"Heh sana beliin gue minuman," suruhnya sambil mendorong kepala seorang anak perempuan yang berpenampilan kurang menarik tapi rapi.
Anak perempuan itu tidak bergeming dari tempat duduknya, ia tetap fokus dengan buku yang sedang ia baca.
"Udah culun budek lagi," ucapnya lagi, "KA-SI-AN!!" ucap satu geng itu kompak.
Salah satu temannya menjambak rambut anak perempuan itu, "Heh anak aneh, sana beliin minuman buat queen kita, dia haus," ucapnya lalu melepas jambakannya.
"Bukan urusan gue," ucapnya lirih tapi masih bisa di dengar oleh mereka.
"Kurang ajar." ia mau menampar anak perempuan itu, tapi dengan gerakan cepat anak perempuan itu bisa menahan tangannya, saat ia ingin membalas guru masuk di kelas mereka.
"Kalian ini, harusnya fokus dengan ujian kalian, bukan justru berantem di kelas, jadi contoh yang baik untuk adik-adik kelas kalian." omel guru yang masuk.
"Sekarang kita lanjut latihan menjawab soal-soal," ucap sang guru.
"Iya bu," jawab siswa/i kompak.
Setelah jam pelajaran selesai, beberapa dari mereka keluar untuk istirahat di kantin.
"Elsya," sontak pemilik nama menoleh ke sumber suara.
"Kantin yo?" ajak salah satu teman sekelasnya, namun Elsya langsung menggelengkan kepalanya.
Ia tau jika teman sekelasnya itu mengajaknya karena ada maunya, "Dih dasar, pantesan aja lu gak punya teman, sombong banget," omelnya lalu keluar kelas sambil menghentakkan kakinya.
Dari tempat duduknya, Elsya bisa mendengar temannya sekelasnya itu mengatakan, "Dia gak mau, padahal gue mau nyontek nanti sama dia."
"Dasar, gue akan berikan lu pelajaran," ucap Elsya sambil menatap tajam ke arah segerombolan perempuan yang berdiri di depan kelasnya.
"Sekarang gak nih?" tanya sosok yang berdiri di samping Elsya, sontak ia kaget karena ulah sosok yang mana itu adalah teman gaib Elsya.
Elsya langsung menggelengkan kepalanya, karena jika ia mengiyakan ucapan teman gaibnya itu, di jamin akan langsung terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Elsya seorang anak perempuan yang di anggap aneh oleh teman-teman sekelasnya, bukan hanya sekelasnya tapi siapapun yang melihatnya.
Bagaimana tidak, ia terkadang berbicara sendiri. Elsya salah satu anak yang bisa melihat sosok tak kasat mata, bahkan Elsya bisa berinteraksi dengan mereka.
Karena hal itu, Elsya terkadang kelepasan bicara dengan mereka saat di tempat umum, itu lah salah satu penyebabnya ia sering di bully.
"Gerah banget hari ini," ucap Elsya dalam hati sambil mengipasi dirinya menggunakan buku.
"Buka aja dinding di samping lu," ucap teman gaibnya yang masih berdiri di samping Elsya.
"Lu pikir tuh dinding bongkar pasang apa," ucap Elsya kesal di buatnya.
"Dih sensi bener lu."
"Ngapain lu ada disini?" tanya Elsya kepada sosok di sampingnya, tapi sosok itu tidak menjawab ia hanya mengangkat bahunya dan menghilang.
Elsya melihat sekeliling, tapi ia sudah tidak melihat temannya itu.
Saat Elsya melihat sekeliling, matanya tak sengaja bertatap dengan sepasang mata.
Elsya langsung memalingkan wajahnya, "Pantesan panas, ada setan," ucap Elsya dalam hati.
"Setan?"
Sontak Elsya melihat ke sumber suara, "Sialan kenapa lu nongol lagi sih," ucap Elsya lirih saat teman setannya itu muncul.
"Namanya setan ya terserah lah," ucapnya, "Mana setannya?"
"Gak tau, udah pergi kali."
"Ya sudah lah," ucap temannya itu lalu kembali menghilang.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Elsya langsung bersiap-siap untuk pulang.
Tapi baru saja Elsya mau melangkahkan kakinya ke arah pintu, ia lebih dulu di cegat oleh satu geng yang mengganggunya tadi.
"Eits mau kemana lu?" tanya Monica yang mereka sebut queen.
Elsya hanya melirik ke arah Monica, "Apa lu?" tanya Maya salah satu anteknya Monica.
Tanpa memperdulikan ucapannya mereka, Elsya langsung saja melanjutkan langkahnya keluar.
"Gue ngomong sama lu." Monica menarik rambut Elsya dan mendorongnya hingga jatuh ke lantai.
"Makin gue biarin, lu makin ngelunjak ya?" Monica melihat wajah Elsya dengan memegang dagunya.
"Hari ini jadwal gue piket kelas, lu gantiin gue dan yang lain," ucap Monica.
"Gak!"
PLAK...
Monica menampar pipi Elsya yang membuat antek-anteknya tertawa senang.
"Makanya jangan berani-berani sama queen," ucap Mika salah satu anteknya Monica.
Geng mereka di kenal dengan sebutan geng M, karena nama anggota mereka berlima semua berawal M dan tentu Monica adalah ketua nya.
"Bersihkan setiap inci, okey? Bye." Mereka melambaikan tangan ke Elsya dan meninggalkan Elsya sendirian.
Teman-teman sekelasnya? tidak ada yang peduli dengan apa yang di alami Elsya. Selain mereka menganggap Elsya anak aneh, siapapun yang berani menolong ataupun membantu anak yang di bully sama geng M pastinya akan ikut di bully sama mereka.
Setelah Monica dan antek-anteknya pergi, Elsya menarik nafas dalam-dalam lalu melihat sekeliling.
Elsya berjalan ke tempat duduknya, ia tidak berniat untuk membersihkan kelasnya sesuai dengan instruksi Monica.
Ia menunggu hingga teman sekelasnya pulang semua, baru lah ia akan beraksi.
"Ada yang bisa gue bantu?" tanya temannya yang tiba-tiba muncul.
"Hmmm." menganggukkan kepalanya pelan. "Gak perlu, biar gue aja." berjalan keluar kelas untuk mengambil tempat sampah.
Elsya mengambil tempat sampah yang penuh dan membawa masuk ke dalam kelasnya, ia tanpa ragu menghamburkan sampah-sampahnya di dalam kelas.
"Selesai," ucapnya senang melihat ruangan kelasnya yang sangat kotor karena ulahnya.
"Ayo pulang," ajaknya ke sosok temannya itu.
"Udah balik lu?" tanya kakaknya saat melihat Elsya sudah pulang.
"Belum," jawabnya sambil berjalan ke kamarnya.
Selesai mengganti pakaiannya, ia langsung ke dapur untuk makan siang, sang kakak sudah ada di dapur menunggu Elsya.
"Gak kuliah kak?" tanya Elsya ke kakaknya.
"Menurut lu?" tanyanya balik, Elsya tidak lagi menimpali ucapan kakaknya.
"Gimana sekolah lu?"
"Sama aja," jawab Elsya.
"Masih di bully?"
"Hmmm."
"Balas lah! Sia-sia seni bela diri yang gue ajarin kalau gitu," suruh kakaknya.
"Kakak macam apa lu? Ngajarin tuh yang baik-baik."
"Itu baik Elsya, masa lu mau di bully terus sih, nunggu apa? Karma dari Tuhan? Jangan repotin Tuhan mulu lah Sya," omel kakaknya.
"Iya iya."
"Iya iya mulu, tapi tetap aja gak dilaksanakan."
"Tadi sudah ko," ucap teman gaib Elsya yang tiba-tiba muncul.
"Muncul aja lu," ucap kakaknya. "Ceritain Kun."
"Kun Kun, panggil gue ...."
"CE-PAT KUN-TI!!" ucap kakaknya Elsya penuh penekanan.
"Iya iya sabar kek, tadi tuh dia di bully di suruh bersihin kelas sendirian padahal bukan jadwalnya, terus dia ambil tempat sampah di hamburin isinya dalam kelas," jelas mbak Kun.
"Bagus-bagus, lanjutkan Sya," ucap kakaknya ambil tepuk tangan.
"Kakak sesat," ucap Elsya.
"Kalau ada apa-apa bilang."
"Iya Elzein, sudah ah kak tiap hari gitu mulu," ucap Elsya capek dengan kakaknya yang setiap hari nanya hal yang sama.
Elsya dan Elzein hanya tinggal berdua, karena kedua orang tuanya telah meninggal dunia akibat kecelakaan, maka dari itu sang kakak sangat perhatian ke adik satu-satunya itu.
"Oh iya Sya, gue mau keluar lu jangan kemana-mana, langsung telpon kalau ada apa-apa."
"Iya kak, tutup pintu kalau udah keluar," ucap Elsya.
Setelah kakaknya pergi, Elsya hanya di kamarnya mengerjakan tugas-tugas sekolah.
"Elsya," panggil teman gaibnya.
"Hmmm."
"Kakak lu suka banget panggil gue Kun, gini-gini juga cantik kali, lu juga sama manggilnya Kun padahal kan nama gue bagus," protesnya.
"Mana gue tau, tanya dia lah."
"Alasan lu kenapa?"
"Gue ngikut kakak gue, kenapa?" tanya Elsya melihat ke arah Kun.
"Dasar manusia," ucapnya lalu menghilang.
Mbak Kun sebenarnya bukanlah kuntilanak yang menggunakan daster putih polos, ia justru menggunakan gaun yang cantik, namun dulunya ia tinggal di salah satu pohon dimana Elsya sekolah TK.
Karena hal itu lah, yang membuat baik Elsya dan kakaknya Elzein memanggilnya mbak Kun.
Dari TK juga lah awal dari pertemanan Elsya dan mbak Kun, karena hanya Elsya yang bisa melihatnya.
Elsya mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya, ia segera keluar untuk melihat siapa yang datang.
"Cari siapa ya pak?" tanya Elsya ke orang yang ada di depannya.
"Kamu yang tinggal disini?" dengan cepat Elsya menganggukkan kepalanya.
"Orang tuanya mana?"
"Gak ada pak," jawab Elsya.
"Jadi kamu tinggal disini sama siapa?"
"Kakak saya, kenapa ya pak?" tanya Elsya.
"Saya perlu bicara, kakaknya ada?" Elsya langsung menggelengkan kepalanya.
"Kakak saya lagi keluar pak, kalau mau di tunggu boleh, duduk saja dulu pak saya telpon kan."
"Telpon sekarang."
Elsya pun kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil ponselnya, setelah di telpon berkali-kali kakaknya tidak menjawab panggilannya.
Namun tak lama berselang, Elsya mendengar suara motor kakaknya, ia pun langsung keluar untuk melihat itu benar kakaknya atau bukan.
"Oh itu kakak saya," ucap Elsya ke dua orang bapak-bapak yang datang tadi.
"Ada apa ini pak RT?" tanya Elzein.
"Oh pak RT ternyata, mana gue tau," ucap Elsya dalam hati.
"Ternyata rumah mu Zein, ini pak Harto," ucap pak RT mengenalkan orang yang datang bersamanya.
"Zein pak." mereka pun berjabat tangan.
"Langsung aja ya pak," ucapnya sambil melihat ke pak RT, "Begini Zein, saya dengar rumah mu ini di jual, saya datang untuk melihat-lihat rumahnya," ucap pak Harto.
"Iya pak benar, mari pak masuk," ajak Elzein masuk ke dalam rumah untuk melihat-lihat.
Elsya hanya duduk di rumah tamu, sambil menonton tv, Elzein mengajaknya berkeliling untuk melihat isi rumahnya.
"Kalau boleh tau rumahnya ini kenapa di jual Zein?" tanya pak Harto.
"Kami mau pindah pak."
Selesai berkeliling, mereka pun mengobrol harga jualnya, untungnya pak Harto setuju dengan harga yang sudah di sebutkan oleh Elzein.
"Sya," panggil kakaknya.
"Hmmm." matanya tetap fokus ke layar tv.
"Pak Harto setuju beli rumah ini."
"Jadi kapan kita pindah?"
"Dalam seminggu rumah sudah harus kosong." mendengar ucapan kakaknya ia hanya menganggukkan kepalanya.
Mata Elsya seketika berkaca-kaca, kakaknya yang melihat itu langsung mendekati adiknya dan mengelus-elus kepalanya.
Rumah yang mereka tempati sekarang adalah salah satu rumah peninggalan orang tuanya, tapi karena butuh uang untuk biaya sehari-hari mau tidak mau mereka harus menjualnya.
Sebelumnya mereka menjual rumah dua lantai yang lantai pertamanya itu ruko, tapi setelah 3 bulan belum ada yang cocok dengan rumah tersebut, akhirnya mereka coba menjual rumah yang di tempati sekarang, baru seminggu di pasang sudah ada yang membelinya yaitu pak Harto.
"Besok kita mulai pindahan Sya."
"Iya," jawab Elsya sambil menganggukkan kepalanya.
"Gue lihat buku lu terbuka di kamar, sana beresin." setelah mendengar ucapan kakaknya barulah Elsya mengingat jika tadi ia mengerjakan tugas.
Saat Elsya masuk kamar ia di kagetkan oleh temannya yang sedang berbaring di kasurnya, "Anak kecil, kalau lu pada pindah gue gimana?" tanya mbak Kun.
"Heh kaget gue, ngapain sih disitu?" ucap Elsya mengelus dadanya, "Perasaan ini bukan pertama kalinya gue pindah, biasanya lu ikut-ikut aja tanpa nanya."
"Iya juga ya, gue kan setan, kalau gitu gue permisi," ucap mbak Kun.
"Heran bener, setan ko suka banget kemana-mana."
"Gue setan gaul," ucap mbak Kun yang sudah berdiri di samping Elsya.
"Anjir nih setan, kasih kode kek kalau lu nongol, main nongol aja lu pikir gue gak kaget?"
"Next time, bye." Mbak Kun pun kembali menghilang, Elsya hanya menggelengkan kepala.
Elsya yang sudah siap dengan menggunakan seragam sekolahnya hanya duduk di ruang tamu sambil memainkan ponselnya, padahal jam sudah menunjukkan hampir jam setengah delapan pagi.
"Kenapa lu belum berangkat?" tanya kakaknya yang baru bangun.
"Mau telat hari ini," jawabnya masih fokus dengan layar ponselnya.
"Terserah lu lah, hari ini gue kuliah sampai sore."
"Oke, berangkat kak."
"Iya."
Elsya langsung menggowes sepeda nya ke sekolah, sungguh ia sangat penasaran dengan kondisi kelasnya sekarang.
"Mbak Kun," ucap Elsya dalam hati.
"Apaan?" tanya mbak Kun yang tiba-tiba muncul di belakang Elsya seketika sepeda yang di kendarai Elsya bergoyang.
"Ngapain sih di belakang aelah Kun, hampir jatuh kan gue." Elsya mengerutkan keningnya karena kesal.
"Sorry sorry, jadi kenapa lu manggil gue?"
"Mau nanya kondisi kelas gue gimana,"
"Gue belum sampe di kelas lu, dah ah gue juga penasaran." Mbak Kun langsung menghilang, padahal Elsya mau nyuruh mbak Kun laporan ke dia kalau sudah lihat suasana kelasnya.
Suasana di kelasnya saat ini sangat kacau, Monica dan teman satu piket nya di omelin sama wali kelas karena tidak membersihkan kelas, terlebih salah satu anggota geng M keceplosan kalau kemarin mereka menyuruh Elsya membersihkan kelasnya.
Geng M yang di omelin hanya menundukkan kepalanya, di saat itu barulah Elsya datang.
"Kalian ini benar-benar ya, setiap hari buat kekacauan, buat masalah, kalian ini sudah kelas 3, kelas senior. Apa ini yang kalian mau contohkan ke adik kelas kalian?" omel wali kelas Elsya.
"Elsya?" panggil wali kelasnya.
"Iya bu?"
"Dan kalian berlima ikut ke ruang BK, yang lain gunakan ruangan perpustakaan untuk pelajaran hari ini." ucap wali kelas.
Elsya yang berjalan paling belakang, ia bisa melihat wajah kesalnya Monica.
"Elsya, kemarin kamu di suruh sama mereka membersihkan kelas?" tunjuk wali kelasnya ke arah geng M.
"Iya bu," jawab Elsya.
"Terus kelasnya kenapa penuh sama sampah?"
"Saya yang hamburin bu," jawab Elsya jujur.
"Hah?"
"Itu bentuk balas dendam saya bu, kemarin mereka mukul dan memaksa saya buat bersihin kelas bu," jelas Elsya.
"Kenapa kamu gak lapor sama guru?"
"Sebelumnya saya pernah lapor bu kelakuan mereka, justru saya kena tegur sama kepsek, dia keponakan kepala sekolah bu, yang ada saya yang di depak dari sekolah kalau lapor kelakuan Monica lagi bu."
"Ah sakit kepala saya karena kalian," ucap wali kelasnya.
"Bukannya fokus belajar, kalian malah lakukan pembullyan, benar-benar ya kalian, Elsya susul teman-temanmu yang lain di perpustakaan."
"Terima kasih bu," ucap Elsya.
"Kalian berlima buat surat pernyataan melakukan kesalahan, dan bersihkan kelas kalian."
"Tapi bu kenapa hanya kami, sedangkan yang buat kekacauan dia, harusnya dia juga ikut me...." salah satu dari mereka mau melakukan protes tapi langsung di potong sama wali kelas.
"Awal mula kekacauan ya dari kalian, maka kalian harus tanggung jawab, gak terima?" tanya wali kelas nya, seketika ia diam dan tidak berani membantah.
"Elsya lain kali jangan lakukan hal yang sama, kasian teman sekelas kalian harus pindah ruangan belajar, langsung lapor guru saja."
"Baik bu."
"Sana susul teman-temanmu."
Elsya langsung meninggalkan ruangan BK dengan tersenyum puas, walaupun ia tau kalau nantinya akan kena masalah tapi tidak apa-apa asal mereka di tegur dan mendapatkan hukuman.
"Urusan nanti mari kita urus nanti," ucap Elsya.
Ternyata guru jam pelajaran pertama tidak datang karena sakit, kami hanya di minta belajar sendiri untuk hari ini.
"Heh santai bener buk," ucap mbak Kun yang duduk di meja Elsya.
Elsya hanya melihat sekilas, "Nongol mulu lu, sana pantau geng M."
Tepat setelah Elsya mengatakan hal itu, mbak Kun pun langsung menghilang.
Tak lama setelah mbak Kun pergi, ia datang lagi dengan tertawa terbahak-bahak.
"Hahahahaha...."
"Apa yang terjadi?" tanya Elsya dalam hati, mereka komunikasi lewat batin karena tidak mungkin Elsya berbicara langsung.
"Hahahahaha aduuuuh perut gue, huuft seneng banget lihat mereka bersihkan kelas," jawabnya sambil memegangi perutnya.
"Bagus lah kalau emang mereka yang bersihkan."
Sebelum jam pelajaran kedua di mulai, geng M memanggil kami kembali ke kelas karena mereka telah membersihkan kelasnya.
Saat Elsya melewati geng M, mereka tampak sangat marah ke Elsya, tapi ia tidak peduli.
Elsya telah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan orang semena-mena kepadanya lagi, terlebih kakaknya Elzein akan mengomelinya jika tau ia diam saja saat di ganggu.
Jantung Elsya tidak hentinya berdetak kencang saat jam istirahat, ia tentu saja takut jika geng M akan melakukan aksinya setelah ia tidak menuruti perintahnya.
Tapi untungnya sampai jam pelajaran terakhir geng M tidak mendekat ke arah Elsya, setelah bel pulang berbunyi Elsya segera merapikan buku-bukunya dan bergegas pulang.
Aaakhh...
Rambut Elsya di jambak oleh Mimi salah satu anggota geng M, "Mau kemana lu?" tanyanya tepat di sebelah telinga Elsya.
"Lepasin goblok!" Elsya berusaha melepas tangan Mimi tapi tidak bisa, yang ada rambutnya semakin di tarik.
"Bawa dia."
Elsya langsung di apit oleh Maya sama Mika, "Sialan!" umpat Elsya dalam hati.
Mereka membawa Elsya ke toilet, sesampainya di toilet mereka langsung mendorong Elsya hingga terbentur di pintu toilet.
"Makin hari lu makin berani ya sama gue," ucap Monica sambil berjalan mendekat ke arah Elsya.
"Ngapain juga gue takut sama pecundang kek lu."
PLAKK
Monica menampar pipi Elsya, "Sialan!" dengan cepat Elsya menendang kaki Monica hingga ia terjatuh ke lantai.
"Baju gue jadi kotor," ucap Elsya kesal.
"YAAAAAAAA!!" Monica teriak ke arah Elsya.
Walaupun Elsya sangat takut, ia berusaha mengatur mimik wajah.
Antek-antek Monica berusaha untuk menyakitinya, Elsya berusaha melawan tapi karena kalah jumlah ia pun akhirnya tersungkur tak berdaya, tubuhnya sekarang sangat terasa sakit.
"Bagaimana? Lain kali nurut aja ya," ucap Meli.
Elsya yang tidak berdaya itu hanya melihat ke arah mereka, namun karena tatapan dari Elsya membuat Monica sangat marah.
"APA LU HAH?!" Monica menendang kepala Elsya, hingga Elsya tergeletak di lantai dan itu membuatnya langsung tak sadarkan diri, tanpa geng Monica sadari Elsya mengeluarkan darah dari kepalanya.
Meskipun Elsya sudah pingsan, mereka tidak peduli justru mereka menendang Elsya sebelum meninggalkan nya di toilet.
Para anggota geng M kembali ke kelas untuk mengambil tas nya sebelum pulang, di situlah mbak Kun melihat geng M yang sangat bahagia.
Mbak Kun sedari tadi duduk di kursi Elsya untuk menunggunya, mbak Kun tidak mencarinya karena melihat tas Elsya masih di mejanya hingga mbak Kun hanya menunggu.
"Kenapa mereka ketawa?" mbak Kun mendekat ke arah mereka.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya mbak Kun ke mereka, tapi tentunya tidak ada respon karena mereka tidak bisa melihatnya.
"Elsya, dimana dia?" Mbak Kun keluar dari kelas dan mencari dimana keberadaan Elsya.
Tak butuh waktu lama ia tau keberadaan Elsya, saat mbak Kun melihat kondisi Elsya langsung naik pitam.
"Yaaaaaaaaaaaa...." mbak Kun menjerit keras.
Dengan cepat mbak Kun merasuki tubuh Elsya, ia harus membawa tubuh Elsya ke hadapan seseorang agar Elsya segera di bawa ke rumah sakit.
Mbak Kun membawa tubuh Elsya ke ruang guru, untungnya guru masih belum pulang.
"Elsya?" ucap seorang guru yang mengenali Elsya, "Kamu ke...." Mbak Kun langsung keluar dari badan Elsya, yang membuat tubuhnya terjatuh ke lantai.
"Pak, bu, tolong ini Elsya kenapa." seketika para guru mendekati Elsya, dan segera membawanya ke ruang UKS.
Setelah memastikan tubuh Elsya di tangani, dengan cepat mbak Kun mencari keberadaan geng M, hanya butuh beberapa detik mbak Kun sudah menemukan mereka.
Dengan kemarahan yang masih memuncak, mbak Kun mendekati tubuh Monica dan bermaksud mencelakainya.
Setelah berhasil merasuki tubuh Monica, tanpa memperdulikan apapun, mbak Kun yang sedang mengendalikan tubuh Monica langsung berlari ke arah jalan hingga membuat tubuhnya hampir tertabrak motor, karena hal itu Monica jatuh dan lututnya mendarat duluan ke aspal.
Mbak Kun keluar dari tubuh Monica yang terduduk di aspal, teman-temannya langsung mendekati Monica, baru saja mbak Kun mau merasuki salah satu anteknya Monica.
Matanya tak sengaja tertuju ke arah Elzein yang berdiri dan menatap tajam ke arahnya, "Cukup Kun," ucap Elzein dalam hati membuat mbak Kun tidak bisa berkutik.
Walaupun dia hantu, tetap saja ia tidak punya begitu banyak nyali untuk melawan Elzein apalagi Elsya, mereka berdua lebih dari setan kalau marah.
Tapi yang mengherankan, Elsya tidak pernah melawan saat di bully, lebih tepatnya seperti tidak punya tenaga untuk membalas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!