***Melakukan perubahan terjadi*** Dengan beberapa jalan.
Perubahan terjadi karena Terpaksa.
perubahan karena di paksa oleh keadaan.
Dan perubahan atas keinginan diri sendiri.
Malam itu Shafia baru saja pulang setelah seharian ia pergi untuk merayakan kelulusan dua minggu yang lalu.
"Dari mana saja jam segini baru pulang? Cepat segera kemasi barang barang kamu besok pagi Ayah antar ke pesantren" ucap Zahir.
"Shafia gak mau ayah, Shafia mau sekolah saja gak mau ke pesantren" ucap Shafia dengan mata berkaca kaca.
"Tidak, kamu harus ke pesantren" ucap Tegas Zahir.
Shafia hanya tertunduk tak mampu menjawab atau pun membantah.
"Sekarang kamu sebaiknya turuti perintah Ayah, besok kita berangkat ke pesantren dan jangan lupa jaga kehormatan kamu di sana juga nama baik keluarga kita disana"
Akhirnya dengan terpaksa Shafia menuruti kemauan Ayah nya , mendengar ucapan ayah nya , dengan air mata berderai Shafia langsung menghampiri ayah nya.
Shafia meraih punggung tangan Ayah nya lalu mencium nya.
"Maaf kan Shafia Ayah, Shafia akan pergi ke pesantren meski sebenarnya Shafia ingin sekali kuliah saja"
"Ini yang terbaik untuk kamu nak" ucap Zahir seraya tersenyum, meski sebenarnya ia juga merasa berat.
Shafia segera masuk ke kamar untuk menyiapkan segala sesuatu nya untuk besok pagi.
Azan Subuh sudah berkumandang, Ayah nya sudah berangkat ke masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid.
Sedangkan Shafia memilih sholat di rumah.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, setelah sarapan kedua nya langsung bersiap untuk berangkat.
Di Sepanjang perjalanan Shafia melamun, apa yang harus ia lakukan disana.
Apakah dia akan mendapatkan teman atau tidak.
Tak lama mereka sampai di gerbang pesantren yang begitu megah.
Hari ini pondok pesantren Al Kautsar terlihat Ramai karena memang hari ini semua santri baru harus sudah memasuki pesantren.
"Kamu harus belajar yang rajin ya nak, Ayah memasukkan kamu ke pesantren bukan karena Ayah benci sama kamu.
Malah karena Ayah sayang sama kamu, makanya Ayah menginginkan yang terbaik untuk mu"
"Ya salah satu nya dengan membawa mu kesini untuk belajar ilmu agama" ujar nya kemudian.
Gadis itu tersenyum miris.
"Iya gak papa Ayah"
Lalu keduanya turun dari mobil, Zahir mengantarkan Shafia masuk ke dalam pondok pesantren.
"Assalamu'alaikum kyai Ahmad" ucap Zahir langsung bersalaman dengan pemilik pesantren itu.
"Waalaikumsalam, apa kabar Zahir"?
" Alhamdulilah baik"
Lalu mereka masuk ke dalam rumah Kyai Ahmad.
Kyai Ahmad mempersilahkan Zahir dan Shafia untuk duduk.
"Apa ini putri kamu, yang mau di masukan ke pondok"? tanya Kyai Ahmad.
" Iya, ini putri ku yang pernah saya cerita kan saat itu"
"Baiklah, semoga kamu betah ya nak belajar di pesantren ini"? ucap Kyai Ahmad pada Shafia.
Sementara Shafia hanya menjawab dengan angukan saja.
Obrolan keduanya berlanjut hingga tak terasa sudah hampir satu jam.
" Kalau gitu Shafia pamit dulu ya Yah, Terima kasih sudah mau nganterin Shafia, Ayah hati hati di jalan " pamit Shafia.
Gadis itu masih harus mencari kamar asrama yang akan akan di tempati nya.
"Iya nak"
Setelah mendengar Jawaban dari Zahir, Shafia lalu berjalan menuju ke gedung Asrama yang akan menjadi tempat tinggal nya nanti.
"Shafia"! teriak Zahir.
Seketika Shafia menghentikan langkah nya dan berbalik saat mendengar panggilan dari Ayah nya.
" Iya Ayah, kenapa "?
Zahir berjalan menuju ke arah Shafia, ia langsung memeluk putri nya itu dengan sangat erat.
Sebenarnya ia tak benar benar tega membiarkan putri nya itu harus belajar di pesantren dan jauh dari rumah.
" Ayah sayang sama kamu Shafia, kamu jaga diri baik baik ya nak"? ucap nya dengan suara yang terdengar bergetar.
"Shafia juga sayang sama Ayah"
Shafia membalas pelukan erat sang Ayah, kemudian tersenyum pada Ayah nya.
* * * *
Shafia melihat satu persatu jajaran pintu yang ada di depan nya.
Ia memperhatikan nomor nomor yang tertera di masing masing pintu, Ia kemudian tersenyum saat melihat nomor yang sesuai dengan nomor yang ia cari.
Nomor 21, nomor yang ia cari sesuai petunjuk dari staf pesantren bahwa ia akan menempati kamar asrama nomor 21.
Langsung saja tangan Shafia bergerak untuk membuka pintu itu.
"Assalamu'alaikum! Shafia memberikan salam.
"Waalaikumsalam! jawab seorang perempuan berhijab merah yang tengah duduk di pinggiran tempat tidur.
Shafia tidak langsung masuk, ia masih berdiri di depan pintu. pandangan nya mengitari seisi ruangan itu.
Ia melihat ada dua kamar tidur bertingkat, empat lemari yang terbuat dari kayu, dua kipas angin dan dispenser yang ada di pojokan kamar.
"Kamu di kamar ini juga"? tanya perempuan berhijab merah itu menyadarkan Shafia.
" Iya, aku di kamar ini juga"
Pandangannya beralih pada perempuan berhijab merah itu, yang ia yakini adalah teman sekamar nya.
"MasyaAllah,, kamu cantik banget. kamu dari mana"? tanya perempuan itu yang sedari awal Shafia masuk sudah terlihat menatap kagum pada nya.
Shafia berjalan mendekati perempuan itu dan ikut duduk di pinggiran tempat tidur di seberang gadis itu.
" Aku dari solo, kenal kan nama ku Shafia. kalau kamu siapa"? tanya Shafia sambil mengulurkan tangan nya.
"Nama ku Nindi dari semarang"
Lalu datang dua perempuan teman kamar lain nya yang seperti nya habis dari kamar mandi, karena masih terlihat kedua nya menenteng handuk.
"Assalamu'alaikum, Nindi dia siapa"? tanya salah satu gadis itu.
" Nama nya Shafia, teman kamar kita yang baru" ucap nindi.
"Oh,,, salam kenal ya, semoga kamu betah di sini. nama ku Tiara"
"Nama ku Via" ucap gadis satu nya.
Setelah mereka berempat berkenalan, lanjut mereka berdiskusi tentang tempat tidur mana yang untuk Shafia dan hal hal penting yang mereka perlu.
Shafia merasa senang, karene teryata ia langsung mendapat teman di pesantren itu. tidak seperti dugaan nya tadi selama di perjalanan.
*Setiap teman baru adalah petualangan baru, awal dari cerita baru kita*
Ba'da dhuhur
Seluruh santri berkumpul di aula yang besar dan luas, yang ada di pesantren tersebut untuk mengikuti kajian.
Sementara itu di ndalem Kyai Ahmad.
"Faizal, kamu pimpin kajian hari ini ya" ucap Kyai Ahmad.
"Abi hari ini ada jadwal kajian"? tanya Faizal.
" Iya"
jawab nya seraya mengambil kunci mobil nya.
Umi Halimah begitu melihat Kyai sudah siap untuk pergi, langsung menghampiri Kyai dan segera mencium punggung tangan suaminya itu.
"Umi, Abi pamit dulu"
"Iya hati hati"
Faizal tersenyum melihat hal itu, keluarga nya yang harmonis ini membuat ingin segera memiliki keluarga juga.
Kyai yang melihat nya langsung menyadari lalu berkata.
"Makanya cepat menikah" ucap Kyai seraya tersebut kecil.
Umi Halimah menoleh ke arah putra nya itu lalu tersenyum.
"InsyaAllah ya Faiz"
Faizal hanya tersenyum simpul, membuat wajah tpan dan manis itu sangat mempesona.
Setelah selesai bersiap, umi Halimah dan Faizal segera ke aula untuk segera memulai kajian sore ini.
"MasyaAllah" Nindi menatap kagum ke arah Pangung aula.
"Kenapa Nin"? tanya Via. sambil mengikuti arah pandang Nindi.
Dan Via pun langsung paham saat menyadari siapa yang menjadi obyek tatapan teman sekamar nya itu.
"Iya MasyaAllah banget anak nya Kyai Ahmad"
Via malah ikutan kagum menatap pria bersorban putih yang sedang duduk di sofa depan pangung tepat di samping pemilik pesantren itu.
"Hai.... jangan zina mata, dosa tau"
Tiara mengingat kan kedua teman nya yang sibuk mengagumi pria bersorban putih di depan sana.
Sedangkan Shafia malah cuek merasa bosan berada di sana. pikiran nya justru tertuju pada teman teman nya yang mungkin sekarang sedang sibuk menyiapkan untuk masuk kuliah.
"Astaghfirullah' azim" Nindi dan Via mengucap setelah tersadar saat di ingatkan oleh Tiara.
"Tapi memang yang kaya gini tu enak di pandang mata, iya kan Sha"?
" Heemm" jawab nya singkat. Sambil sesekali memejamkan mata nya.
Ia merasakan mata nya begitu mengantuk, terlebih memang ini adalah jam nya rawan untuk mengantuk.
"Ham hem aja ini anak, coba tengok dulu sebentar ke depan. pasti seger tu mata gak jadi ngantuk"
Mendengar itu mulai muncul sedikit rasa penasaran pada diri Shafia.
Ia menatap kedepan kearah dimana sosok pria bersorban putih yang dari tadi di kagum kan kedua teman nya itu.
"Astaghfirullah"
Ucap kedua insan berbeda gender itu secara bersamaan di lain tempat, karena saat sama sama curi pandang tak sengaja kedua tatap mata itu bertemu.
Ketiga teman nya menatap aneh dan heran kepada Shafia.
"Aneh kamu ini Sha,, melihat yang seger bukan nya memuji malah Istighfar " ucap Nindi.
"Ma-maksud nya MasyaAllah"
Shafia jadi salah tingkah sendiri, setelah terdiam beberapa saat mencoba menetralisir jantung nya yang mendesir karene tak sengaja bertemu tatap dengan pria bersorban putih itu.
* * * *
"Astaghfirullah"
Spontan Faizal mengucap istighfar, setelah tak sengaja bertemu tatap dengan lawan jenis nya yang dari awal duduk bersama santri lain nya.
Gadis itu terlihat mencolok diantar santri yang lainnya dan Gadis itu sedikit menarik perhatian nya sejak awal ia duduk di atas sofa aula.
Entah kenapa Faizal merasa jantung nya tiba-tiba berdetak lebih kencang.
"Ada apa Faiz"? tanya umi Halimah yang tiba tiba mendengar putra nya mengucap istighfar.
" Tidak apa apa umi"
Jawab Muhamad Faizal Gauzali. Atau sering di panggil gus Faiz.
Putra pertama dari Kyai Ahmad Abdurrahman pemilik pesantren Al Kauthar.
Sekali gua pewaris dan calon pemimpin pesantren tersebut. Bahkan sebelum memimpin wibawa, kecerdasan dan kebijaksanaan nya dalam dalam segala hal membuat siapa saja kagum dengan nya.
Selain tampan dan gagah menjadi penyempurna dirinya dengan wajah khas arab yang di warisi dari Abi nya yang memang berasal dari sana.
Meski dia terkenal dingin dan irit bicara, namun tak menjadi alasan untuk setiap orang tua mengidamkan dirinya untuk di jadikan menantu.
"Kenapa detak jantung ku begitu cepat, jangan sampai hanya karena menatap gadis itu hafalan ku jadi berkurang" Batin Faizal.
Ia kembali menatap kedepan sambil menetralisir detak jantung nya yang masih terpacu dengan cepat.
lantunan ayat suci mulai terdengar, para santri yang mendengar merasa senang dan tenang.
Namun Shafia sangat mengantuk, ia terduduk dengan mata tertutup.
Ia tertantuk tantuk, hingga pada saat nya ia tanpa sadar hampir mencium sajadah yang ia jadikan alas duduk.
"astaghfirullahalazim" ucap Nindi yang melihat nya.
"Kamu tidak apa apa Shafia"?
" Aku tidak apa apa"
Mata Shafia sudah sangat merah karena begitu mengantuk.
"Kamu bisa mencuci muka dulu, agar tidak mengantuk" kali ini Via yang berbicara.
Shafia lalu mengaruk kepala nya dangan mata yang sudah sayup karena mengantuk.
Shafia pun akhirnya berdiri kemudian pergi ke keran air untuk mencuci mukanya.
Saat di keran air, ia benar-benar mencuci mukanya namun rasa kantuk nya masih ada. Hingga berkali-kali Shafia membasuh mukanya hinga terasa dingin.
Setelah beberapa kali ia membasuh muka nya, Shafia memutuskan untuk kembali ke tempat semula. Ia kembali ke tempat duduk di sebelah teman teman nya.
"Sudah merasa segar"? bisik Tiara.
" Yah,, setidaknya tidak begitu mengantuk "
Mereka ber empat kembali fokus pada kajian sore itu, hingga akhirnya azan berkumandang acara kajian selesai.
Shafia langsung berjalan keluar dari Aula ingin segera ke kamar asrama nya untuk sekedar rebahan sebentar.
"Lho,, kenapa dia malah ke kamar? apa dia gak ikut sholat berjamaah" ucap Via heran melihat sahabat baru nya berjalan menuju kamar nya padahal yang lain hendak ke masjid.
"Mungkin dia sedang berhalangan kali" sahut Tiara.
"Ya sudah ayo, sebaiknya kita ke masjid"
Ketiga nya lalu melangkah menuju masjid besama dengan santri santri lain, untuk melaksanakan sholat berjamaah.
*Jangan mengangap Sholat sebagai beban, Allah menjadikan sholat sebagai peringan beban. Jadilah sholat sebagai penolong mu*
Tak terasa waktu berjalan dengan begitu cepat, sudah satu minggu Shafia berada di pesantren ini.
Ia pun sudah mulai terbiasa dengan suasana dan aturan aturan yang ada di pesantren ini.
Shafia juga sudah mulai di sibukkan depan kegiatan kegiatan yang ada di pesantren.
Seperti hari ini, semua santri di haruskan untuk ikut Muroja'ah atau menghafal Alquran.
Shafia yang sejak kecil menempuh pendidikan umum, bukan pendidikan di bangku madrasah membuat nya sedikit tertinggal.
Untuk Muroja'ah hafalan para santri di beri kebebasan oleh pihak pesantren dan di berit tempat pilihan untuk santri santri nya asal masih di wilayah pesantren.
Beberapa tempat di pesantren menjadi tempat favorit bagi para santri untuk menghafal atau Muroja'ah Al Quran.
Shafia bersama teman teman nya memilih menghafal di gazebo, di pesantren itu terdapat taman yang lumayan luas dan di sediakan beberapa gazebo untuk para santri.
Berbeda dengan ketiga teman nya, jika yang lain sudah menghafal sampai juz kesekian bahkan ada juga yang hampir sampai juz 30. maka Shafia yang memang masih baru, Ia baru akan mulai menghafal jus pertama nya.
Mereka pun mulai fokus ber Muroja'ah bersama santri santri yang lain nya juga.
Menjelang sore, waktu istirahat bagi para santri sambil menunggu waktu sholat maghrib.
Shafia merasa mata nya sudah mengantuk ingin tidur sebentar, tapi saat hendak memejamkan mata nya ia ingat jika cucian nya sudah mengunung.
"Nin.. anterin aku ke laundry yuk"? ajak Shafia pada Nindi.
" Sekarang "?
"Besok! ya sekarang lah"
"Iya ya, ayo!
Setelah Shafia selesai merapikan pakaian yang ingin di laundry, mereka pun berjalan menuju tempat laundry.
Di pesantren ini, termasuk pesantren Modern. Dimana pesantren ini menyediakan jasa laundry bagi para santri nya, dan di sediakan juga mesin cuci untuk para santri yang ingin mencuci sendiri pakaian nya untuk menghemat biaya.
Sepulang dari laundry Shafia dan juga Nindi merebahkan tubuh nya di atas ranjang asrama nya sambil nunggu waktu sholat.
Tiara dan juga Via sudah tertidur, begitu pun dengan Nindi yang langsung ikut tidur.
Hanya Shafia lah yang entah kenapa tidak bisa tidur, padahal tadi sebelum ke laundry mata nya sudah begitu mengantuk.
Bayangan kedua orang tua nya terlintas di ingatan nya, mengingat masa masa mereka bertiga selalu bersama sama kemana mana. tak terasa bulir bening menetes membasahi pipi nya yang putih.
Ia berjalan ke luar kamar, Shafia merasa butuh menyendiri untuk saat ini.
Shafia berjalan menuju gazebo yang ada di paling ujung pesantren itu.
Ia menumpahkan kesedihan nya saat mengingat pertengkaran kedua orang tua nya saat itu.
Sunguh pertengkaran orang tua adalah kesedihan yang paling menyakitkan bagi seorang anak.
Mental dan hati nya benar-benar harus di pertaruhkan.
Namun Shafia beruntung, setidaknya saat itu Ia tak hancur seperti kebanyakan anak korban Broken home di luaran sana.
Sungguh tak ada yang menginginkan keadaan seperti itu, namun jika sudah takdir yang menetap kan maka tak yang bisa ia lakukan selain menerima dan menjalani nya.
Langit terlihat sudah mulai gelap, pertanda sebentar lagi akan masuk waktu magrib.
Meski begitu, entah kenapa Shafia engan untuk beranjak dari gazebo itu.
Ia berasa begitu tenang dan bisa menumpahkan segala kesedihan nya di tempat itu.
Tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras nya, saat Shafia hendak kembali ke asrama.
dengan terpaksa Shafia menunggu di gazebo sampai hujan reda.
Di taman itu terlihat begitu sepi, karena memang saat ini para santri sedah pada berkumpul di masjid untuk melaksanakan sholat magrib.
Dari kejauhan seoarang pria bersorban putih berjalan keluar dari aula, mungkin seorang staf yang di tugaskan untuk mengecek aula dan sekitarnya.
Karena aturan di dalam pesantren ini, setiap santri diwakilkan untuk mengikuti sholat berjamaah jika sudah waktu nya sholat.
Jika ketahuan bolos akan di kenalan hukuman dari staf yang di tugaskan untuk mendisiplinkan para santri.
Walaupun langit begitu gelam di tambah mendung dan hujan lebat, tak membuat penglihatan pria itu berkurang.
Ia menajamkan lagi penglihatan nya dan melihat seorang wanita tengah duduk sendirian di gazebo, dan seperti nya dia sedang bersedih.
"Astaghfirullah, siapa dia? apa yang dia lakukan, bukankah waktu sholat sebentar lagi"? Batin nya.
"Kenapa dia terlihat seperti sedang bersedih? apa dia santri baru dan merasa tak betah disini"? batin nya lagi bertanya tanya.
Khawatir melihat wanita itu hanya sendirian sedangkan waktu semakin gelap, Ia berinisiatif mendekat berjalan ke arah gazebo.
untuk memastikan apakah wanita itu benar-benar sedang bersedih atau hanya alasan untuk bolos sholat berjamaah saja.
Pria bersorban itu terus berjalan menuju ke gazebo ia tidak memperdulikan pakaian nya yang akan basah karena air hujan.
"Assalamu'alaikum" pria itu memberi salam setelah sampai di hadapan gadis itu.
Gadis itu terlihat terkejut atas kehadiran nya, meski ia sempat melihat seorang pria keluar dari gazebo, tapi ia tidak menyangka jika pria itu akan menghampiri nya.
"Wa- Wa'alaikumussalam" jawab Shafia terbata.
Shafia merasa terkejut saat mengetahui pria yang tengah berdiri di hadapan nya saat ini adalah gus Faizal, yang tak lain adalah anak dari pemilik pesantren ini yang sempat kepergok ia tatap waktu itu.
Gus Faizal pun sama kaget nya saat menyadari teryata gadis yang ada dihadapan nya adalah gadis yang ia lihat di aula waktu itu.
Gadis yang menarik perhatian nya, dan membuat nya tak tahan untuk tidak melirik dan mengagumi nya.
Bagaimana tidak, Shafia memang memiliki yang cantik alami dan bibir tipis merah alami.
"Kamu ngapain sendirian di sini? kenapa belum ke masjid"?
Tanya Gus Faizal, sambil menatap ke arah lain nya Karena ia harus menjaga pandangan nya.
" Eemm... itu...." Shafia merasa gugup.
"Nama mu siapa"?
Tanya nya yang merasa semakin penasaran dan tidak tahan menahan rasa ingin tau nya tentang gadis yang ada di hadapan nya saat ini.
Shafia menatap Gus Faizal sebentar lalu menundukan kembali pandangan nya.
" Na-nama saya Shafia Gus"
Gus Faizal terlihat mengangguk.
"Tidak baik seorang gadis berada di sini sendirian apa lagi ini masuk waktu magrib" ucap nya.
Shafia hanya menggangguk, ia tak mungkin menceritakan alasan nya kenapa ia masih di sini di saat waktu nya sholat.
"Apa pun masalah yang sedang kamu hadapi tetap lah bersabar, semua itu adalah ujian.
Tetaplah mendekat kan diri pada sang Pencipta jangan malah menjauhi nya.
Ucap nya Seakan tau isi hati Shafia saat ini.
Shafia terpaku mendengar nasehat Gus Faizal.
\**Terkadang, ujian hidup hanyalah tantangan untuk melihat sejauh mana kita mampu bertahan*\*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!