Ke tempat ini aku kembali, memandang dengan lekat setiap sudut nya yang sudah banyak berubah. Walaupun begitu aku dapat dengan jelas mengingat setiap kenangan yang aku dan 'dia' buat disini. Setiap senang, sedih, canda, tawa, haru semua terekam jelas dalam ingatanku.
Aku menyusuri setiap sisi taman, dengan langkah perlahan aku amati semua nya. Semakin aku menyusuri semakin juga kenangan itu muncul. Taman ini adalah taman yang dulu menjadi saksi kebahagian ku memiliki nya, mensyukuri keberadaan nya di sisiku, dia bagaikan setitik cahaya dalam gelap nya duniaku.
Aku memegang dada ku dengan erat. Rasa sesak ini kembali kurasakan, nafasku memburu meraup udara dengan susah payah. Menahan gejolak yang meluap dalam dadaku. Namun tanpa sadar air mata ku lolos, rasa sakit itu semakin membuncah seiring air mata ku yang semakin keluar, aku menggigit bibir ku dengan kuat menahan isak tangis ku agar tidak semakin kuat, membekap bibir ku dengan erat. Apapun agar tangis ini tidak semakin menelan ku.
Aku tahu sangat tahu bahwa dengan datang kesini sama hal nya dengan membuka luka lama ku. Aku tau aku bodoh tapi aku tidak bisa, aku belum bisa untuk melepaskan nya sepenuh nya.
Saat aku sudah dapat menguasai kembali pikiran dan perasaan ku baru lah aku tersadar bahwa aku telah menggigit bibir ku terlalu keras, karena aku merasa kan rasa besi dalam mulut ku aku mencari tisu dalam tas ku. Disekitar ku sudah sangat sepi, aku memang sengaja datang kesini di saat sepi karena aku tau perasaan ku pasti tak akan terbendung dan aku tidak mau menjadi bahan tontonan orang-orang.
Namun ternyata aku salah, aku tidak sendirian saat ini, saat aku sedang mencari tisu ku yang tinggal sedikit itu hingga aku susah mencari nya, ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan nya kehadapan ku.
Aku tertegun saat melihat tangan itu, aku tidak berani melihat siapa orang nya karena aku sangat mengenali tangan itu, tangan yang selalu menggenggam tanganku. Aku tidak mungkin salah, karena tangan itu lah yang selalu memberikan ku ketenangan dalam pelukan nya, elusan dan kejahilan nya.
Jantung ku berdetak sangat keras tanpa pikir panjang aku segera berbalik badan 'kabur' itu lah yang saat ini memenuhi otak ku. Tapi terlambat, tangan itu sudah memegang tanganku dengan sangat erat, seakan - akan tidak membiarkan aku untuk melepas genggaman nya lagi.
"Jangan pergi lagi An."
Suara berat nya yang langsung terdengar, masuk ke dalam otak ku mengirim rasa yang sangat familiar dan tubuhku merespon itu dengan baik. Tubuhku rasa nya tidak bisa bergerak ucapan nya seakan mendikte ku untuk menuruti nya, dan itu lah yang selama ini aku takut kan saat aku memutuskan untuk kembali ke negara ini.
Karena aku tau aku akan langsung takluk saat itu juga jika sekali saja aku bertemu dengan nya. Hati ku lemah pendirian ku belum cukup kuat namun aku dengan sombong nya berani untuk kembali ke negara ini, ke tempat yang jelas - jelas menjadi saksi bisu kenangan kami.
Dia menarik ku dengan lembut memutar tubuhku untuk menghadap nya, air mataku tergenang membuat pandangan ku sedikit memburam. Rasa senang, sedih, takut semua bercampur dalam hatiku. Kini aku kembali bertatapan dengan mata nya yang indah yang dapat menghipnotis ku dengan tatapan lembut nya.
"Sshhh.." Dia mengelus kedua pipiku dengan lembut.
Aku kembali menggigit bibir ku dengan kuat untuk menghalau isak tangis ku namun dia dengan cepat menyentuh bibir ku dan melepas gigitan ku. Aku dapat dengan jelas merasakan cairan merembes dari sela bibirku.
"Jangan melukai dirimu lagi An, aku tidak suka."
Tatapan nya menggelap aku dapat melihat rasa tidak suka dan khawatir yang sama seperti dulu saat ia memergoki ku sedang melukai tanganku sendiri. Ia dengan lembut mengelap sudut bibir ku yang kuketahui adalah darah yang keluar.
Menghapus air mata ku yang menetes kembali dengan punggung tangan nya, hal itu justru semakin membuat ku tidak bisa menahan isak tangis yang ku tahan sedari tadi.
"It's okay sayang keluarkan saja, jangan menahan nya seperti ini kau akan sakit dan itu membuat ku sakit juga." Dia masih selembut dulu aku tidak bisa menahan nya lagi, aku langsung menghambur memeluk nya dengan erat. Ku tumpah kan semua rasa sesak ini di dekapan nya. Dan ia pun membalas pelukan ku tak kalah erat mengelus punggung dan rambut ku seperti dulu, ia selalu tau cara menenangkan ku.
Seraya berbisik "I love you."
Kata - kata nya sangat menohok bagiku, aku tau bahwa dia sangat tulus kepadaku. Menerima semua kekurangan ku namun aku memilih pergi. Dengan egois nya aku memutuskan hubungan kita yang terjalin lama hanya karena keputusan sepihak ku.
"Maaf..hiks.. maafkan aku." Aku terisak sangat hebat di dekapan nya seakan mengadu bahwa aku tersiksa tanpa nya, aku salah, aku tidak bisa kalau bukan dia 'Aku menyesal'.
Setelah aku merasa tenang dia mulai menuntunku ke kursi taman yang selalu kita duduki dulu. Mengurusi ku dengan telaten membasuh muka ku dengan sapu tangan dan air yang dibawa nya. Dia usap perlahan terutama saat ia mengusap mataku ia diamkan dulu usapan nya hingga aku tidak dapat melihat apa-apa. Namun tak lama aku merasakan kecupan di kedua mataku.
"Cukup sayang jangan pergi lagi.. jangan menyiksa dirimu lagi An, itu juga menyiksaku." Dia menurunkan kedua tangan nya untuk menggenggam tangan ku erat, atensi nya menatap ku dengan serius dan dalam, aku tau banyak yang ingin ia tanyakan. alih-alih marah atau kecewa kepada keputusan sepihak ku dia memilih menenangkan ku dalam pelukan nya.
Dari tatapan nya aku tau dia meminta penjelasan, bertanya - tanya dan lelah namun dia tidak mencoba memaksaku karena ia tau dan amat sangat mengenalku. Aku tidak akan mengambil keputusan tanpa sebab sekalipun penyebab nya itu adalah pikiran ku sendiri yang kacau. Ia akan mengerti yang dia butuh kan hanya lah aku yang kembali padanya dan dia kembali padaku.
Tapi aku tidak tau apakah aku bisa kembali padanya atau tidak. Hatiku berkata ya namun otak ku tidak, aku dilema akan segala kemungkinan yang ada.
Ku lihat mata nya yang sembab aku tau kau tersiksa An entah apa yang sedang kau pikirkan di kepala cantik mu itu, aku tidak bisa marah akan keputusan mu karena aku terlalu mengenalmu, yang aku tidak tau adalah alasan mu meninggalkan ku.
"Sudah lebih baik.?" An panggilan ku untuk nya, aku elus lembut rambut nya dan An hanya mengangguk, aku tidak tau dalam beberapa tahun ini apa yang terjadi padanya.
Badan nya tampak lebih kurus dan tidak ada binar cahaya lagi dimata nya.
Kalau aku tau kau setersiksa itu aku akan menjemput mu lebih cepat An maafkan aku. Aku hanya membiarkan dirinya dengan keputusan nya. Aku tidak berusaha mencari nya dan hanya mencoba menghargai keputusan nya.
Kini aku menyesal... kenapa aku tidak mengikuti kata hatiku untuk mencari mu An.
"Mau pulang sekarang?" Tanyaku lembut sambil menatap mata nya yang semakin kecil sehabis menangis hebat tadi. Ia hanya mengangguk saja sambil memainkan jari jemari nya, aku tau dia sedang bingung saat ini maka dari itu aku tidak memaksa nya untuk menjelaskan semua nya hari ini.
Aku langsung menggenggam tangan nya lembut dan pergi menuju mobil.
\*\*\*
Di dalam mobil terjadi keheningan antara Anastasya dan Gerald mereka saling fokus dengan pikiran masing-masing. Anastasya fokus dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, sementara Gerald hanya mencoba fokus mengemudi ia sebenar nya menahan semua nya sedari tadi, banyak.. banyak yang ingin ia tanyakan dan ungkapkan hingga rasa nya tak terbendung.
Namun sekali lagi dirinya terlalu mengenal Anastasya hingga ia memilih untuk menelan segala perasaan yang ia rasakan, menanti waktu yang tepat itu datang yang jelas bukan saat ini pikir nya.
"Ke apartment mu.?" Tanya Gerald mencoba membuka percakapan, namun sekali lagi hanya anggukan yang ia dapat kan.
Mereka pun melanjutkan perjalanan dalam keheningan tanpa ada satu pun yang membuka percakapan, seakan hening adalah yang terbaik bagi mereka saat ini. Mencoba saling memahami tanpa mengedepankan ego yang sudah sama-sama mereka tau tidak membawa hal baik. Dalam keheningan ini lah perjalanan mereka bertemu kembali dimulai.
Anastasya terbangun melihat jam yang saat ini menunjukkan pukul tujuh, akibat lonjakan emosi nya kemarin membuat kepala Anastasya sedikit pening. Ia kemudian terduduk dengan perlahan sedikit meringis akibat luka di lutut nya, karena luka ini lah ia jadi mengingat kembali kejadian sesaat setelah sampai di depan apartment nya sebelum mereka akhirnya berpisah.
Flashback on
Mobil Gerald telah berhenti tepat di depan gedung apartment Anastasya namun kembali dua insan berbeda gender ini dilanda keheningan dikarenakan Anastasya yang tertidur dan Gerald yang tidak mau mengganggu Anastasya.
Gerald menatap lekat wajah Anastasya yang sedang tertidur, tidak berubah sama sekali pikir nya, yang membedakan hanya pipi nya yang tirus berbeda dengan dulu sedikit chubby yang selalu menjadi sasaran keusilan nya untuk mencubit pipi Ann.
Tak lama Anastasya terbangun, hal pertama yang dilihat oleh nya adalah atensi yang menatap nya dengan lekat ia tidak tahu harus bersikap apa.
"Apa sudah sampai.?" Akhirnya hanya pertanyaan klise yang keluar dari mulut nya. Gerald hanya mengangguk namun mata nya tidak berpindah sedikit pun dari wajah Anastasya.
Anastasya yang merasakan tatapan itu sedari tadi langsung mengalihkan pandangan nya pura-pura melihat sekeliling nya.
"Kalau begitu aku turun, terimakasih karena sudah mengantarku." Anastasya dengan sedikit terburu-buru melepas seat belt nya namun saat tangan nya ingin menggapai pintu mobil. Lagi-lagi tangan nya di tahan oleh Gerald.
"Boleh aku mengantar mu hingga depan pintu.?"
Anastasya terdiam sejenak sebelum akhir nya mengangguk tanpa menoleh, ia hanya ingin cepat-cepat keluar dari mobil Gerald. Setelah itu tangan nya pun di lepas ia buru-buru membuka pintu mobil dan berjalan cepat menuju apartment nya tanpa menunggu Gerald di belakang.
Karena ia tau langkah nya akan tersusul oleh kaki panjang Gerald, ia pun berinisiatif menambah kecepatan langkah nya hingga terlihat sedikit berlari namun naas ia tidak terlalu memperhatikan jalan alhasil kaki nya tersandung dan membuat nya terjatuh dengan keras.
"Aww.." Ringis Anastasya saat melihat kedua lutut nya terluka dan berdarah. 'sial' maki nya dalam hati atas kesialan yang menimpa nya kali ini.
Gerald yang posisi nya lumayan tertinggal walau tidak terlalu jauh tidak sempat untuk menahan Anastasya, ia dengan cepat berjongkok melihat keadaan Anastasya yang bisa dikatakan kurang baik. Gerald pun dengan cepat menggendong Anastasya ala bridal style. Anastasya yang kaget dengan tindakan impulsif Gerald langsung berusaha turun.
"Apa yang kau lakukan... turunkan aku sekarang, aku malu.!"
"Kenapa harus malu, tidak ada orang juga disini." Ucap Gerald santai, ia tau Anastasya malu karena posisi mereka saat ini. Tapi ia tidak peduli toh Anastasya juga tidak mungkin bisa berjalan dalam keadaan seperti ini.
Anastasya hanya menghela napas pasrah ia mengakui bahwa saat ini memang hanya ada dirinya dan Gerald, ia malu karena posisi nya yang saat ini sangat dekat dengan Gerald ia bingung harus bagaimana, akhir nya dengan terpaksa Anastasya mengalungkan tangan nya ke leher Gerald dan menyembunyikan wajah malu nya di dada Gerald.
Gerald yang tau bahwa Ann nya kini tengah malu hanya tersenyum tipis ia senang bahwa Ann nya sedari awal tidak menolak sentuhan nya dan itu menandakan Anastasya masih nyaman dengan nya. Dan Gerald tidak akan menyerah untuk kali ini, ia tidak akan memaklumi lagi tindakan Anastasya yang pergi dari nya.
"Turunkan aku." Ucap Anastasya saat sudah sampai di depan pintu apartment nya. Namun Gerald tidak bergeming ia malah semakin mengencangkan gendongan nya kepada Anastasya.
"Kita sudah sampai, turunkan aku sekarang.!" dengan sedikit kesal Anastasya bergerak berusaha lepas dari gendongan Gerald namun sia-sia.
"Aku akan mengantarmu sampai dalam, tidak ada penolakan Ann, kaki mu sedang terluka biarkan aku mengobati nya dulu." Ucap Gerald serius memandang Anastasya yang kini juga memandang nya, Gerald tau kelemahan Ann adalah dirinya kali ini dirinya harus tegas.
Anastasya yang ditatap seperti itu hanya tertegun, dirinya belum pernah melihat Gerald se serius sekarang. Dirinya akui Gerald amat sangat menuruti nya, memahami nya, hampir tidak pernah Gerald memarahi nya. Dan melihat sikap Gerald yang sedikit berbeda seperti ini membuat dirinya sedikit terkejut.
Tanpa berdebat Anastasya pun segera memasukan sandi apartment nya. "Jangan melihat." Titah Anastasya sambil menutupi agar sandi nya tidak diketahui oleh Gerald.
Gerald tidak terlalu memperdulikan tindakan Anastasya yang seperti itu.
"Turunkan saja aku di sofa." Tunjuk Anastasya kearah sofa di ruang tamu nya.
"Tidak, di kamarmu.. aku baru akan menurunkan mu jika di kamar."
"Kau terlalu melebihi batas Gerald, kita sudah tidak memiliki hubungan apapun." Kekesalan Anastasya sudah tak terbendung, Gerald nya dulu tidak se pemaksa ini padanya.
Gerald menahan amarah nya kala mendengar kata-kata Anastasya yang dengan gamblang nya mengungkit status mereka yang sudah tidak memiliki hubungan. Namun ia menahan kata-kata yang akan keluar dari mulut nya amarah tidak akan menyelesaikan apapun, itu yang selalu tertanam dalam pikiran nya.
Gerald pun mengalah dan menurunkan Anastasya di sofa ruang tamu.
"Dimana kotak P3K nya.?" Tanya Gerald.
"Aku bisa sendiri Gerald, kau boleh pulang sekarang." Ucap Anastasya dingin tanpa memandang kearah Gerald yang kini sedang menatap nya.
Gerald pun berjongkok mensejajar kan posisi nya dengan Anastasya. "Jangan memancing ku Ann, anggap aku adalah teman yang ingin membantu mu. Apakah tidak boleh.?"
Anastasya tidak menjawab ia hanya ingin Gerald cepat pergi dari apartment nya, itu saja. Namun harapan nya seperti nya pupus karena sikap Gerald yang seperti ini padanya.
"Di laci bawah tv." Tunjuk Anastasya.
Lagi-lagi hari ini ia banyak mengalah kepada Gerald. Semua nya terlalu tiba-tiba baginya, Anastasya tidak menyangka di hari pertama ia menginjakan kaki di negara nya ia langsung bertemu dengan Gerald. Dia tidak siap hingga dirinya susah untuk membantah Gerald. Apalagi saat ini Gerald terlalu pemaksa dan keras kepala.
"Sudah... seperti nya kau belum bisa berjalan dengan baik besok. Istirahat saja di rumah... besok aku akan kemari lagi." Ucap Gerald sambil membereskan P3K satu persatu.
Anastasya baru tersadar bahwa Gerald sudah selesai mengobati nya, ia langsung memalingkan wajah nya karena tidak mau terpergok sedang memandang Gerald.
"Terimakasih." Ucap Anastasya singkat tanpa memandang Gerald.
Gerald masih terdiam dalam posisi nya memandang Anastasya.
"Aku akan menunggu penjelasan mu padaku Ann, tapi aku tidak bisa kembali jauh dengan mu. Jangan salahkan aku bahwa mulai kali ini aku akan selalu mencoba mendekati mu, entah kau suka atau tidak." Ucap Gerald memilih kata yang tepat untuk mengungkapkan maksud hati nya. Juga menegaskan bahwa dirinya kali ini tidak akan membiarkan Anastasya nya kembali pergi dari nya.
Anastasya hanya diam tidak membalas apapun.
Gerald yang melihat Anastasya yang tidak merespon ucapan nya hanya menghela napas dalam lalu beranjak dari posisi nya."Baiklah aku pulang dulu, istirahat lah dengan cepat." Ia pun segera melangkah keluar apartment Anastasya. Ia berjanji dalam hati untuk selalu menemukan cara meluluhkan An dan mereka dapat kembali seperti dulu.
Flashback off
Anastasya bingung apa yang akan ia lakukan hari ini. Karena benar seperti yang di ucapkan Gerald kemarin bahwa kaki nya belum bisa diajak berjalan dengan baik. Akhir nya ia hanya melakukan rutinitas nya di depan laptop. Sebenar nya sepupu terdekat nya akan melangsungkan pernikahan dan sepupu nya itu sangat memaksa nya untuk hadir jadi karena alasan ini lah ia kembali ke sini, ke negara asal nya. Lagipula hampir seluruh keluarga besar nya ada disini itu lah yang membuat nya tidak bisa 'kabur' sepenuh nya.
"Hai Asya.. kenapa kau belum kesini.?" Tanya sepupu nya Mallory yang saat ini sedang melakukan video call dengan nya.
"Maafkan aku Mally, ada sedikit insiden jadi aku belum bisa pulang ke mansion."
"Kenapa?? apa kau sakit... apa kau terluka.?" Ujar Mallory yang terlihat khawatir.
"Tidak, aku baik-baik saja.. bagaimana kabar uncle dan aunty.?"
"Mereka baik, yang harus kau tanyakan adalah kabar orang tua mu Asya, kau meninggalkan mereka berdua disini. Mereka hanya punya dirimu saja."
Anastasya hanya terdiam ia tahu orang tua nya tidak sepenuh nya mengijinkan nya untuk tinggal ke luar negeri. Terutama ia adalah anak satu-satu nya, tapi dirinya pun punya alasan hanya saja ia belum bisa mengungkapkan nya. Dirinya hanya perlu waktu sendiri ia tidak berencana untuk selama nya tinggal di luar negeri tapi ia juga tidak tau kapan ia akan kembali menetap di sini.
"Aku tahu mereka baik, kau tidak berpikir aku tidak pernah menghubungi mereka bukan.?"
"Kau tahu bukan itu maksud ku Asya."
"Sudah dulu ya.. aku kedatangan tamu, sore aku akan ke mansion bye." Anastasya tidak mau memperpanjang topik ini, jadi ia hanya menghindari segala pertanyaan menyangkut dirinya yang tiba-tiba pergi ke luar negeri.
"Ya sudah dasar keras kepala, ku tunggu secepat nya stay safe Asya, bye." Sambungan pun terputus.
Sebenar nya ia tidak sepenuh nya berbohong karena saat ini ia sedang menuju ke depan pintu apartment nya karena bell yang terus berbunyi. Ia melihat di lubang kecil pintu nya untuk mengetahui siapa yang berkunjung. Dan ternyata Gerald yang saat ini berada di depan pintu apartment nya.
Baru saja Anastasya akan berbalik badan menghiraukan Gerald yang berada di depan.
"Aku tau kau di dalam Ann, kau mau aku memaksa masuk atau kau buka kan pintu dengan baik." Seperti dapat membaca maksud nya Gerald berteriak lantang menyuruh nya segera membuka pintu.
"Atau aku akan memanggil security kemari."
Karena kesal dengan kelakuan Gerald yang terus berbicara dan membunyikan bel apartment nya, akhir nya dengan terpaksa ia membuka pintu apartment nya dengan keras. Menampilkan raut wajah tidak suka nya di depan Gerald.
"Apa mau mu.?" Gerald tidak menggubris pertanyaan Anastasya dan langsung melenggang masuk dengan mudah nya.
Anastasya yang melihat kelakuan Gerald yang se enak nya hanya bisa menahan kekesalan nya sedari tadi. Lalu menutup pintu dan berjalan menuju kamar nya dengan sedikit tertatih. Tanpa menghiraukan keberadaan Gerald yang sudah duduk di sofa nya dengan santai.
"Aku membawa makanan aku yakin kau belum makan, oohh iya aku kesini juga bukan untuk mengantar makanan saja tapi kudengar kau akan ke mansion hari ini. Bersiaplah sudah itu kita makan baru kita pergi, Jangan berpikir macam-macam aku mengetahui nya dari Mallory, sepupu mu baru saja." Ujar Gerald panjang lebar tanpa membiarkan Anastasya untuk menjawab atau membantah.
Anastasya lagi-lagi dibuat takjub dengan perubahan Gerald saat ini, seperti nya hari ini pun ia akan terganggu lagi oleh sikap Gerald pada nya. Kalau seperti ini terus apakah hati nya akan siap. Yang jelas saat ini dirinya harus sangat menyiapkan hati nya dengan segala kemungkinan yang ada.
Anastasya kini sedang bersama Gerald menuju mansion keluarga nya sesekali Gerald membuka percakapan namun hanya direspon seadanya oleh Anastasya, dirinya hanya tidak mau membiarkan hati nya goyah.
Setelah beberapa menit perjalanan kini mereka telah memasuki gerbang mansion keluarga Anastasya yang di depan nya sudah di hias sedemikian rupa untuk acara pernikahan besok. Anastasya pun segera turun meninggalkan Gerald yang mencoba menyusul nya, meskipun dengan jalan yang sedikit tertatih.
Pintu telah terbuka oleh maid yang selalu siap siaga terhadap tamu yang datang, apalagi ini adalah Anastasya yang notabene adalah salah satu anggota keluarga De'mare.
"Terimakasih." Ucap Anastasya sembari tersenyum kearah maid tersebut.
"Sama-sama nona." Maid tersebut mengangguk hormat kepada nona muda nya yang baru saja kembali, nona nya itu tidak berubah sama sekali dari dulu, selalu sopan dan ramah pikir nya.
Dirinya kembali mengangguk sopan saat melihat tuan Gerald dibelakang nona muda nya. Ia selalu takjub melihat nona muda nya yang cantik bersanding dengan tuan Gerald yang tampan dan berwibawa seolah-olah mereka memang sudah ditakdirkan bersama.
Ya memang begitulah pandangan orang-orang yang hanya bisa menilai seseorang secara singkat dari luar nya saja, kita tidak bisa sepenuh nya menyalahkan atau membenarkan karena kembali lagi ini masalah perspektif masing-masing individu.
"Mom... Dad.. " Panggil Anastasya menghampiri mereka berdua yang saat ini sedang berkumpul bersama keluarga mereka yang lain. Ia hanya melihat orang tua, paman bibi dan sepupu nya itu yang kini tengah kumpul, setau nya keluarga nya yang lain akan sampai kesini pada malam hari.
Karena memang yang tinggal di mansion ini adalah keluarga inti dari pihak ayah nya saja. Dan kakek nenek nya hanya mempunyai dua anak yaitu ayah nya sebagai anak pertama dan paman nya. Sementara yang lain nya hanya sesekali berkunjung kesini, contoh nya saat ini mereka akan kesini karena acara pernikahan sepupu nya Mallory.
"Haaaa... akhir nya kalian datang juga. sebenar nya pemeran utama nya ini aku atau kalian berdua sih.." Dengus Mallory kepada dua sejoli di depan nya.
Anastasya tidak menghiraukan ucapan Mallory ia malas menanggapi ocehan-ocehan tidak bermutu nya.
"Kenapa dengan kaki mu sayang.?" Tanya Dasha ibu Anastasya langsung yang khawatir melihat anak nya berjalan sedikit tertatih. Meneliti dari atas sampai bawah melihat apa ada yang terluka lagi di tubuh anak nya. David ayah Anastasya juga ikut melihat anak nya dengan pandangan khawatir yang tidak bisa ditutupi.
"I'm fine Mom.. Dad, don't worry... Apa kalian tidak merindukan ku?" Dengan cepat Anastasya mengalihkan pembicaraan agar orang tua nya tidak bertanya lebih lanjut kenapa dirinya bisa terluka, mengingat luka nya hanya membuat dirinya kembali malu.
"Tentu saja kami merindukan mu sayang." Ujar Dasha segera memeluk tubuh anak semata wayang nya dengan erat menyalurkan rasa rindu nya.
"Miss you too mommy." Balas Anastasya tak kalah erat memeluk ibu nya.
"Hanya mommy saja yang dipeluk daddy tidak.?" Ujar David sang ayah yang kini sedang menatap nya dengan raut kesal yang dibuat-buat.
Dasha hanya memutar mata nya sebal karena melihat kelakuan suami nya itu. "Dia selalu cemburu saat kau nelepon mommy." bisik Dasha membeberkan sikap suami nya yang kekanak-kanakan itu. Anastasya hanya terkekeh geli mendengar aduan mommy nya itu.
"Apa yang mommy mu bisikan Asya? Pasti tentang daddy iya kan.?"
"Pede banget Daddy, engga kok mommy ga bilang apa-apa." Kilah Anastasya.
"Baiklah, anggap saja daddy percaya. I miss you dear apa kau tidak ingat pulang hahhh.." Keluh David kepada anak nya sembari menangkup kedua pipi anak nya, David tau ada yang disembunyikan Asya pada nya dan istri nya. Tapi ia memutuskan untuk menunggu anak nya yang memberitahu, ia tidak mau memaksa Asya untuk bercerita. Sebagai orang tua ia hanya bisa mengawasi, mendidik dan percaya kepada anak nya.
Anastasya berusaha melepaskan kedua tangan daddy nya itu dari pipi nya."Sa.. kit daddy." Gerutu Anastasya sambil mengusap-usap pipi nya yang sudah terlepas dari kejahilan daddy nya. David hanya terkekeh melihat ekspresi anak nya yang kesal. Ia sudah lama tidak menikmati momen ini semenjak Asya nya memutuskan untuk tinggal di luar negeri.
"Gerald apa kabar?" Tanya Dasha yang sudah melihat Anastasya masuk bersama Gerald. Ia pun memeluk Gerald yang memang sudah ia anggap sebagai anak nya sedari dulu. Ia sudah tau bahwa hubungan anak nya dan Gerald sudah kandas, namun ia tidak mau ikut campur biarkan mereka yang menjalani. Untuk saat ini yang ia lihat bahwa Gerald memang tulus kepada anak nya. Jadi ia tidak masalah jika anak nya masih dekat dengan Gerald.
"Baik mom.. hmm tante, maaf Gerald belum terbiasa." Ralat Gerald saat tidak sengaja memanggil mommy Ann nya dengan panggilan 'mom'. Karena memang sedari dulu dirinya sudah memanggil orang tua Anastasya dengan panggilan mom dan dad.
"Tidak apa-apa Gerald mommy juga terbiasa mendengar kamu manggil mom." Senyum Dasha yang dari lubuk hati nya masih merestui Gerald bersama anak nya.
"Kenapa kamu juga ikut-ikutan jarang kesini seperti anak daddy yang tidak pernah pulang itu hmm." Ujar David yang juga sudah memeluk Gerald menepuk punggung nya kecil khas seorang lelaki jika saling bertemu.
"Maaf Dad, lain kali aku akan sering kemari." Ucap Gerald yang dalam hati nya merasa senang bahwa orang tua Anastasya masih menerima nya dengan baik.
"Bagus.. Daddy tunggu, jangan kaya anak Daddy yang tersesat di luar hingga jarang pulang." Sindir David sambil memandang anak nya dengan tatapan memicing.
"Ohh.. come on dad terus aja sindir aku." Kesal Anastasya yang dari tadi terkena sindir tidak ayah nya tidak sepupu nya sama saja.
"Daddy tidak menyindir mu." Kilah David.
"Terus daddy punya anak selain aku di luar sana?." Tanya Anastasya kepada Daddy nya yang tidak mau mengaku.
"Mom tuh lihat daddy punya anak di luar sana selain aku." Adu Anastasya kepada ibu nya yang notabene nya adalah kelemahan sang ayah.
Dasha hanya mengikuti permainan anak nya dengan memicingkan mata penuh selidik kearah suami nya yang saat ini tengah kelimpungan dengan kejahilan nya sendiri. Anak nya sendiri di lawan.
"Ga... mommy bukan gitu maksud Daddy... mommy tau sendiri kan cuma mommy di hati Daddy, ga ada yang lain." Ucap David yang kini fokus membujuk istri nya itu.
Anastasya yang melihat kedua orang tua nya yang seperti itu hanya tersenyum senang, ternyata orang tua nya memang sangat menjaga keharmonisan rumah tangga nya. Dilihat dari perlakuan Daddy nya ke mommy nya begitupun sebalik nya.
"Uncle.. aunty apa kabar?" Tanya Anastasya beralih ke paman dan bibi nya orang tua Mallory sepupu nya, yang kini sedang duduk santai juga menikmati kumpul keluarga saat ini. Mereka berdua juga tidak kalah harmonis nya dengan kedua orang tua nya, yang membedakan uncle aunty nya ini lebih kalem berbeda dengan kedua orang tua nya yang sedikit humoris.
"Aunty baik Asya, kamu gimana disana menyenangkan?" Jawab Aunty Claire sembari memeluk keponakan satu-satu nya itu.
"Ya begitu lah, menyenangkan namun tidak senyaman disini." Ucap Anastasya membalas pelukan Aunty nya.
"Lalu kenapa tidak disini saja Asya?" Tanya Uncle James padanya yang membuat semua mata langsung tertuju padanya seakan sangat menunggu jawaban dari nya. Tanpa sadar Anastasya mengepalkan lengan nya erat.
"Hmm... Aunty Uncle aku ke kamar dulu ya seperti nya efek jet lag kemarin masih kerasa." Ucap Anastasya menghindar sembari memegang kepala nya yang tiba-tiba juga terasa sedikit pusing kala mendengar pertanyaan dari uncle nya tadi.
"Mom.. Dad aku ke kamar dulu ya." Ujar Anastasya buru-buru tanpa melihat kembali kearah orang tua nya. Ia juga melupakan kehadiran Gerald yang sedari tadi berada di samping nya.
Gerald yang sedari tadi ada di samping Anastasya memperhatikan nya dengan detail termasuk reaksi Anastasya yang mengepalkan lengan nya saat mendengar pertanyaan Uncle James. Yang semakin membuat nya bertanya-tanya apa yang disembunyikan dan dirasakan Anastasya hingga bereaksi seperti itu.
Keadaan di ruang keluarga itu langsung hening kala Anastasya sudah tidak terlihat dari pandangan mereka. Aunty Claire langsung menyikut keras pinggang suami nya yang tidak peka itu.
"Sorry Dave, aku menanyakan pertanyaan yang salah." Ucap James yang merasa bersalah karena pertanyaan dirinya yang membuat suasana menjadi canggung.
"It's okay, sebenar nya itu juga yang menjadi pertanyaan aku dan Dasha namun kami tidak berani bertanya kepada Asya secara langsung, kami takut hal itu membuat nya tidak nyaman." Jawab David memaklumi pertanyaan adik nya itu.
"Maaf Mom, Dad kalau boleh aku ingin menyusul Asya ke kamar nya." Ucap Gerald yang sebenar nya sudah tidak sabar untuk segera menyusul Ann nya terlebih setelah melihat reaksi Ann yang seperti itu.
"Ya silahkan Gerald, Mom titip Asya sama kamu." Ucap Dasha sedikit bergetar dalam suara nya karena rasa khawatir yang tidak bisa ia tutupi lagi. Dengan erat Dasha memegang tangan Gerald menaruh satu-satu nya harapan kepada Gerald untuk melindungi dan menjaga anak nya.
"Mom mohon, mom tau kamu sangat tulus kepada Asya. Mom merasa hanya kamu yang bisa membuat Asya terbuka dan memberitahu kegelisahan nya."
"Ya Mom.. Gerald akan berusaha yang terbaik." Ucap Gerald meyakinkan dengan membalas genggaman itu tak kalah erat karena menaruh harapan besar padanya.
"Daddy juga sangat percaya kepadamu Gerald, hanya kamu yang pantas bersanding dengan anak daddy.. karena kamu telah membuktikan nya selama ini."
"Makasih Daddy.. Gerald juga akan menjaga kepercayaan kalian dengan selalu ada di samping Asya dalam kondisi apapun."
Kini ia semakin mantap untuk terus memperjuangkan Ann nya karena ada kepercayaan yang harus ia jaga. Disamping perasaan nya yang juga ingin terus bersama Anastasya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!