NovelToon NovelToon

Hasrat Terlarang Abang Ipar

Bab 1

Beberapa hari lagi, Dewi dan Eza akan melangsungkan pernikahan mewah di sebuah gedung yang terbilang cukup mewah dikota kecil tersebut. Sebelumnya, Dewi dan Eza menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih semenjak dua tahun yang lalu.

Namun, meskipun begitu, sebenarnya tujuan Eza bukanlah Dewi, melainkan Kinar, adik kandung Dewi yang jaraknya hanya satu tahun dibawah Dewi.

"Kinar, kamu dimana? Apa bisa kita bertemu sebentar? Ada hal penting yang ingin mas bicarakan sama kamu. Tapi mas mohon, jangan sampai kakak mu Dewi tau ya," tulis Eza dalam sebuah pesan yang ia kirimkan kepada Kinar. Siang itu, Kinar tengah berada di rumah sakit tempat ia bertugas sebagai asisten salah satu dokter kandungan.

"Memang Mas Eza mau bicara apa ya? Apa ini tentang pernikahan mas sama Kak Dewi? Mas Eza pasti mau ngasih kejutan ya sama Kak Dewi?" balas Kinar dengan emotikon lucu di belakangnya. Kinar sendiri memang cukup dekat dengan calon kakak iparnya tersebut. Namun Kinar sama sekali tidak tau kalau Eza sudah lama menaruh hati kepadanya.

"Kamu ini bisa saja Kinar. Gimana? Bisa kan? Mas tunggu di taman belakang rumah sakit ya? Mas otw kesana sekarang," balas Eza secepat kilat.

Karena tidak menaruh curiga apapun, tentu Kinar tidak keberatan untuk bertemu dengan calon kakak iparnya tersebut. Kebetulan, sebentar lagi jam tugasnya akan segera berakhir.

Setelah menyanggupi permintaan Eza, Kinar segera menyimpan ponselnya dan langsung masuk ke kamar mandi. Memang, sebelum pulang ke rumah, Kinar memang selalu memeriksa penampilan wajahnya. Jika dirasa lipstiknya memudar, maka Kinar akan memperbaikinya. Lain halnya dengan Dewi sang kakak yang berprofesi sebagai karyawan di salah satu kantor perusahaan asing. Dewi terlihat lebih natural dan tidak terlalu mementingkan penampilannya.

Sekira tiga puluh menit kemudian, Eza pun sampai di taman belakang rumah sakit tempat Kinar bertugas. Tak lupa, ia menghubungi Kinar dan memberi tau kalau ia sudah sampai di taman.

Tanpa menunggu lama, sosok wanita cantik berpakaian serba putih tersebut datang menghampiri Eza yang tengah duduk di salah satu bangku taman tersebut.

"Sudah lama nunggu ya mas?" tanya Kinar sembari duduk di sebelah Eza. Tentu saja, kedatangan Kinar membuat buyar lamunan Eza.

"Ah, ngga kok Kin. Kamu sudah selesai tugas?" jawab Eza balik bertanya.

"Sudah mas. Oh ya, mas mau bicara apa? Kayaknya serius sekali?" tanya Kinar selanjutnya.

"Hmmmm jadi begini Kinar. Mungkin ini akan membuat mu sedikit terkejut. Tapi, mau tidak mau, mas harus menyampaikannya sama kamu. Mas harap, kamu tidak marah ataupun benci sama mas," ucap Eza membuat Kinar mengernyitkan keningnya. Ia sama sekali tidak faham dengan apa yang dikatakan oleh calon suami kakaknya tersebut.

Maksud Mas Eza apa sih? Aku sama sekali tidak mengerti," balas Kinar kini menatap Eza dengan tatapan serius.

"Kinar dengarkan mas baik-baik. Sebenarnya, wanita yang selama ini mas cintai itu bukan kakak mu Dewi, melainkan kamu Kinar. Mas Rasa, mas harus jujur sama kamu sebelum mas menyesal," jawab Eza seketika membuat Kinar diam terpaku. Bagaikan di sambar petir disiang hari, Kinar sama sekali tidak menyangka kalau laki-laki yang beberapa hari lagi akan menjadi suami kakaknya ini tiba-tiba saja datang dan mengakui perasaannya.

"Kamu pasti bercanda kan mas? Mana mungkin Mas Eza suka sama aku. Mas dan Kak Dewi itu sudah pacaran selama dua tahun loh mas, dan beberapa hari lagi, mas akan menjadi suaminya kakak ku. Sudahlah mas, jangan bercanda seperti ini, ini sama sekali ngga lucu. Sekarang mending mas langsung katakan saja, apa yang ingin mas bicarakan sama aku? Apa mas butuh bantuanku untuk menyiapkan suatu kejutan untuk Kak Dewi?" tanya Kinar memilih untuk tidak percaya ucapan Eza meskipun saat ini jantungnya berdegup dengan kencang. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja, Eza datang dan menyatakan perasaannya kepada Kinar, yang mana, sebenarnya Kinar juga sudah lama memiliki rasa kepada calon kakak iparnya tersebut.

"Mas tidak bercanda Kinar, mas serius, mas cinta kamu dan mas sayang sama kamu. Mas sudah mencoba mencintai kakak mu Dewi selama dua tahun ini, namun hasilnya tetap sama, kakakmu tidak bisa menggantikan kamu di hati mas," jawab Eza lagi. Kali ini Eza dengan mantap menatap wajah cantik Kinar dan menggenggam tangannya erat.

Pandangan mereka pun saling bertemu. Ada aliran hangat yang dirasakan oleh Kinar, begitu juga dengan Eza. Ingin sekali Kinar ikut mengutarakan perasaannya yang sebenarnya, namun ia kembali sadar jika laki-laki yang ada di hadapannya saat ini adalah calon suami sang kakak. Kinar tau betul betapa besar cinta sang kakak untuk laki-laki yang memiliki nama lengkap Eza Bastian ini.

'Ngga Kinar, tahan, kamu jangan egois, ingat Kinar, kakakmu sangat mencintai Mas Eza. Jangan kecewakan kakakmu, dan jangan bikin malu keluarga. Tenang Kinar, tenang,' batin Kinar mencoba menenangkan hati dan pikirannya. Hingga beberapa saat kemudian, Kinar sadar dan langsung menarik tangannya dari genggaman tangan Eza.

"Jangan gila kamu mas, kakakku Kak Dewi sungguh sangat mencintaimu. Lagi pula, jika kamu memang mencintaiku, kenapa kamu bisa menjalin hubungan dengan kakakku? Bahkan sampai dua tahun lamanya. Itu artinya, sama saja kamu mempermainkan perasaan kakakku mas," jawab Kinar membuat Eza menarik menghembuskan nafasnya kasar.

"Itu karena mas satu sekolah dengan kakakmu Kinar. Dan tujuan mas mendekati kakakmu agar mas bisa punya celah untuk dekat dengan mu. Tapi kakakmu malah menganggap semuanya serius. Kinar tolong mengerti. Mas sama sekali tidak keberatan untuk membatalkan pernikahan mas dengan kakakmu dan mengakui perasaan mas yang sebenarnya dihadapan kedua orang tua mu dan dihadapan kedua orang tua mas. Mas siap menanggung apapun resikonya Kinar," jawab Eza lagi. Kali ini, hampir saja Kinar goyah dan juga mengakui perasaannya kepada Eza. Namun untung saja, ia bisa menahannya setelah ingat betapa sayangnya sang kakak kepada dirinya.

"Sudahlah mas, terlepas dari tidaknya apa yang baru saja kita bicarakan, tolong jangan kecewakan kakakku. Aku ngga rela kalau Mas Eza menyakiti hatinya. Dan untuk kedepannya, tolong lupakan perasaan mas dan fokus saja sama kakakku. Jika mas berani menyakiti kakakku, maka jangan pernah mas bisa kenal denganku lagi," jelas Kinar lalu pergi meninggalkan Eza.

Meskipun Eza memanggilnya berkali-kali, namun Kinar tetap tidak perduli. Ia bergegas meninggalkan taman tersebut dan langsung masuk ke kamar mandi.

Setibanya di kamar mandi, Kinar langsung menatap lekat wajahnya. Tak lama kemudian, ia pun menangis sesenggukan saat mengingat kembali ucapan demi ucapan yang di ucapkan oleh Eza kepadanya.

'Kenapa harus Kak Dewi yang harus kamu lamar jika kamu memang mencintaiku mas? Kenapa harus Kak Dewi wanita yang kamu jadikan kekasih selama dua tahun ini jika memang benar kamu mencintaiku? Andai kamu tau mas, aku juga memiliki perasaan yang sama seperti mu, bahkan jauh sebelum kamu dekat dengan kakakku,' batin Kinar merasakan hatinya sangat hancur dan sakit sekali atas pengakuan Eza tentang perasaannya.

Bab 2

'Kenapa harus Kak Dewi yang harus kamu lamar jika kamu memang mencintaiku mas? Kenapa harus Kak Dewi wanita yang kamu jadikan kekasih selama dua tahun ini jika memang benar kamu mencintaiku? Andai kamu tau mas, aku juga memiliki perasaan yang sama seperti mu, bahkan jauh sebelum kamu dekat dengan kakakku,' batin Kinar merasakan hatinya sangat hancur dan sakit sekali atas pengakuan Eza tentang perasaannya.

.......

Sementara itu, Eza yang tak mungkin lagi mengejar Kinar, terlihat pasrah meninggalkan area taman rumah sakit. Ia kembali ke mobilnya dan melajukan mobil menuju apartemennya.

Sepanjang jalan, pikiran Eza selalu kepada Kinar. Ia dapat merasakan ada yang berbeda dari Kinar saat tadi bertatapan lekat dengannya.

"Ch, ngga mungkin Kinar juga suka sama lo Za, ngga mungkin. Mengkhayal aja lo," gumam Eza membuang jauh-jauh prasangkanya.

Tak lama kemudian, Eza pun sampai di apartemennya. Ia langsung membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol minuman berakohol yang selalu tersedia di lemari pendingin tersebut. Meskipun jarang sekali meminumnya, tapi entah mengapa, Eza suka mengoleksi berbagai minuman keras tersebut. Tak lupa, Eza membakar sebatang rokok lalu menikmatinya dengan segelas minuman keras yang baru saja disalinnya kegelas kecil.

"Sepertinya aku ngga akan pernah bisa memilikimu Kinar. Lusa adalah pernikahanku dengan kakakmu Dewi. Ch, dunia ini sungguh tidak adil," gumam Eza kembali meminum segelas demi segelas minuman tersebut hingga ia menghabiskan sebotol minuman keras tersebut sendirian.

Dalam keadaan mabuk, Eza terus saja mengoceh tidak jelas, hingga tanpa ia sadari, ia pun tertidur di sofa apartemennya.

Sementara itu, di tempat lain, seorang gadis terus berusaha menghubungi Eza. Namun, sudah satu jam ia menghubungi Eza, hasilnya tetap sama. Tidak satupun pesan dari gadis yang akan menjadi istri Eza tersbeut dibalas. Begitu juga dengan panggilannya.

"Kamu dimana mas? Kenapa tidak ada kabar seperti ini?" guman Dewi merasa cemas.

Karena tidak tenang, Dewi pun memutuskan untuk mencari Eza ke apartemennya. Untung saja Dewi memiliki akses untuk masuk, sehingga ia bisa keluar masuk dengan leluasa.

Betapa terkejutnya Dewi saat melihat Eza tengah tertidur dalam keadaan meja dan lantai berantakan dipenuhi sampah kacang dan puntung rokok. Belum lagi dengan bau alkohol dan rokok yang sangat menyengat di tubuh Eza.

"Ya ampun mas? Kamu kenapa? Kenapa bisa seperti ini?" guman Dewi nampak cemas.

Ia pun mencoba untuk membangunkan Eza, dan Dewi pun lega saat Eza membuka matanya lalu menatap Dewi dengan tatapan lekat.

"Sayang, kamu disini?" ucap Eza masih dalam pengaruh alkohol. Eza menatap Dewi dengan mata sayu. Dan mirisnya, yang ada di tatapan Eza adalah Kinar, bukan Lili.

"Sayang aku mohon, jangan pergi dan jangan pernah membenciku," ucap Eza lagi lalu membawa Dewi kedalam pelukannya.

"Mas kamu kenapa? Aku ngga akan pernah membencimu ataupun pergi meninggalkanmu. Apa yang membuatmu seperti ini?" ujar Dewi mencoba melepaskan pelukannya dari Eza, namun sia-sia karena Eza memeluknya erat.

"Tidak ada yang terjadi. Aku hanya takut jika tiba-tiba harus kehilanganmu," jawab Eza lagi.

Dewi pun tersenyum. Dalam hati, ia merasa beruntung mendapatkan pasangan seperti Eza.

Alhasil, Dewi pun pasrah saat Eza semakin memeluknya dengan erat. Hingga tanpa Dewi sadari, Eza pun mulai meraba tubuhnya dengan lembut dan mulai mendaratkan ciuman dibibir tipisnya.

Ini adalah kali pertama Dewi mendapatkan ciuman di bibir oleh seorang laki-laki. Meskipun sebelumnya Eza pernah meminta satu ciuman di bibir Dewi, namun dengan tegas Dewi menolaknya. Namun kali ini, Dewi tak mampu menolaknya dan membiarkan laki-laki yang akan menjadi suaminya tersebut mencium bibir merah alaminya.

Dewi seakan larut dalam sentuhan yang diberikan oleh Eza. Begitupun dengan Eza yang dalam keadaan setengah sadar. Ia yang melihat Dewi sebagai Kinar pun langsung menggendong tubuh Dewi ke atas ranjang dan merebahkannya dengan penuh kasih sayang. Tak sedetik pun tatapan mereka teralihkan. Dewi bagaikan terhipnotis oleh sentuhan dan kata-kata romantis dari Eza baru saja.

Tanpa pikir panjang, Eza pun langsung menciumi Dewi dengan lembut namun penuh nafsu. Tangannya mulai menggerayang kedalam pakaian yang dikenakan oleh Dewi. Menelisik inci demi inci tubuh yang belum pernah tersentuh oleh laki-laki manapun termasuk Eza sendiri.

"Mmmmhh mas," desahan pertama Dewi keluar begitu saja sehingga membuat Eza semakin bernafsu. Ditambah lagi dengan hujan lebat dan dinginnya angin yang masuk melalui pintu balkon apartemen yang terbuka lebar begitu saja.

Kedua insan yang akan menikah itu kini larut dalam sebuah permainan yang harusnya tidak mereka mainkan sebelum halal. Hingga saat ini, Eza sudah berhasil melepas sebagian pakaian bagian atas yang dikenakan oleh Dewi, sehingga memperlihatkan sebuah pemandangan indah yang selama ini ia jaga dan ia tutupi.

Deru nafas Dewi yang tidak teratur membuat benda kenyal tersebut bergerak keatas dan kebawah mengikuti irama jantung yang tak karuan. Meskipun hujan, mereka tetap mengeluarkan keringat karena tak mampu lagi membendung aliran darah yang semakin meningkat.

Dewi kembali mengerang nikmat saat tangan kekar Eza mulai mere*as salah satu benda kenyal tersebut. Sedangkan mulut Eza sibuk bermain dengan salah satu bendanya lagi.

Bekas demi bekas sudah mulai tercetak di leher dan di dada Dewi. Hal itu menandakan jika permainan mereka berlangsung secara nikmat dan juga syahdu.

Hingga beberapa saat kemudian, baik Eza maupun Dewi sudah sama-sama polos. Dinginnya angin akibat hujan dan derasnya hujan di sambut petir yang saling bersahut-sahutan membuat mereka semakin larut dan menggila. Hingga di detik berikutnya, Eza mencoba memasukkan juniornya yang sedari tadi sudah mengeras dan mengejang.

Berkali-kali mencoba, namun ia selalu gagal menembus pertahanan Dewi yang masih tersegel rapi. Dengan kondisi mabuk dan kepala yang sedikit pusing, Eza terus berusaha. Menatap lekat wajah Dewi yang terlihat seperti wajah Kinar membuat semangatnya semakin membara. Hingga di satu hentakan yang cukup kuat, Eza mampu menembusnya dan membuat Dewi mengerang sakit bercampur nikmat.

"Ahhh mas, sakiiiittt," desah Dewi meremas erat seprai yang sedari tadi ia jadikan pegangan.

Karena sudah teramat bernafsu, Eza pun tidak perduli dengan rasa perih yang dirasakan oleh Dewi. Ia terus menggerakkan juniornya yang begitu mengeras didalam sana. Terlihat beberapa tetes darah mulai menetes dan menodai seprai putih tersebut.

Hingga beberapa saat kemudian, perih yang dirasakan oleh Dewi sudah sepenuhnya hilang dan berganti dengan rasa nikmat yang tidak pernah ia rasakan selama ini.

"Ahhh mas, ohhh, mmhh mass," desahan Dewi memecah suara hujan diluaran sana. Begitu juga dengan racau Eza yang semakin membuat Dewi merasakan nikmatnya surga dunia.

Hingga satu jam kemudian, Eza pun tak dapat lagi menahannya sehingga memuntahkan benih pertamanya di rahim milik Dewi.

Karena masih merasakan pusing, Eza pun langsung terlelas setelah mengucapkan kata I love you sayang dan memberikan satu ciuman singkat di bibir Dewi. Hal itu membuat hati Dewi semakin menghangat dan perasaan menyesal yang tadi sempat menggerayanginya hilang seketika.

"I love you too mas. Terima kasih sudah mencintaiku hingga sebesar dan sejauh ini," balas Dewi membiarkan tangan kekar Eza tetap berada di salah satu benda kenyalnya.

Hingga tak lama kemudian, Dewi yang sempat terlelap pun bangun dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ingin sekali rasanya Dewi tetap tidur di samping Eza hingga Eza bangun. Namun ia tak bisa karena harus segera pulang karena jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Dewi pun turun dari ranjang dengan tertatih-tatih lantaran ia masih merasakan nyeri di bagian intimnya. Saat hendak melangkah lagi, Dewi melihat bercak darah yang sudah mengering di seprai yang menjadi saksi bisu panasnya permainan mereka tadi.

"Tadinya aku sempat menyesal mas karena sudah melakukannya sebelum kita menikah. Tapi sekarang, aku sama sekali tidak menyesal karena aku yakin kamulah laki-laki yang tepat untuk mendapatkannya. Maafkan aku mas, aku harus membiarkan mu tidur sendiri. Mimpi indah ya mas," gumam Dewi beberapa saat kemudiannya. Tepatnya di saat Dewi selesai mandi dan berpakaian rapi kembali.

Bab 3

"Tadinya aku sempat menyesal mas karena sudah melakukannya sebelum kita menikah. Tapi sekarang, aku sama sekali tidak menyesal karena aku yakin kamulah laki-laki yang tepat untuk mendapatkannya. Maafkan aku mas, aku harus membiarkan mu tidur sendiri. Mimpi indah ya mas," gumam Dewi beberapa saat kemudiannya. Tepatnya di saat Dewi selesai mandi dan berpakaian rapi kembali.

........

Tak lama kemudian, Dewi pun sampai di rumah. Nampak kedua orang tuanya dan juga adiknya sudah menunggu kedatangan Dewi. Tidak biasanya Dewi pulang malam seperti ini.

"Ya ampun Dewi, kamu dari mana saja nak?" tanya Ratih sang ibu.

"Maafkan aku bu, tadi Mas Eza mengajakku makan malam diluar. Karena sibuk membicarakan tentang pernikahan kami, aku jadi lupa jika waktu sudah selarut ini," jawab Dewi yang sudah menyiapkan alasan sedemikian sempurnanya.

"Kami sempat cemas loh nak. Apalagi kamu ataupun Eza tidak mengangkat panggilan dari kami. Tapi, itu ibu perhatikan kenapa kamu jalannya seperti itu? Apa yang sudah terjadi?" ucap sang ibu yang pada akhir ucapannya melontarkan pertanyaan yang Dewi belum menyiapkan jawabannya. Hal hasil, Dewi pun sempat gugup dan ragu untuk menjawab.

"Hmmm ini, ini, tadi, tadi aku sempat jatuh bu terpeleset di kamar mandi cafe tempat kita makan tadi. Kata Mas Eza, mungkin kakiku terkilir dan aku harus berendam air hangat saat mandi nanti untuk meredakan rasa sakitnya," jawab Dewi akhirnya menemukan jawaban yang tepat.

"Ya ampun Dewi, hati-hati. Kamu itu akan menikah lusa. Kamu harus bisa jaga diri dan kesehatan mu nak. Ya sudah, kalau begitu, kamu istirahat. Nanti ayah akan panggilkan tukang urut untuk mengobati kaki mu," ucap Imran sang ayah tak kalah cemas.

"Ngga yah, ngga usah. Aku ngga papa kok. Paling nanti setelah berendam juga akan baikan. Aku kekamar dulu ya yah, bu," jawab Dewi menolak tawaran sang ayah.

"Tapi kamu yakin kan Wi?" tanya Ratih, ibunya.

"Iya bu. Aku yakin. Udah ya bu, yah, aku ke kamar dulu," jawab Dewi lagi.

Entah mengapa Kinar tidak percaya dengan alasan yang disampaikan oleh kakaknya baru saja. Hingga Kinar terus memperhatikan kakaknya Dewi sedari tadi. Dan benar saja, di saat Dewi melewatinya, Kinar melihat ada beberapa bekas merah seperti cupa*ngan di leher bagian dalam sang kakak.

Meskipun Dewi mencoba untuk menutupinya, namun Kinar masih bisa melihatnya.

'Apa jangan-jangan Kak Dewi dan Mas Eza baru saja melakukaaan,' batin Kinar menebak sendiri apa yang sudah terjadi di antara kakaknya dengan calon kakak iparnya.

"Ayah, ibu, aku juga mau ke kamar ya. Udah ngantuk banget nih," ucap Kinar lalu naik ke lantai dua rumahnya.

Dikamar, Kinar masih saja terpikirkan tentang bekas merah yang ada pada leher bagian dalam sang kakak. Entah mengapa, hati Kinar sakit melihatnya.

"Baru tadi siang kamu mengutarakan perasaan kamu sama aku mas, tapi sekarang kamu malah memberikan bekas cinta ditubuh kakakku," gumam Kinar tersenyum sinis pada dirinya sendiri.

Sementara itu, keesokan paginya, Eza terbangun dengan pusing dikepala yang cukup berat. Mendapati dirinya tanpa pakaian sehelai benang pun, Eza cukup terkejut dan kembali mengingat apa yang sudah terjadi kepadanya sebelumnya. Hingga di detik berikutnya, adegan demi adegan panas mulai melintas dipikirannya.

Eza baru ingat jika ia baru saja melakukan hubungan layaknya pasangan suami istri dengan Dewi, calon istrinya.

"Astaga, apa yang sudah gue lakukan? Kenapa gue melakukannya sebelum menghalalkan Dewi? Apa Dewi akan marah dan memberi tahu kedua orang tuanya ya? Ya ampun, bagaimana kalau Kinar juga tau masalah ini? Ia pasti akan berprasangka yang buruk tentang gue," gumam Eza merasa cemas.

Karena ingin memastikan semuanya baik-baik saja, Eza pun langsung menghubungi Dewi. Tak lupa, Eza langsung meminta maaf karena sudah melakukannya sebelum ia menghalalkan Dewi.

"Sudah mas, jangan di bahas. Aku ngga marah kok sama kamu. Aku tau perbuatan kita ini salah, tapi mau bagaimana lagi. Lagi pula sebentar lagi kita akan segera menikah. Bukankah kita akan tetap melakukan hal yang sama juga?" jawab Dewi membuat Eza sedikit merasa lega. Apalagi Dewi mengatakan kalau tidak ada yang tau perihal ini.

"Oh ya mas, apa kamu sudah makan? Kalau belum, aku akan minta bantuan Kinar untuk mengantar makanan ke apartemenmu. Kebetulan ibu masak banyak hari ini. Maaf ya mas, aku ngga bisa nganternya sendiri karena ituku masih sakit," jelas Dewi membuat Eza bersedia diantarkan makanan karena Dewi meminta Kinar yang mengantarnya.

"Baiklah. Kalau memang Kinar tidak keberatan tidak masalah. Mas akan menunggunya di apartemen. Nanti katakan sama Kinar, kalau sudah sampai di depan unit, telfon saja mas. Mas mau mandi dulu," jawab Eza kembali bersemangat.

Setelah mengakhiri panggilan suaranya, Dewi pun segera membungkus makanan untuk diantar ke apartemen calon suaminya.

Tak lupa, ia menemui Kinar untuk meminta bantuan sang adik. Saat ini Kinar sudah mulai cuti lantaran sang kakak akan menikah keesokan harinya. Awalnya Kinar menolak untuk mengantarkannya, namun karena Dewi terus memaksanya, Kinar pun akhirnya bersedia mengantar makanan ke apartemen Eza.

"Aku berangkat dulu ya kak. Ini yakin ngga ada yang ketinggalan kan?" ucap Kinar mencoba memastikannya kembali.

"Ngga ada kok Kin. Ya sudah, buruan gih, kasihan Mas Eza menunggu terlalu lama. Oh ya, nanti kalau kamu sudah sampai di depan unitnya, jangan lupa hubungin dia ya, bel apartemennya lagi rusak katanya," ucap Dewi sebelum Kinar pergi.

Meskipun dengan hati yang berat, Kinar pun pergi menuju apartemen Eza. Sekira satu jam kemudian, Kinar pun sampai dan langsung naik lift menuju lantai tiga puluh.

Seperti yang Dewi katakan, Kinar pun langsung menghubungi Eza setelah sampai di depan unit apartemen calon kakak iparnya tersebut.

Dan tak lama kemudian, pintu pun dibuka oleh Eza.

"Kinar, masuk Kin," ucap Eza nampak senang saat melihat wajah Kinar.

"Ngga usah mas. Aku kesini mau mengantarkan makanan di suruh Kak Dewi," jawab Kinar menolak untuk masuk ke dalam unit apartemen Eza.

"Masuklah sebentar Kinar. Aku akan menyalin makanan ini ke wadah lain dulu," ucap Eza berusaha mencari cara agar memiliki waktu lebih bersama dengan Kinar.

"Hhhhh, baiklah. Tapi setelah ini, biarkan aku pergi mas," jawab Kinar menerima tawaran Eza.

Kinar pun masuk. Ia cukup terkejut saat melihat keadaan apartemen Eza yang berantakan.

"Mas, ini kok berantakan sekali? Mas minum-minuman keras juga ya?" tanya Kinar mengernyitkan keningnya.

"Iya Kinar. Kemaren mas sempat minum. Tapi sebelumnya mas ngga pernah minum kok. Mas hanya hobi mengkoleksinya saja di dalam kulkas," jawab Eza sembari menyalin makanan yang tadi dibawakan oleh Kinar.

"Mau aku bantu membereskannya?" tawar Kinar merasa gatal melihat ruangan yang berantakan seperti ini.

"Apa kamu tidak keberatan?" tanya Eza beralih menatap Kinar.

"Ngga. Mas, biasa saja," jawab Kinar mulai memungut sampah demi sampah yang berserakan.

Hingga satu jam kemudian, barulah semuanya rapi kembali. Kinar pun lega saat melihat semuanya tertata rapi.

"Kamu orangnya memang bersih ya Kin. Terima kasih karena sudah membantu mas membersihkan apartemen ini," ucap Eza menghampiri Kinar yang duduk di sofa yang tadinya berantakan.

"Tidak masalah mas. Ya sudah, aku pulang dulu ya," jawab Kinar hendak berdiri, namun dengan cepat, tangan Eza segera meraih tangan Kinar hingga Kinar pun terjerembab ke dalam pelukan Eza.

"Kamu mau ngapain mas? Lepaskan aku," ucap Kinar mulai panik dan berusaha melepaskan dirinya dari Eza.

"Kinar, besok mas akan menikah dengan kakakmu Dewi. Izinkan sekali ini saja mas memelukmu untuk yang terakhir kalinya," ucap Eza penuh harap.

"Ini ngga boleh mas. Kamu itu adalah calon suami kakakku. Kamu ngga boleh khianati kakakku Kak Dewi," protes Kinar terus melepaskan dirinya.

"Kinar plis, sekali ini saja agar mas bisa tenang," mohon Eza membuat Kinar tidak sampai hati menolaknya lagi.

"Hhhh, baiklah mas. Ini yang terakhir kalinya," jawab Kinar akhirnya menyerah. Jujur, Kinar sendiri juga ingin merasakan pelukan dari Eza.

"Makasih sayang," ucap Eza memeluk Kinar dengan erat dan penuh kasih sayang.

Setelah cukup lama memeluk Kinar dan mereka larut dalam pikiran masing-masing, Eza pun melepas pelukannya dan menatap Kinar dengan tatapan lekat. Begitu juga dengan sebaliknya. Pandangan mereka saling beradu hingga tak terasa kini bibir mereka sudah menyatu satu sama lainnya. Baik Kinar maupun Eza sama-sama menikmatinya.

Perlahan, Eza pun merebahkan tubuh Kinar diatas sofa yang mereka duduki. Eza terus mengungkung Kinar dengan bibir yang masih saling tertaut.

Baik Eza ataupun Kinar sama-sama bisa merasakan jika ciuman mereka tulus datang dari hati, sehingga membuat ciuman tersebut penuh dengan rasa kasih sayang.

"I love you Kinar. Mas sangat mencintaimu sedari dulu," ucap Eza sebelum memulai ciumannya kembali.

Ingin sekali Kinar membalasnya, namun ia sadar jika itu akan membuat kakaknya terluka.

'I love tou too Mas Eza. Aku juga sangat mencintai mas semenjak dulu. Tapi aku sadar jika yang berhak atas dirimu adalah kakakku Dewi,' batin Kinar sembari memejamkan matanya dan menikmati setiap belaian yang diberikan oleh calon kakak iparnya.

Hingga di detik berikutnya, ciuman dan pagutan itu terhenti saat ponsel Kinar berdering.

"Maaf mas, Kak Dewi sudah menelfon. Aku harus segera pergi," ucap Kinar merasa canggung sembari merapikan pakaiannya yang berantakan.

"Tapi mas masih ingin bersama mu Kinar," ucap Eza merasa enggan untuk merelakan Kinar pergi.

"Maafkan aku mas. Cukup sampai disini. Kita tidak memiliki hubungan apa-apa. Mas dan aku hanyalah sebatas kakak dan adik ipar saja," jawab Kinar bergegas pergi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!