Tuk tak, tuk, tak.
Suara heels yang menuruni anak tangga, wanita cantik yang anggun dengan menggunakan stelan berhijab, memakai celana dan juga kemeja yang terlihat sangat rapi. Tidak lupa wanita wanita berhijab itu menggandeng almamater dokter di tangan sebelah kanannya yang selalu dia bawa. Karena memang kebutuhan pekerjaan.
"Selamat Pagi, Ma, Pa! Kak," sapa Alisha dengan tersenyum yang begitu lebar yang memancarkan aura positif.
"Pagi Alisha, ayo sarapan!" ajak wanita yang juga berhijab itu. Riana yang tak lain adalah ibunya.
Riana yang sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya Agam yang dan sementara pria tampan yang baru saja di sapa Alisha juga sudah mulai sarapan.
Alisha yang menarik kursi yang langsung duduk di depan kedua orang tuanya. Alisha meneguk air putih yang sudah disiapkan di atas meja dan kemudian mengambil setangkap roti dan memberi selai Nutella.
"Bagaimana Alisha di rumah sakit, tempat kamu praktek. Apa mengalami kesulitan saat bimbingan specialis?" tanya Agam.
"Alhamdulillah semua lancar saja untuk saat ini Pa!" jawab Alisha.
"Alisha apa senior-senior kamu di rumah sakit galak-galak. Mama dengar-dengar dari teman Arisan Mama, kalau dokter umum yang mengambil spesialis akan mendapatkan perundungan dari senior. Terkadang mereka berperilaku tidak wajar dan sok berkuasa," ucap Riana yang berbicara terlihat ngeri-ngeri sedap dan takut jika hal itu terjadi pada putrinya.
Alisha hanya tersenyum yang memakan roti. Dia tampak santai dengan mengunyah santai.
"Di jawab, Nak, bukan malah tersenyum seperti itu," sahut Riana.
"Benar Alisha, apa semua baik-baik saja?" tanya Mike sang Kakak yang juga sangat penasaran.
"Alhamdulilah semua baik-baik saja dan mereka bukan sok berkuasa. Tetapi mungkin memang lebih tahu dan banyak pengalaman. Alisha sebagai junior di rumah sakit hanya menurut saja dan mengikuti peraturan yang ada selagi itu masih dalam wajar," sahut Alisha yang memberikan jawaban begitu positif dan sangat tenang.
Wajahnya yang teduh memang menggambarkan jika dia baik-baik saja. Sebagai seorang ibu pasti Riana mengkhawatirkan sesuatu dan apalagi sekarang terdengar berita viral bahwa dokter yang ingin mengambil spesialis mendapatkan perundungan dan bahkan sampai ada yang mengakhiri hidup. Jadi Riana sangat khawatir pada putrinya yang memang sudah lulus kedokteran dan sekarang kembali belajar untuk mengambil spesialis jantung.
Riana takut, Aruna tidak mau cerita apa-apa dan menahan semua sendiri yang justru mengganggu mental saat praktek di rumah sakit itu. Sangat wajar sekali jika Riana overthinking.
"Sudah Mama jangan seperti itu melihat Alisha. Apa Alisha terlihat berbohong?" tanya Alisha yang memang sejak tadi mendapatkan tatapan yang sangat mengintimidasi.
"Mama berharap apa yang kamu katakan memang benar Dan apapun yang kamu alami, kamu harus cerita pada Mama dan Papa. Jangan dipendam sendiri," ucap Riana menegaskan.
"Papa berdoa semoga semua lancar-lancar saja dan kamu diberikan kemudahan agar cepat bisa lulus," ucap Agam yang hanya bisa berharap yang terbaik untuk Alisha.
"Amin! selagi Mama dan Papa yang terus memberikan ridho kepada Alisha. Maka semua akan diberi kelancaran," sahut Alisha tersenyum yang kembali melanjutkan sarapannya.
**
Rumah sakit.
Mobil BMW berwarna merah yang berhenti di rumah rumah sakit Medical Center.
"Alhamdulillah akhirnya aku sampai juga walau hampir telat," gumam Alisha yang merasa lega.
Alisha yang langsung memasuki area parkir dengan sedikit terburu-buru.
Bruk
Alisha terkejut saat mendengar suara tabrakan yang membuat dia kaget dan langsung melihat dari kaca spion.
"Astagfirullah!" ucapnya dengan menutup mulut menggunakan satu tangan yang melihat dengan jelas bagaimana dia telah menabrak mobil di belakangnya saat ingin memasuki parkiran.
"Ya ampun Alisha kamu benar-benar ceroboh sekali apa yang kamu lakukan, kamu tidak lihat-lihat dan sekarang lihat mobil itu!" Alisha menjadi panik dan langsung buru-buru membuka sabuk pengaman dan langsung keluar dari mobil.
Sang pengemudi dari mobil berwarna hitam itu langsung keluar yang terlihat seorang bapak-bapak sekitar berusia 50 tahunan dengan perut buncit yang sesuai dengan wajahnya yang tampak bulat.
"Neng, bagaimana sih?" bapak itu langsung marah sembari memeriksa mobil yang bagian depan yang terlihat peyot.
Huhhh, ternyata tabrakan yang Alisha lakukan cukup parah juga.
"Maafkan saya, Pak! saya benar-benar tidak sengaja. Saya tadi sangat buru-buru dan tidak tahu jika ada mobil dari belakang yang maju," Alisha yang begitu panik mencoba untuk menjelaskan.
"Tapi tetap saja, Neng, sudah merusak mobil majikan saya dan saya bisa di amuk!" pria itu yang terlihat tampak pusing dan mungkin memang takut disalahkan. Karena dia seorang supir yang berarti memiliki tanggung jawab yang besar atas mobil itu.
"Saya akan mengganti kerugiannya, saya akan bertanggung jawab," sahut Alisha.
"Ini bukan hanya permasalahan tanggung jawab, majikan saya juga punya uang dan bisa memperbaiki mobil ini sendiri. Bahkan mengganti yang baru. Tetapi mobil ini tidak pernah lecet dan sekarang lecet di tangan saya. Saya akan dimarahi. Saya sudah sangat hati-hati, Nona tidak tahu saja bagaimana majikan saya," ucap pria itu semakin pusing.
Tiba-tiba pintu mobil bagian belakang terbuka yang keluar seorang wanita paruh baya yang berpenampilan sangat rapi.
"Sudah-sudah kenapa ribut-ribut seperti ini?" tanya wanita itu.
"Apa itu majikannya!" batin Alisha yang menduga-duga.
"Nyonya, mobilnya rusak seperti ini dan bagaimana saya tidak marah. Nona ini terlalu ceroboh," pria itu langsung mengadu kepada wanita tua itu.
Alisha langsung menghampiri wanita tua itu dengan memegang tangan wanita itu, mata wanita itu melihat tangan bergetar Alisha dan juga terasa begitu dingin.
"Nyonya maafkan saya, saya benar-benar tidak sengaja melakukan hal itu. Saya berjanji akan bertanggung jawab, akan mengganti semua kerugian apapun itu," ucap Alisha dengan sungguh-sungguh. Dia memang sama sekali tidak punya niat untuk kabur.
"Sudahlah Toni. Kamu jangan marah-marah terus seperti itu dan kamu lihat gadis ini begitu takut melihat kamu. Lagi pula hanya lecet seperti itu saja dan kamu sudah semarah itu," ucap wanita itu yang merasa sang sopir begitu berlebihan.
"Nyonya tahu sendiri ini mobil tuan Adrian. Saya bisa habis nanti," sahut Toni menegaskan yang sepertinya lebih takut pada nama pria yang disebutnya barusan daripada mendengarkan kata-kata wanita tua itu.
"Itu hanya mobil saja dan lagi pula jika diperbaiki akan kembali lagi seperti semula. Kamu jangan terlalu melebih-lebihkan. Lagi pula ini akan dipertanggungjawabkan!" tegas wanita itu yang ternyata tidak masalah dan mungkin karena memang bukan dia yang menjadi pemiliknya dan sementara Toni yang merupakan sopir tersebut sejak tadi panik.
Wanita itu juga mungkin malas mendengar pertengkaran dan lebih baik diselesaikan secara baik-baik.
Mendengar kata-kata wanita tua itu membuat Aruna tampak sedikit tenang. Wanita itu melihat Aruna dari bawah sampai atas yang mengamati penampilan Aruna dan juga melihat wajah cantik yang masih saja gelisah. Wanita itu malah tiba-tiba tersenyum yang penuh dengan arti.
"Kamu benar-benar ingin bertanggung jawab pada mobil ini?" tanya wanita itu.
"Benar Nyonya!" Alisha yang mengangguk cepat.
"Baiklah! kamu bawa saja mobil ini ke bengkel," ucap wanita itu.
"Tidak Nyonya...." sahut Toni dengan cepat.
Bersambung
Toni begitu sangat mengejutkan Alisha dan juga wanita itu.
"Apaan sih kamu Toni!" sahut wanita itu kesal yang hampir saja jantungnya copot.
"Maaf, Nyonya Ambar," sahut Toni.
"Saya tidak mengizinkan orang lain untuk memegang mobil ini dan saya bisa kena marah oleh tuan Adrian. Saya akan mengatakan semua kepada tuan Adrian terlebih dahulu dan nanti kalau sudah mendapatkan perintah dari beliau baru saya akan menghubungi Nona ini," ucap Toni yang memang tidak ingin sembarangan dan mungkin saja mobil itu sangat berharga bagi majikannya sehingga tidak bisa diberikan kepada orang lain begitu saja.
"Kamu benar-benar berlebihan, sangat lebay!" kesal Ambar hanya geleng-geleng kepala dan Alisha yang langsung berjalan menuju mobilnya dengan cepat-cepat dan mengambil sesuatu, lalu kembali lagi kepada dua orang tersebut.
"Ini kartu nama saya, tolong hubungi saya secepatnya untuk mempertanggungjawabkan masalah ini, saya sama sekali tidak ada niat untuk lari dan akan bertanggung jawab sampai mobil ini kembali seperti semula," ucap Alisha yang langsung memberikan kepada Toni.
"Baiklah kalau begitu! Awas saja jika Nona mencari alasan untuk kabur," sahut Toni yang masih kurang yakin dengan Alisha.
"Nyonya saya benar-benar minta maaf atas apa yang sudah saya lakukan, saya akan bertanggung jawab dengan semua ini dan saya sungguh-sungguh!" ucap Alisha yang juga kembali meyakinkan Ambar.
"Sudahlah! Kamu juga jangan ikut-ikutan berlebihan seperti dia. Kamu sudah mengatakan itu berkali-kali dan itu sudah cukup," sahut wanita itu.
"Terima kasih Nyonya untuk keringanannya. Kalau begitu saya masuk dulu, saya sangat buru-buru!" ucap Alisha.
Ambar yang terlihat baik itu hanya menganggukkan kepala dan bahkan melepaskan Alisha begitu saja yang tidak mempersulit dia seperti apa yang dilakukan Toni.
"Assalamualaikum!" ucap Alisha pamit
"Walaikum salam," sahut Ambar yang melihat kepergian Alisha yang terlihat buru-buru.
Toni yang sejak tadi melihat kartu nama itu dan langsung diambil oleh Ambar. Ambar melihat kartu nama tersebut dan membaca yang ternyata Alisha adalah dokter yang mengambil spesialis di rumah sakit tersebut. Alisha yang memang menjadi Dokter Resident
**
Alisha yang terlihat sangat buru-buru sekali yang berjalan di koridor rumah sakit, Alisha memang tadi tidak terlambat dan karena terjadi insiden menabrak mobil yang ingin parkir di belakangnya yang akhirnya membuat dia terlambat.
Alisha yang langsung membuka pintu dengan cepat dengan nafas naik turun dan di sana sudah ada seorang Dokter wanita yang langsung melihat ke arah arah Alisha dengan menatap horor.
"Kamu terlambat lagi!" ucap Dokter tersebut dengan wajah tegas yang terlihat marah.
"Maaf Dokter! Tadi di depan saya...."
"Saya tidak perlu alasan kamu. Sudah sana kamu langsung cek pasien di kamar 78!" Dokter itu yang memberikan map merah kepada Alisha dengan wajah yang terlihat ketus yang tidak memberikan kesempatan Alisha untuk memberikan alasan.
Alisha menghela nafas dan langsung mengambil map tersebut.
"Lain kali kamu jangan terlambat, saya akan mendenda kamu puluhan juta biar kamu tahu rasa dan bisa jera. Seorang Dokter harus memiliki disiplin! Rumah sakit ini punya peraturan dan ikuti peraturan yang ada!"!tegas wanita itu.
"Maafkan saya Dokter Katty," sahut Alisha dengan menundukkan kepala.
Dokter yang terlihat kesal itu langsung menggerakkan tangannya seolah mengusir Alisha dari ruangannya. Alisha menghela nafas dan langsung pergi. Dia tidak ingin mencari masalah yang semakin di persulit dia.
Alisha menjalankan tugasnya di rumah sakit itu untuk memeriksa pasien-pasien. Alisha yang mendatangi kamar-kamar pasien yang ditemani oleh satu Suster. Alisha yang selalu ramah pada pasien yang memberikan kenyamanan pada pasien dan apalagi memperlihatkan senyumnya yang begitu manis dan pasti pasien-pasien akan langsung sembuh jika terus di layani dengan baik.
"Jangan lupa untuk minum obat secara teratur dan jangan banyak berpikir. Insyallah Ibu akan secepatnya sembuh dan akan segera pulang!" ucap Alisha dengan ramah
"Makasih Dokter cantik," wanita terlihat sangat senang dengan sapaan yang diberikan Alisha yang membuat wajahnya begitu fresh dan bahkan kalau bisa dia ingin terus berada di rumah sakit itu yang tidak ingin pulang. Karena mendapatkan pelayanan yang begitu sangat baik.
"Baiklah! kalau begitu saya permisi dulu. Ibu jaga kesehatan ya!" ucap Alisha.
"Baik Dokter!" sahut wanita itu.
Alisha yang langsung keluar dari ruangan itu dan diikuti dengan Suster tersebut.
"Suster pemeriksaan kita sudah selesai untuk hari ini bukan?" tanya Alisha.
"Tinggal 1 kamar lagi Dokter. Kamar VVIP," ucap Suster itu.
"Bukankah itu biasanya adalah pekerjaan Dokter Katty?" tanya Alisha yang memang itu bukan bagian dari tugas dia.
"Tapi Dokter Katty menyuruh saya untuk dokter Alisha yang melakukan hal itu dan beliau mengatakan mulai sekarang Dokter Alisha harus menggantikan tugas beliau, karena beliau sangat sibuk," ucap Suster Yeni yang berbicara tampak hati-hati.
"Begitukah!" sahut Alisha yang ternyata tidak mempermasalahkan hal itu.
"Dokter Alisha pasti merasa terbebani ya dengan semua yang diperintahkan oleh senior-senior di rumah sakit ini," tebak Suster Yeni.
"Saya tidak mengatakan apapun," jawab Alisha.
"Tetapi saya salut dengan Dokter Alisha yang selalu menyikapi semua dengan positif dan bahkan tidak mengeluh. Banyak sekali Dokter Resident di rumah sakit ini yang mengundurkan diri karena tidak tahan dengan perlakuan senior. Ya mungkin apa yang mereka lakukan tidak terlihat, tetapi tekanan batin yang dialami para Dokter Resident membuat mereka tidak betah dan memilih untuk mengundurkan diri demi kesehatan mental," jelas suster Yeni
Dia memang sudah cukup lama bekerja di rumah sakit Medical Center. Jadi sangat wajar dia memahami situasi di rumah sakit itu dan Mungkin sering tertangkap oleh matanya ada perlakuan yang tidak baik yang diterima Dokter umum saat mengambil spesialis di Rumah Sakit Islam.
Sementara Alisha yang baru saja lulus kedokteran dalam usia yang sangat muda yang masih 21 tahun dan langsung mengambil spesialis di rumah sakit tersebut dan baru saja berada di sana 2 bulan.
Alisha menyadari tindakan para Dokter senior yang kadang-kadang melebihi batas yang memberikan perintah sesuka mereka, Alisha menjalani hari-harinya dengan baik dan menurut saja selagi hal itu masih wajar.
"Segala keputusan yang saya ambil sudah saya pikirkan terlebih dahulu dan sudah melibatkan sang pencipta. Jadi ini juga merupakan keputusan dan petunjuk yang diberikan kepada saya. Saya berada di rumah sakit ini niat untuk mengembangkan ilmu dan belajar lebih banyak lagi. Dokter senior di rumah sakit ini sudah melewati tahap terlebih dahulu dari pada saya dan mereka jauh lebih banyak tahu daripada saya dan wajar saja jika mereka seperti itu. Selagi semua masih batas wajar itu tidak akan menjadi masalah. Insyaallah semua akan baik-baik saja," ucap Alisha dengan sangat tenang menghadapi semua cobaan saat dia bekerja di rumah umah sakit itu.
"Dokter Alisha benar-benar sangat positif, saya salut dengan kepribadian Dokter," sahut Suster Yeni dengan menatap kagum.
"Sudahlah kamu jangan terlalu memuji saya, sekarang ayo cepat kita periksa saja pasiennya jangan suka mengukur waktu," sahut Alisha.
"Baik Dokter!" Alisha dan Suster tersebut langsung pergi dengan sama-sama melangkah melewati koridor rumah sakit.
Bersambung
Mereka memasuki salah satu ruangan pasien yang memang ruangan VVIP dan bisa dikatakan yang paling terbesar di rumah sakit itu dan hanya ada 10 ruangan seperti itu.
"Assalamualaikum!" sapa Alisha yang membuka pintu dan pasien yang berada di atas ranjang itu melihat ke arah pintu.
"Walaikum salam!"
Alisha sedikit kaget melihat wanita tua itu yang ternyata adalah wanita yang baru saja tadi pagi dia temui. Wanita itu yang bersandar di kepala ranjang dan tidak ada siapa-siapa di sana. Ambar yang tidak tahu kenapa bisa ada di sana.
"Bukankah Nyonya yang tadi," sahut Alisha yang pasti mengingat kejadian yang belum sampai 1 jam itu.
"Kamu Dokter Alisha," sahut Ambar dengan memastikan.
Alisha menganggukkan kepala, "Nyonya mengenal saya?" tanya Alisha.
"Kamu tadi memberikan kartu nama kamu dan jelas saya sudah tahu nama kamu siapa," jawab Ambar.
"Benarkah!" sahut Alisha tersenyum.
"Hmmm, kamu jangan panggil saya Nyonya. Kamu bisa memanggil dengan sebutan Eyang. Saya Ambar, Jadi kamu panggil saja Eyang Ambar dan jangan Nyonya!" titah Eyang yang mungkin lebih nyaman jika dipanggil seperti itu daripada yang dipanggil Alisha sebelumnya.
"Baiklah Eyang!" sahut Alisha dengan tersenyum.
Panggilan seperti itu bukanlah hal yang tabu bagi Alisha. Dia memang selalu memanggil pasiennya yang melihat dari usia pasien tersebut dan jika wanita itu masih ibu-ibu maka akan dipanggil ibu dan jika sudah tua maka akan dipanggil, nenek eyang, omah dan apapun yang menurut Alisha sangat wajar dan pasien juga menyukai hal itu yang tidak terlalu formal.
"Eyang ada sini, tadi pagi saya lihat masih baik-baik saja," ucap Alisha yang sedikit heran.
"Dokter Alisha. Nyonya Ambar pasien rutin pemeriksaan di rumah sakit ini," sahut Suster Yeni yang sepertinya sudah sangat biasa memeriksa pasien tersebut.
"Benarkah! soalnya ini baru pertama kali saya memeriksa Eyang," ucap Alisha.
"Tidak apa-apa, saya senang kamu yang memeriksa saya. Kita ternyata dipertemukan kembali," sahut Eyang tersenyum.
"Suster Yeni, saya minta tolong kepada kamu untuk ambilkan botol infus. Infusnya harus diganti," ucap Alisha.
"Baik Dokter!" Suster Yeni menganggukkan kepala dan langsung keluar dari ruangan tersebut.
"Saya periksa sebentar ya," ucap Alisha dengan sangat ramah. Eyang menganggukkan kepala dan sejak tadi memperhatikan wajah Alisha yang begitu sangat teduh dan sangat cantik.
Dia saja seorang wanita sangat kagum melihat Alisha dan bagaimana seorang pria yang kemungkinan sangat banyak laki-laki yang antri untuk memperebutkan hati Dokter Alisha.
"Eyang terlalu banyak pikiran sepertinya. Jangan sampai pikiran Eyang mengganggu kesehatan Eyang itu sangat berpengaruh nanti, kalau sudah sakit akan sulit sembuh, daripada mencoba untuk sembuh lebih baik mencoba untuk tidak sakit. Karena istilah mencegah lebih baik daripada mengobati," ucap Alisha dengan sangat lembut berbicara yang memberikan saran.
"Bagaimana saya tidak banyak pikiran Dokter. Saya ingin sekali cucu saya menikah dengan wanita yang tepat. Tetapi dia sangat keras kepala dan terus membantah saya. Saya tidak ingin dia memilih wanita yang salah," ucap Eyang dengan sangat lempang menceritakan beban pikiran yang membuat kesehatannya menurun.
"Terkadang apa yang kita inginkan memang tidak bisa dipaksakan untuk diikuti oleh orang lain. Karena orang yang bersangkutan merasa jika dia yang menjalani hidup. Jadi banyak beberapa alasan yang membuat beliau mungkin tidak bisa mengikuti keinginan Eyang. Tetapi Insya Allah beliau pelan-pelan akan menuruti permintaan Eyang. Jika beliau mengetahui itu yang terbaik. Jadi Eyang tidak perlu memikirkan terlalu berlebihan dan juga memaksakan yang akan mengganggu kesehatan Eyang," ucap Alisha yang memberikan sedikit pendapat atas curhatan wanita yang masih dia periksa itu.
"Saya melihat Dokter Alisha masih sangat muda. Dokter Alisha juga masih mengejar karir. Apa Dokter Alisha sudah memiliki pasangan?" tanya wanita itu.
Alisha tersenyum dengan menggelengkan kepala.
"Lalu apa Dokter Alisha ingin menikah muda?" tanya wanita itu lagi.
"Saya sama sekali tidak pernah memiliki target di dalam kehidupan saya untuk menikah pada usia berapa tahun. Saya juga tidak menutup untuk harus menyelesaikan karir dulu dan baru mengurus kehidupan pernikahan. Saya menyerahkan semua kepada yang di atas dan jika sudah ditakdirkan untuk berjodoh dengan seseorang, maka saya bisa apa dan jika belum jodoh ditakdirkan kepada saya dan saya juga tidak bisa apa-apa," jawab Alisha dengan bijak.
Eyang tersenyum yang melihat Alisha. Tatapan mata Eyang seolah menunjukkan rasa kekaguman pada Dokter yang mampu mencuri perhatiannya itu, sejak tadi pagi dia bertemu dengan Alisha. Eyang sudah merasakan hal yang sangat berbeda dan bawaannya ingin bahagia terus. Mungkin keteduhan wajah yang dimiliki Alisha yang memancarkan aura positif yang dapat menenangkan hati.
**
Eyang yang masih berada di rumah sakit yang berada di ruang perawatan yang sama dengan yang sebelumnya.
Di dalam ruangan itu sudah ada sepasang suami istri yang sekitar berusia 50 tahunan dan juga seorang wanita muda yang sejak tadi duduk yang fokus pada ponsel.
"Eyang!" pintu yang terbuka dengan sedikit kuat dan terlihat masuk seorang pria yang bertubuh tinggi berkulit putih dengan aura wajah yang sangat dingin yang menunjukkan karismatik di wajahnya itu.
Tetapi aura wajah yang begitu dingin yang diperlihatkan olehnya membuat orang-orang segan pada dia dan sangat takut kepada tatapan mata indah pria tersebut.
"Adrian bisakah kamu ketika masuk itu jangan langsung bersuara dengan nada seperti itu!" tegur seorang seorang pria dengan tegas.
"Maaf Pa!" sahut Adrian pada pria yang ternyata adalah papanya yang bernama Erlangga.
"Ada apa Adrian. Kenapa Kamu terlihat begitu sangat buru-buru sekali," sahut wanita itu yang penasaran.
"Toni bilang, Eyang melepaskan wanita yang menabrak mobilku begitu saja dan lihat bagaimana mobilku yang sekarang rusak seperti itu!" ucap Adrian dengan marah-marah yang langsung berbicara to the point.
"Hanya mobil saja kamu sudah seperti kebakaran jenggot," sahut Eyang.
"Ini bukan perkara mobil. Eyang seharusnya tidak membebaskan wanita itu. Mobilku sama sekali tidak pernah tersentuh bahkan tergores apapun dan sekarang rusak seperti itu karena kecerobohan dia," sepertinya itu adalah Mobil kesayangan Adrian sehingga masalah mobil dipermasalahkan begitu besar dan juga terlihat dari ketakutan supir yang mengendarai mobil tadi.
"Gadis itu bertanggung jawab..."
"Kalau bertanggungjawab mana," sahut Adrian.
"Adrian kamu jangan teriak-teriak berbicara seperti itu kepada Eyang. Kamu seperti orang miskin saja yang tidak punya uang. Kamu bisa bawa sendiri mobil kamu dan perbaiki sendiri. Untuk apa harus mengemis uang kepada orang lain," sahut Agni.
"Ini bukan masalah mengemis dan aku detik ini juga bisa membeli mobil yang baru. Hanya saja wanita itu harus bertanggung jawab!" astaga Adrian.
"Gadis itu akan bertanggung jawab Adrian dan kamu jangan khawatir. Dia tadi sudah ingin membawa mobil kamu ke bengkel dan Toni saja yang melarang. Kamu pikir orang tidak punya pekerjaan yang harus menunggu persetujuan kamu dulu," sahut Eyang yang sepertinya memang sangat membela Alisha.
"Sudah-sudah Adrian, kamu ini marah-marah terus di saat Eyang kamu seperti ini," sahut Erlangga geleng-geleng kepala.
Adrian mencoba untuk tenang dengan menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan.
"Eyang ingin bicara sesuatu pada kamu dan ini sangat penting," ucap Eyang yang mengalihkan pembicaraan.
"Apa yang lebih penting daripada mobilku," gumam Adrian yang berbicara pelan yang sepertinya masih sangat terlihat begitu kesal.
"Apa kami harus keluar?" tanya Agni.
"Tidak perlu! kalian juga harus ada di sini untuk mendengarkan apa yang saya inginkan!" tegas Eyang.
"Ada apa Ma sebenarnya?" tanya Erlangga.
"Eyang ingin Adrian menikah secepatnya," ucap Eyang yang langsung berbicara apa adanya yang membuat Adrian kaget.
Bersambung .......
...Halo para riders yang setia menemaniku. Aku kembali membuat karya baru dan semoga karya ini bisa melejit dan disukai oleh banyak orang amin amin ya rabbal alamin. Para readers mohon dukungannya untuk memberikan like comment for dan subscribe pada karya terbaru saya....
...Jangan lupa untuk terus memberikan dukungan yang banyak pada karya terbaru saya Dokter Alisha Istri Calon Pewaris....
...Dukungan kalian akan menjadi semangat untuk saya menciptakan karya-karya baru lagi dan semoga karya-karya saya diterima banyak orang....
...Terima kasih.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!