"Tunggu!"
"Tunggu, jangan ditutup!!"
Teriakkan suara wanita yang sedang mengejar lift, namun pemuda di dalamnya tidak peduli. Ia tetap memencet tombol pintu.
"Ting..!!" pintu lift ditutup.
Sang wanita hanya bisa diam dengan mulut terbuka, ia menatap pintu lift yang tertutup itu. Dengan rasa tidak percaya. Seorang pria di dalam tadi dengan tega memencet tombol tutup pintu.
Wanita itu menjadi sangat kesal. Sudah susah payah mengejar lift, malah sengaja ditutup.
"Iiihhss...!! Tega banget tuh cowok..., aduh bagaimana ini...!! Waktu absen tinggal dua menit lagi." rengek wanita yang bernama Clara dengan rasa kesal, pagi-pagi ada saja yang bikin emosi.
Dengan terpaksa, mau tak mau Clara memilih menaiki tangga darurat yang letaknya di ujung lorong lift. Terpaksa Clara melepaskan sepatu hak heels nya supaya bisa cepat sampai ke lantai 5 gedung kantor. Pria yang ada dalam lift tadi sungguh keterlaluan dan tak punya hati, membuat wanita berusia 32 tahun berolahraga di pagi hari.
Clara Adeline seorang karyawati perusahaan grup Pharell. Perusahaan yang terkenal di seluruh Indonesia hingga ke mancanegara. Menguasai banyak pasar kosmetik, fashion, alat rumah tangga, gedung mall, dan lainnya. Tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam perusahaan sebesar ini. Termasuk Clara, namun keberuntungan berpihak padanya yang kala itu dirinya baru saja diceraikan oleh mantan suaminya.
Tidak banyak peran Clara di perusahaan tempat ia berkerja, Clara hanyalah seorang admin di bagian marketing perusahaan. Dia juga seorang jomblowati sejati, sudah dua tahun ini Clara memegang gelar janda. Ia sendiri pun tidak ingin menikah lagi, perkawinan pertamanya sudah membuat dirinya amat trauma pada semua laki-laki.
Janji manis, mulut gombal, congor buaya. Clara sudah kenyang dengan semua itu. Hatinya sudah dibuat kenyang oleh rasa kecewa dari mantan suami kamvretnya dulu.
.
.
Tepat beberapa detik sebelum jam masuk kantor. Clara berhasil menempelkan jempolnya si mesin absensi kantor.
'Tut, terimakasih.' muncul suara robot dari mesin absen. Clara pun bernafas lega, syukurlah bisa berhasil absen sebelum lewat jam masuk kantor.
Segera Clara kembali memakai sepatunya. Merapikan rambutnya yang sudah acak-acakan. Baju kemejanya nampak berantakan akibat berlarian menaiki tangga darurat tadi.
"Clara!! Ya ampun gua kira lu gak masuk." Sapa Risa, teman satu kantor Clara, sekaligus teman curhat.
"Sorry, gua bangun kesiangan, gara-gara nonton drama korea sampai subuh. Udah gitu tadi pas mau naik lift. Ada cowok nyebelin, main tutup pintu gitu aja, hampir saja gua telat masuk kantor." desah Clara yang nafasnya masih ngos-ngosan. Hatinya masih merasa kesal oleh seorang pria dalam lift tadi, entah siapa dia. Clara sendiri belum pernah melihatnya di dalam gedung perusahaan.
"Oo iya beb...., tadi Pak Robert cariin kamu loh." ucap Risa memberikan informasi.
"Loh...?? Tumben pagi betul, si boss killer itu cariin gua." celetuk Clara, sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal.
"Yah..., gua gak tau sih, tapi tadi sebelum lu masuk, ada anak baru yang baru masuk, dia ganteng loh." kekeh Risa tersenyum smirk dan mengedipkan satu matanya pada Clara.
Tanpa basa basi, Clara langsung berjalan menuju ruangan pak manager. Takut kalau lama-lama, si boss menggonggong duluan.
Tok tok tok tok.
"Masuk", seru suara Robert.
Pelan-pelan Clara membuka pintu, memasukan kepala dan mengintip kedalam ruangan. "Permisi, bapak tadi cari saya...??"
"Iya, ayo masuk dulu sini, biar saya jelaskan." titah Robert manager HRD di perusahaan tempat Clara bekerja.
Glek!
"Itu kan, cowok yang di lift tadi...!!"
Clara amat terkejut saat melihat sosok laki-laki muda yang tampan, rambut hitam bergaya boy band korea. Bibirnya tebal begitu menawan, tatapan matanya pun tajam bagaikan mata elang.
"Perkenalkan, dia Aaron bos baru kita, mulai hari ini. Ia akan bergabung bekerja sebagai kepala divisi Marketing, saya sengaja memanggil kamu kesini. Karena kedepannya kamu akan bertugas membantu Aaron mengerjakan berbagai macam proyek-proyek baru perusahaan ini."
Clara amat terkejut, ia cepat-cepat menghampiri Robert.
"Tunggu pak?! Kenapa saya yang dipilih buat bantu-bantu dia." bisik Clara pada Robert, ia sedikit ragu, karena dirinya hanyalah seorang admin dan baru berkerja selam tiga tahun di perusahaan.
"Hei, jangan menolak kesempatan ini, anggap saja ini keberuntungan mu, berhasil dipilih sebagai asistennya, asal kamu tahu Aaron ini anak dari pemilik perusahaan." bisik Robert pada Clara.
Mata Clara langsung membulat kaget, kedua bola matanya mendelik memandangi Aaron dari ujung kaki hingga ujung kepala. Wajah tampan penuh kharisma, masih muda tapi sudah jadi boss, anak konglomerat memang beda, dari lahir sudah punya privilege.
Clara hanya seorang karyawan biasa, tentu saja ia tak bisa menolak, mau tak mau ia harus menerima tugas barunya sebagai asisten Aaron.
Ruangan Aaron masih dalam tahap renovasi, mau tak mau Clara mempersilahkan Aaron duduk di meja kosong sebelahnya.
"Untuk sementara ini saja bos, hanya meja sebelahku saja yang masih kosong, besok ruangan anda sudah akan siap digunakan." ucap Clara menjelaskan.
Namun penjelasannya Clara tidak di gubris. Tanpa mengucap terima kasih, Aaron langsung saja duduk dengan gaya arogan, ia pun membuka laptopnya yang nampak sangat canggih, bisa di lipat-lipat seperti buku.
"Dih...!! Tengil amat gayanya." Clara berdengus kesal melihat gaya sombong dari si bos baru.
"Brondong ganteng tuh, gak mau sikat." bisik Risa sambil bercanda.
"Sssttt!! Gaya anak tengil gitu, dia tetap bos kita, anak pak direktur pula, lihat saja gayanya arogan sekali." celetuk Clara berbisik pada Risa.
.
.
Tengah siang hari, Clara terus disibukkan dengan berbagai pekerjaan di kantor, lalu tiba-tiba salah satu direktur perusahaan masuk bersama para petinggi yang mengikutinya di belakang.
"SELAMAT PAGI PAK DIREKTUR...!!"
Serentak seluruh karyawan langsung berdiri, memberikan hormat pada sosok pria yang menawan hati banyak karyawati jomblo di perusahaan. Termasuk Clara, kedua manik mata Clara terus memandangi sosok pria yang dianggapnya sempurna itu.
Alvaro Irfan Pharrell, pria berusia 35 tahun. Penampilannya terlihat gagah dan menawan, wajahnya pun begitu rupawan, tersenyum sedikit saja sudah membuat hati Clara meremang.
Aaron yang tadinya duduk di sebelah Clara langsung beranjak dari kursinya, pria muda itu menghampiri kakak tertuanya, Kedu pria yang sama-sama lahir dari keluarga konglomerat itu saling bercengkrama satu sama lain, para karyawan hanya bisa berdiri dan melihat mereka.
Para karyawan wanita disana terus menatap kagum pada Alvaro, sosok bos tampan dan dewasa, begitu juga Clara, sudah sejak lama ia mengagumi Alvaro. Namun Clara tahu perasaan yang ia miliki pada Alvaro hanya akan menjadi jadi anggan belaka.
"Mana mungkin bisa, Aku yang seorang janda ini, menjadi menantu keluarga konglomerat."
Clara tersenyum pasrah, menghembuskan sedikit nafasnya. Mencintai dalam diam sudah cukup memberikan kebahagiaan kecil dalam hidupnya saat ini. Paska bercerai, Clara memutuskan untuk hidup tanpa kehadiran seorang laki-laki di sampingnya.
Masa kelam yang dulu terjadi sudah ia lewati. Saat ini Clara hanya ingin hidup damai sentosa sendirian sampai ia pensiun dari perusahaan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
*Terimakasih sudah baca 🩷🩷🩷
Waktu mengalun begitu saja. Kini sudah genap dua Minggu Clara bekerja sebagai bawahan Aaron si pria muda yang baru saja bergabung, namun posisinya sudah langsung tinggi, setara dengan pak Robert manager Marketing.
"Ih!! Lama-lama aku masuk rumah sakit jiwa kalau begini terus." keluh Clara pada teman-teman sekantornya.
"Habis gimana dong beb, dari antar semua karyawati di kantor ini, cuma lu yang paling sabar, contohnya pak Robert si manager kita yang killer itu. Cuma lu yang paling bisa dia suruh-suruh tanpa mengeluh." oceh Risa antara memuji atau menyindir.
"Hmm..., yah mau gimana lagi, namanya juga budak korporat. kalau gua gak kerja. Nanti gua makan apa, lagian umur gua udah 32. Kalau keluar dari kantor ini. Bakalan susah cari kerjaan lain. Makanya gua sabar-sabar in aja kerja jadi bawahan bocah", ucap Clara panjang lebar kawan kerjanya, Ia sendiri selalu menahan emosi tiap menghadapi sikap arogan boss brondongnya itu.
"Yang sabar ya beb..." Risa turut prihatin dengan kondisi teman baiknya ini. Risa dan Clara adalah teman dari jaman kuliah. Risa juga tahu persis bagaimana hancurnya Clara paska perceraian terjadi.
Walaupun Risa sudah punya anak, Risa tetap siap kapanpun kalau Clara butuh dirinya untuk mendengarkan keluh kesah hidup seorang jomblowati.
.
.
Jam pulang kantor tiba.
Clara bersama rekan kerja yang lain, berbondong-bondong pergi untuk makan malam bersama.
"CHEERSS!!" semua gelas diangkat keatas, khusus malam ini pak Robert selaku manager, mengundang seluruh karyawan divisi marketing berkumpul di sebuah restoran untuk makan malam bersama.
Semua karyawan bertepuk tangan dengan meriah menyambut Aaron si boss baru yang masih terbilang muda. Namun memang kemampuan kerjanya melebihi semua karyawan senior, mungkin karena Aaron lulusan dari luar negeri.
"Selamat bergabung pak Aaron." ucap serentak semua karyawan.
Aaron yang biasa nampak cuek, khusus malam ini ia tersenyum sumringah. Selama dua Minggu sudah mulai mengenal rekan-rekan kerja kantornya. Termasuk Clara yang di tugasnya sebagai asistennya.
"Kedepannya saya akan banyak merepotkan kalian." ucap Aaron dengan singkat, lalu menegak gelas minumannya.
"Hadeh..., mesti banyak belanja pil sabar nih mulai besok-besok." ucap benar Clara. Ia harus terus menyiapkan mental, Karena Aaron bukanlah boss yang baik.
.
.
Setelah makan malam, beberapa karyawan lanjut berpindah tempat ke ruang Karaoke VIP.
"ARE YOU READY GUYS....!!!"
"LET'S HEAT IT UP TONIGHT.....!!!"
Salah seorang karyawan naik ke atas panggung, memulai sesi karaokean. Ia bernyanyi dengan suara sumbang namun bergaya bak seorang penyanyi profesional.
"YEAH...!!" semuanya menari gembira, mereka melompat-lompat sambil menaikan minuman bir keatas.
Malam ini Aaron yang jadi bintang utama, ia pun tengah sibuk asik ngobrol bersama para karyawan lainnya, yang lain sibuk bergiliran antri menyanyikan lagu-lagu favorit masing-masing di atas panggung karaoke.
Di kursi sofa bagian belakang, Clara rebahan, sambil memijit kepalanya, ia merasa sangat pusing karena sudah kebanyakan minum bir.
"Lihat beb, suara pak Aaron merdu banget kayak suara mas Afgan." ucap Risa, sembari menepuk-nepuk pundak Clara.
"Hmm, iya ya." Jawab Clara yang sedang teler, kepalanya terasa amat berat, Clara memilih untuk rebahan di kursi sofa yang agak jauh dari panggung karaoke.
.
.
"Hei.. kamu minum berapa banyak sih..!!" tiba-tiba suara berat seorang pria menghampiri. Clara melirik malas ke arah pria itu, wajahnya tidak terlihat jelas, namun pria itu duduk persis di sebelahnya.
"Hmm, entahlah." jawab Clara dengan lesu tak bertenaga.
Namun wajah pria itu kian mendekat, Clara hanya diam pasrah. Samar-samar ia memandang dua bola mata coklat yang sedang memandanginya dari dekat. Sorot matanya tajam seperti elang, bulu matanya lebat. Memperindah segalanya.
"Hmm..,matamu cantik hemm..." kekeh Clara, ia menatap dua bola mata itu dengan penuh damba.
Melihat tatapan mata sayu Clara, membuat detak jantung Aaron berdebar-debar. Apa gara-gara minuman bir kaleng ini dirinya serasa sedang di mabuk cinta.
Lama kelamaan Aaron tidak tahan jika hanya bertatapan dengan wajah cantik yang sedang teler ini, sejenak ia melihat sekeliling, sepertinya tidak ada yang memperhatikan mereka di sudut ruangan, semuanya sedang asik joget di dekat panggung.
Aaron mencondongkan tubuhnya, lebih mendekat lagi ke Clara yang sedang rebahan, Kini hembusan nafas mereka saling menyapu kulit wajah mereka satu sama lain.
"Cups." Aaron mengecup bibir manis itu, lalu menjilatnya meninggalkan rasa candu.
Mata Clara sedikit terbuka tiba-tiba, sudah lama tidak merasakan rasa hangat yang basah di bibirnya. Anehnya lagi Clara tidak menolaknya tindakan kurang ajar si boss muda.
Clara yang sudah teler jadi tidak peduli lagi dirinya sedang berada dimana, tidak takut juga kalau ada orang lain yang melihatnya, perlahan Clara menjulurkan lidahnya dan mulai menyapu bibir bawah Aaron, ia malah mengisyaratkan dirinya meminta lebih, meminta seluruh sentuhan bibir tebal yang menggoda.
Aaron tersenyum nakal, ia juga sudah tidak tahan dan langsung melumat bibir ranum itu, jemarinya terus menahan wajah Clara yang kian merona.
Tubuh Clara bergidik, sudah lama sekali tidak merasakan sensasi ini. Clara tidak lagi menghiraukan keberadaan para rekan kerjanya, tanpa sadar lengannya terangkat dan merangkul pundak lebar Aaron, Ia menariknya kuat, sampai Aaron berada diatasnya.
Keduanya pun kian terlena, dan terus menyatukan bibir dan lidah mereka, tidak peduli lagi dengan keadaan sekitaran yang sedang ramai.
...****************...
"Aahh..., ah....nngh."
"Apa ini!" Clara tersadar, ia merasa ada benda keras memasuki sedang berusaha masuk kedalam miliknya dengan paksa.
"Ohhh, milikmu sangat sempit sayang." rancau Aaron, sedang asik menggali lubang.
"Hmmp!!" Clara memekik, menahan rasa sakit dibawah sana. mata yang tadinya terpejam kini terbuka lebar.
Dirinya begitu dikejutkan oleh pemandangan tubuh polos Aaron. Hal yang sudah lama tak ia lakukan dengan seorang pria manapun setelah bercerai dari suaminya. Tubuhnya bergidik saat melihat otot perut milik Aaron yang seperti roti sobek.
Entah bagaimana ceritanya Clara pun masih bingung, bagaimana bisa dirinya berakhir di kamar hotel, dengan bos brondongnya, apa mungkin karena alkohol. Memikirkan itu semua air mata Clara menggenang, baru sadar apa yang sedang terjadi saat ini.
Tubuh Aaron polos tidak memakai sehelai benang pun. Begitu juga dengan Clara, tubuh polos Clara berbaring di bawah Aaron. Tidak disangka saat ini mereka tengah asik melakukan penyatuan terlarang di atas tempat tidur hotel.
"Hiks, lepas!! Hentikan!!" teriakkan Clara yang ingin melepaskan diri.
Namun Aaron tak peduli, ia malah memegang erat tubuh Clara, menahan wanita yang tak berdaya di atas ranjang, dan terus menghentak-hentakkan benda miliknya kedalam rahim seorang Janda.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
*Terimakasih sudah baca 🩷🩷🩷
"Loh Clara mana?" Risa tercengang saat tak mendapati keberadaan sahabatnya. Baru saja ia tinggal sebentar ke toilet, Clara sudah tidak ada di atas sofa.
"Tadi dia pulang duluan." ucap tiba-tiba salah seorang karyawan pria.
"Hahh!! Kok dia pulang duluan sih, tadi dia bilang padaku mau bareng!!" Risa merajuk, Berkacak pinggang.
Namun karyawan pria tadi hanya menggedikkan bahunya, dengan wajah datar. Lalu pria itu keluar begitu saja dari ruangan karaoke, ia hendak mengangkat telepon. karena seseorang tengah menghubunginya.
Ditempat lain.
"Aman boss." jawab Jack ditelepon.
"Bagus, selebihnya tolong kamu atur untuk jadwalku besok, karena malam ini aku akan sibuk." titah si Aaron menelepon asistennya pribadinya.
Tut.
Aaron menutup teleponnya.
"Hmm...." suara gumam seorang wanita yang kepalanya sedang berada di pangkuan Aaron.
Aaron pun tersenyum smirk menatap wajah wanita yang tak sadarkan diri karena kebanyak minum.
"Antarkan kami segera ke hotel G." titah Aaron pada sang supir.
"Baik tuan." si supir langsung tancap gas menuju hotel G.
.
.
Setelah beberapa saat, mereka tiba di depan pintu lobby hotel bintang 5. Si Jack asisten yang berada di tempat karaoke tadi, kini sudah berada di hotel G, ia dengan cepat berlari membukakan pintu mobil tuannya.
"Kamar hotel sudah siap tuan, anda bisa segera beristirahat disana", ucap Jack pada Aaron.
"Bagus." Tanpa basa basi. Aaron keluar dari dalam mobil, sambil menggendong Clara yang masih tertidur. Jack terus mendampingi tuannya sampai masuk ke dalam kamar hotel.
"Tuan apa tidak masalah, membawa wanita ini kesini. Kalau sampai ada berita buruk soal tuan, bisa-bisa ayah tuan...." seru Jack dengan nada getir. Ia bahkan tidak berani meneruskan kata-kata berikutnya.
"Ssstt!! Tutup saja mulutmu. Aku kenal dia, dia karyawanku di kantor."
"Saya tau itu, tapi bukankah ini merupakan tindakan kriminal?" tanya Jack
"Hahaha, dasar bodoh, lalu untuk apa kau membantuku kalau takut." sindir Aaron dengan nada mencemooh.
Jack pun terdiam seribu bahasa, jadi menyesal sudah membantu si bos.
"Kamu tenang saja, dia ini kekasihku. Kamu gak perlu khawatir soal apa yang akan kulakukan padanya, lakukan saja tugasmu besok." ucapnya sambil menatap nyalang pada Jack.
Jack menelan kasar salivanya, ia merasa takut. Jack tau apa arti tatapan mata elang pemburu itu. Dengan perlahan Jack mundur menjauh, lalu keluar dari kamar hotel tuannya.
Cekrek.
Pintu kamar hotel di tutup rapat.
Aaron langsung menyungging senyum, tanda puas karena apa yang akan ia perbuat malam ini. Sambil bersenandung Aaron pergi masuk ke kamar mandi. Ia meninggal Clara yang terbaring tidak sadarkan diri di atas ranjangnya. Aaron memilih membasuh tubuhnya terlebih dahulu.
Clara yang merasa kedinginan, menarik selimut, lalu lanjut tidur. Ia masih tidak sadar kalau dirinya sedang berada di kamar hotel. Setelah beberapa saat.
"Zzz...Zzz." Clara mendengkur dalam tidurnya.
Selesai mandi Aaron keluar hanya menggunakan selembar handuk yang melilit di pinggang. Merasa aman, Aaron menarik selimut yang menutupi tubuh Clara dari angin dingin. Lalu Aaron duduk di dekat Clara melihat tubuh bersih dan putih itu dari jarak dekat.
Aaron mendekatkan wajahnya mengendus aroma manis dari tubuh Clara. Seketika gairahnya pun meningkat. Bibir Aaron mengecup bibir Clara. Namun satu kecupan tidak akan cukup menuntaskan birahinya. Aaron kembali mengecup beberapa kali, lalu berpindah meluncur ke leher Clara.
Clara pun mendesah namun tidak terbangun. Aaron merasa sangat aman. Satu persatu satu kancing baju kemeja Clara di bukanya. Menyibakkan bra renda berwarna hitam. Aaron mulai melancarkan aksinya.
Aaron menghujani tubuh Clara dengan ciuman, ruang kamar hotel pun dipenuhi suara decapan bibir Aaron, membuat tubuh Clara terus bergidik.
"Aaakkhh, geli sekali." benak Clara berucap.
"Aahh...nnghh...." Clara semakin menge r a ng , sekujur tubuhnya gemetar saat mulut Aaron mengulum dan me r e m as bukit kembar miliknya.
Samar-samar Clara membuka mata, memandangi langit-langit sekeliling kamar hotel. Pengaruh alkohol membuat dirinya jadi tidak sadar dan mengira apa yang sedang di lakukan boss terhadap tubuhnya hanyalah sebatas mimpi.
"Ampun deh, bisa-bisanya gua mimpi absurd lagi, Mesum banget sih kamu Clara." Clara tertawa geli, dirinya memang sangat menyedihkan.
Sudah dua tahun lebih tubuhnya tidak pernah disentuh oleh pria manapun. Bukannya Clara tidak mau, ia hanya takut terkena penyakit kalau ternyata berhubungan dengan pria yang salah.
"Hmm...yess..., malam ini aku milikmu sayang." Rancau Clara, secara tidak sadar. Ciuman panas Aaron yang sedang diantara kedua kaki membuat pikiran Clara semakin gila dan melayang ke langit ke tujuh.
Tubuh Clara menggelinjang hebat saat pelepasan pertama. Rasa frustasi dan rasa haus akan belaian seorang laki-laki, membuat Clara jadi ikut menikmati setiap sentuhannya nakal yang Aaron lancarkan.
Pikiran Aaron pun sudah benar-benar ditutupi kabut gairah. Senjatanya juga sudah berdiri tegak terangkat, dan langsung menghujam gua kenikmatan.
"Ahh...annghh..!!" Clara berteriak kencang saat benda pusaka milik Aaron sudah masuk menancap sempurna di dalam intinya.
Hentakan demi hentakan di lancarkan Aaron dengan perasaan tidak sabar. "Ohhh.... milikmu sangat sempit sayang." Rancau suara milik Aaron.
"Hmmptt...!!" Clara menahan suaranya, ada rasa sakit dibawah sana. Cairan bening keluar dari kedua sudut mata. Clara jadi mengingat malam pertama pengantin dulu. Rasanya sama seperti saat ini. Sakit...
"Ternyata ini bukan lah mimpi." Isak tangis Clara pecah. Di tengah-tengah pergumulan setelah menyadari apa yang sedang benar-benar terjadi.
Aaron bergerak agresif, sampai-sampai ranjang tidur mereka yang berukuran king size bergetar. Seisi kamar dipenuhi suara sahut-sahutan dari bibir mereka, suara e ra ng a n semakin keras, iramanya semakin cepat, rasa nikmatnya juga semakin luar biasa, sampai akhirnya mereka berdua mencapai puncak kenikmatan yang tiada tara.
"Aaagghh!! Dasar bocah Gilak!!" Teriakkan batin Clara. Ada Cairan hangat yang memenuhi rahimnya. Untung saja Clara mengingat kalau malam ini bukan masa suburnya, kalau tidak bisa saja dirinya berbadan dua.
Aaron langsung ambruk dan merebahkan diri di atas tubuh Clara. Deru nafasnya tersengal, menggelitik telinga Clara.
Sekuat tenaga Clara mendorong tubuh Aaron. Ia langsung berguling ke samping. Menutup tubuh polosnya dengan selimut. Tidak hanya bagian inti kewanitaannya yang terasa sakit. Hatinya pun terasa sakit. Si boss muda yang arogan, telah melecehkan dirinya saat. sedang mabuk. Clara tidak dapat protes apa-apa ia hanya menangis lirih.
Aaron tidak peduli, ia sudah merasa puas, dan memilih tidur terlentang begitu saja tanpa sehelai benang pun.
"Iihh!!" pekik Clara saat melihat dan memandangi tubuh Atletis Aaron yang sempurna, apalagi pemandangan otot perut Aaron seperti roti sobek yang baru matang.
Setelah sekian purnama, khayalan Clara selama ini, benar-benar menjadi nyata di malam durjana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
*Terimakasih sudah baca 🩷🩷🩷
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!