NovelToon NovelToon

JANGAN BIARKAN AKU MENYERAH

Getirnya Kehidupan

Menyerah ah rasanya hampir setiap hari kata itu terbesit di pikiran wanita cantik sederhana yang kini sedang menikmati secangkir coklat hangat di malam hari sambil menatap langit malam.

Sudah sejak lama ia tidak menikmati secangkir coklat hangat dengan begitu nikmatnya. Kehidupan luar memaksanya untuk melupakan diri sendiri, begitu kejam kah dunia untuk seorang wanita biasa seperti dirinya.

Dibawah gelapnya malam ditemani sinar bulan purnama yang sangat indah ia mencoba tersenyum di tengah getirnya ujian hidup yang ia alami. Sungguh sangat ironis menjadi dirinya jika dibandingkan dengan kehidupan orang lain di luaran sana.

Terkadang mengakhiri hidup pun terbesit dipikirannya dan ketika itu pula ia terus saja di hadapi dengan perasaan rumit yang tidak mampu ia jelaskan.

Dosa, kata itu menjadi penghalang ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Entahlah, tapi ia masih saja berjuang sampai sejauh ini entah apa tujuan yang ingin ia gapai tapi yang jelas ia hanya ingin terus hidup dan menikmati kehidupannya.

Banyak orang menilai kehidupan yang ia jalani adalah kehidupan yang bahagia, padahal mereka tidak pernah tahu apa yang sudah wanita cantik itu lalui hingga sampai sejauh ini.

Memang benar kata orang kehidupan yang kamu jalani adalah kehidupan yang di inginkan banyak orang dan harusnya kamu bersyukur. Bersyukur rasanya, rasa syukurnya sudah terlalu lama menipis karena cobaan yang silih berganti hadir dalam kehidupannya.

"Huh.. Coklat hangatnya sudah dingin." Gumamnya sambil menatap cangkir gelas yang ada digenggaman tangannya.

Wanita cantik itu tersenyum kecut, setelah lebih dari dua jam berada di luar menikmati indahnya malam di bawah sinar bulan purnama ia beranjak dari duduknya melangkahkan kaki menuju rumah sederhana yang kini menjadi saksi bisu perjuangannya.

Langkahnya terhenti tatkala ia melihat sepotong kue yang berada atas meja makan, sepotong kue yang sangat menggoda untuk dilahap tapi bagi wanita cantik itu terasa hambar.

"Kuenya sayang sekali jika tidak dimakan." Ungkapnya berjalan mendekati meja makan.

Dengan perlahan ia menyendok potongan kue tersebut kedalam mulutnya. Sambil menikmati sepotong kue yang sedari tadi di biarkan begitu saja kini gadis cantik bernama

Hanum Salsabila tersenyum hambar.

Trinngg tringgg tringgg

Suara vibrasi dan nada dering ponselnya menyita perhatian Hanum bagaimana tidak ini sudah lewat tengah malam, dan ada seseorang yang menghubunginya.

Hanum segera melihat siapa yang kini menghubunginya. Matanya membulat sempurna nomor yang menghubunginya saat ini adalah bos pemilik Resto tempat ia bekerja selama beberapa tahun belakangan ini.

"Halo, Hanum" Suara wanita paruh baya diseberang telpon langsung membuat Hanum tersadar jika benar bos pemilik Resto kini sedang menghubunginya.

"I-iya bu, ada yang bisa Hanum bantu bu," Jawab Hanum dengan sangat hati-hati.

"Besok kamu tidak perlu datang ke Resto, tapi kamu pergi ke alamat yang saya kirimkan jangan sampai terlambat." ucap bos pemilik Resto pada Hanum yang kini kebingungan.

Tut tut tut

Belum sempat menjawab pertanyaan sang bos sambung telpon langsung terputus. Hanum menatap nanar ponselnya vibrasi ponselnya terdengar kembali dan itu sudah dapat di pastikan itu adalah pesan masuk yang dikirimkan bosnya.

Hanum meletakkan kembali ponselnya walaupun belum sempat ia melihat pesan dari bosnya tapi ia sudah mulai lelah ini sudah pukul 01.30 dini hari dan esok ia harus buru-buru bangun pagi untuk menuju alamat yang di kirimkan oleh bosnya.

Hanum beranjak dari tempatnya berdiri melangkah kaki menuju kamar seukuran 2x3 cm yang kini menjadi tujuannya untuk istirahat melepas penatnya.

Hanum mulai memejamkan matanya sembari memanjatkan doa, matanya yang memang sudah tidak mampu ia tahan langsung terlelap dalam buaian mimpi.

...****************...

Keesokan paginya Hanum sudah siap dengan pakaian terbaiknya ia memakai pakaian semi formal, karena ia sudah melihat alamat yang di berikan bosnya adalah alamat sebuah kantor yang cukup terkenal. Dengan langkah pasti ia melangkahkan kaki menuju alamat yang kini menjadi tujuannya.

Hari ini, ia sengaja membawa motor matic bututnya agar datang ke alamat yang dituju dengan lebih cepat. Menempuh perjalanan 20 menit dari rumah kontrakan sederhana miliknya menuju perusahaan fashion ternama di kota ini Hanum sudah sampai di area parkiran motor yang tepat berada di depan kantor MG Modis Fashion.

Hanum berjalan menuju resepsionis kantor itu dan ia di sambut baik, kedatangannya oleh resepsionis kantor tersebut. Hanum harus menunggu seseorang yang bernama pak Arya itu atas perintah dari bosnya.

Di ruang tunggu lobi kantor Hanum menunggu kedatangan seseorang yang bernama pak Arya dengan perasaan rumit. Pasalnya ia sendiri tidak tahu paras wajah dari seseorang bernama pak Arya tersebut dan bagaimana mungkin ia bisa mengetahui hal tersebut.

Tat tak tak

Langkah kaki seseorang mendekati Hanum yang kini tengah gusar menunggu seseorang bernama pak Arya.

"Selamat pagi nona Hanum," Sapa seseorang yang kini berdiri di samping sofa di mana Hanum duduk.

Hanum pada akhirnya menoleh ke sumber suara yang sangat ia kenal, sangat ia kenal suara itu berasal dari seorang laki-laki yang dulu pernah ada dalam kehidupannya.

"Kak Gibran," Ucap Hanum girang.

Namun pria yang di panggil Gibran itu menautkan kedua alisnya seakan mempertanyakan sapaan akrab yang di lontarkan Hanum padanya.

"Maaf nona Hanum, perkenalkan saya Arya asisten pribadi pemilik perusahaan ini dan juga yang akan mengantarkan nona menemui pak presdir," balas Pria yang Hanum kenal dengan Gibran tersebut.

Seakan masih dalam pikirannya sendiri Hanum termenung sejenak sebelum ia di kagetkan dengan sentuhan pria yang ada di hadapannya.

Arya memang menyentuh pundak Hanum karena sejak tadi Hanum hanya terdiam dengan pikirannya. Hal itu tidak lepas dari pengamatan Arya, sambil menautkan kedua alisnya Arya memperhatikan gerak-gerik Hanum dengan saksama.

"Nona Hanum," Sapa Arya kembali.

"Eh... Ma-maafkan saya pak," Jawab Hanum kembali dari lamunannya.

"Apakah anda baik-baik saja nona Hanum." Ucap Pria bernama Arya itu memastikan wanita di hadapannya dalam keadaan baik.

"Saya baik-baik saja, mungkin karena anda mirip dengan seseorang yang saya kenali Pak Arya," Ungkap Hanum dengan sangat hati-hati, di dalam pikirannya ia tidak ingin pria di hadapannya memiliki salah paham terhadap dirinya.

"Baiklah nona, jika begitu bisakah kita mulai pekerjaan kita hari ini nona Hanum," Ucap Pria bernama Arya itu dengan penuh harap pada Hanum.

"Bisa pak, apa yang harus saja kerjakan pak," Balas Hanum dengan senyuman tersungging dibibir mungilnya.

"Anda bisa mengikuti saya nona, karena pekerjaan anda sudah menanti di lantai atas gedung ini nona Hanum." Ucap Arya sambil berbalik badan hendak pergi meninggalkan ruang tunggu di lobi utama gedung perusahaan MG Modis Fashion.

...****************...

...****************...

...****************...

Beralih Profesi

Hanum mengikuti setiap arahan yang Arya berikan padanya. Diruang pantry yang berada di lantai atas gedung perusahaan MG Modis Fashion Hanum sedang menyiapkan menu sarapan yang hanya di peruntukan untuk satu orang yaitu Presdir perusahaan tersebut.

Hanum tidak menyangka kedatangannya ke perusahaan ini adalah untuk menjadi koki pribadi dari Presdir perusahaan MG Modis Fashion. Ya, Hanum baru mengetahui hal ini saat Arya memberitahukannya job desk pekerjaan Hanum dengan terperinci.

Ia hanya berkerja sebagai pelayan di sebuah resto sebelumnya dan pemilik resto memintanya datang hari ini ke perusahaan ini yang tidak pernah terbayangkan olehnya pemilik resto tempatnya bekerja sebelumnya merekomendasikan dirinya untuk menjadi koki di perusahaan MG Modis Fashion untuk seorang Presdir yang Hanum sendiri tidak tahu seleranya bagaimana.

Masih bingung dengan lamunannya sendiri Hanum tersadar saat suara bel dari interkom berbunyi. Dengan sigap ia menerima panggilan dari interkom tersebut.

"Halo, Hanum Presdir sudah di ruangannya beliau menunggu sarapannya," Ucap Arya diseberang interkom sana.

"Baiklah pak akan saya hidangkan sekarang," Balas Hanum dengan raut wajah sendu.

Bukan tanpa alasan wajah sendu Hanum terlihat, Hanum merasa pria yang bernama Arya itu adalah Gibran pria yang dulu selalu ada untuknya tidak hanya parasnya yang sama suaranya pun sama persisnya dengan kak Gibran.

Apa yang kau pikirkan Hanum mereka orang yang berbeda kak Gibran tidak mungkin melupakan mu, kak Gibran bahkan akan lebih mengkhawatirkan dirimu dibandingkan dirinya sendiri. Sementara pria itu adalah atasan mu saat ini jadi jangan pernah kau berpikir mereka orang yang sama.

Hanum berperang dengan batinnya sendiri sembari menyiapkan sarapan pagi dengan menu sehat untuk presdir.

Hanum membawa nampan berisikan segelas jus jeruk dengan campuran madu, sepiring potongan buah-buahan dan semangkuk oatmeal dengan topping kacang-kacangan.

Tok tok tok

Hanum mengetuk pintu ruangan presdir, namun dibalik ruangan itu tidak terdengar suara apapun hingga membuat Hanum bergumam kesal.

Apa-apaan ini aku sudah tiga kali mengetuk pintu ini kenapa tidak ada respon sama sekali apakah presdir itu tua bangka yang sudah mulai tuli.

Hanum bergumam dalam batinnya, ia merasa kesal karena tidak ada jawaban apapun dari dalam ruangan presdir.

Baiklah aku akan mencobanya sekali lagi, dasar tua bangka awas saja dia tidak merespon kali ini.

Kembali Hanum berperang dengan batinnya mengutuk presdir yang belum ia kenali. Saat bersamaan Hanum malah di buat kaget karena suara pintu yang terbuka dari dalam menampilkan sosok Pak Arya.

Krek krek

"Nona Hanum, silahkan presdir sudah menunggu anda," Ucap pria bernama Arya.

Hanum menganggukkan kepalanya tanda ia merespon pertanyaan pak Arya. Hanum melangkah masuk ke ruang presdir ia tidak melihat ada seseorang di dalam ruangan itu hanya ada dirinya dan pak Arya.

Hanum hampir saja ingin bertanya pada pak Arya kemana presdir yang menunggunya berada, tapi saat mendengar gemercik air Hanum sudah paham bahwa presdir yang sudah menunggunya kini berada di dalam toilet.

Krek krek

Suara pintu toilet yang terbuka menyita perhatian Hanum, tapi ia tidak memiliki keberanian untuk menengok kearah toilet.

"Sudah datang rupanya," Suara dingin pria yang baru saja keluar dari toilet membuat bulu kuduk Hanum merinding.

Tak tak tak

Bunyi sepatu pantofel dari sosok pria yang dipanggil presdir itu sungguh kentara sekali Hanum sampai di muat merinding saat langkah kaki pria itu semakin mendekatinya.

"Ar," Sapa pria yang kini sudah berada dekat dengan Hanum.

"Iya tuan muda," Balas pak Arya.

Tampak pak Arya menyeret langkah kakinya menuju presdir yang berdiri tidak jauh dari Hanum. Sementara Hanum masih tertunduk berdiri di tempat berperang dengan batinnya.

Tuan muda, ku kira dia ini sudah tua bangka tapi kenapa pak Arya memanggilnya dengan sebutan tuan muda

Belum selesai Hanum berperang dengan batinnya, suara bariton presdir itu membuyarkan dirinya.

"Apa aku membayar mu hanya untuk berdiri seperti patung," Ucap pria yang disebut tuan muda oleh pak Arya.

Dengan sigap Hanum menggelengkan kepalanya "Ah, maafkan saya presdir," Hanya permintaan maaf yang mampu Hanum keluarkan dari mulutnya.

"Lakukan tugasmu," Balas cepat suara bariton itu dengan dingin.

Segera Hanum tanpa basa basi menghidangkan menu makanan sehat yang telah ia bawa dengan nampan ia tata di meja di depan sofa. Hanum masih menundukkan kepalanya belum berani untuk melihat sosok presdir yang kini ada di hadapannya.

Sementara presdir yang tadi memperhatikan gerak-gerik Hanum tersenyum tipis tanpa ada yang mengetahuinya. Bahkan assisten pribadi pria yang dipanggil tuan muda itu pun tidak menyadari jika presdir berwajah dingin itu tersenyum tipis.

"Sarapan apa yang kau berikan untukku," Tanya presdir itu tanpa melihat Hanum.

Sontak Hanum yang merasa ditanya menatap kearah presdir dan matanya membulat sempurna, ternyata presdir yang ia sangka tua bangka itu adalah pria tampan berkharisma.

"Sarapan sehat sesuai dengan permintaan pak Arya, pak presdir," Ungkap Hanum dengan hati-hati.

Gila presdir yang ku kira tua bangka mulai pikun ternyata masih muda, pantas saja pak Arya memanggilnya tuan muda. Untung aku tidak terlihat bodoh dihadapan presdir

Hanum bergumam dengan batinnya seakan merasa lega karena tidak membuat kesalahan dan bertindak konyol di hadapan presdir. Tapi, rasa leganya hanya bertahan sebentar saja tatkala ia melihat sang presdir tersedak dan batuk setelah menyuap mangkuk oatmeal yang ia sajikan.

Uhhhkk uhhhkk

"Tuan muda, anda tidak apa-apa," Ucap Arya saat melihat gelagat yang tidak baik dari tuan mudanya.

"Obat" Balas presdir muda itu pada asisten pribadinya.

Arya menatap nyalang pada Hanum, Hanum merasa terintimidasi dengan tatapan tidak bersahabat dari pak Arya. Arya segera menelfon seseorang untuk datang ke ruangan presdir.

"Apa yang kau campurkan didalam oatmeal itu nona Hanum," Tanya Pak Arya dengan nada dinginnya.

"Saya hanya memberikan susu dan topping kacang-kacangan pak Arya," Jawab Hanum tanpa ragu.

"Apa kacang, kau tahu tuan muda alergi kacang bukankah aku sudah memberitahukan mu semua yang boleh dan tidak boleh untuk pak presdir" Balas Arya dengan geram.

"Maafkan saya pak, mungkin saja melewatkan sesuatu yang penting saat anda memberitahu hal itu," Hanum merasa bersalah ia benar-benar melupakan hal penting yang disampaikan Arya padanya saat ke pantry.

"Air" Ucap Presdir dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Ini tuan muda," Arya segera menyambar segelas air mineral yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri dan kemudian memberikannya pada majikannya.

Arya kembali menatap Hanum yang kini gemetaran di hadapan dua pria yang ada di depannya saat ini. Arya paham ia terlalu keras bersikap pada wanita cantik itu.

"Nona Hanum, kejadian ini adalah karena kelalaian mu maka kau harus bertanggung jawab" Ucap Arya pada Hanum.

"Hah, baiklah pak Arya saya akan bertanggung jawab untuk kesalahan yang saja lakukan," Balas Hanum dengan wajah sendunya.

...****************...

...****************...

...****************...

Gadis Kampung

Hanum masih di ruangan presdir setelah dokter keluar dari ruangan ini ia dan sang presdir hanya ditinggalkan berdua. Hanum masih tidak habis pikir kenapa ia sampai melakukan kesalahan. Memang benar dirinya tidak konsentrasi saat pak Arya menyampaikan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh untuk presdir.

kembali otak kecil Hanum berperang dengan batinnya tatkala ia menatap presdir yang tertidur lelap setelah menerima suntikan dari dokter yang menanganinya tadi.

Aku harap kau tidak apa-apa tuan muda, jangan sampai karena kelalaian ku aku di berhentikan. Huh menjadi pelayanan di resto itu sangat membuatku lelah. Sementara pekerjaan ini tidak banyak menyita waktu ku, aku harap kau baik-baik saja tuan muda. Kau masih muda dan tampan jangan mati dulu aku belum terima gaji darimu.

Hanum yang lelah berperang dengan batinnya kini mulai nguap, rasa kantuk mulai menyerangnya. Tidak terasa Hanum juga tertidur di dekat presdir yang kini baru saja sadar dari pengaruh obat bius akibat suntikan obat yang diberikan oleh dokter pribadi keluarganya.

Davin Angkasa Dirgantara presdir termuda didunia fashion pimpinan tertinggi di MG Modis Fashion lulusan terbaik luar negeri dengan predikat cumlaude itu meneruskan usaha yang dirintis sang ayah yang sudah tiada beberapa tahun silam.

Davin yang baru saja sadar menatap ke seluruh ruangannya mencari sosok asisten pribadi yang seharusnya berada didekatnya disaat genting seperti sekarang ini. Mata Davin membulat sempurna tatkala matanya menangkap sosok Hanum tertidur di sofa yang tidak jauh darinya.

Gadis ini, kenapa dia terlihat lelah sekali, ini masih pagi bahkan belum lewat jam 10 pagi. Apakah bekerja sebagai pelayan di resto itu membuatnya kelelahan. Baiklah gadis nakal karena kau sudah membuat ku menderita pagi ini kau akan ku buat menyesal.

Davin menyeringai, segera ia beranjak dari duduknya lalu menghubungi sangat asisten agar kembali menemuinya. Davin kini duduk di kursi kebesarannya sambil sesekali matanya menatap pada Hanum yang terlelap tidur.

kreek kreek

Pintu ruangan presdir terbuka menampilkan sosok asisten yang sedari tadi di tunggu oleh Davin. Davin langsung memberikan kode pada Arya agar tidak membuat suara apapun yang bisa membangunkan Hanum.

Seketika apa yang Davin lakukan membuat Arya merasa heran dengan kening yang berkerut Arya mendekati Davin di meja kebesarannya. Belum sempat buka suara Davin lebih dulu buka suara.

"Cari tahu tentang gadis itu aku mau laporannya hari ini," Tegasnya tanpa melihat sangat asistennya yang kini semakin heran.

"Baik tuan muda, anda akan mendapatkan laporannya hari ini juga," Balas Arya.

"Biarkan dia disini, kita langsung saja menemui klien hari ini," Ucap Davin beranjak dari kursi kebesarannya di ikuti Arya dibelakangnya.

...----------------...

Entah sudah berapa lama ia tertidur dengan posisi duduk di sofa membuat lehernya terasa sedikit sakit. Hanum perlahan membuka matanya ia masih menetralisir pengelihatannya dan ketika sadar ia kaget setengah mati.

Apa yang terjadi apa aku tertidur, lalu dimana tuan muda itu ruangan ini sepi sekali apakah terjadi sesuatu padanya. Wah tidak, jika dia kenapa-kenapa aku bisa masuk penjara. Bagaimana ini!

Hanum yang baru sadar dari tidurnya langsung panik ketika menyadari presdir yang ia jaga sudah tidak berada di tempat semula. Hanum bergegas bangun dari duduknya. Disaat bersamaan terdengar suara pintu yang di buka dari luar ruangan presdir.

Kreek Kreek

Dari luar tanpa mengetuk pintu ruangan presdir tampak seorang wanita cantik dengan balutan mini dress diatas lutut dengan santai masuk kedalam ruangan presdir dan matanya langsung menatap Hanum dengan tatapan tidak suka.

"Siapa kau, kenapa berada di ruangan kak Davin," Tanyanya dengan angkuhnya.

"Maaf Nona, saya pegawai disini saya bekerja untuk presdir" Jawab Hanum dengan jujur tanpa tersenyum pada wanita cantik yang terlihat angkuh padanya.

"Lalu dimana kak Davin," Tanya kembali pada Hanum yang juga lagi pusing mencari keberadaan presdir.

Gadis ini menanyakan Davin padaku mana aku tahu, dan siapa itu Davin aku baru mendengar nama itu. Tunggu dulu ini kan ruangan presdir gadis itu tadi bilang ruangan kak Davin jadi yang gadis ini maksud presdir.

Hanum menatap gadis yang berdiri dihadapannya dengan tatapan rumit pasalnya dia tidak mengetahui siapa gadis yang ada di hadapannya jika ia adalah keluarga dari presdir tentu Hanum tidak akan berbuat hal konyol.

"Hei gadis kampung, kau mendengarkan ku tidak," Tanya gadis itu pada Hanum kembali.

"Maaf nona, saya tidak tahu kemana perginya presdir," Jawab Hanum dengan apa adanya.

"Lalu apa yang kau lakukan gadis kampung diruangan kak Davin" Tanya gadis itu penuh rasa curiga pada Hanum.

Belum sempat Hanum buka suara untuk menjawab pertanyaan gadis yang ada di hadapannya, pintu ruangan presdir kembali di buka dari luar ruangan.

kreekk kreekk

"Nona Anya, apa yang anda lakukan disini," Ucap Arya yang baru saja masuk kedalam ruangan presdir.

"Asisten Arya dimana kak Davin, aku ingin bertemu dengannya," Balas gadis itu dengan wajah penuh binar.

"Tuan muda tidak ingin diganggu saat ini, sebaiknya anda pulang Nona Anya," Balas Arya dengan nada dingin seakan tidak menyukai gadis yang ada dihadapannya.

"Kau mengusir ku asisten kampungan, kau sama kampungannya dengan gadis ini," Tunjuk Anya pada wajah Hanum, sebelum melangkah pergi dari ruangan presdir.

Sepertinya pak Arya tidak menyukai gadis itu, lihat saja ucapannya yang dingin. Aku harus bagaimana sekarang.

Hanum kembali bergumam dengan dirinya saat gadis bernama Anya itu sudah pergi meninggalkannya dan pak Arya di ruangan ini.

"Pak Arya, bolehkan saya bertanya di mana pak presdir tidak terjadi hal buruk padanya bukan," Tanya Hanum sambil menggenggam tangannya yang gemetar sejak tadi.

"Karena itulah aku kemari, nona Hanum kau harus bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pagi ini," Terang asisten Arya pada Hanum.

"Maksud anda apa pak, tanggung jawab apa yang harus saja lakukan" Jawab Hanum dengan bingung.

"Mari ikut saya, nona Hanum agar anda bisa mempertanggung jawabkan semua kelalaian yang anda lakukan pagi ini," Kembali Pak Arya membuat Hanum bingung.

Walaupun dilanda perasaan bingung Hanum tetap mengikuti langkah kaki pak Arya. Entah tanggungjawab seperti apa yanga akan Hanum terima sebagai konsekuensi dari kelalaiannya.

Jangan sampai aku di giring ke kantor polisi, aku memang salah, tetapi aku tidak ingin jika harus berurusan dengan hukum apalagi jika masuk penjara. Sungguh malang nasibmu Hanum baru pertama bekerja kau sudah melakukan kesalahan.

Hanum semakin bergetar ketika langkah kaki asisten Arya terhenti didepan sebuah mobil mewah dan saat asisten Arya mempersilahkan Hanum untuk masuk kedalam mobil tersebut.

...****************...

...****************...

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!