NovelToon NovelToon

Demon System

awal mula

Di suatu pagi di salah satu kota di bumi, di sebuah rumah sederhana terlihat wanita muda sedang berlarian.

"Reiii... Bangunnn sudah pagi, hari ini penerimaan murid baru, apa kau lupa?" teriak wanita muda berambut hitam yang berada di depan pintu kamar.

"Hoaamm... Ah sudah pagi?" kata Rei terkejut.

"Rei apa kau bermain video game sampai larut malam lagi?" tanya gadis itu.

"Hehe... aku menemukan video game baru yang keren, jadi sampai lupa waktu," kata Rei.

"Sudah cepat mandi dan ganti pakaian mu, hari ini penerimaan murid baru," kata gadis itu sambil membuka pintu.

"Ah tapi aku..."

Kata Rei langsung di potong.

"Tidak ada tapi tapian cepat mandi sana!" bentak gadis itu.

"Hehe... Oke oke," kata Rei sambil berlari ke kamar mandi.

"Hahh... anak ini padahal sudah diberitahu," kata wanita berambut hitam tersebut.

***

Namaku Reizel 18 tahun, seorang calon mahasiswa di salah satu universitas bergengsi di kotaku, dan wanita yang cerewet itu, adalah Vania teman masa kecilku, juga satu satunya teman perempuanku dan juga sebagai keluargaku,

Vania juga sama sepertiku yaitu, calon mahasiswa di sebuah universitas yg sama sepertiku, aku tinggal bersama vania dan keluarganya, orang tuaku meninggal karena kecelakaan saat umurku masih 2 tahun, ayahnya vania teman baik ayahku jadi dia mengadopsiku dan aku ikut tinggal bersamanya.

Dari kecil aku memiliki muka yang terbilang Tampan dengan rambut berwarna hitam

Dan mata berwarna biru cerah, setelah berumur 17 tahun ketampanan yang kumiliki osemakin bertambah dengan badan yang tinggi dan sedikit berotot, yang apabila setiap wanita melihatku pasti terpesona dan membuat iri para lelaki.

Aku merupakan orang yang terbilang cukup populer dikalangan para perempuan disekolahku sebelumnya dan mempunyai banyak teman di sekitarku.

Sedangkan Vania memiliki rambut hitam dan wajah yang cantik, dengan memiliki tinggi tubuh rata-rata dan terlihat menawan apabila sedang tersenyum.

Vania selalu menempel kepadaku kemana pun aku akan pergi sehingga orang-orang mengira dia adalah pacarku, termasuk juga para teman-temanku.

*****

Setelah selesai mandi dan berpakaian juga sarapan, Rei dan Vania langsung berangkat ke universitas.

Hari ini adalah hari penerimaan murid baru di universitas, saat pengenalan murid baru, banyak murid perempuan yang ingin mengajakiku berkenalan tapi semua dihalangi oleh Vania.

Setelah hampir seharian acara penerimaan murid baru, Vania dan aku langsung pulang ke rumah karena kelelahan.

"Hei, Rei," teriak vania

"Ya... " Rei menoleh dengan wajah lesu.

"Ada apa denganmu, wajahmu terlihat pucat? apa kau sakit?” tanya vania.

"Entahlah aku merasa sedikit pusing!" ucap Rei.

"Apa kau yakin Rei? Wajahmu terlihat sangat pucat?" kata vania terlihat panik.

"Mungkin karna kurang tidur saja, setelah istirahat aku akan sehat kembali," kata rei terlihat lesu.

"Hmm, Kalau begitu, Rei, kamu duduk dulu di taman itu," ucap Vania sambil menunjuk taman di depannya.

"Aku akan membelikan minuman kamu tunggu dulu di sana Rei," Vania berlari ke arah mini market diseberang jalan.

"Hahh... Gadis ini selal..."

Belum sempat menyelesaikan kata-katanya Rei melihat sebuah truk melaju dengan kecepatan penuh ingin menabrak vania.

Seketika tubuh Rei menegang dan langsung berlari sambil berteriak

"VANIAAA!!!...."

Sentak Vania langsung menoleh

"Ada apa Re..."

Belum sempat selesai berbicara vania terdorong oleh tangan Rei dan vania pun terlempar ke seberang jalan

“TIIIINNNNN!!!....”

BOOOMM!!!...

Terdengar suara truk menabrak seseorang, semua orang pun langsung berlari mendekat untuk melihat.

"Aahhhhhh..." teriak seseorang

"Rei... Rei...Reeiiiiiiiii...."

Teriak vania sambil berlari mendekati Rei, "Rei... Rei kenapa... kenapa," ucap Vania sambil menangis.

“Seseorang tertabrak cepat telpon ambulance,” teriak salah satu pejalan kaki.

"Hey nak, bertahanlah ambulan akan segera datang," kata salah satu orang di krumunan yang menelpon ke rumah sakit.

Melihat penampilan Rei yang terluka parah juga darah yang memenuhi kepalanya, yang disebabkan oleh benturan dijalan dan terpelanting cukup jauh.

Dengan sekuat tenaga Rei mengangkat tangan kanannya mengusap pipi Vania dan berkata.

"Vania, jangan menangis kamu terlihat sangat jelek jika sedang menangis Hugh... Hugh.. " kata Rei sambil terbatuk darah.

"Kenapa kamu menolongku, seharusnya aku saja yang tertabrak," kata Vania sambil menangis.

"Tidak, aku tidak akan membiarkan mu tertabrak Hugh... Hugh... ini sudah tugas ku untuk melindungimu hugh... Hugh... " kata Rei yang semakin memucat.

"Huhu... Bertahanlah Rei mobil ambulance akan datang, kumohon kamu harus bertahan sampai ambulance datang," sentak Vania cemas melihat Rei batuk darah.

"Va... vania ada sesuatu yang ingin ku katakan hugh... Hugh."

"Rei, jangan terlalu banyak bicara kau... "

Belum sempat menyelesaikan kata katanya, tangan Rei terjatuh dan perlahan kehilangan kesadarannya.

"Rei... Rei... Rei"

"Ti... Tidak... Tidakkkk," teriak Vania histeris.

Perlahan-lahan pendengaran nya semakin mengecil semua indra Rei perlahan kehilangan fungsinya, tubuhnya semakin dingin dan penglihatannya mulai menggelap dan perasaannya terasa damai.

 ***

Di dalam kegelapan yang sunyi tanpa cahaya dan dingin, terlihat seseorang mengambang.

Perlahan-lahan jari tangan orang tersebut mulai bergerak dan matanya perlahan membuka.

"Di mana aku?"

"Apa aku sudah mati?"ucap Rei bingung sambil melihat sekitar dan hanya bisa melihat kegelapan tak berujung.

"Kenapa semua yang kulihat kegelapan?" Rei yang terlihat cemas.

"Kenapa aku bisa ada di sini?"

Tiba tiba ada sebuah titik putih kecil "hah, apa itu? Cahaya?" kata Rei sambil mendekati titik putih kecil itu.

"Kenapa aku merasakan ada yang memanggilku."

Semakin mendekati titik putih ini, semakin lama cahaya putih semakin membesar dan semua penglihatan menjadi putih.

Rei melihat kesekiling dan menemukan sebuah pintu kayu yang berdiri sendirian.

"Hmm... Kenapa ada sebuah pintu kayu disini?" gumam Rei sambil mendekati pintu kayu.

"Di mana aku ini sebenarnya? Apa aku benar benar sudah mati?" Rei melihat pintu Sambil mengkerutkan dahinya.

"Apa yang ada di balik pintu ini?" sambil melihat pintu lebih dekat, Rei merasa ada yang aneh di pintu tersebut.

"Hmm... ada ukiran di pintu ini," kata Rei penasaran dan lebih mendekat ke pintu, perlahan Rei membaca ukiran yang ada di pintu tersebut.

"Ukiran apa ini?" kata Rei yang semakin penasaran, setelah benar-benar di teliti ukiran tersebut terlihat seperti sebuah tulisan.

"Hmmm... D..E.. M.. O.. N.. S.. Y.. S.. T.. E.. M.."

"DEMON SYSTEM," teriak Rei sambil menggaruk kepala.

"Apa maksudnya dari kata-kata ini?" kata Rei terlihat penasaran.

"Apakah ada sesuatu dibalik pintu ini? tapi di belakangnya tidak ada apa apa," Rei melihat kebelakang pintu dan hanya melihat hamparan putih tak berujung.

"Ahh... lebih baik aku buka saja pintu ini dari pada penasaran,” tangan Rei memegang gagang pintu dan membukanya, Rei mendorong pintu secara perlahan.

Saat Rei membuka pintu, perasaannya campur aduk.

Rei perlahan membuka mata melihat kedepan, seketika Rei terkejut melihat apa yang ada di depannya, dengan cepat Rei langsung menutup pintu dengan tergesah- gesah.

"Apa apaan yang berada dibalik pintu ini," ucap Rei sambil gemetar ketakutan.

Chapter 2. Pemilik Selanjutnya

Setelah menenangkan diri Rei melihat sekitarnya dengan lesu, "Apa yang harus aku lakukan, disini tidak ada apa-apa hanya hamparan putih yang tidak memiliki ujung dan di dalam pintu ini."

"Apa aku masuk lagi saja? tidak... Sangat menakutkan di dalam pintu ini," kata Rei dengan gemetar.

"Hahaha..." tiba-tiba ada suara tertawa dan suara retakan terdengar dari depan Rei.

Krak.. Krak.. Krak.. Krak..

Seperti terkoyaknya ruang di depan Rei, terlihat seseorang berjalan keluar dari dalam retakan tersebut dengan perlahan, sambil tertawa.

"Ahh... ada Seseorang?" Rei berkata.

Perlahan terlihat pria paru baya dengan mata tertutup, berambut putih dan berjenggot putih panjang, berbadan tegap dan disekitarnya terlihat aura berwibawa yang mengesankan.

Mata pria paru baya itu perlahan terbuka, mata milik pria paru baya itu berwarna emas gelap, ketika tatapan mata pria paru baya itu bertemu dengan mata Rei, seketika seluruh tubuh Rei bergidik.

"Apa... Apaan orang ini."

"Matanya terlihat seperti mata naga," gumam Rei.

"Hahhh... Setelah sekian lama menunggu," gumam pria paru baya tersebut yang hanya bisa dia dengar sendiri.

Setelah keheningan beberapa detik Rei berbicara.

"Emhh... Maaf tuan," Rei berbicara gugup, tiba-tiba terdengar suara tertawa.

"Hahahaha... apa kau setakut itu melihat yang mulia ini!" ucap pria paru baya itu sambil tertawa terbahak bahak.

"Yang mulia?" gumam Rei bingung.

"Tentu saja, yang mulia ini merupakan eksistensi teratas dalam semesta ini," kata pria paru baya itu dengan nada sombong, juga memiliki wibawa di setiap kata yang dia ucapkan.

"....." Rei terdiam.

"Anak muda apa kau tau sekarang ini kau berada di mana?" Pria itu bertanya sambil melihat Rei.

"Emhh... Tidak yang mulia."

Rei terlihat gugup dan langsung bertanya.

"Yang mulia kalau boleh tau ini di mana?"

"Hahaha... kenapa kau terlihat sangat gugup anak muda," pria paru baya itu tertawa melihat wajah gugup Rei.

"Disini merupakan dimensi tempat penyegelan tingkat tinggi. Dan ini merupakan dimensi yang aku buat," ucap pria paru baya itu dengan sombong.

"Di sini merupakan tempat yang hanya aku, yang bisa memasukinya dan aku menyegel sesuatu yang seharusnya tidak pernah ada di alam semesta ini," pria paru baya itu berkata serius.

"Ahh..." sentak rei

"Apa yang, yang mulia segel di sini?" tanya Rei

"Hahaha... Kenapa kau masih bertanya apa yang ku segel di sini padahal barusan kau sudah melihatnya sendiri!" pria paru baya itu berkata sambil melihat pintu kayu di belakang Rei.

"Emmhh.... Ahh"

Sentak Rei langsung memucat ketika mengingat lagi apa yang ada di balik pintu itu.

"Emhh... tuan kalau boleh tau apa yang sebenarnya ada di dalam pintu itu?" Rei menunjuk pintu kayu yang ada di belakangnya.

"Hmmm," pria paru baya itu mendekati Rei perlahan dan berbicara dengan nada sombong juga berwibawa.

“Yang ada di balik pintu itu merupakan asal mula kekuatan yang ada di alam semesta ini ‘DEMON SYSTEM’,” kata pria paru baya itu dengan wajah serius.

"DEMON SYSTEM," gumam Rei.

"Apa itu DEMON SYSTEM?" tanya Rei penasaran.

"DEMON SYSTEM itu merupakan kekuatan yang bisa berupa menjadi bentuk apa saja sesuai keinginan yang memilikinya," ucap pria paru baya itu sambil tersenyum melihat Rei.

“Kenapa itu dinamakan DEMON SYSTEM?" tanya Rei.

"Hmm... Kenapa itu di namai DEMON SYSTEM," pria paru baya itu bergumam sambil mengelus jenggotnya melihati Rei.

"Aku juga tidak tahu," ucap pria paru baya itu dengan wajah polos.

"....." Rei terdiam

"Hahaha... aku tidak tahu kenapa itu dinamai DEMON SYSTEM, tapi itu merupakan kekuatan yang absolut siapapun yang memilikinya akan menjadi yang terkuat di alam semesta ini," ucap pria paru baya itu dengan nada sombong.

"Terus kenapa itu yang mulia segel?" tanya Rei.

"Hahhh... itu memiliki cerita yang panjang kenapa aku harus menyegelnya di sini," kata pria paru baya itu dengan suara sedih.

" Yang pasti pemilik sebelumnya merupakan seseorang yang akan menghancurkan alam semesta ini dan membuat kekacauan dimana mana. "

"Aku dan kelima teman ku mengorbankan nyawa kami untuk mengalahkannya dan menyegelnya disini di dimensi yang ku buat ini," kata pria paru baya itu dengan ekspresi rumit dan perasaan sedih.

"Setelah sekian lama aku merasa segel yang kami gunakan perlahan memudar dan akan hancur."

"Ahh... Kalau begitu jika segelnya hancur maka seluruh alam semesta ini akan dalam bahaya," kata Rei dengan terkejut.

"Hahaha... Kau terlalu memikirkannya anak muda."

"Meski segelnya hancur tetap tidak akan membuat bahaya di alam semesta ini, karna pemilik sebelumnya sudah lama mati, jadi yang kami segel hanyalah kekuatan dari DEMONSYSTEM"

"....." Rei

"Hmmm."

"Anak muda siapa namamu?" tanya pria paru baya itu.

"Ahh... maafkan saya yang mulia, saya lupa memperkenalkan diri."

"Namaku Reizel," kata Rei tegas.

"Hmm... nama yang bagus," sambil mengelus jenggotnya.

"Hahaha..." pria paru baya itu tertawa.

"Ahhh dimana sopan santunku ini..." ucap pria paru baya.

"Perkenalkan namaku Tianli, kau bisa memanggilku Old Tian."

"Emm baiklah yang mu... Old Tian," ucap Rei sambil tangannya yang di depannya memberi hormat ke Old Tian.

"Hahaha... Baiklah baiklah," Old Tian tertawa

"Apa kau tau kenapa kau bisa ada di sini?" Old Tian bertanya sambil mengelus jenggotnya.

"Tidak tau Old Tian," sambil menggelengkan kepala.

"Sebenarnya aku lah yang memanggilmu ke dimensi ini," tatap Old Tian.

"Hah!" Rei terkejut.

"Tubuhmu sudah lama mati dan aku mengambil jiwamu ke sini."

"....." Rei

"Sebelum kau mati aku menggunakan kekuatanku yang tersisa untuk mengambil paksa jiwamu yang hampir hilang dan menempatkanmu di dimensi ini ," ucap Old Tian.

"Jadi aku benar-benar sudah mati," gumam Rei

Seketika terbayang muka Vania yang sedang menangis dan ayah ibu Vania dan teman teman sekolah Rei, seketika perasaan sakit di dadanya ketika membayangkan Vania yang mengetahui dia sudah mati.

Tiba tiba terbayang seorang perempuan berambut panjang berwarna perak di pikiran Rei.

"Apa kita akan bertemu lagi?" gumam Rei yang hanya bisa dia dengar sendiri.

Setelah kembali lagi ke kenyataan Rei bertanya "Kenapa Old Tian menyelamatkan jiwa ku?" kata Rei bingung

"Entahlah aku merasakan sesuatu yang akrab di dalam jiwamu, jadi aku menyelamatkanmu," kata Old Tian sambil melihat rei dengan kening berkerut.

"Ahh... kalau begitu Terima kasih Old Tian, karena telah menyelamatkanku," ucap Rei tulus sambil memberi hormat ke Old Tian.

"Hahaha... Bagus bagus," kata Old Tian

"Tapi aku menyelamatkanmu bukan karna aku seorang dermawan, tapi aku menyelamatkanmu karna kau kandidat yang paling pantas," kata Old Tian dengan nada serius.

"Pantas untuk apa?" Rei bingung.

"Hahaha... Tentu saja."

"Untuk menjadi pemilik selanjutnya dari DEMON SYSTEM."

Chapter 3. Gadis kecil

"Apa katamu!" kata Rei terkejut mendengar perkataan Old Tian barusan.

"Ya, kau bisa memilikinya."

"Akan tetapi kau harus memiliki hati yang bersih untuk bisa memilikinya," Old Tian berkata dengan serius.

"Dan sepertinya kau mempunyai hati yang bersih dan satu lagi kau mempunyai wajah yang tampan sepertiku," Old Tian bicara sambil mengelus jenggotnya dengan bangga.

"....." Rei diam memandang Old Tian dengan tatapan jijik.

"Kanapa dengan mukamu?" Old Tian melihat ekspresi Rei.

"Hahaha... baiklah, baiklah aku hanya bercanda tidak usah dipikirkan."

"Hahh."

"Aku melihat pada saat sebelum kau meninggal, kau tidak menyalahkan atau memarahi perempuan yang kau selamatkan dan dipikiranmu, kau merasa semua yang kau lakukan merupakan hal yang harus kau lakukan terlepas dari resiko apapun termasuk mengorbankan nyawamu sendiri," Old Tian berkata sambil tersenyum melihat Rei.

Setelah mendengar itu Rei tertunduk dan terbayang wajah Vania yang menangis sekali lagi dan dadanya terasa sesak sekali lagi.

"Dan karena itu aku merasa kau cukup layak untuk bisa memilikinya."

"Untuk memasuki pintu itu kau harus mempunyai hati yang bersih dan tulus."

"Jika tidak, maka kau akan menjadi seperti pemilik sebelumnya yang akan membawa kehancuran dan kekacauan disekitarnya, karena hatinya yang sudah ternodai akan kemarahan dan kebencian yang besar," Mata Old Tian sedikit bergetar.

"Karna apa yang ada di dalam pintu itu merupakan kekuatan absolut yang di impikan banyak orang."

Old Tian berjalan mendekati pintu kayu yang berada di belakang Rei dan membuka pintunya secara perlahan, terlihat sebuah pemandangan yang mencengangkan.

Swoshhh...

Terasa udara yang panas keluar dari pintu kayu itu.

Di dalam pintu terdapat sebuah dunia tandus yang tanpa tumbuhan ataupun rumput yang hidup, yang terlihat hanyalah sebuah tanah berwarna merah menyala seperti api yang bergoyang goyang karena uap panasnya, juga banyak lubang-lubang besar yang di tengahnya ada asap hitam pekat mengepul ke langit.

Di atas langit terlihat awan hitam yang besar menutupi langit sejauh mata memandang, ditengah-tengah langit terlihat enam sinar merah darah yang besar terlihat seperti mata, yang apa bila dilihat memiliki perasaan mengintimidasi hanya dengan melihat tatapannya saja.

"Apa itu?"

Seluruh badan Rei bergidik gemetar setelah melihat mata di atas langit, mata tersebut seperti penguasa yang melihat seekor semut, tatapan yang meremehkan segalanya yang ada di dunia ini.

“Benar benar kekuatan intimidasi yang sangat kuat,” seketika Rei susah bernapas karena aura intimidasi yang di keluarkan bola mata darah di atas langit tersebut.

"Ugh..." Rei berlutut satu kaki karena tekanan intimidasi dari mata di langit.

Melihat Rei berlutut, Old Tian langsung memegang pundak Rei dan mengalirkan sesuatu yang hangat.

Seketika jiwa Rei menjadi ringan dan bisa bernapas dengan lancar lagi.

"Apa yang masuk ke dalam diriku tadi?" tanya Rei sambil melihat kedua tangan dan tubuhnya.

"Yang kumasuk kan ke dalam dirimu barusan adalah ‘Qi’," ucap Old Tian dengan nada datar.

"Qi?" Rei bingung sambil menggaruk kepalanya.

"Hahh..." desah Old Tian

"Qi merupakan energi murni dari alam yang diserap oleh tubuh untuk meningkatkan kekuatan tubuh, ataupun bisa menjadi energi yang dilepaskan keluar tubuh seperti yang barusan aku lakukan."

"Ahh... Ternyata seperti itu," Rei berkata dengan anggukan.

"Terus apa yang di langit itu?" Rei menunjuk cahaya merah darah yang tergantung di atas langit.

"Itu adalah mata," Old Tian berkata sambil melihat langit

"Mata?" Rei

"Itu adalah mata dari Naga emas berkepala tiga yang merupakan salah satu Naga kuno yang kuat."

"Kenapa naga kuno itu ada di dunia ini?"

"Ahh.... Jangan jangan dia!"

Melihat ekspresi Rei seketika Old Tian tertawa dan berkata.

"Hahaha... ya itu adalah pemilik sebelumnya"

Old Tian sambil melihat ke atas langit.

"Tenang saja Pemilik sebelumnya sudah lama mati itu hanyalah tubuh tanpa jiwa, kau bisa menyebutnya cangkang kosong."

"Karena dengan kekuatan kami berenam tidak hanya bisa menghancurkan tubuhnya, bahkan membuatnya tergores saja sudah hampir menguras energi kami berenam jadi kami hanya bisa menyerang jiwanya secara perlahan-lahan untuk mengalahkannya dan menyegel tubuh dan DEMON SYSTEM di dunia ini," Old Tian berkata sambil melihat ke atas langit dengan perasaan tak berdaya.

"Baiklah, sekarang coba kau lihat batu hitam itu,” Old Tian menunjuk batu hitam setinggi 2 meter di depan Rei.

"Batu hitam," Rei melihat batu yang ditunjuk Old Tian dan berjalan mendekatinya.

"Letakan tanganmu di ukiran pada batu itu," Old Tian berkata datar.

“Baiklah."

Setelah di depan batu Rei meletakkan tangannya di ukiran batu, setelah beberapa detik batu hitam itu bersinar dan di sekitar Rei bergetar, perlahan di depannya muncul altar dari dalam tanah.

Altar tersebut sebesar lapangan sepakbola dengan banyak tiang yang menjulang ke atas langit, di tengah altar ada cahaya berwarna emas kemerah merahan yang dililit banyak rantai hitam pekat yang mengeluarkan asap hitam di setiap rantainya.

"Apa yang di rantai itu?" gumam Rei

Terdengar suara Old Tian di belakang Rei "Itulah DEMON SYSTEM."

"Kau harus bisa mendapatkannya dengan usahamu sendiri, sekarang tergantung pada dirimu untuk mendapatkannya," teriak Old Tian.

"Ya, aku pasti bisa mendapatkannya," Rei dengan optimis.

Setelah berjarak 5 meter di depan bola berwana emas kemerah merahan itu, seketika sebuah penghalang muncul di belakang Rei, melapisi semua setiap sudut altar.

"Ahh... apa ini?"

"Sepertinya sudah di mulai," gumam Old Tian.

Tiba-tiba bola emas itu bergetar dan mengeluarkan cahaya emas kemerah merah yang menutupi penglihatan Rei.

"Oh iya aku lupa memberitahu anak itu."

Tiba tiba Old Tian berteriak.

"Nak kau harus bisa mendapatkannya jika tidak maka kau akan mati."

"Apaaa!" Rei menoleh ke belakang dengan tatapan terkejut.

"Apa apan orang tua itu! kenapa baru memberitahu sekarang," gumam Rei kesal.

Setelah beberapa detik cahaya perlahan mulai berangsur kurang, di depannya terlihat seorang gadis kecil berambut emas memakai pakaian berwarna merah darah menatap tajam ke arah Rei.

Sebelum Rei sempat berbicara, tangan kecil gadis itu seketika sudah ada di kepala Rei, tiba-tiba kepala Rei terasa pusing seakan kepalanya mau pecah berkeping-keping.

"Aahhhhhh... Aahhhhh..." teriak Rei merasakan sakit di kepalanya.

Setelah beberapa detik berlalu tangan gadis itu melepas kepala Rei perlahan sakit kepala Rei mulai memudar.

"hahh... Hahh.. Hahh.”

"Ugh."

Rei terengah engah dan langsung berlutut satu kaki, semua tubuhnya terasa lemas dan wajahnya terlihat pucat.

"Apa yang dilakukan gadis ini kepadaku," gumam Rei sambil memegang kapalanya.

Gadis kecil perlahan berjalan mendekati Rei lagi setelah sampai di depan Rei dia berbicara.

"Apa kau mau jadi tuanku?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!