Karin dan gengnya baru saja tiba di sekolah setelah liburan panjang. Mereka sedang bercanda dan menikmati suasana pagi. Semua tampak ceria, penuh dengan cerita-cerita seru tentang liburan masing-masing.
Intan: "Eh, Kar, lo liburan kemana kemarin? Gue dengar lo sempat ke Bali ya?"
Karin: "Iya, ke Bali. Tapi cuma bentar, sih. Kebanyakan di rumah aja. Bosen, sumpah!"
Bela (dengan ceria): "Ah, sama! Gue juga di rumah doang. Tapi, tetep asik sih. Tidur-tiduran, nonton drakor. Serasa surga!"
Sarah (sambil menggoda): "Ih, lo mah ya, Bel. Kalo liburan pasti cuma gitu-gitu aja. Ngapain juga liburan kalo di rumah terus?"
Revi: "Eh, ngomong-ngomong, lo pada udah liat jadwal pelajaran baru belum? Katanya pelajaran kelas 3 makin gila! Gue sampe pusing liatnya!"
Karin: "Iya, gue udah liat. Siap-siap aja, ntar bakalan sibuk banget! Tapi, gue yakin kita bisa lah, asal fokus."
Intan (menyentuh pundak Karin): "Bener banget! Kalo kita kompak, pasti bisa! Lagian kita punya Karin yang paling pinter. Ya kan, Kar?"
Karin (tertawa kecil): "Halah, lo ada-ada aja, Tan. Gue juga masih belajar, kok."
[Adegan 2: Tiba-tiba, Arga datang dari arah belakang]
Tanpa sengaja, Arga yang berjalan buru-buru menabrak Karin hingga ia terjatuh. Buku-buku di tangan Karin pun berantakan di lantai.
Karin (kaget, sambil terjatuh): "Aduh!"
Intan: "Karin! Lo nggak apa-apa?"
Bela (membantu memunguti buku-buku Karin): "Astaga, kok bisa sih?!"
Karin (kesal, menatap Arga yang cuek): "Lo buta ya?! Jalan pake mata dong! Nggak liat gue lagi lewat?!"
Arga (dengan santai, sambil melihat Karin sekilas): "Santai aja kali. Gue nggak sengaja. Lagian, lo juga nggak liat jalan, tuh."
Karin (semakin kesal): "Nggak liat jalan?! Lo yang nggak liat gue berdiri di sini! Emang dunia ini punya lo apa?!"
Arga (mengerutkan dahi, dengan nada mengejek): "Halah, drama banget lo, Kar. Jatoh dikit aja, heboh! Gue nggak ada waktu buat ribut sama lo."
(Arga melangkah pergi dengan santai, meninggalkan Karin yang masih kesal.)
Karin (berdiri, marah-marah sambil menepuk rok): "Arga, dasar nyebelin! Selalu aja bikin masalah! Gue sumpah nggak akan pernah baikan sama lo!"
Intan (menenangkan): "Sudahlah, Kar. Udah biasa dia kayak gitu. Nggak usah diambil hati."
Sarah: "Iya, Karin. Nggak usah buang energi buat marah-marah sama Arga. Dia emang gitu orangnya, kan."
Karin (mendesah kesal): "Iya, iya. Tapi, sumpah gue kesel banget! Baru masuk sekolah, udah aja ketemu si tukang rusuh itu!"
Bela (tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana): "Ya ampun, lo marah-marah aja malah tambah lucu, Kar."
Revi (menyambung sambil bercanda): "Iya, tapi, kalo kalian nggak ribut, dunia kayaknya nggak lengkap deh."
——
Karin masuk ke kelas dan melihat Arga sedang duduk di meja belakang, asyik bermain game di ponselnya. Dia merasa kesal dengan sikap Arga yang santai dan mulai mengumpulkan keberanian untuk menegur.
Karin (dengan nada kesal, sambil berdiri di depan meja Arga): "Arga, lo masih ada urusan sama gue, ya?"
Arga (tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponselnya): "Hmm, ada apa lagi?"
Karin (semakin kesal, menatap Arga dengan tajam): "Gue nggak peduli mau lo peduli atau nggak, Arga. Tapi lo harus tanggung jawab seraragam gue kotor!"
Arga (masih fokus pada game, sambil sedikit mengangkat bahu): "Ya udah, udah. Lo mau apa?, mau jadi pacar gue.”
Karin : “Najis, Ngga akan pernah.”
Fano (sambil menghibur Karin): "Nggak usah dipikirin, Kar. Arga emang gitu, udah kamu duduk aja ya takut tambah besar masalahnya."
Karin (mengepalkan tangan, berusaha mengontrol emosinya): "Gue cuma mau dia ngerti kalo tindakan dia ada konsekuensinya. Jangan anggap sepele orang lain terus.!”
Fano : “iya nanti lagi ya jangan dikelas”
Riko (melihat Karin pergi dan berbalik ke Arga): "Eh, Arga, lo kenapa tuh? Kenapa Karin bisa marah-marah kayak gitu?"
Arga (masih dengan nada santai, sambil main game): "Ah, gue nggak sengaja nabrak dia tadi di halaman. Dia jatuh, terus bajunya kucel gitu. Makanya dia marah-marah."
Bibo (sambil tertawa): "Wah, Arga, parah banget lo. Baru juga mulai sekolah, udah bikin masalah."
Tino (dengan nada mengejek): "Iya, Arga. Lo emang jagonya bikin ribut. Baru awal minggu udah ada drama."
Denandra (sambil menggoda): "Hati-hati, Arga. Nanti bisa jadi jodoh lo tuh, kalo berantem terus.”
Cicio (berusaha menambah canda): "Bisa jadi! Nanti lo malah suka sama dia, lho. Cuma butuh waktu, kali."
Fano (tertawa kecil): "Iya, sih. Nanti malah jadi pasangan ideal. Sering berantem, tapi tetep deket."
Riko (mengangguk sambil tersenyum): "Mungkin lo emang harus mulai hati-hati, Arga. Jangan sampe ribut mulu sama Karin. Dia bisa jadi lebih penting dari yang lo kira."
Arga (dengan nada sinis, sambil tersenyum): "Gue sih cuma ngebiarin dia aja. Kalo dia mau marah, ya silakan. Gue mah nggak peduli."
Bibo (sambil tersenyum lebar): "Wah, Arga, kayaknya lo siap-siap aja. Nanti mungkin ada kejadian lain yang bikin lo lebih pusing."
Tino (tertawa): "Iya, bener. Tapi, yang penting lo siap mental aja kalo jadi jodohan sama Karin. Jaga-jaga aja."
Denandra (mengangguk setuju): "Ya udah, mending kita fokus aja sama pelajaran. Nggak usah terlalu dipikirin."
Karin yang sedang berdiri di koridor, masih merasa kesal dan malu karena baju yang kucel akibat jatuh. Dia berusaha mengusap-usap kotoran dari bajunya, sambil melihat-lihat situasi sekitar.
Tiba-tiba, ada cowo yang baru masuk ke sekolah, mendekati Karin dengan jaket di tangan. Cowo itu berwajah dingin dqn menawarkan jaketnya kepada Karin.
Mr. X? (dengan nada dingin, sambil menyerahkan jaket): "Nih, pake jaket gue. Biar yang kotor ketutup."
Karin (kaget dan sedikit bingung, memandang Mr.X): "Oh, eh... iya. Makasih banyak." (Menerima jaket dengan rasa terima kasih yang tulus)
Mr.X (hanya mengangguk sedikit, tanpa berkata lebih banyak, kemudian berjalan menjauh)
Karin (menyentuh jaket dan melihat Mr. X yang pergi, berpikir): "Hmm, kayaknya dia murid baru ya? Belum pernah liat di sini."
Bela (datang mendekati Karin setelah Galang pergi): "Siapa tuh? Baru ya? Kok tiba-tiba baik banget ngasih jaket?"
Sarah (menambahkan): "Iya, kayaknya gue juga baru lihat dia di sekolah. Tapi, keren juga ya, ramah gitu."
Intan (sambil memandang jaket yang dikenakan Karin): "Wah, bagus deh. Lo jadi nggak perlu khawatir sama baju kotor lo. Tapi, emang lo kenal dia?"
Karin (menjawab sambil mengenakan jaket dan tersenyum): "Nggak, gue juga baru pertama kali lihat dia. Tapi, makasih banget udah ngasih jaket. Lumayan buat nutupin noda-noda ini."
Bersambung….
Kringgg…..
Kringggg….
Karin dan teman-temannya baru saja memasuki kelas dan duduk di tempat masing-masing. Tiba-tiba, guru masuk ke dalam kelas dengan seorang siswa baru di sampingnya.
Guru (sambil menunjuk Galang): "Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru, Galang Devandra. Tolong diterima dengan baik dan bantu dia beradaptasi dengan lingkungan sekolah kita."
Karin yang duduk di dekat pintu melihat Galang dan langsung teringat bahwa dia adalah orang yang memberinya jaket tadi. Dalam hati, Karin berpikir:
Karin (dalam hati): "ternyata dia murid baru. Pantesan aja baru lihat."
Teman-teman Karin di sekelilingnya mulai heboh dan berbisik-bisik, tampak terkesan dengan penampilan Galang.
Intan (berbisik ke Karin): "Eh, itu kan cowok yang ngasih lo jaket tadi! Gila, sih. Cakep banget!"
Sarah (berbisik sambil menoleh ke Intan): "Iya, bener! Baru kali ini ada murid baru seganteng ini."
Tria (sambil memandangi Galang): "Keren juga. Mungkin bisa jadi temen baru kita yang asik."
Bela (mencolek Karin sambil tersenyum): "Lo ketemu dia lagi. Kayaknya nasib baik, deh."
Tiba-tiba, Sisil dari geng pembenci Karin dan ketuanya, mengerutkan dahi dan menyindir dari kursinya:
Sisil (dengan nada sinis): "Apasih, gitu doang, ribut kaya nggak pernah lihat orang cakep aja."
Tiara (mengangguk, menyetujui Sisil): "Iya, norak banget sih. Kayak orang kampung."
Tria (menambahkan): "Kalian tuh pada lebay.”
Katty (menyela): "tetep gantengan arga ngga sih."
Wina (menghentikan perdebatan dengan nada tenang): "Nggak usah ribut. kita fokus ke pelajaran hari aja."
Karin merasa sedikit malu dengan komentar-komentar itu, tetapi dia berusaha untuk tetap fokus dan tidak terpengaruh oleh ejekan.
Guru (sambil tersenyum, melihat ke arah Galang): "Galang, silakan duduk di sebelah Karin. Semoga kalian bisa akrab dan saling membantu."
Galang (dengan nada sopan): "Terima kasih,bu”
Galang berjalan menuju kursi yang telah ditunjuk oleh guru, yang kebetulan berada di sebelah Obi, seorang siswa yang duduk sendirian di pojok kelas.
Galang duduk di bangku sebelah Obi, sementara bangku di sampingnya adalah bangku Arga.
Galang (sambil duduk dan mencoba membuat diri nyaman): "Hai, gue Galang, gue duduk sini ya?"
Obi (menoleh dan tersenyum ramah): "Hai, Galang. Gue Obi, oh iya silahkan.”
Galang (tersenyum kembali, merasa lega memiliki teman duduk yang ramah): "Thanks Obi."
Di sisi lain, Arga yang duduk di bangku sebelah Galang, mulai menatapnya dengan sinis. Galang merasakan tatapan itu dan menoleh ke arah Arga, tetapi Arga hanya mengerutkan dahi dan tidak menunjukkan tanda-tanda keramahan.
Arga (dalam hati, dengan nada sinis): "Murid baru ini songong banget keliatannya.”
Galang (dalam hati, merasa tidak nyaman): "Kenapa sih orang ini menatap gue kayak gitu?"
Obi (sambil melihat ke arah Arga dan kemudian kembali ke Galang): "Gak usah dipikirin, Galang. Itu Arga. Dia emang gitu. Biasa aja."
Galang (mencoba bersikap santai): "Oh, begitu. Gue pikir dia cuma lagi bad mood aja."
Arga (masih menatap Galang dengan sinis, sambil berbisik ke Cicio): "songong dia."
Cicio (membalas bisikan dengan nada setuju): "Iya, sih."
Tino (melihat ke arah Arga dan Galang, sambil berbisik ke Denandra): "Wah, ada yang nggak cocok nih. Kayaknya bakal ada gesekan di antara mereka."
Denandra (membalas dengan nada sinis): "Iya, deh. Liat aja nanti."
Galang (berusaha tidak memperdulikan komentar Arga dan teman-temannya, dan berusaha berfokus pada pelajaran).
Tenggg…..
Tenggg….
Tengggg…
Jam istirahat telah tiba.. Karin, yang masih memakai jaket Galang, mendekati bangku Galang dan Obi.
Karin (tersenyum, sambil berdiri di samping bangku Galang): "Hai, Galang. Gue Karin. Oh iya, jaket lo gue pake dulu ya hari ini. Makasih juga, besok gue balikin."
Galang (tersenyum ramah): "Santai aja, Karin. Gue senang bisa bantu."
Tiba-tiba, Arga yang berjalan menuju pintu kantin, dengan sengaja melewati bangku Galang, nyenggol Karin sehingga hampir membuatnya jatuh. Namun, Galang dengan cepat menahan Karin agar tidak terjatuh.
Karin (marah, sambil berdiri tegak dan menatap Arga): "Bisa gak sih lo nggak usah cari masalah sama gue?"
Arga (dengan nada sinis, sambil melanjutkan langkahnya meninggalkan kelas): "Berisik."
Karin (kembali ke Galang dengan nada terima kasih yang tulus): "Makasih banget udah nolongin gue lagi."
Galang (tersenyum, mencoba menghibur Karin): "Gak masalah.”
Tiba-tiba, Sisil dan gengnya dari mejanya i mereka dengan nada mengejek.
Sisil (dengan nada sinis): "Gatel bun, gatel."
Tiara (mengangguk sambil melirik Karin): "Iya nih, garuk-garuk."
Katty (dengan polosnha): "Kalian kenapa sih, kena alergi? Ya?"
Tria (menambahkan): "Iya, si alergi cabe-cabean."
Wina (dengan nada sabar, mencoba menenangkan suasana): "Udah, kita makan aja. Gausah kaya gitu, yuk ke kantin."
Sisil and the gank pun pergi setelah memberikan komentar mereka, meninggalkan Karin, Galang, dan Obi di meja.
Intan (datang mendekati Karin dan Galang, terlihat geram): "Gimana sih, mereka? Cuma nyari ribut aja."
Sarah (mengangguk setuju): "Iya, bener. Tapi, makasih banget, Galang, udah bantuin Karin."
Bela (menambahkan dengan nada ceria): "Iya, makasih.”
Revi (tersenyum lebar): "makasih ya galang calon pacar karin."
Karin (tersenyum, merasa sedikit lebih baik): "Heh Rev, gausah dnegerin ya lang, oh makasih lagi buat lo, Galang."
Galang (tersenyum, merasa senang bisa membantu): "Sama-sama. Senang bisa kenal kalian semua."
Bela (sambil melirik jam dan mengajak teman-temannya): "Yuk, kita ke kantin. Laper banget nih."
Karin (mengangguk): "Ayo, Bel. Gue juga lapar."
Intan (mengikuti): "Ayo, kita pergi. Rev, lo ikut dong."
Revi (sambil tersenyum, menatap Rico di seberang koridor): "Maaf, gue mau berduaan sama Rico. Kalian duluan aja."
Intan (dengan nada tegas tapi peduli): "Gak apa-apa, Rev. Tapi, jangan terlalu bucin ya. Jangan sampai keblabasan. Pacaran itu boleh, tapi sekolah juga jangan sampai terabaikan."
Bela (menyambut komentar Intan dengan bercanda): "Iya, Rev. Pacaran mulu lo!"
Revi (tersenyum dan mengangguk): "Kalian enjoy aja di kantin."
Sarah (mengangkat tangan dengan nada ringan): "Untung gue LDR. Jadi, aman dari drama pacaran yang berlebihan. Palingan cuma video call aja."
Intan (tertawa): "Ya, Sarah, LDR emang solusi yang aman dari kebucinan. Tapi, jangan terlalu lama juga, nanti kangen."
Bela (mengangguk, sambil memulai langkah ke kantin): "Yuk, kita jalan. Jangan sampai telat."
Karin (tersenyum, ikut bergabung dengan langkah cepat): "Oke, yuk."
Sarah (mengikuti, sambil bercanda): "Yang penting, makan dulu. Kita bisa curhat sambil makan."
Mereka semua bergerak menuju kantin, dengan suasana yang lebih ceria dan penuh canda tawa. Revi dan Rico tetap di tempat mereka, menikmati waktu mereka berdua, sementara yang lain menuju kantin untuk makan dan bersantai.
Bersambung….
Karin yang berjalan bersama Bela, Sarah, dan Intan, lewat di blakang meja Arga dan gengnya, dan arga yang duduk di pinggir.
Karin (berusaha untuk memancing reaksi, pura-pura jatuh): "Aduh, esnya!" (menjatuhkan es yang dipegangnya dengan sengaja, menimpanya ke punggung Arga)
Arga (terkejut dan kesal, berbalik menatap Karin): "Anjing!"
Karin (mencoba terlihat tulus, dengan nada malas): "Eh, sorry deh."
Arga (masih kesal, dengan nada menegur): "Lo bisa nggak sih nggak cari masalah sama gue?"
Karin (dengan nada dingin dan sedikit mengejek): "Nih, gue kasih kaca ya ke lo. Simpen baik-baik.”
Teman-teman Arga (tertawa dan mulai ngeledek, menikmati drama kecil di depan mereka):
Danendra (menertawakan situasi): “Makin seru aja hari ini, tom and jerry kelas kita.”
Cicio (dengan nada menggoda): "Kayaknya lo udah jadi bahan tertawaan di sini"
Bibo (bercanda, sambil melirik Arga dan Karin): "Kalian berdua lucu banget sih. Jadi, siapa yang bakal kalah kalau ada kompetisi berantem?"
Tino (tersenyum lebar): "Gue rasa sih, ini masih pemanasan.”
Denandra (mengangguk setuju sambil tertawa)
Arga (masih marah, tapi mulai terlihat agak malu): "Kalian semua, diem. Bercanda mulu.”
Karin (sambil melirik Arga dengan nada mengejek): "Gak usah marah, Arga."
Intan (tersenyum sambil melihat reaksi Arga dan Karin): "Kalian berdua emang seru banget. Tapi jangan terlalu sering berantem juga, ya."
Sarah (mengangguk setuju): " Yuk, kita makan aja."
Dengan suasana yang lebih ceria, teman-teman Karin dan Arga kembali ke aktivitas mereka, sementara Karin dan teman-temannya menuju ke meja mereka di kantin, tertawa dan bercanda tentang kejadian tersebut.
Karin dan teman-temannya duduk di meja mereka, dengan makanan yang sudah terhidang. Galang duduk di meja pojok, tampak sendirian dan sedang makan sambil memandang sekeliling.
Bela (melirik ke arah Galang sambil mengunyah makanan): "Eh, itu si Galang, ya? Keliatan keren banget dia, ya?"
Sarah (mengangguk, sambil menyendok makanan): "Iya, sih. Gue juga baru nyadar dia tuh punya aura cool gitu. Kenapa si dia harus sendirian? Kasian kan aku jadinya”
Intan (memotong makanan dan memandang Galang): "Mungkin cuma karena dia murid baru.”
Bela (mengangkat bahu dengan nada santai): "Tapi gue suka sih, dia keliatan tenang dan kalem. Kayaknya asik diajak ngobrol."
Intan (dengan nada skeptis): "Mungkin aja."
Sarah (tersenyum, sambil mengaduk makanannya): "Bener juga sih. Nanti juga bisa lebih kenal dia kalau kita sering ketemu."
Bela (mengambil minum dan meneguknya): "Iya, mending makan aja dulu deh."
Intan (sambil tertawa): "Iya, kalau udah jadi bahan pembicaraan, pasti ada sesuatu yang menarik dari dia."
Karin (tersenyum sambil menatap Galang dari jauh): "mari kita makan dulu aja."
Jam istirahat berakhir, dan Karin serta teman-temannya bersiap untuk kembali ke kelas. Saat mereka hendak melangkah, tiba-tiba Arga muncul dan menarik Karin dengan kasar.
Arga (menarik tangan Karin dengan tegas): "Ikut gue."
Karin (meronta-ronta, merasa kesakitan): "Sakit, anjing! Lepas!"
Arga (tetap menarik Karin): "Lo bisa diem nggak? Ikut gue."
Tiba-tiba, Galang muncul dan menyentuh bahu Arga.
Galang (dengan nada serius dan tegas): "Lepasin."
Arga (melirik Galang dengan marah): "Nggak usah ikut campur!"
Galang (menghadapi Arga, dengan nada keras): "Gue nggak suka liat perempuan dikasarin."
Arga (marah, dengan nada penuh amarah): "Gue bilang nggak usah ikut campur, bangsat!"
Galang (menatap Arga dengan tajam): "Lo punya masalah di rumah ya? Apa lo dikasarin sama ortu lo?"
Arga (terlihat semakin marah, dengan nada menghina): "Diem, anjing! Lo baru disini, jangan sok tau!"
Galang (dengan keteguhan): "Gue nggak takut."
Arga (tanpa ampun, langsung menonjok Galang di wajah): "Gue bilang diem!"
Karin (terkejut, sambil berteriak): "Arga, stop! Gue laporin nanti!"
Arga (menatap Karin dengan marah, lalu berbalik dan pergi meninggalkan mereka berdua)
Setelah Arga pergi, Karin menatap Galang dengan rasa terima kasih dan sedikit cemas.
Karin (menyesal dan dengan nada lembut): "Galang, maaf gara-gara gue."
Galang (menenangkan Karin, sambil tersenyum): "Santai aja. Yuk, masuk kelas."
Karin (tersenyum lega dan memegang tangan Galang): "Oke, yuk."
Mereka berdua berjalan ke arah kelas, bergandengan tangan, dengan suasana yang sedikit tegang namun penuh rasa syukur karena Galang telah membantu dan melindungi Karin dari situasi yang tidak menyenangkan.
Karin dan Galang masuk ke kelas, dan semua teman-teman Karin segera menghampiri mereka dengan ekspresi khawatir.
Bela (langsung menghampiri Karin, dengan nada cemas): "Karin, lo oke? Tadi ada apa sih?"
Intan (menambahkan, terlihat khawatir): "Iya, Karin. Tadi lo sempat ditarik-tarik sama Arga. Ada apa?"
Sarah (memperhatikan wajah Karin, dengan nada penasaran): "Lo baik-baik aja, kan?"
Karin (sambil duduk di bangkunya, terlihat sedikit lelah): "Iya, gue baik-baik aja. Arga cuma marah-marah dan narik gue ke luar. Untung aja Galang datang dan nolongin."
Tria (dengan nada khawatir, sambil melihat Galang): "Galang, lo juga oke?.”
Galang (tersenyum sedikit, mencoba menenangkan suasana): "Gue oke kok.“
Bela (dengan nada mendukung): "Bagus deh kalau gitu. Tapi, lo harus hati-hati sama Arga. Gue rasa dia nggak sembarangan."
Intan (mengangguk setuju): "Iya, lo harus hati-hati. Jangan sampai kejadian kayak gitu terulang."
Sarah (menambahkan, sambil melihat Karin dengan penuh perhatian): "Kalo butuh bantuan atau ada apa-apa, jangan ragu untuk bilang, ya."
Karin (mengangguk dengan rasa terima kasih): "Iya, makasih banget, kalian. Gue juga makasih banget sama Galang."
Galang (sambil tersenyum, dengan nada ringan): "Santai aja, Karin. Gue cuma ngelakuin apa yang menurut gue benar."
Bela (dengan nada ceria, berusaha meredakan ketegangan): "Ya udah, kita fokus ke pelajaran aja. Yang penting sekarang semua aman."
Intan (mengangguk, dengan nada lembut)
Karin dan Galang (dengan senyum kecil, bersiap-siap untuk pelajaran, sementara teman-teman mereka melanjutkan percakapan ringan dan membuat suasana lebih santai di kelas).
semua siswa sudah berada di tempat duduk mereka ketika Arga akhirnya masuk ke kelas, tampak terlambat dan sedikit berantakan. Guru yang sudah berada di kelas langsung menegur.
Guru (dengan nada tegas): "Arga, dari mana kamu?."
Arga (dengan nada santai, dan sedikit dingin): "Dari toilet."
Guru (mengangguk, tanpa bertanya lebih lanjut): "Ya sudah, duduk."
Arga (duduk di bangkunya, tampak tidak terlalu peduli). Teman-teman Arga yang duduk di sekitaran mulai menanyakan keadaannya dengan rasa penasaran.
Riko (memandang Arga dengan cemas): "Arga, lo dari mana aja? Kenapa telat?"
Cicio (menambahkan, dengan nada ingin tahu): "Iya, lo ngapain di toilet lama banget? Ada apa?"
Arga (dengan nada misterius, sambil mengeluarkan buku): "Nanti gue ceritain."
Fano (memperhatikan Arga dengan penasaran): "Emangnya ada apa?"
Arga (dengan nada menutup pembicaraan): "Nggak ada apa-apa. Nanti gue cerita di tempat lo."
Teman-teman Arga mengangguk.
Guru (mengambil alih kelas): "Oke, semua. Mari kita mulai pelajaran hari ini."
Arga (mengambil buku dan menyiapkan alat tulis, bersiap mengikuti pelajaran).
Bersambung….
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!