"Apaan sih Kayla, ngelihat Thaniel begitu banget. Artis nggak terkenal juga."
"Kayla ngapain sih ngelihat Thaniel kayak orang punya denda kesumat. Iri, ya, ngelihat pencapaian artis baru yang langsung melejit."
"Kayla, lo tuh nggak diajak."
"Baru kali ini gue pengin nyolok mata artis."
"Kayla siapa sih, guys? Sok banget."
"Kayla punya masalah apa sih, ngelihat Thaniel begitu banget."
Begitulah komentar-komentar netizen di internet setelah tayangan variety show yang mengundang Kayla Aruna bersama Thaniel Hanggono mengudara di televisi.
Variety show yang awalnya sebuah tayangan hiburan menarik itu berubah menjadi kontroversi setelah tersebar video Kayla menatap sinis seorang artis yang sedang naik daun, Thaniel Hanggono. Video beberapa detik yang diambil dari sudut berbeda, yang seolah menampilkan Kayla sedang menatap Thaniel sinis itu pun menjadi viral dan mengundang amarah netizen di internet, khususnya penggemar Thaniel Hanggono.
Dalam sekejap nama Kayla masuk ke daftar trending di media sosial sejak video itu diunggah. Banyak dari mereka mengkritik Kayla, menuduhnya tidak sopan, bahkan mengeluarkan sumpah serapah karena tindakannya itu. Tapi ada juga yang membela Kayla, menganggap bahwa gambar itu hanya diambil dari perspektif yang berbeda.
Kayla yang saat ini sedang membaca hujatan yang ditujukan kepadanya itu hanya bisa menghela napas kasar. Dua detik kemudian ponselnya berdering. Ada nama Maura tertera di sana, gadis itu pun segera mengangkat teleponnya.
"Lo nggak papa? Di medsos kok orang-orang pada ngehujat lo cuma gara-gara angel kamera yang nggak bener? Lo nggak lagi ngeluarin perasaan lo yang sebenernya, kan?"
Begitu menempelkan handphone-nya ke telinga, Kayla langsung mendengar rentetan pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya, Maura. Di seberang telepon perempuan itu terdengar sangat khawatir, tampak cemas dari nada bicaranya.
"Seenggak sukanya gue sama Thaniel, enggak mungkin lah gue ngelirik dia begitu di stasiun tv. Udah gila apa, gue?"
"Syukur deh kalau begitu."
Kayla mendengar helaan napas lega dari sahabatnya di seberang telepon.
"Kalaupun seandainya orang-orang tahu kalau gue nggak suka sama Thaniel juga nggak apa-apa. Anggap aja naikin engagement gue sebagai seorang artis, walaupun harus mengesampingkan idealisme gue. Di negara ini orang-orang lebih suka berita kontroversi, kan?"
"Lo lagi menghibur diri?"
Pertanyaan sahabatnya itu membuat Kayla meringis lebar. Sebenarnya dia sedih, dia takut, juga sakit hati membaca komentar-komentar itu, tapi dia pura-pura kuat, memanipulasi perasaannya sendiri supaya dia tidak terluka.
Sepanjang karirnya sebagai seorang artis selama lebih dari sepuluh tahun, Kayla tidak pernah berniat menaikkan namanya dengan sebuah kontroversi, dia lebih suka dikenal dengan kemampuan aktingnya, dengan karyanya meski selama ini dia hanya mendapat peran yang tidak terlalu penting.
Kayla sangat menjunjung tinggi ideologinya sebagai seorang seniman. Tapi situasi tiba-tiba berubah setelah potongan video beberapa detik itu tersebar di internet dan menjadi viral. Semua orang membicarakannya, sayangnya pembicaraan itu bukanlah tentang kemampuan aktingnya, melainkan tentang kontroversi yang selama ini dia hindari.
"Kelihatan banget, ya, kalau gue lagi ngehibur diri?"
"Lo nggak lagi nangis di pojokan sambil baca komentar, kan?"
Kayla kembali tertawa mendengar ucapan sahabatnya. Maura memang paling pintar menghibur saat dirinya sedang tidak baik-baik saja, ucapannya yang spontan itu kerap membuat Kayla melupakan sejenak masalah yang menghampirinya.
"Awalnya gue mau nangis di pojokan, tapi karena lo udah tahu rencana gue duluan, jadi gue batalin." Kayla menghela napas kasar. "Katanya resiko menjadi seorang publik figur adalah harus rela dihujat. Selama berkarir di industri hiburan, terlepas dari karakter yang gue perankan, sekarang gue kelihatan kayak selebriti. Dihujat sana-sini hanya karena angel kamera yang kejam. Seenggak suka gue sama Thaniel, nggak mungkin gue tujukkan di depan tv kayak gitu, mereka pikir gue nggak profesional kali, ya?"
Hening sejenak, Maura belum ada tanda-tanda menjawab keluh kesah Kayla di telepon. Beberapa saat kemudian suara lirih itu terdengar.
"Maaf, semuanya gara-gara gue." Ucap Maura dengan nada menyesal.
Kayla dengan cepat menyangkal. Ia tidak bermaksud untuk menyalahkan sahabatnya.
"Kenapa lo minta maaf? Ini bukan salah lo. Gue benci sama Thaniel adalah keputusan gue. Gue benci keluarga Thaniel juga bukan kesalahan lo. Ini keputusan gue. Lagian kalau gue nggak suka sama Thaniel bukannya wajar, ya? Gue yakin kok banyak orang yang nggak suka sama dia, bedanya gue nunjukin tapi mereka nggak. Siapa yang nggak benci dia coba, masuk ke industri hiburan hanya karena orang tuanya terkenal dan banyak mendapat tawaran film karena tampang, bukan karena bakat. Gue yakin kok kalau banyak orang yang nggak suka sama dia. Udah nggak usah dipikirin, anggap aja insiden ini buat naikin engagement gue. Sekali-kali realistis nggak papa kali. Oh ya, Noah mana? Kangen banget gue udah seminggu nggak lihat dia."
"Noah lagi tidur, katanya dia juga kangen banget sama lo. Dia tanya kenapa lo nggak main ke sini lagi."
Kayla mengulum senyum, dia senang karena suara Maura kembali riang setelah nama Noah disebut.
"Ih lucu banget Noah pengen ketemu Tantenya. Jadi makin kangen."
Tawa Maura terdengar di telepon setelah Kayla berkata demikian. Tapi, Kayla buru-buru mengatakan kalau dia akan menutup telepon setelah Manajernya memberi kode bahwa dia ingin bicara. Kayla pun segera menyimpan handphone-nya ke dalam saku setelah bercakap-cakap dengan Maura kemudian menghampiri Managernya.
"Kenapa, Put? Kok mukanya serius gitu?" Kayla bertanya setelah melihat raut wajah Manajernya yang tampak kesal.
"Barusan gue dapat telepon dari kepala staf produksi kalau dia nggak mau pakai lo lagi."
Kayla mengerutkan dahi. Masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Manajernya.
"Gara-gara kontroversi lo hari ini." Putri, Manajer Kayla itu pun mulai menjelaskan. "Banyak netizen melayangkan protes di media sosial buat ngeluarin lo dari projek film ini. Karena kalau lo nggak diganti, mereka ngancam filmnya bakal diboikot."
Kayla terkejut bukan main. Dia tidak percaya kalau video beberapa detik itu akan mengancamnya karirnya sebagai seorang artis.
"Bukannya netizen suka berita huru-hara? Kenapa giliran gue yang kena langsung diancam boikot?" Kayla mendengus sebal.
"Lo tahu sendiri kalau Thaniel lagi naik daun."
Jawaban Manajernya itu langsung menjelaskan semuanya, Kayla paham itu. Meski benar kalau dirinya membenci Thaniel secara personal, tapi Kayla tidak membenarkan kalau dia membawa masalah itu ke ranah publik. Kayla tahu tempat, dia tidak akan menunjukkan rasa ketidaksukaannya agar orang ikut membencinya. Apalagi kepada orang yang sedang naik daun dan mempunyai latar belakang yang kuat.
"Terus gue di-cancel begini aja gitu?"
Putri menganggukan kepala. "Mereka bilang mumpung syuting baru jalan seminggu, jadi kerugian mereka nggak banyak. Sebaliknya, mereka justru nyalahin lo karena nggak bisa jaga image padahal proses syuting baru aja berjalan."
Kayla menghela napas kasar. "Terus lo nggak bilang apa-apa?"
"Gue udah jelasin semuanya tapi mereka tetap mau gantiin lo sama yang lain."
Kayla sungguh marah, tapi dia juga tidak bisa melakukan apa-apa. Desakan netizen di internet lebih penting dari apapun saat ini.
Thaniel Hanggono, muda, tampan, terkenal dan dari keluarga yang berada, siapa yang tidak iri dengan apa yang dimiliki laki-laki itu? Ayahnya seorang pengusaha sukses dan ibunya seorang artis terkenal, membuat Thaniel mempunyai banyak kemudahan dalam hidupnya, termasuk meraih kepopuleran sebagai seorang selebriti.
Meski baru merintis karir di industri hiburan selama dua tahun, Thaniel sudah membintangi dua buah judul film terkenal sebagai pemeran utama. Penggemar Thaniel sangat banyak dan terdiri dari berbagai kalangan. Pengikutnya di media sosial juga sudah menyentuh angka jutaan. Dia sudah membintangi banyak iklan dari berbagai macam produk.
Di usia yang baru menginjak dua puluh lima tahun, Thaniel sudah memiliki banyak hal di hidupnya, jadi wajar saja kalau banyak orang merasa iri padanya.
Thaniel, dengan postur tubuhnya yang sempurna itu menyilangkan kaki di sofa kamar sambil membaca tren yang sedang banyak dibicarakan di media sosial. Tak lain dan tak bukan, tren itu membicarakan tentang dirinya sendiri. Dengan sekali melihat video dirinya bersama orang bernama Kayla Aruna, Thaniel tahu kalau masalah itu hanya terletak dari penempatan angle kamera, tapi Thaniel tidak menyangka kalau video itu akan menuai kontroversi.
Selama proses syuting program variety show itu, Thaniel tidak merasa mendapat tatapan sinis atau perlakuan tidak mengenakkan dari partnernya. Sebaliknya, dalam ingatannya perempuan itu selalu ramah padanya, tak segan memberi tahu sesuatu yang Thaniel belum ketahui. Karena itu, untuk meredam emosi dari para penggemarnya dan khalayak ramai, Thaniel mengunggah tulisan untuk mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi.
"Guys, video yang tersebar di sosmed itu nggak sesuai apa yang terjadi di lapangan, ya. Aku sama Kayla nggak ada masalah apa-apa dan kita baik-baik aja. Video itu cuma diambil dari sudut yang berbeda aja, makanya jadinya begitu. Please stop mengatakan hal-hal buruk pada Kayla karena faktanya nggak seperti itu. Pas proses syuting, Kayla justru baik banget sama aku dan banyak bantuin aku. Aku harap kalian berhenti menghujat Kayla dan berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Makasih semuanya." Tulis Thaniel di akun pribadinya.
Unggahan itu kontan menuai komentar positif dari netizen, banyak dari mereka memuji Thaniel karena bersikap gentleman. Tapi itu tak mengurangi jumlah hujatan yang diterima Kayla, netizen justru meledek dan mencemooh Kayla dengan kata-kata yang menyebalkan di akun media sosial perempuan itu.
"Untung Thaniel orangnya pemaaf."
"Tombol yang nggak suka sama Kayla dari dulu."
"Kayla, K nya apa guys?"
"Kampret."
"Artis nggak terkenal, sekali viral malah langsung kena hujatan wkwkwk."
"Kayla lo bikin huru-hara kayak gini biar terkenal, ya? Caper lo udah di-notice Thaniel, tuh, selamat ya."
Begitulah komentar netizen setelah Thaniel mengunggah pembelaan untuk Kayla. Bukannya meredam situasi, dia justru terlihat seperti menuang bensin ke dalam bara api. Thaniel merasa bersalah. Sekarang dia seperti mencari muka di tengah situasi yang sedang memanas, padahal niat awalnya hanya ingin meluruskan kesalahpahaman yang telah terjadi. Dia menghela napas kasar membaca komentar-komentar itu.
"Mas Thaniel, kita harus berangkat meeting sekarang." Nando, Manajer Thaniel itu berkata setelah mengetuk pintu kamar beberapa kali.
Thaniel menganggukan kepala, dia lantas menutup akun media sosialnya kemudian bersiap untuk berangkat meeting bersama Manajernya.
Di dalam mobil, Thaniel menyenderkan kepalanya di sandaran bangku mobil. Dia mendengus untuk kesekian kalinya, di benaknya Thaniel masih memikirkan tulisan yang barusan saja dia unggah di media sosial. Apakah tindakannya tepat? Dia mengira setelah dia mengunggah tulisan itu netizen akan berhenti menghujat Kayla, tapi nyatanya dia salah, gadis itu justru mendapat hujatan lebih banyak.
"Pemirsa, buntut panjang dari kontroversi yang baru saja terjadi, Kayla Aruna, diumumkan bahwa dia tidak akan berpartisipasi lagi dalam proyek film terbarunya. Ketidakikutsertaan Kayla ini diduga dilakukan setelah banyaknya protes yang menuntut Kayla untuk keluar dari produksi film."
Thaniel menelan ludah mendengar berita itu diputar di mobilnya, dia lalu mengambil sebotol air mineral yang ada di sampingnya lantas meneguknya hingga habis tak bersisa.
"Menurut lo yang gue post di sosmed salah, nggak?" Thaniel bertanya penasaran pada Nando, dia tidak enak hati apabila ada orang dirugikan atas nama dirinya.
Nando yang baru menyadari akan berita yang baru saja diputar di mobil itu kontan mengganti saluran dan mengecilkan volume suara.
"Nggak salah, kok. Mas Thaniel kan hanya meluruskan kesalahpahaman." Nando menjawab serius.
Thaniel menghela napas lega. "Iya, kan? Syukur deh kalau begitu."
...***...
Setelah jadwal syuting hari ini dibatalkan, Kayla memilih untuk kembali ke rumah. Tapi dia tidak kembali ke rumahnya, melainkan kembali ke rumah Maura. Rumah sahabatnya yang secara tidak tahu malu dia anggap seperti rumahnya sendiri. Mungkin karena orang tua Maura sudah menganggapnya seperti anak sendiri, jadi Kayla bisa menginap di rumah itu semau dia.
Itu terjadi sudah sepuluh tahu yang lalu, saat Kayla masih duduk di bangku SMP, saat Kayla memutuskan untuk merantau ke ibu kota untuk mengejar mimpinya menjadi seorang artis. Dia menginap di rumah Maura dengan membayar uang bulanan yang dikirim ayahnya dari kampung. Sebenarnya kemampuan ekonomi keluarga Kayla cukup berada, tapi karena Kayla ingin mengejar impiannya, dia meninggalkan kenyamanannya itu dan bergelut pada perjuangan tanpa henti.
Berbanding terbalik dengan kemampuan ekonomi keluarga Kayla yang berkecukupan, saat itu keuangan orang tua Maura justru mengalami kemerosotan. Tapi berkat Kayla yang menginap di tempat itu dengan membayar penginapan, keuangan orang tua Maura akhirnya bangkit secara perlahan-lahan. Makanya setelah keadaan membaik dan Kayla mulai pindah ke apartemen, orang tua Maura tetap menyediakan satu kamar untuk Kayla supaya perempuan itu bisa menginap di rumah mereka kapan saja.
Dan dari sanalah persahabatan Kayla dan Maura mulai terjalin. Meski usia mereka terpaut dua tahun, tapi keduanya sangat kompak layaknya kakak beradik sungguhan. Mereka saling berbagi dan mengasihi.
"Noah, Aunty datang~" Kayla berseru begitu dia turun dari mobilnya lantas berlari menghampiri remaja berusia sepuluh tahun yang sedang makan es krim di depan toko roti. Toko itu berdampingan dengan rumah Maura.
Noah juga berseru antusias lalu berlari menghampiri Kayla. Mereka berpelukan, melepas rindu yang selama ini tertahankan.
"Noah kangen banget sama Aunty, kenapa lama banget nggak main ke sini?" Noah merajuk, membuat Kayla tertawa gemas.
"Iya, soalnya Aunty sibuk banget, jadi Aunty jarang ke sini. Aunty juga kangen banget sama Noah." Kata Kayla lalu memeluk Noah.
"Kayla, kok lo malah di sini? Bukannya lagi syuting?"
Maura yang baru keluar dari toko rotinya itu langsung menghampiri Kayla dan bertanya penasaran.
Kayla meringis. Dia lalu menyodorkan paper bag berisi mainan kepada Noah kemudian menyuruhnya untuk masuk ke rumah lebih dulu. Noah mengangguk dan meninggalkan mereka berdua depan toko roti.
"Gue nggak jadi syuting." Kata Kayla.
Maura mengerutkan dahi. "Kenapa?"
Kayla tersenyum tipis. "Dampak kontroversi itu."
Maura mendengus sebal. "Bisa-bisanya mereka batalin kerja sama gara-gara masalah sepele, dasar nggak profesional."
"Yaudah lah nggak papa-papa. Gue jadi bisa main sama Noah." Kata Kayla.
"Netizen juga, mereka tahu nggak sih kalau kelakuan mereka itu bisa berdampak buruk ke orang lain? Pada nggak mikir, jempol doang yang digedein." Maura menggerutu sebal, membuat Kayla tertawa geli. "Lo nggak buat klarifikasi? Ngejelasin kalau itu cuma salah angle kamera?"
"Buat apa? Toh gue beneran nggak suka sama Thaniel."
"Lo nggak suka Thaniel karena gue, kan? Jangan begitu, Kay! Dia aja bisa tuh klarifikasi masalah kalian, kenapa lo nggak bisa?"
Kayla menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Dia klarifikasi?"
Maura mengambil ponselnya dari dalam saku lalu menunjukkan sosial media Thaniel pada Kayla. "Dia aja ngomong kalau itu bukan salah lo."
Setelah membaca postingan terbaru Thaniel, Kayla hanya mengerutkan dahi. Tidak memberikan komentar apapun.
"Mending sekarang lo ngomong ke produser buat nggak ngebatalin kerja samanya. Sayang banget kan sama peran yang lo pengen?"
"Kalau emang mereka niat mau pakai gue, harusnya mereka udah telepon gue sedari tadi, tapi nyatanya mana? Nggak ada. Gue nggak mau mereka ngegampangin gue, begitu kesepakatan terputus, ya sudah. Mau apalagi? Kalau gue telepon mereka supaya mereka nerima gue lagi itu mereka bakal ngegampangin gue dan gue bakal diperlakukan seenak mereka." Jelas Kayla. "Dan gue nggak mau itu terjadi. Udah, lo nggak usah pusing. Semoga aja nanti ada tawaran film lain."
"Kay~"
"Hari ini gue mau main sama Noah seharian, awas aja kalau lo ganggu." Kayla mengacungkan genggaman tangannya ke arah Maura supaya sahabatnya itu menuruti permintaannya. Dia kemudian melangkah masuk ke rumah Maura.
Setelah jadwal syutingnya dibatalkan, Kayla mengira dia bisa bebas bermain bersama Noah seharian tanpa ada orang yang mengganggu. Tapi ternyata dia salah, kekacauan di media sosial tidak semudah itu dibereskan hanya dengan didepaknya dia dari proyek film, melainkan dia juga harus menghadapi petinggi manajemen tempat dia bernaung.
Ponsel Kayla sudah berdering beberapa kali, tapi dia masih enggan untuk mengangkatnya, hingga sampai dering ke sepuluh, gadis itu baru menyambar ponselnya dan menggeser tombol hijau.
"Cepetan ke kantor sekarang! Bukan malah enak-enakkan main sama ponakan. Kamu sadar nggak, sih, sudah bikin masalah apa?!" Teriakan itu langsung terdengar begitu Kayla menempelkan ponselnya di kuping dan menyahut 'halo'.
Kayla menghela napas kasar. Mau tidak mau dia harus menuruti keinginan petinggi manajemennya. Dia pun segera berangkat ke kantor untuk menerima makian dari atasannya.
"Kenapa diam aja waktu mereka bilang pengen gantiin kamu? Kamu nggak ngejelasin masalahnya dulu? Harusnya kamu itu memohon sama mereka supaya kamu nggak diganti, bukannya malah langsung pergi dan main sama ponakan!" Itu yang diucapkan petinggi manajemennya setelah Kayla sampai di ruang kerja atasannya. Seketika Kayla menyesal telah datang ke tempat itu.
"Memohon?" Kayla berkata dengan nada tidak percaya.
"Kenapa? Kamu nggak mau? Harga dirimu merasa direndahkan? Industri hiburan itu kejam, Kayla. Kamu kan harusnya udah tahu itu! Kamu bukan artis baru yang perlu dikasih tahu gimana boroknya industri ini." Kata petinggi manajemen itu lagi. Dia melanjutkan, "Ini, nih, yang bikin karir kamu stuck meski sudah sepuluh tahun menjadi artis. Kamu itu terlalu idealis. Masa memohon sedikit aja nggak mau."
"Kalau Ibu mau, ya udah Ibu aja yang mohon ke produser. Ngapain aku harus mohon-mohon padahal aku nggak salah. Merekanya aja yang terlalu cepat ngambil kesimpulan, makanya nendang aku seenak jidat. Bahkan sampai sekarang mereka belum menghubungi, kan? Ya sudah biarin aja. Palingan juga mereka udah dapat penggantiku."
"Kayla! Kalau kamu begini terus, mending keluar saja dari manajemen ini! Kami nggak butuh talent yang kayak kamu!"
Kayla menyeringai. "Begini terus? kapan aku bikin ulah dan merugikan manajemen ini? Bukannya selama ini Ibu selalu prioritasin talent lain dari pada aku? Dari pada apa yang manajemen ini kasih ke aku, bukannya aku yang lebih banyak kontribusi ke manajemen ini. Ibu pernah promosiin aku dengan baik, nggak? Nggak pernah, kan? Aku casting mandiri untuk proyek film-film yang aku bintangi, perusahaan tinggal terima beres, masalah apa yang aku bikin sampai Ibu ngomong begini terus?"
"Jangan besar kepala kamu, Kayla, industri ini itu sempit, kamu bisa jatuh kapan saja hanya dengan satu gosip. Kamu nggak sebesar itu sampai harus memaki perusahaan ini." Kata perempuan itu.
Kayla makin mendecak sebal. "Memaki perusahaan? Aku? Enggak salah?"
"Kalau begini terus jangan berharap karir kamu bisa berada di puncak, Kayla, udah syukur kamu selalu dapat peran di film walaupun biasa-biasa saja, tapi kamu malah bertingkah. Sama orang yang baru naik daun lagi. Haduh, apa kamu nggak tahu siapa orang tuanya?"
Kayla kehabisan kata-kata, dia tidak percaya jika petinggi di manajemennya itu mulai mambawa-bawa latar belakang orang yang tidak ada kaitannya dengannya. Rasanya lelah sekali mendebat sesuatu yang sejak awal sudah tidak berada di pihaknya.
"Kontrak saya berakhir minggu ini, kan? Kalau begitu kerja sama kita sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Terima kasih atas semuanya, permisi." Kata Kayla lantas keluar dari ruangan. Dia sudah tidak peduli dengan reaksi petinggi manajemen itu.
Selama sepuluh tahun bergabung dengan manajemen itu, Kayla merasa tidak pernah mendapat perhatian yang seharusnya, padahal dia bergabung saat manajemen itu terancam bangkrut. Kerja kerasnya di masa-masa kritis digunakan untuk mengorbitkan talent baru, kemudian memprioritaskan mereka di atas dirinya. Kayla merasa terdiskriminasi dengan alasan yang tidak pernah dia ketahui.
Kini dia lelah, dia ingin keluar dari tempat yang tidak pernah menghargainya. Jika sama-sama berjuang, dia ingin berjuang untuk dirinya sendiri, untuk impiannya, juga untuk masa depannya.
Kayla menekan tombol lift. Dia ingin cepat-cepat keluar dari gedung itu, dia ingin segera menghirup udara segar, membuang semua energi negatif yang ada di dalam dirinya. Tempat itu terlalu sesak untuknya, terlalu dipenuhi oleh ketidakadilan yang selama ini dia rasakan. Tapi, begitu pintu lift itu terbuka, Kayla justru melihat sosok yang tidak ingin dia temui, sosok yang membuat hidupnya berantakan seharian penuh ini, Thaniel Hanggono.
"Dunia sesempit itu, kah? Dia antara ratusan juta orang di negeri ini, kenapa juga gue harus bertemu dengan orang ini?" Kayla menggerutu tidak jelas sambil melangkahkan kakinya masuk ke lift.
Suasana canggung pun tak bisa dihindari saat mereka berada dalam lift yang sama, hingga laki-laki itu bersuara.
"Maaf, ya, gara-gara video itu, lo jadi banyak menerima hujatan."
Kayla menoleh sekilas lalu menatap lurus ke depan.
"Bukan salah lo, kok. Nggak usah dipikirin." Katanya berusaha untuk tetap santun. Meski dia tidak menyukai Thaniel, tapi Kayla juga tidak bisa menunjukkan rasa ketidaksukaannya saat laki-laki itu merasa bersalah setelah apa yang terjadi.
"Kalau gitu, mau nggak kita makan bareng terus upload di sosmed supaya netizen percaya kalau kita baik-baik aja?"
Kayla mendecak sebal lalu menoleh ke arah Thaniel, menatapnya dalam-dalam. "Nggak apa-apa kalau gue dihujat netizen gara-gara video itu, tapi bukan berarti gue bisa diajak makan bareng hanya supaya kita terlihat baik-baik aja."
Nada bicara Kayla terdengar ketus hingga membuat Thaniel mengerutkan dahi, tidak mengerti.
"Selama sepuluh tahun berkarir di industri hiburan, gue nggak pernah bikin sensasi cuma supaya kelihatan baik di mata orang lain. Kalau lo mau bikin huru-hara, bikin aja sendiri. Gue nggak peduli. Tapi jangan pernah melibatkan nama gue ke dalam huru-hara lo itu. Buat sensasi hanya supaya terlihat baik di mata orang lain itu sama saja merusak martabat gue sebagai seorang seniman."
Tepat saat Kayla menyelesaikan kalimatnya, pintu lift terbuka. Dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan, dia keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Thaniel seorang diri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!