Sore itu Apey dari desa pergi merantau ke kota mencoba untuk beradu nasib, tertidur pulas di dalam mobil bis, hingga sampai terminal kota Apey masih menyandarkan badannya tertidur pulas di dalam mobil bis.
"Terakhir terakhir, ayo terakhir hati hati turunnya!" seru kondektur sambil melihat penumpang satu persatu turun keluar dari dalam bis.
Setelah semua penumpang turun keluar dari bis, supir menoleh ke belakang melihat dan mengecek penumpang, terlihat di kursi agak belakang ada satu orang Apey masih tertidur pulas.
"Itu satu lagi belum turun," titah supir ke kondektur yang belum naik ke bis.
"Hah! belum ada yang turun?" kondektur langsung naik masuk ke bis.
Terlihat di kursi agak belakang Apey masih tetap tertidur pulas, kondektur langsung menghampiri.
"Bang, Bang bangun sudah sampai terminal!" titah kondektur menepuk lengan Apey berulang.
"Hah, udah sampai, ok siap!" Apey langsung berdiri terperanjat kaget.
"Itu tasnya jangan lupa bawa, nanti ke tinggalan lagi!" titah kondektur menunjuk tas di atas.
"Siap Bang, permisi!" Apey buru buru menyadarkan dirinya mengambil tas lalu keluar di pintu belakang bis.
Setelah keluar dari bis, Apey menarik urat urat sendinya melenturkan urat di sekujur badannya yang terasa pegal berjam jam duduk di kursi bis.
"Wih benar banyak lampu kalau di kota, ramai sekali ya!" guman Apey sibuk melihat ke mana mana.
"Wah, ini harus selfi dulu nih, harus foto dulu buat momen kenangan dan pamer sama teman teman, kalau saya sekarang sudah di kota!" gumam kembali Apey lalu merogok ponselnya.
Ponsel Apoy masih agak jadul itupun Ponsel hasil beli di tempat servis temannya, dengan kapasitas ponsel 120gb.
"Aduh lupa, ponsel sayakan buram kameranya, ah jadi tidak bisa selfi nih!" gumam kembali Apey jadi nyengir sendiri memasukan ponsel ke saku celananya.
Apey melihat sekitaran terminal, lalu melangkah menuju warung kopi yang tidak jauh.
Perawakan Apey cukup tinggi berbadan bidang memiliki wajah tampan berusia 22 tahun, rambut hitam sedikit ikal di bawah alis, Apey dari sekolah SMP sudah sering berlatih bela diri yang di ajarkan oleh Kakeknya, Apey rajin berlatih bela diri karena cita citanya ingin merantau ke kota untuk mengadu nasib, di tambah postur badan tinggi bidang dan wajah tampan yang menunjang membuat Apey penuh percaya diri.
"Pak, pesan kopi hitam satu," pinta Apey setelah duduk di bangku kayu warung kopi.
"Baik, sebentar," pedagang langsung membuatkan kopi.
Apey menaruh tas di sisinya, lalu mengambil satu roti untuk mengganjal perutnya hari menjelang magrib itu.
"Ini Bang kopinya, Abang dari kampung?" tanya pedagang sambil meletakan kopi di depan Apey.
"Hehe hehe, iya Pak, ingin cari kerjaan di kota," jawab Apey tawa kecil lalu mengunyah roti.
"Apa ada teman atau keluarga di kota?" tanya kembali pedagang.
"Tidak ada Pak, modal nekat saja hehe hehe," jawab Apey kembali tawa kecil.
"Wajah Abang ganteng badan juga bagus tinggi, coba saja melamar ke restoran, biasanya suka cepet di terimanya kalau punya daya tarik," usul pedagang.
"Wah, Bapak serius tidak bohong?" Apey sumringah setengah berdiri mendengarnya.
"Iya serius, kan namanya rejeki tidak ada yang tahu," jawab pedagang.
"Siap Pak terima kasih informasinya, tapi, naik jurusan mana ya Pak?" tanya Apey yang belum tahu.
"Itu naik mobil elf saja, nanti turun di depan hotel yang menjulang tinggi, bilang saja sama supirnya, nah di hotel itu ada restorannya, jangan malu malu melamar saja langsung," jawab pedagang.
"Wah Bapak ini keren tahu sampai ke situ, siap Pak saya jadi semangat nih rasanya hehe hehe," Apey langsung mempercepat makan rotinya.
"Tapi hati hati, suka banyak yang menipu, dan yang berniat jahat," pesan pedagang.
"Penipu bagaimana Pak?" tanya Apey lalu menyeruput kopinya.
"Yang suka mengiming iming kerja tapi pakai bayar, ujung ujungnya suka menipu," jawab pedagang.
"Waduh, saya bawa uang cuma dua ratus ribu Pak, darimana bisa bayar hehe hehe," terang Apey kembali dengan tawa kecilnya.
"Moga Abang ada rejekinya di kota, ingat harus selalu hati hati di kota besar ini," pesan pedagang.
"Aamiin, mudah mudahan saja Pak, terima kasih doa dan sarannya, ini Pak bayarnya," Apey menyodorkan uang dua puluh ribu.
"Iya sama sama," balas pedagang sambil mengembalikan kembalian.
"Permisi Pak, saya mau langsung naik elf itu," pamit Apey.
"Iya hati hati," pesan pedagang mengangguk.
Apey langsung melangkah pergi mengendong tasnya menuju mobil elf yang ngetem.
"Pak saya nanti turun depan hotel ya," pinta Apey setelah dalam mobil elf.
"Baik Bang," supir mengangguk.
Mobil elf setelah ngetem tiga puluh menit lamanya, dan setelah sudah ada beberapa penumpang yang masuk, elf pun melaju menuju jurusan yang sudah biasa beroperasi setiap harinya.
Hari sudah menuju gelap lampu lampu penerang kota sudah menerangi, kesibukan orang orang yang mencari nafkah mengendarai mobil ataupun motor, memadati tiap sudut jalan di iringi suara roda empat roda dua dan klakson.
"Wih, ternyata benar benar ramai sekali kalau di kota, gedungnya tinggi tinggi lagi, tapi sayang saya tidak bisa ambil fotonya!" gumam Apey sibuk melihat kemana mana.
"Yang hote yang hotel sudah sampai!" seru kondektur.
"Berhenti Bang!" pinta Apey mendengar hotel yang di tuju nya.
Setelah membayar ongkos Apey berdiri sisi trotoar terkesima menatap gedung hotel yang mewah menjulang tinggi di sebrang jalan.
"Wah, mewah tinggi sekali hotelnya, apa benar ada restoran di dalamnya!" gumam Apey menatap takjub.
Apey membuka tas gendongnya memeriksa lamaran kerjanya yang di selipkan di lipatan beberapa setel pakaiannya.
"Kamu harus menghasilkan uang ya, karena saya buat kamu itu pakai modal uang tidak gratis!" ucap Apey bicara dengan lamaran kerjanya.
Setelah mengucap bismillah dan berdoa dalam hatinya, Apey menunggu celah kosong mobil dan motor yang lalu lalang di jalan satu arah kiri dan kanan, perlahan Apey nyebrang sambil menggerakan tangannya menuju depan hotel.
Setelah nyebrang Apey menatap penjaga parkir di posnya, yang menggunakan struk masuk keluar kendaraan, hotel mewah lahan parkir yang luas dengan penjagaan ke amanan yang sangat ketat.
"Kalau bertanya sama pekerja itu marah tidak ya!" gumam Apey dalam hatinya bertanya tanya.
Apey menoleh ke sisian jalan sebelah hotel melihat beberapa pedagang nasi kaki tiga, membuat Apey merasa lega jika merasa lapar tidak jauh jika nanti membeli nasi.
"Bismillah, lebih baik tanyakan dulu sama pekerja itu!" gumam Apey melangkah menuju pos parkir.
Setelah sampai Apey langsung menanyakannya terhadap pekerja pos parkir.
"Permisi Pak, saya mau tanya, apakah di dalam hotel benar ada restorannya?" tanya Apey.
"Iya benar, ada apa?" tanya balik pekerja.
"Kalau melamar ke restoran di dalam hotel bisa tidak ya Pak?" tanya kembali Apey.
"Situ menanyakan lowongan kerja malam malam begini? nih saya kasih tahu, yang kerja di restoran hotel itu, rata rata dari universitas ternama, tidak sembarangan mencari pekerja asal aslan, ada ada saja kamu ini," tegur pekerja senyum merasa konyol menatap Apey.
"Oh gitu ya Pak, saya dari kampung Pak tidak tahu," ucap Apey jadi nyengir kuda.
"Ah sudah sana jangan ganggu saya kerja," usir pekerja.
"Iya Pak, terima kasih permisi!" Apey menggaruk kepala lalu melangkah pergi.
Apey melangkah menuju pedagang sisi jalan hendak ikut istirahat, sekaligus hendak mengisi perutnya agar tidak merasa lapar, setah masuk ke lapak pedagang nasi goreng, Apey langsung memesan dan meletakan tas di sampingnya.
"Nasi goreng satu ya Pak makan di sini," pinta Apey.
"Baik Bang tunggu sebentar," sahut pedagang yang sedang membuatkan pesanan pelanggan yang sudah memesan.
Apey sambil menunggu pesanan nasi goreng di buatkan, merogok ponsel di saku celananya, melihat layar ponsel tidak ada pesan masuk apapun, membuat Apey menghela nafasnya menebak kalau kedua orang tuanya tidak mempunyai pulsa untuk menanyakan kabarnya.
"Kasihan Ibu sama Bapak, jangankan buat beli handphone, buat beli pulsa saja pasti harus cari uangnya dulu!" gumam Apey memasukan kembali ponselnya ke saku celana.
Apey melihat sekitaran yang begitu ramai, orang orang yang nongkrong depan tokonya, yang bersantai sambil ngopi yang bercanda tawa dengan temannya, dan kesibukan orang yang berjalan lalu lalang di trotoar.
"Ternyata memang sangat ramai kalau di kota, tapi saya harus buru buru dapat kerja nih, biar bekal gak keburu habis!" gumam Apey penuh dengan semangatnya.
"Ini Bang pesanannya," pedagang meletakan nasi goreng di atas meja.
"Siap Pak terima kasih," Apey ngangguk langsung menyantap nasih goreng pesanannya.
Pedagang menoleh ke tas gendong Apey yang di letakan di sisinya.
"Baru datang ke kota?" tanya pedagang.
"Iya Pak, ramai sekali ya di kota Pak," jawab Apey senyum kecil.
"Iya memang ramai, tapi sangat sulit mencari pekerjaan, Abang mau kerja dimana?" tanya kembali pedagang.
"Tidak tahu Pak mau kerja dimana, saya modal nekat saja ingin cari kerjaan di kota," jawab Apey.
"Coba saja melamar ke hotel ini, jadi tukang bersih bersih tukang taman, pokoknya apa ke yang penting dapat pekerjaan dulu," usul pedagang.
Apey menghentikan makannya lalu menatap pedagang.
"Kira kira melamarnya lewat mana ya Pak?" tanya Apey penuh semangat.
"Nih, yang kerja di hotel ini, kalau ganti shift sebagian suka ada yang makan di sini, ngopi dan juga nongkrong, Abang tanya tanya saja jangan malu sama pekerja hotelnya," usul kembali pedagang.
"Wah siap Pak, saya tidak akan malu Pak demi mendapat informasi lowongan kerja hehe hehe," balas Apey tawa kecil kembali menyantap nasi gorengnya.
"Ya sudah habiskan dulu makannya, sebentar lagi juga para pekerja akan gantian shift," terang pedagang.
"Siap Pak," Apey mengangguk jadi semakin semangat makan nasi gorengnya.
Setelah selesai makan nasi goreng dan membayar, Apey tidak langsung pergi kembali duduk menunggu rolling shift para pekerja hotel, tidak lama empat orang datang memesan nasi goreng dan langsung duduk, Apey langsung berdiri melangkah mendekati pedagang.
"Pak boleh saya bantu?" tanya Apey.
"Aduh tidak usah, kamu kan sudah beli di sini, sudah tidak usah duduk saja," titah pedagang.
"Tidak apa apa Pak, saya bantu apa saja," desak Apey.
"Serius mau bantu saya?" tanya pedagang.
"Iya Pak dua rius," jawab Apey mengangguk.
"Baiklah kalau kamu maksa, mau cuci piring?" tanya pedagang.
"Siap Pak pokoknya apa saja," Apey langsung menuju tempat cuci piring di sebelah.
Pedagang langsung senyum kecil melihat Apey benar benar mau membantunya.
"Udah ganteng baik juga tu anak!" gumam hati pedagang langsung membuat nasi goreng yang di pesan empat orang yang sudah duduk.
Setelah mencuci piring Apey langsung mengeringkannya pakai lap bersih yang di sodorkan pedagang.
"Kita belum kenalan, nama saya Rohman," ujar pedagang yang bernama Pak Rohman menyodorkan tangannya.
"Nama saya Apey Pak," sahut Apey sambil menerima jabar tangan.
"Apey apa kepanjangannya?" tanya Pak Rohman.
"Apey doang Pak irit hehe hehe," jawab Apey tawa kecil.
Para pekerja hotel rolling shift sudah mulai berdatangan, ada yang membawa mobil dan sebagian motor, mata Apey sibuk melihat para pekerja yang berdatangan memasuki hotel.
"Wah, banyak juga ya Pak pekerjanya," ujar Apey sibuk melihat.
"Hotelnya juga mewah tinggi begitu, pasti bayak pekerjanya, kamu sudah menikah belum?" tanya Pak Rohman.
"Waduh, pacar saja saya tidak punya Pak," jawab Apey jadi senyum lebar.
"Masa wajah kamu ganteng begitu jomblo?" tanya kembali Pak Rohman heran.
"Yah Pak, pacaran kan harus pakai modal, sedangkan saya kerja di kampung paling dapat lima puluh ribu, itu juga kalau lagi ada kerjaan," jawab Apey apa adanya.
Saat Pak Rohman dan Apey ngobrol perkenalan, mobil mewah lewat melintas di depan tempat jualan Pak Rohman menuju hotel, Pak Rohman langsung menoleh ke Apey.
"Pey, barusan lihat tidak mobil mewah lewat menuju hotel?" tanya Pak Rohman.
"Iya Pak lihat, memangnya kenapa Pak?" tanya Apey.
"Di dalam mobil mewah yang lewat tadi itu, anak pemilik hotel itu, namanya Azalea Margarita, artis papan atas cantik sekali, tapi sayang katanya suka mabuk mabukan," jawab Pak Rohman.
"Waduh, Pak Rohman suka ngegosip?" tanya kembali Apey jadi senyum mendengarnya.
"Yeh, saya bukan ngegosip, tapi katanya benar, hampir tiap malam suka mabuk mabukan di hotelnya itu, saya juga dengar dari para pekerja hotel," jawab Pak Rohman melebar.
Apey terdiam enggan menanggapi apa yang Pak Rohman katakan, di depan hotel mobil mewah itu berhenti, Ririn yang mengemudi sahabat Azalea margarita sekaligus sebagai asistennya, langsung keluar dari mobil staf hotel yang menyambut tamu langsung mendekat, membukakan pintu mobil menunduk hormat, Azalea margarita langsung keluar dari mobil melangkah masuk ke dalam hotel di ikuti Ririn dari belakang.
Para pekerja staf lobby tamu hotel melihat ke datangan Azalea Margarita, semuanya serempak berdiri menunduk memberikan hormat, Azalea selain terlahir dari keluarga kaya raya pebisnis hotel mewah, juga seorang artis terkenal papan atas dengan kecantikan dan keahlian di dunia actingnya, sehingga setiap film yang di bintanginya akan selalu di tunggu dan di minati oleh para penggemarnya.
Hidup Azalea tidak ada ke kurangan sedikitpun, uang fasilitas kemewahan barang barang mewah sudah Azalea miliki semuanya, namun di balik semua itu dengan sikap dan wataknya yang keras, Azalea begitu sulit menemukan laki-laki yang di inginkan sesuai dengan ke inginan hatinya, sudah puluhan anak pengusaha konglomerat yang menginginkan dekat dengan Azalea, semua itu tidak bisa membuat Azalea bisa jatuh hati.
Tekanan kedua orang tua Azalea yang meminta Azalea segera mempunyai kekasih, membuat Azalea begitu tertekan hingga jarang pulang kerumah, memilih untuk lebih banyak tidur di hotel milik Ayah nya itu, hanya dengan minum alkohol setiap pulang syuting yang bisa membuat Azalea terasa tenang, bisa tidur dengan pulas hingga Ririn datang membangunkannya untuk jadwal syutingnya yang sangat padat.
Werr bruk bruk, Azalea masuk ke kamar hotel lantai sepuluh, langsung melemparkan tas mewahnya ke atas tempat tidur, melemparkan sepatu hak tingginya ke arah mana saja, membuka mante dari kain lembut sutra melemparkannya ke mana saja, dan langsung menuju kulkas mengambil minuman bermerk mahal.
Ririn masuk ke kamar buru buru memungut semua yang Azalea lemparkan, menaruh ke tempatnya agar rapi tidak berantakan, setelah selesai langsung duduk di samping Azalea yang sedang meneguk minuman beralkohol, hingga wajah putih bersih Azalea terlihat sedikit memerah.
"Mau sampai kapan Lea hidup begini terus? tiap pulang syuting ke hotel terus minum, begitu terus sudah beberapa bulan ini," omel Ririn sebagai sahabat sekaligus asistennya.
"Ah bawel mulu lo kaya Mama gue, udah sono pulang," usir Azalea enggan di ceramahi.
Ririn berdiri melangkah menuju kulkas, mengambil beberapa makanan, lalu membawanya meletakannya di atas meja.
"Dari siang belum makan, isi dulu perutnya sedikit," titah Ririn.
"Ah males gue tidak laper," tolak Azalea kembali meneguk minumannya yang di tuangkan ke gelas berisi batu es.
"Gue telpon Anton ya, biar beli nasi goreng kesukaan lo," bujuk Ririn.
Azalea tidak menjawab kembali meneguk minumannya, Ririn langsung berdiri mengambil ponselnya di dalam tas langsung menelpon Anton.
Anton menjabat sebagai kepala penanggung jawab restoran di hotel itu, semua pelayanan makan bagi tamu warga loka atau luar di restoran itu, semua Anton yang mengurus dan bertanggung jawabnya, jika ada protes keluhan ataupun ada makian dari tamu hotel, Anton lah yang mengurus dan bertanggung jawab sepenuhnya.
"Iya halo Mbak Ririn ada apa?" tanya Anton di telpon.
"Kamu sudah pulang belum?" tanya balik Ririn.
"Ini baru saja mau siap siap," jawab Anton.
"Tolong belikan dulu nasi goreng ke sukaan Azalea ya," pinta Ririn.
"Non Azalea tidur lagi di sini?" tanya Anton.
"Iya, kayak tidak tahu saja pake tanya," tegur Ririn.
"Siap Mbak, saya belikan sekarang!" Anton tidak banyak bertanya lagi langsung menutup telponnya dan langsung keluar dari ruangannya.
Anton langsung naik lift turun ke lantai satu, beberapa pekerja yang mau pulang rolling shift banyak yang menyapa Anton, yang terpaksa mau tidak mau harus ke depan hotel membeli nasi goreng ke sukaan Azalea.
Pak Rohman sudah mulai sibuk banyak para pekerja yang membeli nasi goreng, mie goreng dan mie rebus Apey yang awal hanya berniat membantu seadanya, kini jadi serius ikut membatu Pak Rohman yang keteteran meladangi pelanggannya.
"Malam Pak Anton,"
"Malam Pak Anton," beberapa pekerja menyapa Anton yang datang ke lapak dagangan Pak Rohman.
"Malam," sapa balik Anton sambil mendekat Pak Rohman yang sedang sibuk.
"Nah kebetulan ada Pak Anton ke sini, mau pesan biasa?" tanya Pak Rohman sambil sibuk mengolah.
"Iya Pak seperti biasa saja," jawab Anton sambil melihat ke Apey yang sibuk membantu.
"Abang ganteng air hangatnya ya jangan lupa," seru pelanggan perempuan ke Apey.
"Siap Mbak segera datang hehe hehe," sahut Apey langsung menyiapkannya.
"Waduh yang beli jadi lebih banyak perempuan begini," goda Pak Rohman sambil senyum.
"Udah rejekinya Pak hehe hehe," sahut Apey langsung membawa dua gelas air hangat.
"Abang ganteng namanya siapa? ko wajahnya ganteng banget kayak artis," goda salah pelanggan sambil senyum menatap.
"Ah Mbak ini bisa saja bilang saya ganteng, nama saya Apey, saya dari kampung ingin cari kerjaan ke sini, hehe hehe," jawab Apey melihat ke semuanya.
"Kalau kerja di hati saya mau tidak?" celetuk pelanggan yang lain membuat tawa jadi ramai tempat itu.
"Siapa orang itu Pak?" tanya Anton perlahan penasaran.
"Keponakan saya dari kampung, namanya Apey mau cari pekerjaan di sini, makanya kebetulan ada Pak Anton ke sini, tolonglah Pak, masukan kerja di hotel, tidak apa apa kerja di bagian apa saja," jawab Pak Rohman.
"Oh keponakan Pak Rohman, ada kerjaan juga bagian kotor Pak, biasalah mengurus sampah restoran dan sampah di departemen yang lainnya," terang Anton.
Pak Rohman langsung terperanjat mendengarnya.
"Pak Anton serius? bisa masukan kerja ponakan saya?" tanya Pak Rohman serasa sumringah.
"Iya serius, tapi ya gitu kerjaannya di bagian beres beres sampah, kalau mau itu juga," jawab Anton.
"Iya tidak apa apa, di bagian apa saja, yang penting ponakan saya bisa bekerja, nanti nasi gorengnya special gratis buat Non Azalea hehe hehe," Pak Rohman merasakan lega mendengar ada pekerjaan.
Anton yang duduk sendiri terpisah di bangku pelastik dering ponselnya berbunyi, terlihat Ayah nya yang menelpon.
"Assalamualaikum Pah, ada apa?" tanya Anton di telpon.
"Cepat pulang, Mama kamu harus di bawa kerumah sakit sekarang," jawab suara Ayah nya di telpon.
"Apa? Iya iya Pah, iya aku pulang sekarang!" Anton terperanjat kaget buru buru memanggil Apey.
"Apey, cepat kamu ke sini," seru Anton.
"Iya siap," Apey buru buru menghampiri.
"Kamu mau kerja di hotel kan? sekarang kamu dengar ya, saya sedang di suruh beli nasi goreng oleh temannya Non Azalea, nanti jika nasi gorengnya sudah jadi, kamu bawa ke depan hotel, nanti saya yang akan telpon temannya Non Azalea agar mengambil nasi gorengnya di kamu,"
"Saya harus buru buru pulang kerumah, karena harus membawa Ibu saya ke rumah sakit, ingat apa kata saya, bawa nasi gorengnya ke depan hotel, jika ada yang bertanya bilang saja pesanan Non Azalea,"
"Pak Rohman, saya harus pulang dulu, tolong titipkan nasi gorengnya ke Apey, saya harus buru buru pulang, Apey jagan lupa ya antarkan nasi gorengnya, besok pagi kamu bisa langsung kerja!" papar Anton buru buru melangkah pergi.
"Alhamdulilah, rejeki Apey datang dengan epat, tidak sangka!" gumam Pak Rohman merasa lega menatap langkah Anton yang tergesa gesa.
"Alhamdulilah ya Allah, terima kasih Pak, terima kasih banyak!" seru Apey langsung sujud syukur begitu bahagianya.
"Iya sama sama!" seru Anton menyempatkan menoleh sambil menuju parkiran mobil.
Setelah di dalam mobil Anton menelpon dulu Ririn memberitahukan kalau dirinya harus segera pulang kerumah, Ririn pun setelah di telpon langsung keluar kamar hotel menuju pintu lift hendak turun ke lantai satu.
Pesanan nasi goreng Azalea sudah jadi, Apey penuh dengan semangat langsung pergi mengantarkannya menuju depan hotel, satpam yang menjaga pintu masuk pejalan kaki, membiarkan Apey masuk karena sudah di beritahukan oleh Anton.
Apey memasuki pelataran hotel yang luas sambil membawa nasi goreng di tangannya, hotel mewah bersih mengkilap dengan penerangan cahaya lampu dimana mana, membuat Apey terus berdecak kagum melihatnya.
Ririn yang sudah menunggu di depan hotel mengerutkan dahinya, melihat langkah Apey yang menghampirinya, setelah Apey dekat menghampiri, Ririn menatap Apey dari rambut sampai ke ujung kaki, berkulit sawo matang berwajah tampan berperawakan tinggi berbadan bidang.
"Lo yang di suruh Anton bawa nasi goreng?" tanya Ririn.
"Iya Mbak, ini nasi gorengnya sudah jadi," jawab Apey langsung menyodorkannya.
"Lo bantuin Pak Rohman jualan?" tanya kembali Ririn setelah mengambil nasi goreng di tangan Apey.
"Bukan, saya dari kampung ingin cari kerjaan di kota, tadi kata Pak Anton, besok saya sudah bisa kerja di sini," jawab Apey senyum.
Ririn sedikit membuang pandangannya melihat senyum Apey terlihat punya saya tarik karismatik.
"Ya sudah kamu boleh pergi," titah Ririn.
"Siap, permisi!" Apey kembali senyum membalikan badan langsung melangkah pergi.
Ririn masuk ke dalam hotel sambil membawa nasi goreng masih belum percaya, ada laki-laki dari kampung berwajah tampan berperawakan tinggi tegap layaknya seorang pemeran actor action, yang selalu menjaga kebugaran otot badannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!