Matahari terbit dengan sinar hangatnya menyinari bumi, suasana pagi terasa damai dan menyejukkan hati.
Di sebuah sekolah,
suara riuh rendah para siswa yang bersemangat memenuhi udara, menandakan awal hari yang sibuk di sekolah menengah atas. Puluhan siswa berseragam putih abu-abu berjalan bersama sembari membawa tas ransel di pundak mereka.
Seorang gadis cantik dengan pahatan wajah yang nyaris sempurna, kulit putih cerah, bulu mata indah dan juga bibir tipis alami. memiliki tinggi badan yang cukup di semapai di usianya yang menginjak 18 tahun.
Pada dasarnya gadis itu memiliki pesona yang luar biasa dan mempesona, tetapi tidak ada satupun orang yang bisa melihat pesona yang telah disembunyikannya. Gadis culun berkacamata tebal dengan rambut yang selalu di ikat kepang di kedua sisi, Alice Catlyn adalah namanya.
"Selamat pagi Alice...!"sapa seseorang yang menghampirinya
"Pagi..."balas Alice tersenyum manis
"Bagaimana malam mu tadi? Apakah tidurmu nyenyak?" Tanya seseorang itu sembari berjalan berdampingan memasuki bangunan sekolah
Alice hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum sembari membenarkan kacamata tebal nya
"Baguslah, tidur yang cukup di malam hari itu sangat baik bukan? supaya pagi harinya bisa berkonsentrasi dalam belajar." Lanjut pemuda tampan itu
Alice hanya tersenyum
Danzel Zaferinno, Nama pemuda yang memiliki paras tampan rupawan dengan sejuta pesona. Karena ketampanannya dan sifatnya yang mudah bergaul bersama siapa saja, ia di kenal sebagai siswa terpopuler di sekolah itu.
Danzel dan Alice mengobrol ringan sembari berjalan menuju ruangan kelas bersama.
**
Sesampainya di dalam kelas,
Suasana kelas sangat ramai di penuhi dengan kegembiraan dan keceriaan. beberapa siswa berkumpul dengan antusias yang tinggi, berbincang-bincang dan tertawa bersama. sebagian siswa tampak duduk di bangku masing-masing mengerjakan tugas mereka yang terlupa.
sebagian lainnya berdiri dan duduk di sekitar meja, berbagi cerita dan mengobrol ringan. termasuk ke empat siswa yang terdiri dari dua orang laki-laki dan dua orang perempuan yang saat ini sedang berkumpul di sebuah bangku milik seseorang.
"Menyingkir lah bung, pemilik bangku sudah datang." ujar Danzel kepada teman-teman yang berkumpul di sekitar kursi miliknya
"Siap yang mulia."jawab salah satu pria mempersilahkan Danzel untuk duduk sedangkan yang lainnya hanya tersenyum menyambutnya
Dahi Danzel berkerut"Bukankah aku sudah menyuruh kalian semua pergi? Kenapa kalian tidak segera pergi ke bangku kalian masing-masing!" ulang Danzel melihat teman-temannya yang masih berada di sekitar bangkunya
"Kenapa memangnya? bangkumu sudah kosong dan kau sudah bisa duduk."balas teman Danzel
Danzel menghela nafas kasar
"Pemilik bangku ini bukan hanya diriku saja!Tetapi Alice juga"ucapnya
Alice yang sedari tadi ada di samping Danzel hanya diam dan menunduk saja.
"Hei cupu! Kau mau duduk?" Cetus salah satu teman Danzel yang bernama Rey berbicara kepada Alice
"T-tidak, kalian duduk disini saja tidak apa-apa. Aku akan tetap berdiri sampai jam pelajaran dimulai." cicit Alice tetap menundukkan pandangannya
"Dengar? Dia saja tidak mau duduk." ucap Rey tersenyum remeh
"Rey!" Danzel memberikan tatapan tajamnya kepada Rey dan juga yang lainnya
"Ho-o santai bung, baiklah-baiklah kami akan pergi."
salah satu dari mereka yang bernama Stella mengotori bangku alice dengan cara menghentakkan sepatunya sehingga meninggalkan bekas jejak kotor.
Alice yang melihat hal tersebut hanya bisa diam dan membiarkannya. lain halnya dengan Danzel, pria itu tidak terima dan mengeram kesal melihat ulah salah satu temannya.
bukannya merasa bersalah, seseorang yang mengotori tempat duduk Alice malah tertawa mengejek. di susul gelak tawa teman-teman yang lainnya.
ke empat siswa itu beranjak pergi dan ingin kembali ke bangku masing-masing, tetapi sebelum itu Danzel menarik ujung baju salah satu temannya dan menahannya.
"Bersihkan!" perintah Danzel dengan penuh peringatan
"Tidak mau, suruh saja pemilik bangku yang membersihkannya sendiri." balas Stella tengil sembari melirik Alice
"Tidak apa-apa Danzel, biar aku saja yang akan membersihkannya." sahut Alice
Danzel tak menanggapi ucapan Alice "Aku bilang bersihkan ya bersihkan! Apa kau tidak dengar!" bentak Danzel kepada temannya itu
Seisi kelas terkejut mendengar bentakan Danzel, termasuk ke empat teman dekat Danzel dan juga Alice.
Rey memerintahkan Stella untuk segera membersihkan bangku Alice. ia lebih memilih mengalah karena takut dengan kemarahan Danzel.
"Duduklah Alice." ujar Danzel mempersilahkan Alice untuk segera duduk
"Terimakasih Danzel."
sedangkan ke empat teman Danzel sudah kembali ke bangku mereka masing-masing.
"Lihatlah lagi-lagi Danzel membela si cupu itu!"seru gadis yang bernama Megan
"sebenarnya mantra apa yang diberikan si cupu kepada Danzel sehingga Danzel mau berteman dengannya!"timpal Stella
"ntahlah padahal dia tidak menarik sama sekali."lanjut pria bernama Mike
"ya benar, seharusnya gadis cupu seperti dia tidak pantas mempunyai seorang teman."balas Megan sekali lagi
Sedangkan Rey hanya terdiam
itulah percakapan mereka yang tidak menyukai Alice.
Jam pelajaran dimulai, seorang guru memasuki ruangan kelas dan mulai menjelaskan pelajaran.
***
Kring....kringg....bel berbunyi menandakan jam istirahat pertama telah tiba
"Al apakah kamu tidak ingin pergi ke kantin?" ajak Danzel kepada Alice
"Tidak, aku ingin di kelas saja."
"hmm baiklah, aku akan pergi ke kantin dulu." pamit Danzel dibalas anggukan oleh Alice
Danzel hendak pergi tetapi sebelum itu...
"Dengar satu hal ini Alice, saat aku pergi dan jika teman-teman berbuat sesuatu kepadamu. jangan segan untuk mengadu kepadaku." Ujar Danzel
"Mereka tidak akan melakukannya." balas Alice
"Benarkah? aku tidak yakin."
"Jangan khawatir, Pergilah." kata Alice meyakinkan Danzel
Danzel mengangguk dan melangkahkan kakinya pergi bersama beberapa teman sekelasnya yang juga akan pergi ke kantin sekolah.
Alice tersenyum menatap kepergian Danzel, hanya lelaki itulah satu-satunya siswa yang mau berteman dengannya.
**
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 sore,
para siswa mulai bergerak merapihkan barang-barang mereka, mengemas buku dan alat tulis ke dalam tas mereka dengan cepat.
suara riuh mengisi ruangan saat para siswa berjalan santai, sementara yang lain sedikit berlari kecil menuju pintu keluar. ada rasa gembira dan antusias yang terasa karena mereka tahu bahwa sekarang adalah waktu untuk pulang dan bersantai setelah seharian belajar.
"Alice tunggu!" henti Danzel menyusul Alice yang sudah berada di pintu kelas
Alice menghentikan langkahnya dan tersenyum melihat Danzel yang menghampirinya."ada apa?"tanyanya
"tidak apa-apa, hanya ingin berjalan bersama"
"Kamu tidak berjalan bersama teman-teman mu saja?" ucap Alice
"Tidak."
Rey, Mike, Stella dan juga Megan berjalan menuju pintu melewati Danzel dan Alice.
"Danzel, Kita pulang lebih dulu."sapa Rey menepuk pundak Danzel, tetapi sorot matanya melirik tajam ke arah Alice
"ya baiklah, hati-hati kalian semua."balas Danzel
Rey beserta rombongannya, berjalan melewati pintu. Megan yang berjalan paling belakang, sengaja menabrakkan tubuhnya pada tubuh Alice.
Brukkk
"Kendalikan jalanmu Megan." tegur Danzel menahan tubuh Alice yang hampir terjatuh karena tabrakan Megan
"upss sorry, tidak sengaja." dalih Megan tertawa kecil kemudian pergi begitu saja
Danzel hanya menghela nafas panjang."Kamu tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa Danzel." balas Alice
"Yasudah ayo kita pulang." ajak Danzel dibalas anggukan oleh Alice
Selama ini hanya Danzel saja satu satunya teman sekolah yang sangat peduli kepada Alice. ya Alice merasa sangat beruntung memiliki teman seperti Danzel, lelaki itu selalu saja melindunginya dan menjaganya dari pembullyan dan ejekan yang dilakukan oleh teman sekelas maupun teman satu sekolahan.
Sampai saat ini Alice masih belum mengerti kepada semua siswa yang tidak menyukai ataupun membully nya. apakah hanya karena penampilan nya yang lugu, mereka jadi tidak mau bergaul dengannya. Padahal menurutnya, sebuah penampilan bukanlah hal yang buruk dalam lingkup pertemanan.
Tetapi untuk saat ini Alice berusaha untuk sabar dan mencoba untuk tidak terlalu memperdulikan setiap bullyan yang di alaminya di masa sekolah. Alice sendiri hanya ingin fokus dalam belajar untuk masa depannya yang akan datang.
Sesampainya di halaman depan sekolah,
"Mau ku antar pulang Alice?" tawar Danzel
"Oh tidak perlu Danzel, sudah ada pak supir yang menjemputku." tolak Alice
"Oke baiklah, Kamu duluan saja. Hati-hati di jalan." ujar Danzel menyentuh pundak Alice sembari tersenyum manis
Alice terpesona oleh senyuman Danzel. gadis itu tersenyum mengangumi seseorang yang memiliki wajah tampan, hidung mancung, alis yang tebal dan juga mata yang indah. tak lupa pria itu juga memiliki hati yang lembut dan baik hati. Sungguh ciptaan tuhan yang sempurna di mata nya.
Danzel mengerutkan keningnya melihat Alice yang terus tersenyum menatapnya, berulang kali ia mencoba memanggilnya namun tak di dengar oleh Alice sendiri.
"Al, ada apa denganmu. kamu baik-baik saja?" tanya Danzel masih berusaha menyadarkan Alice
Deg!
Alice tersadar dari lamunannya dan mengubah ekspresinya, lalu sedikit berdeham gugup.
"emm, M-maaf" lirih Alice. bisa bisanya ia memandangi Danzel seperti tadi
Danzel hanya tersenyum kecil."segeralah pulang, mungkin supirmu sudah menunggu di luar gerbang."tutur Danzel
"oh ya tentu, A-aku akan segera pulang."ucap Alice dengan gugup dan langsung bergegas pergi begitu saja
"Alice tunggu dulu."henti Danzel membuat Alice menghentikan langkahnya untuk sejenak
Alice memejamkan matanya meremas bajunya gugup. setelah beberapa saat barulah ia membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Danzel kembali.
"ya?"
"Gerbang sekolah disana, kenapa kamu berjalan memasuki sekolah kembali?"
"Astaga Alice kenapa kamu terlihat bodoh sekali!" ucap Alice dalam hati merutuki dirinya sendiri
"emm, aku lupa." ujar Alice menggaruk kepalanya yang tidak gatal
detik berikutnya ia kembali berjalan dengan cepat menuju gerbang sekolah sembari menunduk menutupi wajahnya yang memerah karena malu
Sedangkan Danzel terkekeh kecil, menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alice yang terlihat sangat lucu.
**
Sore hari menuju petang
Alice berjalan lebih dulu di ikuti oleh pak supir yang membawa dua kantong plastik berukuran besar. di dalamnya berisikan beberapa kotak makanan siap saji.
Di bawah jembatan layang yang tinggi, di pinggir jalan yang ramai. sekelompok anak jalanan berkumpul bersama. pakaian anak-anak jalanan itu terlihat lusuh dan kotor, menggambarkan kehidupan yang keras dan penuh keterbatasan.
"Hai semuanya." sapa Alice tersenyum kepada mereka
"hallo kak Alice." balas mereka bersamaan
"hari ini kakak membawa makanan untuk kalian." ujar Alice, memerintahkan pak supir untuk membagikan satu persatu kepada mereka
"oh iya, dimana yang lain?"tanya Alice kepada salah satu dari mereka
"Mereka masih bekerja kak."
"emm begitu ya."
"kak Alice tenang saja, kami akan memanggil mereka semua agar segera pulang."
"Baiklah." kata Alice tersenyum
Sebagian dari mereka masih bekerja, ada yang berjualan makanan ringan, berjualan tisu keliling ataupun barang-barang kecil lainnya.
Tidak lama kemudian, seorang gadis turun dari sepeda yang di kendarai nya.
"Alice..."panggilnya
Alice menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. "Rania."sapa Alice kepada gadis itu
"Kamu baru saja pulang?"lanjut Alice dibalas anggukan oleh Rania
Alice tersenyum sembari memberikan satu kotak makanan untuk Rania.
"Terimakasih."ucap Rania
"Sama-sama."
"oh ya bagaimana penjualan hari ini? apakah bunga yang kamu jual sudah habis?"tanya Alice
"ya aku sangat senang sekali Alice, karena ada orang baik yang memborong semua bungaku."
"Wah benarkah? aku ikut senang mendengarnya."
Rania, adalah gadis penjual bunga keliling dengan sepeda kecilnya. usia nya tak jauh berbeda dari Alice. Rania juga termasuk anak jalanan yang tinggal di bawah kolong jembatan itu. Rania adalah sahabat dekat Alice, begitupun dengan semua anak jalanan disana adalah teman Alice.
**
Keesokan harinya,
Pagi hari, di sebuah mansion mewah dan megah
"Selamat pagi Ale..." ucap seorang pria paruh baya dengan setelan jas rapihnya
Ale adalah nama panggilan khusus dari sang papah untuk putrinya itu.
"Pagi pah."
Pria itu duduk bergabung di meja makan bersama Alice.
Alice hanya tinggal bersama papahnya, sedangkan sang mama sudah meninggal sejak ia masih kecil. Alice juga tidak memiliki kakak ataupun adik.
"Ale"
"iya?"
"Kegiatan apa yang akan kamu lakukan di sekolah hari ini nak?"tanyanya
"Sama seperti biasanya pah."jawab Alice dibalas senyuman oleh papahnya
Setiap hari sang papah memang selalu bertanya tentang keseharian ataupun rencana yang sedang di lakukan oleh putri semata wayangnya itu. Papah Alice juga selalu mendukung dan menuruti semua permintaan Alice. baginya putrinya itu adalah anak yang baik, penurut dan juga rajin.
Setelah selesai dengan kegiatan sarapannya, papah Alice lebih dulu berpamitan untuk segera pergi ke kantor.
"Papah berangkat dulu ya."pamitnya
"iya pah, hati-hati." ucap Alice meraih tangan papahnya dan menciumnya
"oh ya, barang yang kamu minta sudah papah siapkan. pak supir yang mengurus nya."
"Baiklah, Terimakasih pah."
"Sama-sama sayang." balas papah Alice mencium kening Alice kemudian bergegas pergi
**
Selamat datang dan selamat membaca novel kedua dari author. sebelumnya author meminta maaf jika ada kesalahan kata ataupun kesalahan pengetahuan dalam penulisan.
Jika kalian ingin memberikan saran dan masukan bisa langsung komen, author akan menerima saran dari kalian semua.
Jangan lupa kasih like, komen dan selalu ramaikan novel ini ya. dukung terus author dalam berkarya.
Sekolah Menengah Atas Bina Bangsa
Di dalam kelas,
"Selamat pagi anak-anak."
"Pagi Bu..." jawab semua siswa serempak, meskipun ada beberapa dari mereka yang terlihat malas dan jenuh
"Sebelum kita memulai pembelajaran, ibu ingin kalian mengeluarkan tugas yang kemarin."
Semua siswa mulai mengeluarkan buku masing-masing dan meletakkannya di atas meja. Setelahnya ibu guru berjalan mengecek satu persatu tugas yang sudah diselesaikan oleh para siswa nya.
"Rey, dimana tugasmu?" tanya ibu guru yang berhenti tepat di bangku milik Rey dan juga Mike
"emm...ada." jawab Rey ragu
"Keluarkan, ibu ingin melihatnya."ucap ibu guru dengan tatapan mengintimidasi
"y-ya baiklah." dengan perlahan Rey mengeluarkan buku dari tasnya dan sedikit menatap takut kepada ibu guru yang terlihat mengawasinya
"Cepat kemarikan, Serahkan kepada ibu." cecar ibu guru menunggu Rey yang tak kunjung menyerahkan buku tugasnya
Dengan takut-takut dan ragu Rey menyerahkan bukunya, sesaat kemudian
"Akhhh....." teriak Rey merasakan sakit pada telinganya
ibu guru menjewer telinga Rey setelah melihat buku tugas yang terlihat kosong.
"Kamu tidak mengerjakan tugas yang telah ibu berikan!"
"akh- iya Bu ampun."mohon Rey
Detik berikutnya, gelak tawa dari semua siswa terdengar di dalam kelas tersebut. termasuk salah satu siswa yang duduk sebangku bersama Rey yang tak lain adalah Mike. tampaknya pria itu tertawa puas melihat temannya di jewer oleh ibu guru.
"Mike berhenti tertawa, keluar kan juga tugasmu biasanya kamu sama saja seperti Rey!"
Glekkk.... Mike terdiam menghentikan tawanya, tetapi setelahnya pria itu melengkungkan senyumnya.
"Tenang saja Bu, Kali ini aku tidak sama seperti Rey. Karena aku sudah menyelesaikan tugasku." ujar Mike tersenyum sombong
Sedangkan Rey menatap tak percaya ke arah Mike sembari mengelus telinga nya yang sudah dilepaskan oleh ibu guru.
"Oh ya? Lalu mana tugasmu? ibu ingin melihatnya!"
Dengan percaya diri dan berlagak sombong, Mike menyerahkan buku tugasnya kepada ibu guru. dan ibu guru pun segera mengeceknya.
"Bagaimana Bu? aku sangat rajin kan?" Kata Mike memuji dirinya sendiri
ibu guru tersenyum tetapi detik berikutnya wajahnya berubah kesal dan mengulurkan tangannya menjewer telinga Mike.
"A-aaduhhh." pekik Mike kesakitan
"Kenapa di jewer Bu, aku kan sudah mengerjakan tugasnya."protes Mike menggerutu
"Ya memang benar kamu sudah mengerjakan tugas. Tetapi tugas mata pelajaran lain dan bukan tugas pelajaran dari ibu."
"Oh berarti aku salah membawa buku." ujar Mike menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari menyengir
"pffttt ahahahahaha..." suara tawa kembali terdengar, kali ini yang tertawa sangat puas adalah Rey. Pria itu tertawa meledek ke arah Mike.
"Ah sudahlah, kalian ini ternyata sama aja"
"Sekarang segera berdiri di depan karena ibu akan menghukum kalian."sambungnya
Kedua pria itu pasrah menuruti perintah Bu guru. seisi kelas masih terus menertawainya
"Stella dan juga Megan, kalian berdua juga segera berdiri di depan."
"Tapi bu-
"Tidak usah mengelak, kalian pasti juga belum menyelesaikan tugas yang ibu berikan." sela ibu guru seolah sudah tahu kebiasaan beberapa siswanya
Rey, Mike, Stella dan juga Megan dihukum untuk berdiri selama jam pelajaran ibu guru selesai.
"Kalian ini tidak berubah sama sekali. masih tetap sama, bandel dan juga pemalas." omel Bu guru menghela nafas kasar
Ke empat siswa dan siswi itu hanya menguap bersamaan dan terlihat malas mendengarkan omelan ibu guru.
"Seharusnya kalian meniru Danzel, dulu dia sama seperti kalian tetapi, semenjak berteman dengan Alice, dia menjadi anak yang rajin dan juga pintar."
"Sebaiknya kalian juga berteman dan belajar bersama Alice."Lanjut ibu guru
Danzel tersenyum bangga menatap Alice. sedangkan Rey, Mike, Megan dan juga Stella memutarkan bola matanya jengah.
**
Di jam istirahat pertama. sama seperti biasanya, Alice memilih berdiam diri di dalam kelas. hampir setiap hari ia membawa bekal makan siang dan memakannya di dalam kelas. berbeda dengan teman-teman lainnya yang memilih pergi ke kantin dan beristirahat di luar kelas.
Disaat Alice baru saja selesai menyantap makan siangnya, suara langkah beberapa siswa menghampirinya. dan mereka adalah Rey beserta rombongannya.
"ada apa?" tanya Alice memberanikan menyapa lebih dulu
Raut wajah mereka terlihat dingin dan juga arogant tetapi detik berikutnya senyuman ramah dan sapaan manis terlontar dari mulut mereka.
hal tersebut membuat Alice mengerutkan dahinya bingung, ini tidak seperti biasanya. ada apa dengan mereka semua?
"hai Alice, apakah kau mau membantu kita?" ucap Megan tersenyum ramah
"Ya Alice kita sangat membutuhkan bantuanmu."timpal Stella
"A-pa yang bisa ku bantu?"jawab Alice
Mereka berempat terlihat saling menatap satu sama lain seperti sedang merencanakan sesuatu. sedangkan Alice tak menyadari tatapan itu karena ia selalu menundukkan pandangannya ketika berhadapan dengan mereka.
**
"Kalian bilang kita akan pergi ke perpustakaan untuk belajar bersama, tetapi kenapa kita kesini?" tanya Alice sedikit bingung karena saat ini dirinya berada di rooftop sekolah
Stella dan Megan menarik sudut ujung bibirnya, sedangkan Rey dan Mike terlihat duduk sembari mengeluarkan sebuah rokok dari saku celananya kemudian menyalakannya dan menghisapnya.
menyadari jika ada sesuatu yang tidak beres, Alice mengeratkan pegangannya pada beberapa buku yang berada di pelukannya.
kakinya melangkah mundur untuk segera pergi dari sana. Alice sadar jika sebenarnya mereka tidak bersungguh-sungguh untuk belajar bersama melainkan akan melakukan sesuatu hal buruk kepadanya.
"kau mau kemana Alice?" cegah stela mencekal pergelangan tangan Alice dengan kasar
"aku ingin kembali ke kelas." Alice berusaha melepaskan cekalan itu
Tetapi dalam satu tarikan kuat, Tubuh Alice terhuyung dan tersungkur tepat di bawah kaki Rey dan Mike
"Kenapa buru-buru sekali cupu!" ucap Mike melirik Alice sekilas sembari menghisap rokoknya dan menghembuskannya dengan perlahan
"ya kenapa kau terburu-buru ingin kembali ke kelas, kita kan belum belajar bersama." tambah Megan
"T-tetapi kalian tidak benar-benar ingin belajar." balas Alice
"hahaha bagus, ternyata kau sadar jika kita tidak ingin belajar bersama tetapi melainkan....
"memberikan sebuah pelajaran untukmu." lanjutnya dengan penuh peringatan
Detik berikutnya Alice memekik kesakitan karena tangannya di injak oleh salah satu dari mereka. setelah beberapa saat kemudian barulah tubuh Alice dipaksa untuk berdiri kembali. tak hanya sampai situ saja, tiba-tiba Rey mengarahkan rokoknya yang masih menyala ke telapak tangan Alice.
Alice semakin berteriak kesakitan merasakan bara api yang menyengat telapak tangannya. ia berusaha menjauhkan tangannya tetapi Mike menahan pergelangan tangannya dengan kuat.
Setelah beberapa saat kemudian barulah Mike melepaskan tangan Alice dan Rey menjauhkan rokoknya.
mereka berempat terlihat sangat puas dan tidak merasa bersalah sama sekali, ketika melihat Alice yang meringis menahan sakit dengan meniup-niupkan telapak tangannya yang sedikit terbakar.
"Kenapa kalian melakukan ini kepada ku? apa salahku?" tanya Alice dengan mata yang berkaca-kaca
Mendengar pertanyaan Alice, mereka tampak tersenyum menyeringai.
"Dengar Alice! Kita melakukan semua ini karena kau telah merebut Danzel." seru Stella
"ya benar. semenjak Danzel berteman denganmu, dia semakin menjauh dari kita." timpal Megan
"Seperti kejadian tadi contohnya, ibu guru membandingkan kita dengan Danzel. Semenjak berteman denganmu Danzel semakin berubah menjadi lebih baik." seloroh Rey
"padahal dulu dia sama brengseknya seperti kita. dan kita hanya ingin Danzel kembali seperti dulu lagi!" sambung nya
"Tapi, aku tidak sepenuhnya bersalah. Danzel berteman denganku karena keinginannya sendiri."jawab Alice berusaha mencoba membela diri
"Dan tentang perubahan Danzel, bukankah itu suatu hal yang baik untuknya, agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang buruk." lanjutnya
hal tersebut membuat mereka mengeram kesal tidak terima atas jawaban Alice.
"Ho-o sudah berani menjawab rupanya!"
Plakkk
satu tamparan Megan mendarat di pipi mulus Alice, Stella pun tidak tinggal diam, gadis itu mengeram kesal dan menjambak rambut Alice dengan kasar. sedangkan Rey dan Mike hanya terdiam menyaksikannya.
Pintu rooftop tiba-tiba terbuka dan Danzel sudah berdiri disana. suasana pun berubah menjadi menegangkan atas kehadiran nya.
Stella yang tadinya sedang menjambak rambut Alice langsung berpura-pura merapihkan rambut Alice. Sedangkan Mike buru-buru mengambil buku Alice yang masih berserakan di bawah.
Kejadian tersebut berlangsung sangat gesit dan cepat, karena sebelumnya mereka sudah mendengar suara langkah kaki seseorang menuju rooftop.
menyadari kehadiran Danzel, Alice sedikit merasa lega.
Danzel melangkah mendekat, "apa yang kalian lakukan disini bersama Alice?" tanyanya dengan nada curiga
Sebelumnya, Saat Danzel kembali dari kantin dan tidak menemukan keberadaan Alice di dalam kelas, ia langsung mencarinya dan menanyakan Alice kepada setiap siswa yang ditemuinya
Wajah Stella dan Megan tampak tegang, sementara Rey dan juga Mike berusaha bersikap biasa saja.
"eh D-danzel, apakah kau sudah disini sejak tadi?" sapa Megan berbasa-basi
"Tidak ada yang menjawab pertanyaan ku? kenapa Alice bisa berada disini bersama kalian?"tegasnya sekali lagi dengan tatapan curiga
"belajar, ya belajar."sahut Mike dengan cepat
"ya benar, kita mengajak Alice untuk belajar bersama. seperti ucapan ibu guru yang menyuruh kita untuk belajar dan berteman bersama Alice." timpal Megan memaksakan senyumnya
"benar kan Alice?"sambungnya
Sementara Alice terdiam
Rey yang berada tepat di belakang Alice, mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinga Alice.
"Jangan mengadu kepada Danzel! atau kau akan tahu akibatnya."bisiknya penuh ancaman sehingga membuat Alice merinding dan berusaha meneguk salivanya pelan
"y-ya benar, kita sedang belajar bersama." ucap Alice sembari menyembunyikan telapak tangannya yang terluka agar Danzel tidak melihatnya.
"Benarkah?" tanya Danzel dengan tatapan mengintimidasi
"kenapa belajar di rooftop? bukankah kalian bisa belajar di kelas."sambungnya penuh selidik
"oh ayolah Danzel, bukankah belajar bisa dimana saja. lagipula kita tidak berbuat macam-macam kepada Alice." sahut Rey
Danzel terdiam, sebenarnya ia masih kurang percaya kepada teman-temannya itu
"ayo Alice kita pergi dari sini." ajak Danzel
Danzel berjalan mendekati Mike dan mengambil alih buku-buku milik Alice, tatapan matanya masih saja terus mengintimidasi temannya itu. sedangkan Mike berusaha menelan salivanya pelan.
Alice mengikuti langkah Danzel meninggalkan rooftop. di sepanjang perjalanan menuju kelas, berulang kali Danzel bertanya kepada Alice apakah teman-temannya itu menyakitinya. sedangkan Alice berbohong, Alice tidak ingin membuat Danzel sangat membenci teman-temannya hanya karena dirinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!