Gadis itu harus meninggalkan rumah ini! Dia sudah mencoreng nama baik aku di depan rekan-rekanku. Dengan menolak lamaran putra Baskara, sama saja dia tidak ingin tinggal di rumah ini lagi," ucap suami Hanum dengan wajah merah padam.
" Jaga ucapanmu! Dia adalah putriku, aku yang membesarkannya." teriak Hanum menentang sang suami.
" Dia sudah mempermalukan kita, bagaimana bisa kamu masih menganggapnya sebagai putrimu? Dia hanya menyus4hkan kita saja.
Seorang gadis berparas cantik bernama Kinara Putri tengah melewati kamar mewah itu. Sayup-sayup terdengar suara berisik dalam kamar, sang bunda dan suami beradu mulut karena dirinya.
"Perih," itu yang dirasakan seorang gadis berparas cantik itu.
Angin semilir berhembus dan kencangnya. Langit mendung disertai hujan rintik-rintik membasahi gadis tersebut. Kaki jenjangnya melangkah menelusuri jalanan sepih. Gadis itu mengusap lengan yang terasa dingin menusuk dinding kulit.
" Aku harus ke mana?" ucapnya seorang diri.
Malam ini meninggalkan rumah kediaman Hanum ibu angkatnya. Setelah mendengar p3rdeb4tan hebat antara sang bunda dengan suaminya, Kinarah berpikir untuk pergi saja. Toh, kehadirannya di rumah itu tidak diinginkan oleh ayah angkatnya. " Sakit, tentu saja."batinnya.
Mata kini menoleh ke arah kanan dan kiri, rasa takut seketika menyelimutinya. Suasana seperti ini membuat bulu kuduknya ikut merinding. " Jangan takut,!" Ucapnya.
Ia memberanikan diri untuk tetap berjalan demi menjauhi rumah yang selama ini membuatnya nyaman. " Maafin Kinan, bunda!" Aku harus pergi. " Ucapnya.
Air mata kini jatuh membasahi pipi cantiknya. Wajah ayu tanpa polesan itu kini terlihat sembab akibat banyak menangis.
" Aku harus kuat," ujarnya lagi.
Matanya menelisik sebuah rumah kecil yang tidak ada penghuninya. Beberapa pikiran yang terus mengh4ntuiny4.
" Ngeri deh," ucapnya bergidik ngeri.
Meskipun begitu, ia tetap pergi ke gubuk tersebut untuk ditempati bernaung.
Di saat Kinan merenungi apa yang baru saja yang terjadi, sebuah mobil menghampirinya dan membuatnya terkejut.
" Kinarah," panggil seorang pemuda tampan yang notabenenya sahabatnya sendiri.
" Faz, kamu ngagetin aku." Ucapnya terdengar kesal dan Fazha terkekeh sesaat.
" Kamu sedang apa di tempat seperti ini?" tanya Fazha penuh keheranan.
Berbagai macam tanda tanya dibenaknya melihat sang sahabat keluar malam-malam.
" A-aku pergi dari rumah bundaku," ucapnya terdengar lirih.
Sontak Fazha terdiam mendengar penuturan sahabatnya.
" Kenapa?" tanya Fazha dipenuhi rasa penasaran.
" Aku hanya ingin pergi, aku selalu memberi beban pada bunda Hanum membuatku merasa bersalah. " Ucapnya.
Namun Fazha tidak mempercayai apa yang dikatakan sahabatnya sekaligus wanita yang sangat dicintainya. Tidak mungkin Kinan meninggalkan tempat itu begitu tanpa ada sesuatu hal." Pikirnya.
Alasan yang diberikan tidak masuk akal menurut Fazha.
" Masuk yuk!" Malam ini kamu bermalam di apartemen aku. Jangan khawatir, di sana ada adikku Hani." Tawar Fazha sang sahabat.
Fazha membawa gadis pujaannya di sebuah apartemen yang sudah dibelinya. Dia tidak mungkin membiarkan gadis pujaannya menderit4.
Segala macam bujukan Fazha pada gadis tersebut agar ikut dengannya, namun Kinan masih tetap menolak ajakan Fazha.
" Baiklah, kalau kamu tidak ingin ikut, aku telepon sekarang Tante Hanum." Ancaman Fazha membuatnya berhasil membawa gadis tersebut ke apartemennya.
" Kenapa kamu meningg4lk4n rumah bundamu?" Bukankah dia sangat menyayangimu?" Aku yakin, Tante Hanum pasti mencarimu ke mana-mana. Pasti dia sangat mengkhawatirkan mu.
Ucapan Fazha membuat Suci seolah tert4mpar ker4s.
" Aku harus bagaimana? Suami bunda ternyata tidak menyukaiku. Malam ini dengan terang-terangan dia mengusirku." Ucapnya begitu sedih.
Fazha mendengar apa yang dikatakan sahabatnya.
Memang benar jika suami Hanum tidak setuju dengan adanya Kinara tinggal di rumahnya. Dia beranggapan karena kehadiran Kinan sehingga istrinya sulit mendapatkan seorang anak. Hanum selalu mementingkan keinginan kemanakannya itu sehingga ia tidak memperhatikan dirinya sendiri untuk memiliki anak. Ia tidak tahu saja bahwa selama ini Hanum bolak-balik menemui dokter kandungan dengan ditemani keponakannya sendiri.
Ya, Kinara Putri, kerap kali dipanggil Kinan, dia adalah keponakan Hanum dari saudara laki-laki yang bernama Haris dan namun telah m3ningg4l karena suatu kejadian. Waktu itu ayah Kinn tiba-tiba jatuh sakit setelah mendengar pers3lingkuhan istrinya bersama temannya sendiri, hingga menyebabkan kehil4ng4n ny4w4nya.
Sejak saat itu Hanum berinisiatif untuk mengangkat keponakannya sendiri sebagai putrinya.
Mengingat kasih sayang Hanum membuat Kinan menitipkan air mata penuh rasa bersalah.
" Maafin Kinan, Bunda!" Suatu saat nanti aku akan membalas kebaikanmu." Lirihnya.
Fazha ikut kasihan melihat gadis yang dicintainya tengah bersedih.
" Bagaimana aku bisa membantumu?" tanyanya menatap sahabatnya.
Kinan yang tengah sibuk menghapus air mata berbalik menoleh sahabatnya. Pria itu sangat baik padanya. Tidak pantas rasanya dia memberi harapan palsu pada pria tampan ini.
Bukannya Kinan tidak peka, hanya saja dirinya merasa tidak pantas dengan Fazha.
Di tengah lamunannya, Kinan masih mengingat ucapan ayah angkatnya. " Jangan pernah kembali mengganggu ketenangan kami!" Pergilah sejauh-jauhnya tanpa meninggalkan jejak sedikit pun!" Ucapan tersebut sangat menyayat hati Kinan.
Ternyata selama ini kehadirannya di rumah itu menjadi beban baginya.
"Bukankah dulu suami bundanya berjanji pada Oma bahwa dirinya akan menyayangi Kinan seperti anaknya sendiri?" Batin Kinan
Tapi yang didengar malam ini benar-benar membuatnya terkejut.
Tidak lama kemudian mobil yang dikendarai Fazha telah sampai di sebuah apartemen. Seorang gadis remaja datang menjemputnya di depan pintu. Ia pun terkesima dengan wajah yang dimiliki gadis yang dibawa sang kakak.
" Ekhm,"deheman gadis tersebut seolah menggoda sang kakak.
mendelik hanya mendelik melihat tingkah sang adik.
" Kak, apa dia gadis yang ada di dompet kakak?"tanyanya mengedipkan mata.
Mata Fazha melotot seketika. Hani benar-benar membuatnya semakin kesal.
" Awas kamu, ya. Aku akan mengurangi jajanmu. Uang jajanmu ada di tanganku. " Ucapnya membuat mata Hani membolah.
" Ih..kakak, tega ya sama adik sendiri. "Ujarnya dengan bibir cemberut.
Fazha yang melihat adik kakak itu yang saling menggoda, sejenak beban pikirannya menghilang.
Hani mengajak Hanan ke dalam kamar dan menyuruhnya untuk istirahat.
" Mbak pasti capek, silahkan istirahat!" ujarnya ramah.
Kinan tersenyum lembut pada gadis remaja tersebut, sama seperti sang kakak, gadis itu terlihat sangat menghargai orang.
" Kalau mbak butuh sesuatu, panggil Hani ya!" ucapnya kemudian keluar dari kamar tersebut.
Setelah memastikan gadis remaja itu keluar, Fazha berpikir dimana ia harus mencari tempat tinggal selanjutnya?" Dirinya tidak boleh tinggal berlama-lama di apartemen Fatan
" Aku tidak boleh membebani Fazha dengan kehadiranku di sini. Besok aku akan meminta bantuan pada Fazha, untuk mencarikanku tempat kontrakan. "ucapnya dengan menatap ruangan tersebut.
Tangan lentik itu memperhatikan gawainya. Sebuah pesan dari bundanya tapi ia tidak berani untuk membukanya.
" Kinan minta maaf, Bunda. Aku harus pergi jauh-jauh dari kalian. Kinara berharap kalian bahagia.
Fazha merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamar. Rindu pada sang bunda membuat tangan lentiknya menatap kembali ponselnya. Gambar Hanum bersamanya terlihat sangat bahagia di foto itu.
Pagi itu, Kinan bersiap-siap pergi dari apertemen sahabatnya Fazha. Apa kata orang jika tahu bahwa seorang perempuan tinggal serumah dengan pria.
" Boleh aku minta tolong, Faz ?"
" Katakan aja, jangan sungkan !"
" Temanin aku mencari rumah kontrakan !"
Fazha mengernyitkan kening menatap heran pada sahabatnya.
"Ceritakan padaku apa yang terjadi denganmu ?
Sejak semalam Fazha ingin menanyakan penyebab sahabatnya pergi dari rumahnya. Dia mendesak Kinan namun, gadis tersebut masih mengelak. Penjelasan Kina semalam membuat Fazha yakin telah terjadi sesuatu.
Fazha menatap wajah cantik itu sejenak.
" Jika tante Hanum meneleponku dan menanyakan dirimu, aku harus jawab apa?"tanyanya.
Kinara terhenyak mengingat sang bunda lalu berucap," Antar saja aku mencari rumah kontrakan, kalau kamu tidak ingin mengantarku maka aku pergi sendiri." ujarnya.
Kemudian Kinan mengambil koper yang ada di kamar tersebut.
" Baiklah, aku akan membantumu mencari rumah kontrakan," ujarnya cepat.
Kinan menghelah napas lega setidaknya dirinya tidak sendirian.
" Hani ikut ya, Kak! " ujar Hani menawarkan diri.
"Boleh kok, " sahut Kinan cepat.
Fazha merasa jengkel dengan adiknya itu, karena niat hati ingin berdua dengan gadis cantik tersebut namun adiknya mengganggunya. Hani mencebir melihat kekesalan sang kakak.
" Kamu tidak ingin masuk kampus, Kinan ? " Tanya Fazha ketika mereka di mobil.
" Untuk hari ini aku tidak masuk kampus, " ujarnya sedih.
Kinan bisa melihat kesedihan pada wajah gadis itu, tapi tidak ingin menambah kesedihan hingga dia memilih pura-pura tidak tahu apa-apa.
Mereka menulusuri lorong-lorong sempit yang penghuninya cukup padat.
" Kenapa harus tempat kayak gini sih, Kak ?"Cari yang lain deh. "Sahut Adiknya protes.
Fazha menoleh pada Kinan meminta persetujuan, karena Fazha merasa tidak layak temannya tinggal di tempat seperti ini.
" Kita cari di tempat yang lain aja, ya ? " Bujuknya pada Kinan.
"Tidak apa-apa kok, aku cari rumah kontrakan di sekitar sini saja.
" Tapi lingkungan seperti ini tidak sehat untuk kamu Kinan.
"Tidak apa-apa kok, aku ingin mencari kontrakan yang agak murah." Ujarnya tersenyum tipis.
Fazha tidak setuju tapi Kinan keras kepala ingin di tempat itu, dengan terpaksa Fazha mengangguk ikut dengan keputusan Kinan.
" Yan, aku mohon jangan katakan apa pun pada bundaku !
" Tapi kenapa ? " Aku tidak bisa berbohong Kinan.
" Aku moho, Faz! " ujarnya mengatupkan tangan.
" Apa karena suami bunda, Hanum?" ujar Fazha ingin tahu.
" Bukan, ini murni kemauanku sendiri kok, " ujarnya seraya menunduk seolah menutupi sesuatu yang tengah disembunyikan.
" Aku bisa melihat kebohonganmu Kinan, aku yakin kepergianmu di rumah itu, ada kaitannya dengan om Andre.
Kinan makin menunduk, kini dia tidak bisa lagi menyembunyikan alasan kepergiannya di rumah itu.
" Ya udah, terserah kamu saja ingin tinggal di mana, tapi ingat hubungi aku jika butuh sesuatu.
Kinan mengangguk setuju yang dikatakan temannya Fazha.
Pemuda itu terlalu baik padanya dan Kinan merasa tidak pantas bersamanya.
Setelah berhasil membantu Kinara menemukan tempat kontrakan, Fazha pulang bersama sang adik di apertemen.
Fazha menatap langit-langit kamar dan mengusap kasur yang pernah ditiduri oleh gadis idamannya. Namun sampai saat ini perasaannya belum terbalaskan oleh gadis yang bernama Kinara.
"Aku mencintaimu, tapi mungkin kamu menganggap apa yang kukatakan hanyalah sebuah candaan.Itu dari lubuk hatiku yang sedalam-dalamnya.
Kamu adalah gadis yang baik, berbeda dengan gadis yang lain.
Setelah meluapkan perasaannya pada diri sendiri, Fazha memejamkan mata berharap bermimpi yang indah.
Di sebuah kamar sederhana, seorang gadis tengah sibuk merapikan pakaian yang di bawah dari rumah. Kamar sesempiit itu membuat dirinya merasa sesak.
Handphone yang sejak tadi berbunyi tidak pernah diangkat-angkat. Kinara merasa bersalah dan tidak tega meninggalkan bundanya, tapi paman Andre tidak menginginkan Kinara tinggal bersama mereka.
Dengan terpaksa Kinara berhenti menyusun skripsi yang tidak lama lagi akan selesai, dia berusaha mencari kerja untuk dimakan sehari-hari. Sedangkan kartu ATM yang diberikan oleh bunda Hanum dia simpan di kamar sebelum pergi, karena paman Andre berpesan tidak boleh membawa apa pun termasuk uang.
Dengan sisa uang yang dia bawah dari rumah digunakan untuk membayar sewa kontrakan, sebagian disisihkan untuk biaya hidup untuk makan sehari-hari.
"Besok aku akan mencari cari kerja, semoga ada yang mau menerimaku. " Ujarnya mantap.
Karena merasa kelelahan, Kinara merebahkan tubuh mungilnya di kasur kecil tersebut. Menatap langit-langit kamar, melihat di sekeliling ruangan itu, ternyata jauh berbeda dengan kamar yang pernah ditempati.
Pikirannya sejenak terlintas membayangkan seseorang yang pernah memberikannya sebuah gelang.
" Aku tidak bisa menjaga amanah, " ujarnya.
Rasa kantuk kini menyerangnya dan tanpa terasa ia tertidur dengan lelapnya.
" Sayang, tunggu bunda nak !"Bunda akan pergi bersamamu.
"Jangan Bunda!" Biarkan Kinan pergi sendiri.
" Tidak nak, kemana pun kamu pergi, bunda harus bersamamu.
" Awas bunda !"teriaknya.
Tubuh itu tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa bisa diraih.
" Bunda, bunda, " teriak Kinan seketika.
Suci terbangun dengan suara terengah-engah.
Dia menatap di sekeliling lalu mengucapkan syukur, ternyata apa yang dilihat adalah sebuah mimpi.
" Ya Allah, lindungi bundaku! Jangan engkau membiarkan bunda Hanum berlarut-larut dalam sedihnya!" ujarnya.
Dan kini ia mengingat kembali momen kebersamaan sang bunda yang tidak pernah lelah merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Kinan tersenyum tipis kala mengingat kemewahan yang pernah didapatkan di rumah bunda Hanum. Apa yang diinginkan selalu ada dan terpenuhi, dan mulai hari ini dia harus membiasakan hidup tanpa kemewahan.
" Sayang ... bangun ! Kamu udah kesiangan, Sayang, " panggil Hanum pada putrinya yang mengirah ada di kamar.
" Kinan, Kinara, "panggilnya lagi kemudian membuka pintu kamar.
" Kinan, kamu di mana ?
Hanum mulai khawatir melihat kamar putrinya kosong. Karena tidak menemukan putrinya, dia pun memeriksa pakaian yang ada di lemari. Betapa terkejutnya Hanum melihat lemari putrinya ternyata kosong
" Kinara kamu di mana, Nak ? Jangan tinggalkan bunda !"
" Bunda mohon," Hanum menangis histeris ketika menyadari bahwa Kinara telah pergi dari rumah.
" Ada apa nyonya ? " pembantu Hanum mendekat majikannya yang terkulai di lantai.
" Bi, putriku meninggalkan aku, di mana aku mencarinya ? " ujarnya sambil menangis.
" Sabar nyonya! Semoga nak Kinan kembali ke rumah lagi.
" Tidak perlu menunggunya pulang, dia sudah melakukan hal yang benar dengan meninggalkan rumah ini. " suara suami Hanum menggelegar di ruangan Itu.
Hanum memandangnya dengan tatapan nanar saat mendengar ucapan suaminya.
" Biarkan perempuan itu pergi, lagian dia sudah dewasa. " ujarnya tanpa mempedulikan tatapan tajam istrinya kemudian masuk ke dalam kamar.
Hanum yakin dengan kepergian putrinya ada kaitannya dengan suaminya.
" Aku harus mencari putriku, "ujarnya tanpa peduli yang dikatakan suaminya.
" Mas Andrea hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa peduli dengan perasaan kami. Aku yang merawatnya sejak kecil hingga sekarang, aku rela berkorban melakukan apapun demi mendapatkan putriku kembali.
" Aku tidak ingin kehilangan putriku. " ucap Hanum penuh tekanan.
" Jangan pernah mencoba mencarinya ! Aku tidak suka dengannya. " ujar Andre suami yang keluar dari kamar.
" Apa masalahmu dengan putriku ? Kenapa kamu sangat membencinya ?" teriak Hanum.
Hanum sangat marah tidak peduli lagi ancaman suaminya, bahkan diceraikan pun dia tidak takut.
Di tengah keramaian seorang pemuda merayakan keberhasilan bersama teman-temannya. Pemuda tersebut tidak ingin melewatkan momen berharga itu. Beberapa batang rokok yang sudah dinikmatinya dan itu membuatnya makin frees untuk berpikir.
" Dirga, kapan kamu berangkat ke Jakarta ?
Tanya seorang wanita sahabat bernama Bianca.
" Tidak lama lagi, tinggal menunggu waktu.
" Kenapa ? " Tanyanya balik.
" Tidak ada kok," ucap Bianca gugup.
Dia menatap wajah tampan milik sahabatnya itu dengan penuh dambah. Ingin mengungkapkan perasaannya, takut ditolak.
" Dir, apa boleh aku tanya sesuatu, " ucapnya sedikit ragu.
" Tanyakan saja Bianca, kenapa harus ragu ?
Bianca makin gugup, dan dia berusaha menetralkan perasaannya.
" Boleh kita mencari tempat yang lebih nyaman, tidak baik di sini banyak orang. " Ucapnya.
Dirga menyetujui lalu keduanya mencari tempat makan untuk mereka berdua.
" Mau pesan apa, Dir ? " Hari ini aku yang traktir.
Dirga tersenyum tipis menyambut kebaikan sahabatnya itu.
" Samakan saja dengan pesananmu, aku tidak ada masalah, "ujarnya.
Tidak lama kemudian makanan Keduanya datang, baik Dirga maupun Bianca makan dengan lahapnya.
" Dirga, aku suapin ya, " ucapnya.
Dirga menerima suapan dari sahabatnya itu, sedangkan Bianca tersenyum bahagia dengan kebersamaan keduanya.
" Katanya tadi kamu ingin mengatakan sesuatu, apa ? " Ujar Dirga mengingatkan sahabatnya.
" Kamu harus janji tidak akan marah.
" Kenapa aku harus marah ?" Katakan saja !
" Apa kamu mencintai seseorang ? " Tanya Bianca hati-hati.
" Hahaha, kenapa kamu tiba-tiba mengatakan itu? " ujar Bima disertai kekehannya.
" Aku nanya serius Dirga, tapi kamu menanggapi caandaan saja," Bianca cemberut.
" Maaf..maaf. Okay, puas !
Bianca tersenyum lalu memegang lengan sahabatnya itu kemudian keduanya saling memandang. Tatapan Bianca sangat lembut pada pria yang ada di depannya tersebut, sedangkan Dirga menatapnya bingung dengan apa yang dilakukan sahabatnya Bianca.
" Ada apa ? " Ujar Dirga bingung.
" A- aku menc..
" Hei, Dirga.. ternyata kamu ada di sini tidak mengajak kami.
Panggil salah satu teman geng Dirga.
Ucapan Bianca terpotong dan gadis itu sangat kesal melihat kedatangan teman Dirga.
" Wow, pantesan melarikan diri dari kami, ternyata kamu sedang bersama cewek cantik ini," goda temannya.
Dirga memutar bola mata malas menanggapi ucapan temannya.
" Ada apa mencariku ? " Ujar Dirga kesal.
" Santai, woy !
" Bagi rokok dong !
Dengan malas Dirga meletakkan rokok di meja depan temannya.
" Aku pulang duluan, " ujar Bianca tiba-tiba.
Dirga bisa melihat kekesalan di wajah sahabatnya itu karena kedatangan Reihan temannya.
" Pacar kamu kenapa ?
" Pacarmu tidak suka aku di sini, " sinis Reihan.
" Bagus lah kamu tahu diri, " Dirga tak kalah sinisnya.
" Kamu juga kesel aku ada di sini, bangsat lho, aku pergi.
Dirga menggeleng-geleng melihat tingkah temannya Reihan seperti anak kecil.
Dirga menyusul Bianca yang pergi duluan, dia sangat tahu seperti apa sahabatnya itu ketika sedang marajuk.
" Pik, pik ."
Suara klakson motor membuat Bianca kaget dan segera dia menoleh.
" Jalan yuk !" Ajak Dirga
Hati Bianca berbunga-bunga mendapat tawaran dari seseorang yang didambakan selama ini. Dengan cepat Bianca duduk di belakang Dirga.
" Kita mau ke mana Dir ?"tanyanya.
" Kemana aja, terserah kamu !
Dengan sengaja Bianca memeluk Dirga, namun yang dipeluk merasa risih mendapat perlakuan seperti itu oleh lawan jenis.
" Kenapa tegang ? " tanya Bianca pura-pura tidak tahu.
" Jauhkan tanganmu ! " kesal Dirga tidak suka.
Bianca tidak peduli, justru dia memeluk Dirga makin erat.
Dirga capek menegurnya, dia membiarkan sahabatnya itu memeluknya sesuka hati.
Hanya beberapa menit perjalanan, Dirga dan Bianca sampai di sebuah pantai.
" Wah, aku sangat menyukai suasana di sini Dir. " Ujar Bianca tak lepas dari senyumnya.
" Ya, suasananya memang Indah, sejuk dipandang mata. " Ujar Dirga menambahkan.
Keduanya berpose, masing-masing mengambil gayanya sendiri.
Kemudian Bianca menyuruh orang untuk memfoto dirinya dengan Dirga, kini keduanya berfoto tampak mesra seperti pasangan kekasih.
"Cvp !
Bianca mencivm pipi Dirga dan itu terlihat indah pada foto mereka berdua.
Dirga kesal pada Bianca yang selalu ingin melakukan sesuka hatinya.
" Jangan melakukan itu lagi ! " ujarnya menatap tajam Bianca.
Bianca tidak peduli dengan ucapan Dirga, baginya itu sudah sering terjadi.
Dengan hembusan angin segar di pantai itu membuat dua sejoli itu lupa untuk pulang.
Bianca sengaja belum ingin pulang karena ingin menikmati momen bersama sahabat itu.
Tidak lama lagi mereka berpisah, dan Bianca akan memanfaatkan hari kebersamaannya dengan sahabatnya.
" Dirga, ayo kejar aku! " teriak Bianca.
Dirga tidak menghiraukan teriakan Bianca, dia hanya menikmati suasana sejuk pantai itu.
Bianca kesal dengan Dirga melihat sahabatnya tidak peduli dengannya.
Dengan sengaja Bianca mel0mp4t ke pantai yang airnya tidak terlalu d4lam. Dirinya dengan sengaja berteriak mengerjain temannya.
" T0l0ng ! T0l0ng ! T0l0ng !
Teriak seorang gadis dan Dirga menoleh kearah suara tersebut.
" Bianca, "teriak Bima p4nik.
Dengan gerakan cepat Dirga m3lomp4t ke dalam air tersebut mer4ih Bianca.
Orang-orang yang ada di pinggir pantai itu bert3riak ikut p4nik melihat keduanya.
" Cepat t0l0ng mereka, Pak !" ujar orang -orang pada tim peny3lamat.
Orang-orang di sekitar mereka ikut mengerumuninya melihat apa yang terjadi.
" Bianca, " panggil Dirga m3ngkh4watirk4n sahabatnya.
Kini Dirga basa kuyup akibat men0long Bianca, namun dirinya pun tidak tahu kalau Bianca hanya pura-pura. Lagian airnya sangat dangkal, bagaimana Dirga tidak menyadarinya.
" Cuaca sekarang kurang bagus dek, jadi jangan jauh-jauh jika ingin berenang di pantai!"
Salah satu anggota tim penyelamat berucap mengingat keduanya.
" Terima kasih banyak atas pertolongannya pak. " ujar Dirga berterima kasih.
" Jika tidak ada orang itu, 3ntahlah n4sib kami bagaimana?" gumam Bima.
Dirga mendekati Bianca yang berusaha mengeringkan pakaiannya.
" Apa kamu baik- baik saja?" ujarnya penuh kekhawatiran.
Bianca yang mendapat perhatian penuh pada Dirga , kini berubah senyum-senyum sendiri melihat perubahan Dirga padanya.
Bianca memeluk Dirga menangis seolah ketakutan.
" Apa yang kamu lakukan, Bianca ?
" Bagaimana seandainya kamu tidak t3rt0l0ng?" Jika terjadi s3su4tu padamu, aku yang bert4nggung j4wab.
" ujar Dirga kesal pada tindakan ceroboh sahabatnya.
" Maaf, aku menyusahkanmu," ucapnya menangis.
Dirga menghelah napas dalam-dalam, meredakan emosi yang hampir meledak.
" Ya udah, kita pulang sekarang ! " ajaknya lalu beranjak pergi dari tempat itu.
Bianca berhasil mengelabuhi sahabatnya itu, ia berhasil mengobrak abrik perhatian Dirga.
"Drrrrt..Drrrrt.. Drrrrt..
Ponsel Dirga berbunyi, seorang wanita yang dia sayangi menelpon.
" Hallo Bu, Dirga baru mau pulang," ujarnya cepat tanpa menunggu apa yang dikatakan sang ibu.
" Ibu tunggu sayang, jangan balapan saat mengendarai motor ! " ujar sang ibu mengingatkan putranya.
" Baiklah sayang, " candanya.
Auliyah tersenyum mendengar sang putra menggodanya.
Bianca menatap wajah tampan sahabatnya, dia ingin menatap dengan sepuasnya sebelum mereka berpisah.
" Kenapa menatapku seperti itu ?
Bianca gugup seketika merasa kepergok seperti maling yang habis mencuri.
" Pakai jaket ini, ntar kamu tambah dingin.
" Kamu pakai apa ? Pakaian kamu juga basah.
" Jangan pikirkan aku, hal seperti ini sudah biasa. " ujar Dirga.
Kemudian pemuda itu melajukan motor dengan kencang.
" Pelan-pelan, Dirga! Bagaimana kalau kita jatuh." ujar Bianca agak ketakutan.
" Tenang saja, kita akan baik-baik saja.
Tidak lama kemudian Bianca sampai depan rumah megahnya.
" Makasih ya Dir, " ucap Bianca, berharap dirinya bisa kembali menikmati momen indah bersama Dirga.
Dirga melajukan motor dengan kecepatan sedang dengan menikmati angin di sore itu.
" Ya ampun, Dirga, kenapa pakaianmu basah kuyup gitu nak ?
Auliyah kaget melihat putranya yang berpakaian lusuh seperti sekarang ini, Dirga yang selalu berpenampilan rapi, tiba-tiba berpakaian tak karuan pulang ke rumah.
" Dirga boleh masuk ?
Auliyah memukul lengan putranya yang selalu saja bercanda, Dirga tidak pernah serius jika bersama sang ibu.
Dirga berlalu memasuki kamar mengganti pakaian yang basah itu.
" Ini gara-gara Bianca, "gerutunya kesal.
Dengan sekejap Dirga mengganti pakaian, karena lelah dia pun merebahkan tubuh atletisnya di kasur empuknya.
Dirga menatap langit-langit kamar, dengan sesaat, terlintas seseorang dibenaknya yang akhir-akhir ini memenuhi ruang hatinya.
" Kenapa aku memikirkan perempuan itu ?
" Hupps.."Dirga menghembuskan nafas kasarnya.
" Tidak lama lagi aku akan kembali ke Jakarta, dan aku akan melanjutkan misi ku yang tertunda.
" Kita lihat saja, seperti apa reaksi ibu gadis itu setelah berhasil aku dapatkan.
" Dia akan merasakan seperti apa kehilangan orang yang kita sayangi.
Dirga bangun mengambil sebatang rokok lalu menyesapnya dengan nikmat.
Di depan jendela, Dirga menengadah menatap bintang-bintang yang terpancar Indah di langit.
" Hidup tak seindah dirimu, " ujar Dirga menengadah ke atas langit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!