" Congratulations, Anda akan memiliki anak. Inseminasi buatan yang Anda lakukan berhasil."
Meskipun sudah tahu, Ayesha Roan Brahmana tampak bahagia mendengar ucapan dari sang dokter. Impiannya benar-benar berhasil. Gadis 23 tahun itu mengelus perutnya yang masih rata. Meskipun baru dinyatakan hamil tapi dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya. Ia berharap anak itu adalah perempuan yang akan mirip dengan dirinya.
Namun sepertinya keinginan itu tidak akan pernah terwujud. Beberapa bulan kemudian Ayesha melahirkan seorang anak laki-laki yang sehat dan wajahnya anak itu sama sekali tidak seperti dirinya. Hanya bagian bibir saja yang mirip.
Semakin bertambah usia, wajah putra yang ia beri nama Gael Reshan Brahman itu semakin tidak mirip dengan dirinya. Dan gawatnya wajah Gael sangat mirip dengan pria itu.
" Mom, ayolah kenapa rumah ini berantakan sekali. Apa jadinya Mommy kalau nggak ada aku."
" Astaga astaga astaga, anak ini bener-bener ya. Kamu nggak lihat hmmm Mommy lagi sibuk melajukan eksperimen?"
" Halaah paling juga gagal lagi seperti waktu-waktu kemarin. Setidaknya berhenti dulu dan segera bereskan kekacauan yang udah Mommy buat."
Jegleek
6 tahun setelah Ayesha melahirkan Gael, anak itu tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tentunya peka. Tapi tidak jarang karena kecerdasan yabg dimiliki membuat Ayesha menjadi pusing.
Perihal rumah berantakan dan gagalnya eksperimen yang baru saja dikatakan oleh Gael itu memang benar adanya. Ayesha tidak bisa membantah kata-kata sang putra karena terkadang Gael juga merecokinya.
Mungkin benih yang ia tanam dalam rahimnya kala itu benar-benar bibit unggul. Ya bagaimana tidak unggul, pria yang ia incar kali itu memiliki bibit bebet bobot yang luar biasa. Maka dari itu Ayesha begitu terobsesi, dan pada akhirnya dia berhasil mendapatkan apa yang dia mau.
Hanya saja itu menjadi bumerang buatnya saat ini. Bagaimana tidak, Gael memiliki kecerdasan diatas rata-rata anak seusianya dan karena itulah terkadang apa yang dilakukan Ayesha bisa salah dimata Gael.
Meskipun katanya gen kecerdasan itu diturunkan dari ibu, tapi Gael jelas lebih cerdas dari pada dirinya. Dan Ayesha yakin semua itu karena genetik dari pria itu.
Bukan hanya kecerdasan wajah yang sangat mirip itu membuat Ayesha sedikit takut. Untuk sementara mungkin tidak masalah karena dirinya tinggal di luar negeri. Ya, semenjak ingin melakukan inseminasi buatan Ayesha memilih melakukan itu di luar negri. Tentu saja ia harus mengindari keluarganya dan juga pria yang sudah ia ambil benihnya.
Saat ini sebenarnya Ayesha tengah mengajukan proposal pada lembaga penelitian obat. Ia harus menyerahkan hasil penemuannya agar bisa mendapatkan pekerjaan baru, tapi sudah 3 bulan ini melakukannya ia selalu gagal. Jika tidak kunjung berhasil maka tabungannya akan semakin habis.
Dan bila sudah sepeti itu maka ia harus kembali ke Indonesia.Hal ini akan menjadi semakin runyam nantinya.
" Gael, can you help me. Please... ."
" Udahlah Mom, Mommy itu nggak ada bakat untuk membuat obat begitu. Spesialisasi Mommy itu membuat rekayasa genetika pada tanaman. Kenapa nggak ngajuin proposal ke sana."
" Gajinya kurang gede Gael, itu nggak akan cukup untuk biaya hidup kita. Apalagi tahun depan kamu masuk SD kan?"
Gael, bocah 6 tahun itu membuang nafasnya kasar. Ia tahu kalau sang ibu sebenarnya bukan dari keluarga yang tidak mampu. Tapi di sini ibunya berjuang sendiri tanpa lagi berhubungan dengan keluarganya.
" Mom, kenapa kita nggak pulang ke Indonesia."
" Aaah, oke Gael. Kayaknya Mommy kehabisan bahan makan deh. Ya udah Mommy ke market bentar ya. Inget, jangan kemana-mana oke?"
Cekleek
Braak
Gael hanya menggelengkan kepalanya seraya berdecak pelan. Setiap kali membahas perihal keluarganya, Ayesha pasti akan menghindar. Hingga kini dia tidak tahu, apa yang membuat Ayesha berlaku demikian.
Ayesha Roan Brahmana, usianya sekarang 30 tahun, menyandang nama Brahmana tentu tidak membuat Gael kebingungan mencari latar belakang keluarga sang ibu. Saat pertama kali mencari, Gael terkejut pasalnya nama itu adalah nama milik orang besar yang cukup memiliki posisi di Indonesia. Akan tetapi kehidupan Ayesha di sini jauh dari kata itu semua.
Gael sebenarnya masih terus mencari mengapa ibunya terlihat tidak ingin kembali ke keluarganya. Dan pertanyaan yang paling utama dan besar yakni siapa ayah kandungnya sebenarnya.
Setiap kali Gael bertanya kepada Ayesha, wanita itu hanya mengatakan bahwa Gael hanyalah putranya karena lahir dari rahimnya. Akan tetapi Gsel bukanlah anak 6 tahun biasa saja yang tidak tahu bagaiman proses pembentukan anak.
Gael jelas tahu bahwa dibutuhkan sel telur dan spermaa untuk melakukan pembuahan. Jadi tidaklah mungkin dirinya dibuat dengan rekayasa genetika. Maka dari itu Gael tengah berusaha mencari siapa ayah kandungnya. Hal ini juga akan membuat dirinya memutuskan sikap apa yang akan ia ambil kedepannya nanti.
" Kalau gini, bukankah aku yang seperti ibu rumah tangga. Kapan mommy ku itu bisa diandalkan."
Sembari menggerutu, Gael mulai membereskan satu persatu tempat yang berantakan itu. Mulai dari wadah yang berserakan di meja, hingga membersihkan lantai dan merapikan kain-kain yang berserakan.
Meskipun sering kali menggerutu akan tingkah Ayesha, Gael sungguh mencintai dan menyayangi ibunya itu. Walau kadang ceroboh Ayesha adalah ibu yang luar biasa. Maka dari itu dia ingin mencari ayah kandungnya agar ibunya tidak lagi kesulitan.
Jika kisah diantara ayah dan ibunya buruk, maka Gael akan memilih untuk tidak membiarkan mereka bersama. Dia tidak tahu saja bahwa kisah keduanya tidak seperti yang ia pikirkan. Sang ibu bukanlah wanita yang tersakiti dan kemudian ditinggalkan.
Tapi kebanyakan kasus yang ia dengar, singel mom biasanya terjadi karena ditinggalkan oleh sang pria.
Entah dari mana Gael mendengar semua kisah itu. Tapi saat ini dalam kepalanya memang berisi demikian.
" Berapa banyak rahasia yang Mommy sembunyikan dari ku. Apa Mommy masih beranggapan bahwa aku adalah bocah yabg tidak tahu apa-apa? Haaah, dasar wanita ceroboh itu."
TBC
Disclaimer: Jika ada yang tanya, kok udah up baru lagi? Silakan teman-teman memilih. Suka karya yang mana dan silakan baca. Karena saya paham betul tidak semua pembaca suka karya yang saya buat.
Jadi bagi yang suka silakan dilanjut mana sekiranya yang disuka. Jika tidak, silakan berhenti pun tidak masalah.
Selamat Membaca, Terimakasih udah membaca karya saya.
" Sayang, ehmm gimana kalau mulai sekarang biarkan Luna yang jadi direktur utama. udah lama kan posisi itu kosong. Sudah bertahun-tahun kamu nunggu, jadi udah waktunya buat ngasih itu ke Luna kan. Lagian Luna juga udah bantu kamu lama buat ngurus perusahaan."
Betrand Brahmana terdiam, dia tidak bereaksi sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh istrinya, Tania Wiraja.
Ia tahu betul apa yang dikatakan oleh Tania memang benar adanya, posisi direktur memang sudah lama kosong karena posisi itu Betrand peruntukkan untuk putri sulungnya. Dan saat ini memang seharusnya diisi karena dewan direksi pun menginginkan itu.
Akan tetapi Betrand masih tidak bisa melakukannya. Meskipun sudah bertahun-tahun lamanya, ia tetap masih tidak ingin memberikan posisi itu kepada orang lain, sekalipun itu adalah Luna yang merupakan putri keduanya.
Tania mendengus kesal melihat Betrand yang sama sekali tidak bereaksi atas permintaannya. Ia pun memilih untuk pergi meninggalkan ruangan suaminya itu dan menuju ketempat dimana putrinya berada.
Luna, gadis 25 tahun itu ternyata sudah menunggu kedatangan Tania. Raut wajahnya menjelaskan tentang rasa penasaran dan tidak sabar mendengar cerita dari sang ibu.
" Gimana Ma, apa Papa bakalan ngasih posisi itu ke aku?"
Tania menggelengkan kepalanya, sebagai tanda apa yang diinginkan Luna tidak terpenuhi.
" Ughh, sialan. Kenapa sih, lagi-lagi karena dia kan. Nggak tahu juga dia masih hidup apa mati. Kenapa sih Papa masih mikirin dia. Ayesha, samapi kamu ngilang juga tetep aja bikin aku nggak tenang."
Amarah meliputi diri Luna saat ini. Ia ingin sekali bisa meluapkannya. Namun tentu saja tidak bisa. Dia tidak ingin membuat image nya hancur. Citra sebagai putri kedua Brahmana yang lembut, perhatian, sayang keluarga dan manis sudah ia bangun dengan sekuat tenaga. Maka dari itu dia tidak akan mencorengnya walau hanya sedikit saja.
Ia sudah berhasil membuat publik lebih condong kepadanya ketimbang Ayesha, kakaknya. Maka dari itu dia harus bertahan sedikit lagi untuk bisa mendapatkan seluruh keinginannya termasuk perusahaan.
Apalagi Luna tahu betul bahwa Ayesha sama sekali tidak tertarik dengan perusahaan. Kakak perempuannya itu lebih suka berkecimpung di dunianya sendiri yakni dunia science.
" Jadi kapan kiranya Papa bakalan ngasih posisi itu ke aku. Atau kita buat aja seluruh perusahaan ini jatuh ke tangan kita Ma."
" Sabar sayang, sabar sedikit lagi aja. Kita nggak bisa buru-buru. Kamu percayain ini semua sama Mama. Mama akan membuatmu menjadi pemilik Brahmana Grup. Satu-satunya pemilik, ya seperti itu."
Meskipun Luna tidak tahu apa yang tengah dipikirkan oleh Tania, tapi dia yakin bahwa ibunya akan melakukan apapun untuk membuat keinginannya jadi nyata.
Cara pertama sudah berhasil yakni menyingkirkan Ayesha. Maka cara selanjutnya pun pasti akan berhasil juga.
" Aah Mama punya ide, sini Mama bisikin."
Luna mendekatkan telinganya kepada Tania. Sebuah rencana dibisikkan oleh wanita paruh baya itu. Dan Luna tersenyum lebar sembari mengangguk. Dia terlihat senang dengan rencana dari sang ibu.
" Aah wajahmu memerah sayang, Mama tahu apa yang diinginkan oleh putri Mama."
" Makasih Ma. Mama memang yang terbaik. Aku sayang Mama."
Greb
Luna memeluk Tania dengan erat. Dia selalu bisa percaya dengan apa yanh ibunya lakukan. Karena semua sesuai dengan apa yang dia inginkan termasuk apa yang baru saja dibisikannya.
Memang tidak ada ruginya bersikap layaknya anak perempuan yang manis dan lembut. Semua menjadi bersimpati, dan juga pandangan publik selalu baik terhadapnya. Maka Luna harus menjaga imagenya itu agar terus mendapatkan perhatian.
***
Makan malam keluarga Brahmana, Betrand tidak datang ke ruang makan dan mengurung dirinya di ruang kerja. Luna sedikit menaruh perhatian tapi agaknya Tania tidak peduli. Wanita itu bahkan begitu tenang menikmati steik tenderloin dengan segelas red wine.
Luna mengernyitkan keningnya, Tania seperti acuh dengan keadaan Betrand. Padahal tadi asisten pribadi Betrand berkata bahwa hari ini pria itu sedang dalam kondisi tubuh yang tidak baik.
" Ma, apa Mama nggak mau nemenin Papa?"
" Ngapain, biarin aja. Setiap tahu pada tanggal ini kan dia emang begitu."
" Aah, tanggal itu ya "
Luna langsung terdiam, tapi dia mencengkeram erat pisau dan garpunya. Ya setiap tahun di bulan dan tanggal yang sama, Betrand selalu bersikap demikian. Dan Luna tahu persis apa penyebab nya.
" Gimana orang yang udah mati bisa buat orang hidup begitu. Dan sekarang kan udah ada Mama. Ngapain Papa masih kayak gitu."
" Biarin aja. Toh wanita itu kan udah mati dan Mama lah pemenangnya sekarang. Nggak mungkin kan Mama kalah dengan orang yang udah mati."
Begitulah jawaban acuh tak acuh dari Tania. Memang kelihatannya seperti dia tidak peduli tapi dalam hatinya tidak demikian. Selama ini dia bisa memakai topeng teba di depan semua orang termasuk Luna, putrinya. Aka tetapi dia tidak bisa membohongi hatinya sendiri bahwa dia sangat sakit hati dan juga cemburu dengan yang katanya wanita yang sudah mati itu.
Betrand, pria yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu tetap masih mencintai wanita itu. Keberadaan Tania di hatinya seakan hanya secuil saja. Padahal mereka sudah hidup bersama selama lebih dari 20 tahun.
" Brengsek kau Betrand. Kau selalu kayak gini."
Tania melangkah cepat menuju ruang kerja Betrand sesuai maka malam yang hanya berdua dengan Luna. Kali ini dia merasa tidak tahan dengan perilaku Betrand.
Braaak
" Sampai kapan kamu mau kayak gini Betrand! Sampai kapan hah!"
" Tck, jangan berulah Tania. Pergi dari ruangan ku sekarang juga!"
" Brengsek!"
TBC
" Mom?"
" Aah Gael, kenapa jam segini bangunhmm? Apa kamu haus?"
Gael menggelengkan kepalanya cepat. Ia menjadi paham bahwa setiap tanggal dan bulan ini pada setiap tahunnya Ayesha akan terlihat sangat sedih. Baru dua tahun ini dia tahu bahwa hari ini adalah haru dimana ibu Ayesha atau secara teknis nenek Gael meninggal dunia.
Ayesha akan termangu dan sesekali menangis sambil melihat foto mendiang ibunya.
" Are you oke Mom?"
" Hmmm ya, Mommy baik-baik aja kok. Biasa lah Mommy hanya rindu Mama nya Mommy. Apa kamu tahu Gael, Oma kamu itu adalah wanita yang cantik, baik, lembut dan pastinya hebat."
" Waah luar biasa. Sepertinya gen itu nggak diturunkan ke Mommy ya."
Ayesha berdecak kesal, tapi setelah itu dia tertawa terbahak-bahak. Ia tahu bahwa Gael tidak mengatakan hal tersebut dari dala hati. Gael mengatakannya untuk memecah kesenduan.
Terkadang Ayesha sangat bersyukur karena putranya begitu dewasa. Jadi dia sesekali bisa mengungkapkan perasaan hatinya. Tapi tentu lebih banyak merepotkannya karena Gael benar-benar kritis dalam mengajukan pertanyaan maupun memrotes apa yang dikatakan oleh Ayesha.
" Thanks Boy, berkat kamu Mommy nggak kesepian. I love you putraku."
" Oh ayolah Mom, jangan begini. Aku tuh dah gede. Jadi please don't kiss me like this."
Ya hanya Gael kini yang jadi penghiburan bagi Ayesha. Meskipun tidak dipungkiri sulit menjadi ibu tunggal tapi itu adalah jalan yang sudah Ayesha tempuh dan sadari dari awal. Memutuskan untuk mencuri benih dari pria yang jenius tapi ia benci adalah hal yang sudah ia rencanakan dari lama. Maka tentu dia sama sekali tidak merasa menyesal. Terlebih memiliki putra seperti Gael yang memang begitu cerdas serta menggemaskan.
Pun dengan Gael, meskipun dia tidak pernah tahu siapa ayahnya, namun hingga sekarang dia tidak pernah bertanya kepada sang ibu. Ia sudah cukup bersyukur dan bahagia hidup berdua saja dengan Ayesha. Namun Gael tetap merasa penasaran terhadap siapa pria yang sudah mencampakkan ibunya itu.
Tentu ini merupakan kesalahan pahaman yang masih melekat di kepala Gael. Tapi meskipun penasaran dia tentu tidak akan mencari secara terang-terangan. Dia hanya perlu mencari diam-diam saja terkait siapa ayah kandungnya.
Malam berlalu, gelapnya langit sudah berubah menjadi terang. Gael bangun dari tidurnya, menuju ke kamar mandi untuk bersiap ke sekolah. Sebenarnya rasanya begitu enggan karena masih harus berada di kindergarten. Gael sangat bosan karena baginya sekolah di kindergarten itu membosankan.
Tapi apa mau dikata, dia harus berlaku seperti anak seumurannya. " Haaah, males banget sih," gerutunya lirih.
Ketika sudah siap dan berjalan keluar kamar, sebuah pemandangan yang sudah biasa ia lihat membuat moodnya semakin buruk. Pagi ini pemandangan itu lebih-lebih dari biasanya. Tempat yang sangat berantakan karena Ayesha sepetinya terjaga hingga pagi menyelesaikan penelitiannya.
" Mom!"
" Oh sayang, sarapan udah Mommy buatkan. Jangan pikirkan ini semua. Nanti akan Mommy bereskan. Segera makan bentar lagi bus sekolahmu datang. Jangan sampai telat oke."
" Yes Mom."
Gael berjalan sembari melewati beberapa barang yang berserakan. Sepintas ia berpikir, apa mungkin saja ibunya itu ditinggalkan karena sifat pemalasnya ini. Dan kalau dipikir-pikir, pria mana yang mau sama wanita pemalas dan ceroboh macam ibunya.
" Haah Gael, gimanapun juga dia ibumu. Jadi jangan menghujat dan berpikiran buruk tentangnya."
Gael mengusap wajahnya kasar, dia memakan omelet nya dengan cepat dna bergegas untuk turun setelah berpamitan.
Ketika dirinya sampai di bawah, bus sekolah pas sekali baru datang. Dengan tenang Gael masuk ke dalam bus dan duduk.
" Lihat lah, dia beneran sombong sekali."
" Iya, selalu begitu."
Gael bukannya tidak mendengar setiap ada yang membicarakannya. Dia memilih diam dan pura-pura tidak dengar.
Bukan hanya sekali Gael mendengar ucapan buruk tentangnya, jadi bagi anak itu semua gunjingan tersebut sudah sangat biasa.
" Gael, apa besok kamu ikut darma wisata?"
" Tidak."
" Kenapa?"
" Tidak ingin saja. Tidak ada alasan lain."
Seroang anak perempuan menyerah untuk bicara dengan Gael. Ia memilih kembali ke tempat duduknya dan tidak jadi duduk di sebelah Gael.
Sebenarnya banyak yang ingin mendekati Gael, tapi anak itu sellau bersikap dingin dan seolah membuat dinding pembatas agar tidak ada orang yang mendekatinya.
Bukan tanpa alasan Gael bersikap demikian. Ia masih ingat betul sebuah peristiwa yang pada akhirnya membuat dirinya harus berhati-hati terhadap sikap baik orang lain kepadanya.
Waktu itu usianya baru 4 tahun. Namun otak cerdas Gael mampu berpikir lebih dari usianya.
Seorang pria yang merupakan tetangga apartemennya begitu berbuat baik kepada dirinya. Dari penampilannya yang baik, tutur kata yang lembut membuta Gael nyaman. Singkatnya mereka menjadi dekat. Gael sering diberi makanan dan juga mainan oleh pria itu.
Namun suatu ketika Gael menemukan sifat asli orang itu.
" Alaaah gampang, anaknya udah aku buat luluh. Aku yakin setelah anaknya aku bisa dapet ibunya. Gilaa cantik banget tahu itu ibunya Gael. Dan aku yakin akan mudah dapetin ibunya dengan melewati anaknya. Emangnya kamu pikir aku beneran suka sama anak itu, enggaklah. Ngapain lagi ngerawat anak pria lain. Yang aku inginkan kan wanita itu bukan anak dari wanita itu."
Kata-kata dari pria itu langsung menusuk hati Gael. Ia tahu bahwa ternyata kebaikan yang pria itu tunjukan karena ada maksud tersembunyi. Semenjak itu Gael tidak pernah percaya dengan kebaikan orang lain. Ia selalu beranggapan bahwa sikap baik yanh ditujukan hanyalah topeng belaka.
" Gael, kenapa sih kamu selalu bersikap kayak gitu."
" Kenapa, suka-suka aku. Jangan bicara padaku kalau kalian nggak suka sama gaya bicaraku."
" Erghhh kau."
Bugh
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!