NovelToon NovelToon

Ratu Maybell

BAB I . Awal Kehidupan Ratu Maybell.

Sampai sekarang, aku masih mengingat, momen pernikahan kita berdua, di tempat yang suci, dimana kita di ikat menjadi satu belahan jiwa.

"Dengan kuasa yang kumiliki, hari ini, aku nyatakan Raja Richard Gustarte dan Ratu Maybell Ainsley, hari ini resmi menjadi Raja dan Ratu Kerajaan Ironvale.

"Dan juga, sebagai dua belahan jiwa yang tak akan terpisahkan hingga maut menjemput, dengan ini dinyatakan kalian sebagai suami istri yang sah di hadapan Tuhan."

TUG TUG TUG...

Lonceng gereja yang berbunyi, suara riuh khalayak yang hadir, dan di mulainya paduan suara yang lembut ketika pendeta agung meresmikan kita sebagai Suami-Istri yang sah.

Sejak saat itu, aku memutuskan untuk menjadikanmu satu-satunya yang berarti di dalam hidupku. Ohh... cinta pertama dan terakhirku.

...🌸✿_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_Ratu Maybell_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠✿🌸...

Menangis.

Aku pikir semuanya akan berjalan baik-baik saja sebagaimana aku telah menjalani kehidupanku selama ini. Tetapi. Ketika aku berfikir, kalau kamu akan menjadi yang terakhir, pelabuhan ternyaman yang membuatku mabuk akan kebahagiaan di dunia.

Menghela Nafas. "Hahhh...."

Sekarang aku menyadari, bahwa pelabuhan mu, bukanlah tempat singgahku. Dengan kejam, kamu mengusirku dari dermagamu, membuatku tak punya pilihan selain terus berlayar sendirian di lautan yang sepi ini.

Namaku Maybell Ainsley, aku adalah ratu ke 12 dari kerajaan Ironvale. Aku menikah dengan Raja Richard Gustarte pada usia ku yang ke 16 tahun. Keluargaku, adalah bangsawan tinggi berpangkat Duke di kerajaan Ironvale.

Aku yang merupakan putri pertama dari Duke Michael I Ainsley yang melayani kerajaan. Sejak kecil, aku telah di persiapkan untuk menjadi calon ratu masa depan kerajaan Ironvale yang sempurna.

Untuk mencegah munculnya sebuah masalah. Sejak kecil, aku telah di didik untuk menjadi wanita sempurna yang mampu berdiri dengan bangga di sebelah Raja masa depan kerajaan Ironvale.

Tapi kenapa, kenapa sekarang semuanya terasa sia-sia.

Pria yang aku nikahi, kucintai dan ku hormati, Raja Richard yang terkenal akan kebijaksanaannya. Entah bagaimana terlihat begitu asing bagiku, yang telah mengetahui segalanya tentang dirinya.

"Kita hanya menikah di atas kertas, aku bukan milikmu dan kamu bukan milikku."

"Tapi mengapa?."

"Kamu tidak perlu bertanya, cukup lakukan tugasmu sebagaimana Ratu seharusnya bertingkah."

Hanya itu, itu adalah kalimat terakhir yang aku dengar darinya yang meninggalkan ku sendirian di kamar pengantin yang megah ini.

Saat itu, aku terlalu naif untuk mengerti perkataan itu. "Mungkin Raja belum mencintaiku sepenuhnya." begitulah caraku menghibur diri.

Mulai dari hari itu, aku mencoba untuk menarik perhatiannya dengan menunjukan semua hasil kerja kerasku sejak kecil, aku menjadi ratu yang sempurna dimata semua orang untuk menyenangkannya.

Senyuman tidak pernah hilang dari bibirku walaupun mulutku sudah terasa keluh. Aku harus sempurna. Ucapku dalam hati, setiap kali aku berdiri di sampingnya.

Suatu hari, aku mendengar kabar bahwa Raja ku akan berkunjung ke istana ratu. Ini sudah dua tahun sejak kami menikah, dan ini adalah kali pertamanya datang secara langsung ke istanaku.

Dengan penuh semangat aku mempersiapkan segalanya untuk menyambut suami yang telah lama aku tunggu kedatanganya selama ini.

Tetapi.

"Kau menjijikan, bisakah kau tidak menunjukan sikap yang terus mencari perhatian itu."

"Ap-??."

Aku tidak mengerti.

"Itu menjijikan, sungguh menjijikan."

Aku tidak tahu apa yang membuatnya merasa jijik terhadapku.

Sekali lagi, aku di tinggalkan sendirian di istana yang megah ini tanpa kehangatan, hanya rasa dingin yang mulai menjalar dari bawah kakiku. Apa Baginda raja datang kemari hanya untuk mengatakan itu?.

Seluruh isi hatiku rasanya terbakar, rasanya perutku seperti di penuhi oleh ribuan kupu-kupu yang siap untuk di muntahkan. Kenapa? Kenapa??? Apa ada yang salah???. Seharian penuh aku berdiri di ruangan itu dalam keadaan bingung, menanti sebuah penjelasan yang mungkin tak akan pernah aku dapatkan.

Episode 2. Rumor.

***

"Ini sudah dua tahun sejak kamu menikah dengan Raja Richard, mengapa kamu belum mengandung seorang anak?."

Seminggu sejak raja berkunjung ke istanaku. Mantan selir Raja terdahulu, Lady Rouble Gustalo datang berkunjung, bersama dengan teman-teman bangsawan nya. Kali ini dia datang membawa topik yang cukup memukul kepalaku dengan sangat keras.

"...."

Tersenyum.

"Soal itu saya masih berusaha Yang Mulia."

"Jangan hanya berusaha saja." Kemudian ketika dia memiringkan kepalanya sambil menatapku, dia berbicara dengan suara yang cukup keras. "Apa Ratu Maybell itu mandul?."

"Huc- ap- apa? Tidak, saya tidak mandul Yang Mulia." Dengan gugup aku melihat sekitar, suasananya menjadi suram.

"Ini tidak benar, jika Ratu kita yang sekarang mandul maka... Bukankah kita perlu mencari yang baru?."

"...."

Tersenyum.

Aku hanya bisa tersenyum tanpa bisa berkata apa-apa kepada mereka. Sambil berpura-pura bahwa perkataan mereka adalah lelucon, aku mencoba menganti arah percakapan kearah yang lain, dengan begitu perlahan topik yang sangat sensitif itu tidak lagi menjadi topik utama.

Awalnya aku pikir itu adalah akhir dari ceritanya, tetapi, sejak berakhirnya pertemuan Ratu dan lady Rouble, gosip yang mengatakan bahwa aku mandul menjadi topik hangat di kalangan bangsawan.

"Itu tidak benar."

Sekali lagi, aku mengunakan senyuman ku yang tabah untuk menyangkal semua pertanyaan dan juga sindiran dari rakyatku yang bertanya.

"Hhump...."

Setelah hari-hari penuh tekanan berlalu, pada malam hari, aku duduk di luar, di tepi jembatan yang ada sungai kecil yang tak jauh dari kamar tidurku. Disana Aku duduk di atas batu sambil merendam kedua kakiku di dalam air yang dingin.

Gemetar.

"Huhh...."

Pertemuan bangsawan hari ini sangat melelahkan, sang raja yang absen dari pertemuan hari ini membuatku seolah berdiri di tepi jurang maut. Para bangsawan yang rakus terus menerus memojokkan serta mengolok-olok ku dari berbagai arah, membuatku merasa tertekan tanpa bisa berkata-kata.

Bahkan, keluarga yang dulunya menjadi tempatku berlindung kini membalikan punggung mereka dengan kejam, ketika bangsawan-bangsawan lain menghinaku dengan kejam. Rasanya seolah aku di tinggalkan sendiri di dunia ini.

"Yang Mulia, anda akan kedinginan."

"...."

Dari belakang ku, sir Andras Oskandor Ivor, datang membawa mantel hangat yang terbuat dari bulu rubah putih. Dengan berhati-hati, ia meletakan mantel hangat itu di pundakku.

"Terima kasih."

Sir Andras adalah kesatria penjaga sekaligus sahabat masa kecilku. Kami berdua telah melewati banyak waktu bersama dimasa lalu. Sebagaimana aku di persiapkan menjadi ratu, begitu pula dia di persiapkan sebagai kesatria pendamping Ratu yang setia. Bisa dikatakan, lebih dari setengah umurku telah ku habiskan dengan dia.

"Sepertinya tangan anda masih bergetar Yang Mulia."

Aku Tersenyum.

"Ini hanya getar biasa, tidak ada masalah sedikitpun."

".... Yang Mulia."

"Ya?."

"Jika...."

"Jika?."

Sir Andras diam.

"Hum?."

"Tidak ... Udara semakin dingin, anda harus segera masuk ke dalam Yang Mulia," ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

"Baiklah," perlahan aku menggenggam tangannya dan berjalan bersama menuju kamarku yang sepi. Sesampainya di kamar, sir Andras hanya melihatku dalam diam, membuatku bertanya-tanya apa yang sedang dia pikirkan.

"Apa ada yang ingin anda sampaikan."

".... Tidak ada Yang Mulia, tidurlah dengan nyenyak," sir Andras terdiam sejenak, kemudian. " ... Maybell."

"Huum."

Tersenyum.

"Baiklah, sampai jumpa besok Andras."

"Tunggu Aku-."

Menutup Pintu.

...

Keesokan harinya, aku memiliki jadwal untuk makan bersama dengan raja, di meja makan yang besar itu, kami berdua duduk sambil berbicara mengenai masalah kerajaan dan beberapa pertemuan yang akan datang dengan para petinggi.

"Setelah ini aku ingin kamu bertemu dengan Count Bolgar, minta dia untuk menyiapkan dua ribu pasukannya untuk mengawasi perbatasan. Akhir-akhir ini aku mendengar adanya pemberontak yang mencoba kabur menuju Kerajaan Luir."

"Aku mengerti."

"Bagus, aku tunggu berita baik dari mu."

Setelah itu, percakapan berhenti dan kami makan kembali dalam diam. Tak lama setelahnya.

"Apa itu, apa ada yang ingin kamu katakan." Sang raja nampaknya memperhatikan kecemasan yang tidak terlalu ku tunjukan. Mungkin, inilah saatnya aku bertanya prihal itu.

"Itu..," aku meletakan alat makan yang ku pegang dengan rapi di sebelah piring, lalu melihat suami di depanku. "Kamu pasti sudah mendengarnya dari orang lain, ini prihal keturunan, orang-orang berfikir bahwa aku-."

"Mandul."

Episode 3. Jangan Menangis Ratu Ku.

"Mandul."

Rasanya terdengar menyakitkan mendengar itu dari mulut suamiku secara langsung.

"Kamu tahu, aku tidak mandul."

"Ya aku tahu... Teruslah seperti itu."

"...."

Aku mulai mengerutkan kening, mengapa dia mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkan seperti itu. "Kenapa respon mu begitu? Apakah kamu tidak ingin seorang anak?."

"Aku ingin," ucapnya sambil menyeka bibirnya yang berminyak dengan serbet putih.

"Aku ingin anak tapi bukan dengan mu," ucapnya dengan santai lalu berdiri dari kursinya, berjalan pelan keluar dari pintu yang di bukakan oleh penjaga berbaju zirah hitam.

Menutup Pintu.

MINGGGGGGG....

Menutup Mata. "Ha.... Hahaha...." Aku menundukkan kepalaku ke bawah, di tangan ku, sebutir air mata kepedihan telah jatuh. Satu butir, dua butir dan kemudian tidak bisa ku hitung lagi. Pandanganku menjadi buram karena air mata yang berjatuhan tanpa henti.

"Hahaha...."

Mengapa, mengapa dia begitu membenciku?. Aku menutupi wajahku yang berlinang air mata sambil menunduk.

Semua pelayan dan penjaga yang berdiri di ruang makan, hanya bisa diam dan tidak melakukan apapun sampai aku berhenti menitihkan air mata, lalu kembali ke istana ku.

Setibanya di istana Ratu, aku berdiri di atas jembatan kecil, memandangi air yang mengalir yang melewati cela batu tanpa ada niat untuk bergerak dari sana.

Srak.

"Snif ... Aku sedang ingin sendiri."

"Yang Mulia saya membawakan apa yang anda minta."

Ketika aku menyeka air mata dan berbalik, aku melihat sir Andras berdiri diam di belakang ku.

"Oh ... Terima kasih," ucapku sambil tersenyum.

Sebelum aku bertemu dengan Raja, aku meminta sir Andras untuk mengambil sebuah dokumen penting dari meja kerjaku di istana, itulah sebabnya dia tidak bisa menemaniku kembali.

"Aku sangat membutuh ini dan harus menyelesaikannya hari ini," ucapku sambari mengambil dokumen itu dari tangannya.

"Yang Mulia."

"Ya-"

Itu berlangsung sangat cepat, tangannya yang mengenakan sarung tangan hitam menyentuh sisi wajahku, menyentuh tepat di bawah kelopak mataku. "Jangan menangis Ratu ku."

Untuk sesaat aku terdiam, kemudian aku berkedip empat kali dan menarik wajahku dari tangannya. "Maaf, seorang Ratu seharusnya tidak boleh menangis," aku menyeka air mataku, rasanya wajahku memanas karena malu. Dasar bodoh, aku menunjukan kelemahanku seperti ini di hadapan sir Andras.

"Ini adalah yang terakhir."

"Yang terakhir."

Seolah dia ingin meyakinkan ku, sir Andras melihatku cukup lama tanpa ada niat untuk melepaskan tangannya dari dokumen yang sama-sama kami pegang.

"Benar-benar yang terakhir, setelah ini aku tidak akan menangis lagi, aku janji," ucapku sambil tersenyum seperti biasa, kemudian. "Tolong berikan dokumen nya."

"... Aku minta maaf Ratu ku," katanya lalu kemudian melepaskan dokumen itu.

...

Di ruang kerja, aku meletakan dokumen laporan wilayah barat Ironvale. Lalu menyiapkan surat kepada count Artaes dan memasukannya kedalam amplop yang di segel dengan lambang kerajaan.

"...."

Sruk.

Di ruangan yang sepi itu, sejenak aku duduk di kursi sambil bersandar dan menatap pintu cukup lama. Di luar ruang kerja, ada sir Andras yang menunggu sampai pekerjaan ku selesai.

"Aku merasa tidak enak padanya."

Sambil memijat kening, aku memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaan yang memakan waktu 15 jam lamanya. Sesekali, sir Andras akan masuk untuk mengantarkan makan bersama dengan pelayan. Setelah memastikan kebutuhanku terpenuhi, mereka akan keluar bersamaan setelahnya.

Sekarang, Di ruangan itu, hanya ada suara nafas dan lembaran-lembaran kertas yang di balik, serta, suara pena yang menggoreskan tinta dengan merdu sampai pekerjaan ku selesai hari itu.

****

2 bulan kemudian setelah surat untuk count Bolgar Artaes tiba dan di setujui, pengerahan pasukan langsung di lakukan. Perbatasan yang menjadi sarana bagi para pemberontak untuk menyebrang ke kerajaan Luir telah di blokir sepenuhnya. Sebanyak dua ratus pemberontak tertangkap dan di adili oleh raja secara langsung, di depan umum. Untuk menunjukan memberi efek jera bagi para rakyat yang mencoba untuk memberontak.

Setelahnya, sebuah pesat diadakan di istana utama. Dengan count Bolgar Artaes sebagai tokoh utama. Pria yang namanya menjadi kebanggaan kerajaan Ironvale setelah berhasil memenangkan pertarungan di wilayah perbatasan barat Ironvale. Sebagai tambahkan, count Bolgar di beri gelar pahlawan secara langsung oleh ratu Maybell sebagai tanda penghormatan atas kerja kerasnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!