NovelToon NovelToon

Melayani Tuan Mafia

Hawa menegangkan

Keenan Junior Abraham. Seorang pria dewasa yang berusia tiga puluh tahun. Ia merupakan presiden direktur dari perusahaan KenJa Company.

Perusahaan tersebut adalah perusahaan terbesar di Indonesia dan telah menduduki peringkat pertama sebagai perusahaan terhebat di seluruh dunia saat ini. Namun, tak ada satupun yang mengetahui sisi kelam di balik perusahaan itu.

Perusahaan yang dikenal akan kehebatannya itu ternyata memiliki ruang bawah tanah rahasia.

Jika kalian bertanya apa gunanya?

Tentu saja untuk menyimpan beberapa senjata api dan beberapa alat berbahaya lainnya.

Yeah ... selain seorang direktur, ternyata pria yang akrab disapa Keenan itu juga berprofesi sebagai pemimpin mafia. [Black Swan]

Mafia bukan sembarang mafia. Keenan merupakan seorang pemimpin mafia yang paling hebat dan paling disegani di negara ini.

Tidak ada satupun yang berani macam-macam padanya. Jika tidak, maka bersiaplah untuk ma***ti karena Keenan tidak akan segan-segan membu***nuh siapapun yang telah mengusik kehidupannya.

Di sebuah gedung tua.

Dengan langkah kaki yang lebar, Keenan berjalan menuju sebuah ruangan rahasia. Tercium lah bau menyengat dan amis dari arah ruangan itu.

Di saat Keenan tiba di dalam sana, ia melihat kondisi ruangan itu yang sudah sangat berantakan.

"Bersihkan mayat-mayat mereka!" titah Keenan pada para pengawalnya.

"Baik, Tuan!" Para pengawal tersebut segera melakukan tugasnya untuk membuang puluhan mayat yang sudah Keenan habisi nyawanya, entah apa alasannya.

Pandangan Keenan langsung tertuju pada seorang wanita yang sedang terikat di kursi. "Apa kau sudah melihatnya?"

Keenan melangkah mendekati wanita tersebut sembari tersenyum menyeringai.

Wanita itu terlihat sangat ketakutan sembari menitikkan air matanya tanpa henti. "Dasar ib***lis! Kau itu bukan manusia! Tetapi kau bina***tang yang tak punya hati!"

Bukannya marah, Keenan justru terlihat bahagia saat mendengar hinaan dari wanita itu. "Aku tahu kau sangat mencintai hidupmu. Itu lah mengapa aku membu***nuh mereka semua di hadapanmu agar kau merasa takut. Sekarang katakan padaku, di mana kau menyembunyikan dokumen itu! Jika kau masih tak mau jujur juga, nasibmu akan sama seperti mereka!"

"Tidak akan! Aku tidak akan mengatakan apapun! Bun*h saja aku! Ayo bun*h! Aku tahu kau pasti tidak akan berani melakukannya, karena hanya aku lah satu-satunya orang yang mengetahui keberadaan dokumen itu!"

Keenan yang mendengar itu lantas tersulut emosi. Dengan geram Keenan menjambak rambut wanita itu dengan sangat kuat.

"Sshh ...." Wanita itu berhasil meringis kesakitan.

"Apa kau pikir aku takut untuk membun*hmu?! Wanita sepertimu hanyalah manusia sampah yang harus dimusnakan! Bersiaplah untuk mati!"

Keenan merogo sakunya dan mengeluarkan sebuah pistol berwarna silver miliknya.

"Buka mulutmu!" bentak Keenan seraya mencengkram kedua pipi wanita itu sehingga mulut wanita itu terbuka secara paksa.

Tanpa belas kasihan Keenan langsung menyodorkan pistol itu ke dalam mulutnya.

Dor!

Wanita itu seketika te***was begitu saja ketika sebuah peluru berhasil menembus tengkuk lehernya.

"Fu**ck!" umpat Keenan seraya menyeka darah yang sempat mengenai wajahnya.

"Buang mayatnya!" tegas Keenan.

"Baik, Tuan!" Salah satu pengawal segera menyeret tubuh wanita yang sudah tak bernyawa itu keluar dari ruangan tersebut.

Bersamaan dengan itu. Seseorang masuk ke dalam ruangan sembari membawa sebuah dokumen.

Tak ... Tak ... Tak ... [Suara langkah kaki]

"Tuan ...." Pria yang bernama Elang Abimanyu itu sudah berdiri di hadapan Keenan. Ia kemudian menyerahkan dokumen tersebut pada tuannya itu.

"Saya sudah berhasil menemukannya, Tuan. Wanita itu menyimpannya di balik lemari yang ada di rumahnya," jelasnya.

Mendengar hal itu, membuat Keenan tersenyum merasa sangat puas. "Baguslah! Dengan begitu rahasia perusahaan kita tidak jadi terbongkar!"

"Iya, Tuan!"

Di sisi lain.

Seorang gadis sedang berjalan di pinggir jalan. Gadis itu bernama Luna Anantasya. Ia baru saja pulang dari sekolahnya dan sedang menuju pulang ke rumahnya.

Luna melewati jalan yang begitu sepi dan sunyi. Tak ada satu orang pun yang melintas di sana kecuali dirinya sendiri.

Kemudian, langkah Luna terhenti ketika melihat sebuah gedung tua yang berdiri tak jauh darinya. Gedung itu tampak sangat berlumut dan diselimuti oleh beberapa tumbuhan liar yang menjalar.

Glup ....

Luna menelan air liurnya dengan sangat susah payah. Tiba-tiba saja ia merinding ketakutan.

Bukan tanpa alasan ia takut. Tetapi ia pernah mendengar perkataaan teman-temannya yang berkata bahwa gedung tersebut dikenal sangat angker dan banyak penghuninya. Karena sangat penasaran, Luna memutuskan pulang melewati jalan tersebut padahal teman-temannya sudah memperingatinya untuk tidak pulang melewati jalan itu.

"Kok aku tiba-tiba merinding yah?" Luna memeluk tubuhnya sendiri seraya celingak-celinguk karena merasa ada yang sedang memperhatikannya.

Di tangkap

"Apa itu?!"

Luna seketika tersentak kaget saat mendengar suara berisik dari arah semak-semak yang berada tak jauh darinya.

Bukannya takut Luna justru merasa penasaran. Dengan langkah perlahan, gadis itu mendekat ke arah semak-semak itu untuk melihat dari mana suara tersebut berasal.

Deg ....

Jantung Luna seakan hampir copot dari tempatnya ketika melihat apa di balik semak-semak itu.

"Pe--pembu***nuh!"

Tubuh langsung Luna bergetar dengan sangat hebat karena ketakutan. Bagaimana tidak? Ia melihat beberapa pria sedang membuat mayat-mayat manusia ke dalam lubang yang sudah digali.

Perlahan-lahan Luna mundur dari tempatnya seraya menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Sebisa mungkin ia menahan suaranya untuk tidak berteriak.

Namun ... takdir berkata lain. Gadis itu justru tak sengaja menginjak potongan ranting sehingga menciptakan suara yang cukup nyaring.

Para pengawal yang sedang sibuk membuang mayat-mayat tersebut langsung tersadar akan kehadiran Luna di sana.

Luna yang tahu bahwa dirinya sudah ketahuan segera berlari dari sana dengan sangat kencang.

"Ada yang melihat kita! Cepat, kalian kejar gadis itu! Jangan sampai dia berhasil kabur dan melaporkan tentang kejadian ini pada kepolisian!" titah ketua pengawal yang bernama Victor.

"Baik, Tuan!" Beberapa pengawal segera mengejar Luna yang sudah kabur entah ke mana.

Luna yang bertubuh mungil itu tak mungkin bisa berlari menghindari para pengawal itu.

Dan benar saja. Luna berhasil tertangkap tak lama setelah itu. "Lepaskan aku! Lepaskan!" teriaknya memberontak saat para pengawal itu menariknya dan menyeretnya kembali ke gedung tua itu.

"Kalian pembu***nuh! Apa kalian tidak tahu kalau negara ini adalah negara hukum! Jika polisi mengetahuinya kalian akan mendapatkan hukuman yang sangat berat!"

"Kami tahu itu. Itulah mengapa kami menangkapmu agar kau tidak bisa melaporkan kejadian ini pada kepolisian!" ujar Victor seraya tersenyum menyeramkan.

"Tolong! Tolong! Tolong ada pembu***nuhan di sini! Tolong!" Luna berusaha berteriak sekuat tenaganya.

"Tidak ada gunanya kau berteriak di sini! Ini tempat yang sangat sunyi dan sepi! Tidak akan ada orang yang dapat menolongmu!" sungut Victor.

Victor pun segera mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke arah Luna. Luna yang melihat itu lantas semakin ketakutan. Sekuat mungkin ia berusaha untuk memberontak, namun tenaganya itu jauh lebih kecil dibandingkan para pengawal tersebut.

"Semua saksi mata yang dapat merugikan kami harus dile***nyapkan. Maka bersiaplah untuk mati!"

Victor mengarahkan pistol miliknya itu ke arah Luna. Luna pun hanya bisa menangis seraya memejamkan matanya dengan kuat karena takut.

Di saat Victor hendak menarik pelatuknya, tiba-tiba aksinya itu terhenti ketika mendengar suara bariton milik seseorang.

"Apa yang kalian lakukan?!" Keenan berjalan mendekat bersama asistennya yaitu Elang.

"Gadis ini tidak sengaja melihat kami yang hendak menguburkan mayat-mayat itu, Tuan. Karena takut dia akan melaporkannya ke polisi maka saya memutuskan untuk mele***nyapkannya saja," jelas Victor.

Keenan yang mendengar itu lantas menatap Luna yang masih memejamkan matanya karena ketakutan.

Keenan menatap Luna dari atas sampai bawah. "Seorang gadis yang tidak bersalah tidak sepantasnya mendapat hukuman seperti itu!" tegasnya.

Victor yang mendengar itu pun langsung terkejut sekaligus kebingungan. "Tapi dia sudah melihat kami membuang mayat-mayat itu, Tuan! Apa tidak sebaiknya kita hilangkan saja nyawanya?"

"Tidak perlu hilangkan nyawanya! Bawa dia pulang ke mansionku, akan kujadikan dia sebagai pelayan se***x ku!"

Deg ....

____________________

Di sebuah mansion mewah, yang didirikan di pedalaman hutan yang sangat dalam dan jauh dari perkotaan.

"LEPASKAN AKU! KALIAN MEMBAWAKU KE MANA! AKU BILANG LEPASKAN!" Luna berteriak histeris sembari memberontak ketika dua pengawal menyeret dan menariknya turun dari mobil.

"Menurut lah, Nona! Atau kami akan berbuat kasar padamu!" ancam salah satu pengawal membuat Luna mulai menangis dengan deras.

"Sebenarya apa mau kalian! Kenapa kalian membawaku ke mari!" sungut Luna seraya terseduh-seduh.

"Ini perintah dari tuan kami. Anda akan dijadikan sebagai alat pemu***as olehnya! Jadi bersiaplah melayaninya mulai sekarang!"

Deg ...

"Tidak! Aku tidak mau! Lepaskan aku! TOLONG! TOLONG!" Sekeras apapun Luna berteriak, ia tak akan bisa mendapatkan pertolongan, karena lokasi mansion itu sangat jauh dari permukiman manusia.

Sebuah permainan

Luna langsung dibawa ke sebuah kamar dan dikunci di dalam sana. Luna yang mendapat perlakuan seperti itu lantas ingin kabur, tetapi pintunya sudah terlanjur dikunci dari luar oleh para pengawal.

"Buka pintunya! Aku mau pulang!" teriaknya seraya mengedor-ngedor pintu dengan sangat kuat. "Aku bilang buka pintunya!"

Di luar sana.

"Apa tidakpapa jika kita mengunci gadis itu di kamar pribadi milik tuan Keenan?" tanya salah satu pengawal.

"Tentu saja tidakpapa karena ini permintaan tuan Keenan sendiri! Tuan Keenan pasti akan merusak kepera***wanan gadis itu malam ini!" jelas pengawal lainnya.

____________________

Malam hari.

Luna sedang duduk meringkuk di balik pintu. Ia memeluk kedua kakinya seraya menangis terseduh-seduh. Sudah empat jam ia dikurung di dalam kamar itu membuatnya semakin ketakutan. Luna takut tak bisa pulang lagi ke rumahnya.

Sejak tadi Luna terus berteriak meminta tolong, akan tetapi tidak ada siapapun yang mau menolongnya.

"Aku ingin pulang ... tolong keluarkan aku dari kamar ini," ucap Luna dengan sangat lirih sembari terisak dan terus menangis.

Pandangan Luna langsung tertuju ke arah jendela yang ada di kamar itu. Luna dapat melihat dengan jelas bahwa di luar sana adalah hutan-hutan yang sangat lebat nan gelap karena hari sudah malam.

Dari situ muncul pikiran Luna untuk kabur melewati jendela itu. Dengan segera ia berdiri dari duduknya dan menghampiri jendela tersebut.

"Kenapa susah sekali!" pekiknya.

Luna mendengus dengan kesal karena sekuat apapun ia berusaha membuka jendela tersebut jendela itu tak mau terbuka sama sekali.

"Kau mau kabur?"

Deg ....

Jantung Luna seakan hampir copot dari tempatnya ketika mendengar suara bariton milik laki-laki dari arah belakangnya.

Lantas saja Luna langsung membalikan tubuhnya untuk melihat siapa pemilik suara itu.

"Kabur lah jika kau bisa! Berteriak lah sampai pita suaramu putus! Itu semua akan sia-sia saja karena tempat ini sangat jauh dari permukiman warga!"

Keenan mulai melangkah mendekati Luna membuat Luna benar-benar ketakutan. Semakin Keenan melangkah mendekatinya semakin juga Luna mundur dari tempatnya.

Dug!

Punggung Luna terpentok di jendela membuatnya tak bisa melangkah mundur lagi. Kini ia sudah tak berbuat apa-apa lagi saat ini. "Si--siapa kau?"

"Kau tidak perlu tahu siapa aku. Mulai sekarang kau akan menjadi alat pemu***asku. Bermimpi lah untuk kabur dari sini!"

Keenan mulai membuka kancing kemejanya satu-persatu di hadapan Luna. Setelah semuanya terbuka ia melepas kemejanya itu untuk menunjukkan tubuhnya yang gagah dan berotot itu pada Luna.

Luna yang melihat itu lantas memejamkan matanya dengan sangat kuat, ia tak berani melihat atau menatap pria yang ada di hadapannya itu. Tubuhnya semakin gemetar karena ketakutan, ia ingin sekali kabur dari sana akan tetapi ia sadar bahwa di sana tak ada jalan keluar sama sekali.

Keenan yang melihat Luna ketakutan justru semakin bersemangat. Entah mengapa ia sangat suka ketika melihat Luna ketakutan seperti itu. Bagi Keenan Luna adalah kelinci kecil yang siap ia nikmati malam ini.

"Akh!" Seketika saja Luna langsung memekik kesakitan ketika tangannya tiba-tiba ditarik dan dihempaskan dengan kasar ke atas kasur.

Luna pun meringkuk ketakutan. "A--apa yang akan kau lakukan. A--aku tidak mau jadi pemuasmu! Aku mohon lepaskan aku!"

Keenan menyeringai dengan sangat licik saat mendengarnya. "Menurut lah kelinci kecil! Atau aku tidak akan segan-segan melukaimu saat bermain!" tegasnya membuat Luna mulai menangis.

"Hiks ... aku tidak mau! Ja--jangan macam-macam padaku!" teriaknya sembari meringkuk mundur saat Keenan mulai merangkak mendekatinya.

Krekk~

Seketika saja Luna berteriak dengan histeris sembari memberontak dengan sekuat tenaganya saat Keenan merobek pakaian sekolah yang sedang ia gunakan.

"Akhh ... jangan aku mohon! Hikss ... jangan lakukan ini padaku!" Sebisa mungkin Luna menahan tangan Keenan yang mulai mera***ba tubuhnya yang sudah tak memakai apa-apa.

Namun Keenan yang berhati kejam itu tak memperdulikan tangisan dan rintihan Luna yang memohon ampun padanya. Yang ia pikirkan hanyalah untuk puas malam ini!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!