NovelToon NovelToon

The Bringer Off Sword

Bab 1 Dewi Pedang

Kota Shushan, Kediaman keluarga Bai!

 Nyala api berkibar membakar seluruh mansion keluarga Bai.

 "AHHHH!"

 "TOLONG!"

  Suara ratapan kesedihan, kesakitan dan putus asa menggema di antara kobaran api yang membara di tengah malam.

  Dari arah kejauhan, seorang pemuda berusia 16 tahun sedang menatap ke arah kobaran api yang menerangi langit malam.

 Matanya merah, air matanya terus menerus mengalir tanpa henti, tangannya terkepal erat. Bahkan, urat-urat di tangannya yang kecil menonjol menandakan dia sedang marah.

 Tapi apa yang bisa dia lakukan saat ini? Dia hanyalah anak remaja..

 Sebelumnya, ayahnya rela mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan dirinya, ibunya juga tidak sempat menyelamatkan diri dan hangus terbakar.

 “Nak, kamu harus lari dan pergi dari kota Shushan, lalu hiduplah dengan baik.”

 Inilah kata-kata terakhir ayahnya sebelum mereka hangus terbakar.

  Dari puluhan orang anggota keluarga Bai, semuanya mati terbakar, dia adalah satu-satunya orang yang berhasil selamat dari malapetaka ini berkat bantuan ayah dan ibunya.

 “Ayah, Ibu..”

 “Juan berjanji, kelak jika aku memiliki kekuatan, aku akan membalas dendam ini!”

 Sembari berkata, dia terus menerus mengusap air matanya, lalu berbalik pergi.

 “Siapa di sana?”

 Suara Juan Bai sebelumnya cukup keras sehingga terdengar oleh orang lain.

 Mengetahui ada orang lain, Juan Bai langsung berlari.

  “Gawat, ada orang yang selamat! Cepat kejar dia.”

  Seorang pria berpakaian hitam dan menggunakan penutup wajah mengejar Juan Bai bersama satu orang rekannya.

 Srak! Srak! Srak!

 Juan Bai terus berlari seperti orang gila tanpa memperhatikan apa yang ada di depannya, dia tidak berani berhenti. Jika dia berhenti saat ini, maka itu adalah akhir hidupnya.

 “Bocah! Jangan lari.”

 Seorang pria mengejar ke arah Juan Bai dengan belati di tangannya.

 “Tidak.. Tidak.. Aku tidak boleh berhenti!”

 “Aku tidak boleh berhenti!”

 Juan Bai menguatkan tekadnya untuk bertahan hidup.

 Saat dia merasa kelelahan, dia akan menggigit lidahnya agar rasa sakit itu menutupi rasa lelah di tubuhnya.

 Di belakangnya, dua orang terus mengejarnya dengan aura membunuh.

Hanya saja, saat mereka sampai di pinggir jurang, mereka tidak melihat keberadaan Juan Bai.

 “Sial, anak itu berlari seperti kelinci!” Pria yang memegang belati berkata dengan kesal.

  Pria di sampingnya pun bertanya, “Kak Eric, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tanya pria itu dengan ragu.

 “Kenapa masih bertanya, sampaikan saja pada tuan Zhao bahwa tugas kita sudah selesai.” Pria itu berkata, “Ingat.. Jangan sampai ada yang tahu ada ikan yang lolos dari jaring, jika tidak maka kita akan dibunuh.”

 Setelah berkata, dia kembali memasukan belati di tangannya di dalam baju yang dia kenakan.

 Tapi, yang tidak mereka ketahui, bahwa percakapan mereka didengar oleh Juan Bai yang posisinya tidak jauh dari mereka.

  Beberapa meter di samping mereka, Juan Bai sedang tengkurap di kubangan lumpur untuk bersembunyi.

 Disini tidak ada jalan lain lagi, jika dia terus maju maka dia akan masuk ke dalam jurang, jadi yang paling aman adalah menyatu dengan lumpur yang ada di hutan ini.

 Hanya saja, dia tidak menyangka akan mendengar bahwa dalang di balik pembantaian keluarganya adalah orang keluarga Zhao.

 Ini benar-benar di luar pemahamannya.

 Keluarga Zhao dan keluarga Bai selama ini berteman baik, bahkan beberapa hari yang lalu diadakan pertunangan antara dua keluarga. Hanya saja siapa yang menyangka dalang di balik musnahnya keluarga Bai, ternyata adalah keluarga Zhao.

"Bisa-bisanya keluarga Zhao memusnahkan Keluarga Bai?" Juan Bai bergumam dalam hati.

   Kepalanya seolah belum bisa mempercayai hal yang baru di dengarnya.

 Baru beberapa hari yang lalu dia dan Talia Zhao melakukan tanda tangan pertunangan, tapi hari ini keluarga Bai di bantai dengan kejam oleh keluarga tunangannya.

Menyaksikan dua orang itu telah pergi, Juan Bai tidak langsung keluar, dia terus menunggu hingga dua jam lagi berlalu dengan cepat barulah dia berani keluar.

Setelah itu dia berlari ke arah sungai Daxi untuk membersihkan diri.

 Sungai Daxi termasuk sungai kecil yang jarang di kunjungi oleh manusia, sebab berada di dalam hutan. Tapi kebetulan Juan Bai pernah kesini saat berburu bersama ayahnya dulu.

  Setibanya di sungai Daxi, Juan Bai langsung melompat ke dalam danau tanpa berfikir banyak. Kemudian dia melepas pakaiannya lalu mencucinya.

  Dia tidak memiliki baju lain lagi di tubuhnya, baju ini adalah satu-satunya yang dia punya. Jadi meskipun merasakan dingin menusuk tulang, setelah mencuci baju, dia kembali mengenakan baju itu.

 "Apa yang harus aku lakukan??"

 "Kemana aku pergi setelah ini??"

Juan Bai terus menerus bergumam kecil sambil menatap ke arah bulan di langit.

 Dia tidak memiliki kemampuan apapun, tubuhnya juga sangat lemah, sangat tidak mungkin untuk bekerja terlalu keras.

 "Ayah.. Ibu!"

Kembali dia mengenang saat-saat bersama kedua orang tuanya yang sangat memanjakan dirinya setiap hari.

 "Nak kamu ingin makan apa, Ibu akan memasak untukmu!"

 "Nak, Ayah punya hadiah baru untukmu!"

 Inilah suara-suara ayah dan ibunya setiap hari yang tidak akan pernah lagi dia dengar.

  Mengingat kasih sayang kedua orang tuanya, air mata kembali keluar dari matanya.

 Tanpa terasa dia pun tertidur dalam kesedihannya.

Di dalam tidurnya Juan Bai memasuki alam mimpi dan bertemu dengan seseorang wanita yang sangat cantik seperti peri.

 Wanita ini menggunakan gaun putih polos dan mengambang di udara, lalu di tengah alisnya ada tiga tanda garis berwarna merah.

  Dari arah kejauhan, wanita ini tersenyum manis pada Juan Bai.

 "Halo, Kita bertemu lagi!"

 Wanita itu berucap pada Juan Bai dari kejauhan.

Melihat wanita ini, Juan Bai juga tidak merasa canggung, sebab dia sudah sering bertemu wanita ini di dalam mimpinya, dan biasanya dia akan curhat pada wanita ini.

 "Halo kakak, kita bertemu lagi." Juan Bai berujar, "Kak aku sangat kesepian saat ini, semua keluarga ku di bakar hingga seluruhnya mati!"

 "Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?" Wanita itu bertanya sambil menggoyangkan kakinya di kehampaan.

 "Aku tidak tahu, aku takut aku akan mati kelaparan setelah orang tuaku tidak ada!" Keluh Juan Bai.

  "Jadi, apakah sekarang kamu mau memulai kultivasi sekarang?" Wanita itu melihat ke arah Juan Bai dan berkata.

   "Kak cantik, aku tidak terlalu tertarik sebab aku tidak menyukai kekerasan, aku juga tidak memiliki akar spiritual untuk berkultivasi!" Ucap Juan Bai.

 "Oh! Lalu apa yang membuatmu tertarik?" Tanya wanita itu lagi.

  "Hehe, aku hanya ingin tahu siapa nama kakak dan kenapa selalu muncul di alam mimpiku." ucap Juan Bai penasaran.

 "Hmm!" Wanita itu tampak memegang dagu seolah berfikir, kemudian kembali berkata, "Panggil saja aku Dewi Pedang!"

. . .

Bab 2 Jalan Pedang Adalah Yang Tak Terkalahkan

"Dewi Pedang? Apakah kakak seorang ahli pedang" tanya Juan Bai di dalam mimpinya.

 "Yahh, tentu saja.." Wanita itu berkata lagi, "Aku adalah satu-satunya master pedang yang masih hidup di dunia ini."

 Meskipun dia terlihat berbicara pada Juan Bai, tapi matanya selalu melihat ke arah langit yang tinggi, seolah-olah sedang menantikan seseorang.

 "Kak Dewi Pedang, aku dengar dulu Kultivator pedang sangat kuat, akibat hal ini juga lah yang membuat praktisi lain merasa terancam hingga akhirnya mereka bersekongkol memusnahkan praktisi pedang, apakah benar seperti itu?" Juan Bai bertanya dengan rasa penasaran.

  Meskipun dia bukan Kultivator, tapi sejarah tentang musnahnya Kultivator pedang itu masih ada.

 Wanita itu menggoyangkan kakinya yang mulus di kehampaan lalu berkata, "Kami Kultivator pedang adalah yang terkuat dari semua aliran, dengan pedang di tangan, kami bisa satu lawan seribu." lalu dia berujar lagi, "Selain itu, dengan satu tebasan pedang kami bisa menghancurkan dunia, atau menyerang orang yang berada di dunia lain dengan pedang yang kami gunakan."

  "Dengan kemampuan seperti ini, wajar saja jika aliran lain merasa terancam dan berusaha membunuh kami semua. Hanya saja, meskipun mereka mencoba membunuh kami semua, masih ada beberapa dari kami yang hidup dan terbagi di beberapa dunia!" ucap wanita itu dengan santai.

 Mendengar hal ini, Juan Bai menarik nafas dingin.

  "Hisss!"

  "Ini terlalu menakutkan!" gumam Juan Bai.

  Kemudian dia melihat ke arah wanita itu lagi dan bertanya, "Kak Dewi Pedang, apakah aku yg tidak memiliki akar spiritual bisa menjadi Kultivator pedang?"

 "Tentu saja bisa." Wanita itu berujar, "Hal yang membedakan kami dengan aliran lain adalah kami tidak membutuhkan akar spiritual sebagai fondasi, tapi kami menggunakan pedang."

  "Hah, menggunakan pedang? Apa maksudnya itu?" Juan Bai menggaruk kepala karena bingung.

  Dalam persepsinya, dia belum pernah mendengar cara seperti ini.

  Melihat Juan Bai yang masih tidak paham, wanita itu menjelaskan dengan sabar, "Seperti ini." Wanita itu berujar, "Praktisi lain memerlukan akar spiritual untuk membentuk pusat energi, dan pusat energi itu bertujuan menampung energi Spiritual di dalam tubuh."

  "Tapi bagi kami praktisi pedang, kami menggunakan pedang sebagai pusat energi, dan seiring Kultivator pedang itu tumbuh, pedang yang menjadi pusat energi juga akan tumbuh semakin kuat, selain itu." Wanita itu berujar lagi, "Ketika kamu menjadikan pedang sebagai pusat energi, maka energi yang keluar juga adalah energi pedang yang sangat tajam!" ucap wanita itu dengan sedikit kebanggaan di matanya.

  Yah.. Inilah kelebihan dan kebanggaan Kultivator pedang, mereka menciptakan jalan kultivasi sendiri.

 Dahulu kala sebelum jalan pedang terbentuk, semua praktisi memiliki jalan yang hampir sama, hanya teknik yang mereka miliki dan tekuni yang berbeda.

 Ada yang berlatih pedang, tombak, tinju, pisau, pola dewa, Alkemis, sastra, dll.

 Karena hal inilah dunia kultivasi cenderung stabil, tidak ada yang mendominasi. Tapi semenjak leluhur pedang menciptakan jalan pedang untuk Kultivator pedang, yaitu menghancurkan pusat energi dan menggantinya dengan pedang, disitulah akhirnya praktisi pedang benar-benar mendominasi.

 Baik di setiap acara pertandingan resmi, atau ada tanah rahasia yang terbuka, Kultivator pedang selalu mendominasi selama puluhan tahun, hal inilah yang membuat aliran lain merasakan krisis dan membentuk aliansi menghancurkan praktisi pedang.

Ketika mendengar penjelasan wanita ini, Juan Bai memiliki keinginan di hatinya untuk berlatih pedang, apalagi jalan pedang adalah jalan yang tak terkalahkan.

Alasan dirinya ingin memilih jalan pedang kali ini karena ada dua hal, yang pertama untuk membalas dendam pada keluarga Zhao, yang kedua adalah karena di jalan pedang adalah jalan yang paling kuat.

Membayangkan dengan satu tebasan bisa menghancurkan dunia, lalu bisa menyerang orang yang berada di dunia lain dengan pedang di tangan tentunya ini adalah hal yang mustahil di lakukan oleh praktisi lain.

Juan Bai melihat ke arah wanita itu dengan harapan di matanya, kemudian berkata, "Kak Dewi Pedang, jika aku ingin menjadi Kultivator pedang, lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Apakah benar kamu ingin menjadi Kultivator pedang?" wanita itu bertanya dengan antusias.

Dari ekspresi yang di perlihatkan, dia akan sangat senang jika Juan Bai mau berlatih pedang.

"Benar!" Juan Bai mengangguk, "Aku ingin menjadi Kultivator pedang karena dua hal. Hal pertama untuk membalas dendam, hal kedua aku tidak ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja."

"Jadi.. Bisakah kak Dewi pedang mengajariku agar aku bisa menjadi Kultivator pedang?" ucap Juan Bai yang tidak menutupi apapun perihal keinginan balas dendam.

Menyaksikan akhirnya Juan Bai mau berkultivasi, wanita itu mengangguk bahagia. kemudian dia melambaikan tangan di kehampaan, lalu sebilah pedang merobek langit dan mendarat di tangan wanita itu.

Pedang ini berwarna biru laut, lebar dua jari dan panjang setengah meter. Pedang ini hanya berupah bilah pedang, tidak memiliki gagang.

Melihat pedang di tangannya, lalu dia melihat ke arah Juan Bai lagi lalu berkata, "Pedang ini adalah Ling Yu Nan, ini adalah pedang kelas atas." Wanita itu berkata lagi, "Setelah pedang Ling Yu Nan menjadi pusat energi mu, maka kamu harus terus menyerap pedang untuk terus tumbuh."

"Tapi ingat, jangan menyerap pedang yang memiliki tingkatan lebih tinggi dari pedang ini." ucap wanita itu.

Juan Bai mau tidak mau bertanya, "Apa yang akan terjadi jika aku menyerap pedang yang jauh lebih kuat?"

Wanita itu berkata datar, "Kemungkinan terendah adalah pedang ini hancur dan kamu akan menjadi manusia normal."

"Lalu apakah ada kemungkinan lain?" Tanya Juan Bai.

"Kemungkinan lain kamu mati!" jawab wanita itu dengan acuh tak acuh.

"Kak Dewi Pedang, seperti apa tingkatan pedang? aku takut tidak bisa membedakan lalu sembarangan menyerap!" ucap Juan Bai lagi.

Jangankan untuk tingkatan senjata, bahkan tingkatan kultivasi pun dia tidak paham.

"Hais!" Wanita itu menghela nafas tak berdaya. Lalu wanita itu berkata, "Tingkatan dasar senjata di bagi menjadi kelas rendah, menengah dan atas."

"Kelas dasar terbagi dari tingkat satu hingga sembilan, kelas menengah mengacu pada kualitas pedang dengan bahan yang lebih baik, sementara pedang kelas atas adalah pedang yang memiliki roh." ucap wanita itu pada Juan Bai.

"Lalu, apakah ada pedang yang lebih tinggi dari pedang tingkat atas?" Juan Bai kembali bertanya.

"Tentu saja ada, tapi kamu tidak perlu mengetahui itu sekarang. Yang terpenting adalah setelah menjadi Kultivator pedang, jangan pernah mengekspos diri di depan umum, jika kamu dengan sengaja melakukan itu, maka kamu akan di buru oleh semua orang!" wanita itu berujar dengan serius.

"Baik aku mengerti!" Juan Bai mengangguk. "Lalu kapan aku bisa mulai kultivasi?"

"Sekarang!" wanita itu berujar.

Kemudian dia melambaikan tangannya, dan pedang di tangannya langsung terbang menusuk perut Juan Bai dengan kecepatan seperti kilat.

"Ahhh!"

Rasa sakit yang tidak manusiawi membuat Juan Bai langsung terbangun dari tidurnya.

. . .

Bab 3 Jangan Mau Menjadi Tahanan Istri

   Awalnya Juan Bai hanya berfikir rasa sakit itu hanya mimpi, namun setelah dia membuka mata, rasa sakit seperti terpotong-potong masih ada dan bahkan semakin lama semakin sakit.

 Di tengah malam yang sunyi, suara teriakan Juan Bai seperti babi di sembelih mengganggu seluruh binatang yang sedang tidur.

"Ahhhhhh... Ahhhhh!"

 Dia ingin sekali pingsan agar tidak merasakan sakit, hanya saja otaknya tetap terjaga dan tidak mengizinkannya untuk tidur.

 "Aku tidak tahan lagi.. Aku tidak tahan lagi!"

 Juan Bai terus menerus melolong kesakitan. Dia menggigit giginya dengan kuat hingga gusinya berdarah, urat-urat di dahinya menonjol seperti cacing, tangannya terkepal erat dan tubuhnya telah basah oleh keringat.

   Dalam hatinya dia sangat menyesali pilihannya kali ini.

Waktu terus berjalan, hingga fajar pun akhirnya tiba. Setelah hampir semalaman merasakan penyiksaan yang tidak manusiawi, akhirnya Juan Bai bisa menghela nafas lega.

Kini rasa sakit terpotong-potong itu sudah tidak ada lagi, yang ada justru perasaan berenergi, seolah-olah meskipun dia naik turun gunung selama puluhan kali, dia tidak akan kelelahan.

 "Apakah seperti ini rasanya menjadi Kultivator?" Gumam Juan Bai.

Lalu dia kembali mengingat percakapannya dengan Dewi Pedang di dalam mimpi.

 "Kak Dewi Pedang berpesan untuk menjaga agar orang tidak mengetahui aku adalah kultivator jalan pedang, lalu menyerap pedang di bawah kualitas pedang yang aku miliki."

  "Lalu, bagaimana cara aku bertarung jika tidak memiliki teknik pedang?" Juan Bai menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

 Namun, saat dia memikirkan cara bertarung, seketika sebilah pedang berwarna biru langsung keluar dari tubuhnya entah dari mana.

 Saat pedang ini keluar, dia memotong apa saja dalam jarak sepuluh meter.

Srashh! Srashh! Srashh!

Pedang ini terbang sangat cepat hingga hanya terlihat kilatan cahaya biru.

Syiu! Syiu! Syiu!

Juan Bai bertanya-tanya bagaimana pedang ini bisa bergerak sendiri, dan butuh waktu lumayan lama baginya untuk memahami cara kerja pedang ini.

Akhirnya setelah terus-menerus mencoba, dia berhasil memahami cara mengendalikan pedang ini.

 Ternyata yang di maksud jalan pedang adalah menyatu dengan pedang, dan pedang adalah bagian dari tubuh kita. Jadi saat kita berfikir kemana maka pedang itu akan kesitu, jika kita menunjuk kesatu arah, pedang itu akan pergi ke arah yang di tunjuk!

  "Hiss, pantas saja Kultivator Pedang sangat di takuti." Juan Bai berujar, "Bahkan tanpa bergerak dan hanya dengan fikiran, itu sudah bisa membunuh musuh."

 Kemudian dia lagi-lagi melakukan eksperimen untuk mencoba sejauh apa jangkauan pedang terbangnya, kemudian dia menunjuk ke arah sebuah pohon yang berjarak lima puluh meter jauhnya.

 Syush!

Srashh! Srashh!

 Saat Juan Bai menunjuk kayu yang ada di kejauhan, seketika Pedang langsung terbang dan memotong-motong kayu yang di tunjuk Juan Bai hingga menjadi beberapa bagian.

  "Wow!"

 Keterkejutan muncul di matanya seolah-olah ini adalah hal yang tidak bisa di pahami nya sama sekali.

 "Lalu apakah pedang ini bisa membawaku terbang?" Juan Bai tampak berfikir keras.

   Namun setelah percobaan yang menguras tenaga, dia tetap gagal.

 "Sepertinya ini karena tingkat kultivasi ku yang terlalu rendah!" Juan Bai memikirkan beberapa kemungkinan yang masuk akal.

  Lagi pula dia baru memulai jalan pedang, dan butuh waktu untuk memahami sepenuhnya jalan pedang ini.

 Dengan pikirannya, dia kembali mencoba batas maksimal pedangnya bisa menempuh, ini bertujuan untuk mengukur kekurangan dan kelebihan.

  Lalu dia memanggil pedang Ling Yu Nan di tangannya dan memainkannya beberapa kali.

Pedang ini sangat dingin dan ringan, selain itu ada pola-pola seperti ombak di atas bilah pedang Ling Yu Nan.

  Juan Bai mengalihkan pandangannya ke arah kediaman keluarga Zhao, lalu bergumam, "Keluarga Zhao, keluarga Zhao. Kalian akan membayar mahal atas tindakan kalian."

 . . .

 Di kota Shushan, kediaman keluarga Zhao!

  Bunyi kembang api terdengar sangat bising dari waktu ke waktu, banyak tamu nampak keluar masuk dari dalam kediaman keluarga Zhao.

  Banyak masyarakat yang berjalan kaki juga menoleh ke dalam kediaman keluarga Zhao tanpa di sadari, baik karena penasaran ataupun berkat suara kembang api.

 "Apa yang terjadi di kediaman keluarga Zhao?" Seorang paman dengan baju cheongsam bertanya pada beberapa pria di depannya.

  "Entahlah," Seseorang berkata, "Aku hanya mendengar sedikit bahwa Nona Zhao yang bernama Talia sedang melangsungkan pertunangan dengan Malvin dari Sekte Pedang Kabut!" ucap orang tersebut sambil menghisap cerutu di tangannya.

  "Bagaimana bisa? Bukankah baru beberapa hari yang lalu gadis itu bertunangan dengan anak keluarga Bai?" Tanya orang lain dengan sedikit bingung.

   Melihat ada orang yang ketinggalan berita, seorang pria botak nampak bersemangat. Dia siap untuk memberikan informasi terbaru pada orang itu.

  Dia mengambil kursi kayu yang ada di kedai pinggir jalan lalu berujar, "Senior ini nampaknya belum mengetahui berita terbaru kan?" Tanya pria botak.

 "Berita apa? Aku bahkan tidak di izinkan istriku untuk keluar rumah, beruntung istriku sedang sakit dan aku memiliki kesempatan keluar untuk membeli obat!" Ucap lelaki tua yang memegang sekantong obat herbal dengan canggung.

  Mendengar hal ini, banyak orang menunjukan tatapan simpati padanya.

 Tatapan mata semua orang sangat jelas memiliki arti, "Artinya kamu ini seorang suami atau seorang tahanan!"

 Tapi pria botak seolah tidak perduli pada nasip lelaki tua itu, dia berbicara hingga air liur muncrat kemana-mana.

  "Bro.. Kamu harus tahu, tadi malam keluarga Bai mengalami nasip tragis." Pria botak itu menyesap mulutnya lalu berujar lagi, "Pada tengah malam, kediaman keluarga Bai terbakar hebat hingga seluruh anggota keluarga Bai musnah, jadi saat ini keluarga Bai tidak memiliki keturunan lagi yang masih hidup." ucap pria botak itu dengan wajah serius yang di buat-buat.

  "Lalu.. Siapa yang melakukan itu pada keluarga Bai? Dan kenapa nona keluarga Zhao justru menerima pria lain?" Tanya paman yang membawa kantung obat.

  Pria botak mencibir dan berkata, "Bah bah, Talia adalah gadis cantik dan ambisius, jadi tentu saja dia tidak ingin menjadi janda setelah tunangannya mati, lagi pula wanita bodoh mana yang masih setia pada orang mati." Pria botak berujar, kemudian dia berkata lagi, "Brother, kamu juga harusnya biarkan saja istrimu mati agar kamu tidak terkurung seperti tahanan setiap hari, aku sangat prihatin padamu."

  "Yah, betul.. Kamu jangan mau menjadi tahanan istri, jika kamu yang sakit, mungkin dia akan langsung mencari suami lain!" Ucap paman berbaju cheongsam.

  Mendengar hal ini, paman yang membawa kantung obat nampak berfikir..

Lalu dia pun pergi meninggalkan kerumunan.

. . .

 Di area lain, saat ini Juan Bai kembali ke hutan tempat dia di kejar sebelumnya. Dari sini dia melihat ke arah puing-puing keluarga Bai dengan mata penuh dendam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!