangga sama aku."soraknya riang.
" Papa kok pilih kasih cuma Aqilla aja yang di belikan mainan padahal kan selama ini aku yang selalu juara tapi papa lebih sayang sama dia gak kayak mama"Adnan merajuk dan memanyunkan bibirnya dengan kesal.
" Iyaa nanti papa beliin juga buat Abang. Papa sayang sama kalian semua jadi Abang juga gak boleh nakal yaa ke Aqilla. Bagi papa kalian semua pintar. Kalau gitu papa berangkat duluan yaa sayang kalian pergi sama supir aja gak papa kan." Keduanya pun mengangguk dan menyalami tangan Teguh. Begitupun dengan Miranti yang mendapatkan kecupan di keningnya dan mengantarkan sang suami ke pintu depan.
Tak lama kemudian kedua anaknya pun pergi dengan di antar supir pribadi mereka. Namun sebelumnya Miranti sudah memberi peringatan kepada Aqilla jika dia tidak mendapatkan nilai ujian yang bagus maka akan di hukum olehnya. Aqilla pun mengangguk dan menatap ibu nya dengan takut.
Waktu terus berjalan,dan sudah saatnya jam pulang sekolah. Seluruh murid sudah membawa hasil ujian mereka hari ini karena langsung di bagikan oleh gurunya setelah di periksa. Aqilla menatap lesu kertas ulangan matematika dan bahasa Indonesia yang ia pegang. Ia mendapatkan nilai 60 pada pelajaran matematika sedangkan 75 bahasa Indonesia. Ia takut pasti ibunya akan marah melihat hasil ujian nya dan akan di kurung di kamar mandi sebagai hukuman. Adnan menghampiri sang adik dan melirik kertas ujian tersebut.
" Hayo loh kamu pasti di hukum sama mama nanti karena nilai kamu jelek. Lihat ini aku dapat nilai bagus gak kayak kamu bodoh. Kamu juga gak jadi di belikan mainan sama papa. Makanya pinter kayak aku" ujar Adnan dengan sombong nya. Sementara Aqilla berusaha menahan tangisnya sedari tadi.
Dan benar saja sesampainya dirumah Miranti murka melihat hasil ulangan Aqilla. Ia langsung menarik tangan Aqilla kasar menuju ke kamar mandi tanpa memperdulikan sang anak yang sudah memohon ampun dengan tangisan yang memilukan. Ia mendorong tubuh kecil Aqilla ke lantai kamar mandi dan mengguyurnya tanpa henti. Napas Aqilla semakin terengah dia juga kedinginan dan lapar karena belum makan sedari tadi.
"Dasar anak bodoh sudah aku bilang aku benci liat nilai kamu yang gak ada kemajuan. Ini hukuman buat kamu karena gak becus jadi anak. Mau sampai kapan kamu begini terus makanya belajar yang bener"rutuknya.
" Ampun maaa... Ampun.. Aqilla janji gak bikin mama marah lagi. Aqilla janji lebih giat belajar lagi ma.. ampun jangan siramin Aqilla terus. Dingin maa..."Isaknya sambil memeluk tubuhnya yang sudah basah kuyup dan menggigil.
Setelah puas dengan aksinya Miranti pun langsung meninggalkan nya begitu saja. Di luar sudah ada mbok Darmi,asisten rumah tangga mereka. Ia menunduk saat Miranti menghampiri nya.
" Urus anak itu mbok dan jangan pernah bilang ke suami saya kalau saya menghukum dia atau kamu saya pecat" ancamnya.
Mbok Darmi segera berlari menghampiri Aqilla yang terduduk di lantai sambil memeluk tubuhnya yang kedinginan. Bibir nya mulai tampak memucat kebiruan dengan mata memerah karena terlalu banyak air yang mengenai matanya.
"Ya Allah non qilla ayo mbok bantu keringkan badan dulu baru habis itu non langsung makan yaa non. Mbok gak tega liat non kayak gini,yang sabar yaa anak cantik jangan nangis terus." Ucap mbok Darmi menenangkan Aqilla.
"Mama marah sama aku mbok karena nilai ujian ku jelek. Aku bodoh banget kan mbok,padahal udah giat belajar tapi nilaiku gak pernah naik. Huhuhu.... aku juga pengen di sayang sama mama kayak bang Adnan dan alvaro"ujarnya. Mbok Darmi semakin tidak tega melihatnya dan memeluknya dengan erat.
"Non itu pinter kok, mbok yakin pasti besok bisa dapetin nilai yang bagus biar gak dihukum lagi sama mama kamu. Jangan sedih lagi yaa non mendingan kita ganti baju dulu yuk biar gak masuk angin"ajak mbok Darmi, Aqilla pun menurutinya walaupun tangisnya masih terdengar.
Malam harinya ketika makan malam Aqilla tidak ikut bergabung di meja makan,ia terus mengurung dirinya sejak siang tadi. Teguh pun merasa heran karena tidak biasanya sang putri begini.
"Aqilla kemana ma kok gak ikut makan bareng, tumben?"tanya nya kepada Miranti.
"Mana mama tau pah, tidur mungkin atau gak main sama bonekanya. Nanti juga kalau lapar dia makan."jawabnya ketus.
"Kamu lihat dulu sana ma,nanti kalau qilla sakit gimana. Kamu ini dirumah harusnya merhatiin dia juga dong"
"Halah udah lh gitu aja di ributin,kamu aja sana pah yang liat. Aku tuh harus cepat makan nanti kalau Alvaro nangis minta susu gimana,qilla tuh udah besar bisa mandiri jadi wajar dong aku lebih sibuk ngurusin Alvaro."
Tidak ingin memperpanjang lagi Teguh segera beranjak menghampiri sang putri di kamarnya. Ia langsung masuk setelah mengetuk pintu, ternyata Aqilla sedang meringkuk di tempat tidur. Teguh mendekatinya dan menyentuh lembut lengan Aqilla yang tak tertutupi selimut. Ia sangat terkejut ketika merasakan suhu tubuh putrinya yang sangat panas.
" Astaga qilla kamu demam sayang,ayo papa gendong kita ke rumah sakit sekarang". Dengan panik Teguh langsung menggendong Aqilla yang hanya melenguh dan langsung membawanya turun.
"Ma... Mama.... Aqilla demam tinggi ayo cepat segera kita bawa ke rumah sakit. Dia juga menggigil papa takut terjadi apa-apa."teriak Teguh sambil menuruni anak tangga menuju ruang makan.
"Papa ini bikin kaget aja sih, gak usah teriak nanti kalau Alvaro dengar terus dia bangun gimana. Aqilla paling cuma demam biasa dikasih obat atau di kompres aja udah sembuh. Gak usah berlebihan gitu kenapa sih."Ibu macam apa dia yang tidak perduli dengan keadaan anaknya yang sedang sakit.
" Keterlaluan kamu Miranti, sedikitpun gak ada peduli nya dengan keadaan Aqilla.Harusnya sebagai ibu kamu yang lebih dulu tahu kondisinya. Kalau kamu gak mau biar aku aja sendiri yang bawa Aqilla ke rumah sakit. Kamu urus aja anak kamu yang kamu banggakan itu. "
Miranti mencebikan bibirnya kesal melihat Teguh berlalu meninggalkannya dan membawa Aqilla ke rumah sakit terdekat." Dasar, punya anak perempuan satu bisanya cuma nyusahin aja."gerutunya.
"Papa...dingin. Qilla mau di peluk mama aja pa gak usah ke rumah sakit.Qilla mau di rawat mama aja di rumah.."rengeknya dengan mata yang masih terpejam.
"Sabar yaa sayang kamu harus di obatin biar cepat sembuh. Sama papa aja yaa nak,mama kamu lagi jagain adek dirumah." Teguh tak tega melihat Aqilla yang terus merengek ingin di peluk mamanya. Dia memiliki ibu yang tinggal satu atap tapi selalu haus akan kasih sayang yang tak pernah di berikan ibunya.
Sesampainya di rumah sakit Aqilla langsung di periksa dan di beri obat oleh dokter. Ternyata Aqilla hanya demam biasa yang tidak terlalu mengkhawatirkan. Teguh pun merasa lega dan membawa kembali Aqilla untuk pulang karena demamnya sudah berangsur menurun.
Ketika sampai di rumah Teguh kembali menggendong Aqilla dan membaringkan nya kembali. Tak lupa ia menyuapi sang anak dan memberikan nya obat. Setelah itu barulah Aqilla bisa tertidur dengan nyenyak. Bukankah biasanya ibu lah yang begitu cemas saat anaknya sakit. Tapi itu tidak berlaku bagi Miranti,dia hanya sibuk dengan anak lelakinya saja. Bahkan mungkin Aqilla demam karena perbuatannya tadi siang dan itu tidak di ketahui oleh Teguh.
" Tuh kan aku bilang juga apa, dia cuma demam biasa doang kamu aja yang terlalu panik kayak sakit parah aja."ujar Miranti dengan santainya saat melihat teguh masuk ke kamar mereka.
Teguh menghembuskan nafas kasar mendengarnya. Jika ia menimpali ucapan Miranti dan mengatakan bahwa dia tidak becus sebagai ibu, maka akan terjadi perdebatan yang panjang seperti sebelumnya. Jika Miranti tetap tidak bisa memberikan kasih sayang kepada Aqilla, maka teguh akan berusaha memberikannya yang terbaik untuk sang putri sematawayangnya. Bukan berarti ia menelantarkan putranya seperti yang di lakukan Miranti ke Aqilla.
^^^^
Hari sudah berganti pagi dan kondisi Aqilla sudah membaik. Kini ia pun bersiap untuk kesekolah. Hari ini jadwal ujian kesenian,ia yakin pasti akan mendapatkan nilai tinggi.
"Awas kamu ya Qilla kalau Sampek nilai kamu jelek lagi mama akan hukum kamu lebih berat lagi. Dan jangan pernah kamu ngadu ke papa kamu" ancam Miranti saat Aqilla menyalaminya hendak pamit pergi.
"Iyaa ma,aku janji gak bikin mama kecewa lagi. Tapi mama jangan hukum aku lagi yaa ma,aku takut liat mama marah."ujar gadis kecil itu seraya menunduk tak berani menatap wajah sang mama.
"Makanya jangan buat malu aja bisanya. Udah sana pergi keburu telat"
"Kamu juga yaa sayang semangat belajar nya. Mama doain kamu dapet nilai tertinggi di sekolah. Kamu memang anak mama yang paling pinter",ucapnya kepada si sulung.
Berbeda dengan Adnan, Miranti memperlakukannya dengan begitu lembut dan penuh kasih. Ia lantas mengelus pucuk kepala Adnan dan mencium keningnya. Aqilla hanya bisa menyaksikan saja tanpa merasakan sentuhan lembut dari sosok ibu yang sangat di impikan nya. Anak kandung tapi serasa di anak tirikan oleh ibu sendiri itu rasanya lebih sakit dari apa pun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!