Seorang wanita berkerudung hitam, tengah duduk sambil menangis di atas ranjang sebuah hotel berbintang. Dia bahkan terlihat sangat ketakutan, tatkala seorang pria berjas hitam, tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar hotel yang ia tepati itu dan mengunci pintu kamar tersebut.
Sang pria kemudian mematikan semua lampu kamar, lalu mulai membuka jas mewahnya. Dia lalu berjalan mendekati wanita malang, yang tengah menangis ketakutan di atas ranjang tadi.
"Cepat, layani aku sekarang!" bisik pria bertubuh proporsional tersebut, seraya mengelus wajah cantik sang wanita.
"Tuan, tolong jangan sentuh saya. Saya bukan wanita penghibur." kata wanita itu seraya mengatupkan kedua tangannya. Memohon untuk tidak disentuh oleh pria, yang kini hanya berkemeja putih tipis itu.
"Munafik! Kalau kamu bukan pelacur, lantas kenapa kamu bisa ada di sini, ha?" tanya sang pria itu.
"Sa...saya, saya di jebak, Tuan. Saya dipaksa." ucap gadis malang itu lagi.
Pria berwajah tampan itu pun tertawa dan menarik mundur tubuhnya. Menjauh beberapa sentimeter dari sang wanita malang.
Pria itu menyalakan kembali lampu kamar dan mulai membakar rokoknya. Menuangkan minuman beralkohol ke dalam dua gelas sloki cantik. Lalu memberikannya satu gelas kepada sang wanita, namun wanita itu menolaknya.
"Maaf Tuan, saya tidak minum minuman keras."
Pria itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian meletakkan minuman tersebut pada salah satu meja kecil di sisi tempat tidur.
"Siapa nama mu?" tanya pria itu seraya menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit kamar hotel.
"Sendu Tuan." jawabnya.
"Sendu ?" ulang pria itu.
"Kamu tahu kan Sendu, aku ini sudah menghabiskan begitu banyak uang hanya untuk malam ini?"
"Dan kamu juga pasti tahu, bagaimana ruginya aku, jika sampai tidak jadi menikmati tubuh mu yang indah ini." tambah pria itu.
Wanita bernama Sendu itu pun menggelengkan kepalanya. Dia paham betul apa maksud dari si pria. Pria itu pasti tetap akan menyentuh tubuhnya walau apapun alasan yang akan Sendu katakan nanti.
Dan benar saja, belum habis pikiran itu menggerogoti kepala Sendu, pria itu kembali mematikan lampu kamar yang membuat mata Sendu membulat seperti bola. Sendu kembali memeluk erat bantal yang memang sudah ia peluk sedari tadi. Takut.
Pria itu kembali mendekati Sendu. Kali ini jauh lebih dekat lagi. Bahkan seperti ingin mencium bibirnya. Sendu sangat ketakutan. Dia seperti kehabisan akal untuk melindungi tubuhnya dari jamahan tangan liar sang pria asing tersebut. Hingga saat pria itu siap menyatukan bibir mereka.
Sendu pun berkata sesuatu yang membuat pria itu berhenti seketika, dari menjalankan aksinya.
"Nikahi saya Tuan! Nikahi saya dulu!" ucap Sendu dengan nada suara bergetar.
Sendu tahu jika itu adalah kata paling pasrah yang ia punya saat ini. Namun dari pada dia harus berzina dengan pria tersebut. Yang bahkan dalam mimpi pun tak pernah ia lihat.
Akan lebih baik, jika sang pria tersebut, mau menikahinya walau pun hanya untuk semalam saja. Walau hanya untuk menikmati tubuhnya, bukan karena ia mencintai Sendu. Tak apa, Sendu bisa menerimanya dan tak akan marah. Sebab Sendu jauh lebih takut, jika Tuhan yang marah.
Pria itu tiba-tiba saja tertawa terbahak. Membuat dahi Sendu bertaut karena heran. Ia tak tahu apa yang lucu dari permintaannya itu, sehingga sang pria menertawakannya.
"Apa kata mu? Menikahi mu? Pelacur seperti mu mau menjadi istri ku? Astaga..." pria itu kembali terbahak.
Sendu lalu turun dari atas ranjang. Dengan cepat ia memegang kaki pria sombong itu. Dan mulai menangis di sana.
"Tuan, saya bukan pelacur. Belum pernah ada laki-laki yang menyentuh saya, Tuan. Jadi saya mohon, jangan tuan mengambilnya dengan cara yang haram seperti ini. Halal kan saya dulu. Setelah itu terserah, kalau Tuan mau menceraikan saya, saya tidak akan menuntut apa-apa dari Tuan."
Sendu memohon pada sang pria sambil menangis terisak. Membuat sang pria terdiam dan lama tak berkata apa-apa. Namun setelah beberapa saat, barulah ia kembali bersuara.
"Benarkah yang kamu katakan itu?" tanya sang pria. Sendu menganggukkan kepala cepat.
Tentu saja benar, sebab Sendu sebenarnya hanyalah seorang gadis desa yang tersesat pada tempat yang salah. Dia bukan wanita penghibur seperti yang pria itu sangkakan.
Awalnya Sendu datang ke kota, untuk mencari calon suaminya yang tidak kunjung kembali ke desa. Bahkan di saat-saat menjelang hari pernikahan mereka.
Jadi, Sendu yang hidupnya sebatang kara, tak punya ayah dan ibu. Hanya memiliki seorang nenek yang sudah tua di kampung. Memberanikan diri untuk menginjakkan kaki ke ibu kota. Guna bertemu dengan sang calon suami.
Dia pergi tanpa bekal alamat atau sekedar nomor kontak calon suaminya. Hanya bermodalkan bertanya ke sana kemari. pada orang-orang, tentang dimana pembangunan gedung tinggi, yang sempat calon suaminya kata kan sebelum meninggalkannya untuk pergi bekerja ke kota.
Di kota, aku bekerja di sebuah proyek pembangunan gedung tinggi, Sendu...
Namun kini, bukannya bertemu dengan sang calon suami, Sendu malah menyasar di sebuah klub malam, yang menyediakan layanan plus-plus bagi para pelanggannya.
Saat itu, Sendu sedang bertanya pada orang-orang yang ada di sekitaran klub malam. Namun ia malah di tipu dan di suruh masuk ke dalam klub malam tersebut.
Setibanya di dalam klub, Sendu disuruh duduk pada sebuah sofa, untuk menunggu seseorang. Tak dia sadari, ternyata dirinya sedang di jual oleh pemilik klub pada seorang pria, yang merupakan pelanggan baru di klub malam tersebut.
"Nama Bapak siapa?" tanya mucikari di dalam klub.
"Alex." Jawab pria tersebut.
"Bapak Alex ganteng banget sih, saya bakal kasih yang spesial untuk cowok seganteng bapak."
Pria bernama Alex itu pun tersenyum simpul.
"Iya Pak. Barang baru. Dijamin, masih ting-ting." kata pria lain yang bergaya bak seorang wanita (waria).
"Yuk pak, ikut saya." ajak si mucikari.
Pria berjas hitam yang mengaku bernama Alex itu pun mengikuti sang mucikari menuju ke ruang tunggu para PSK. Matanya tak lepas dari mengamati sekitaran diskotik.
"Nah ini pak. Ini semua barang-barang terbaik kami. Bapak mau pilih yang mana?"
Alex pun mengamati satu persatu para gadis yang sedang duduk di sofa. Semuanya cantik-cantik dan seksi-seksi.
Namun tiba-tiba saja matanya tertuju pada satu gadis berkerudung hitam. Yang penampilannya sangat berbeda dari gadis yang lainnya. Tampilan yang belum pernah ia lihat ada pada pelacur mana pun, yang pernah ia gunakan jasanya.
Gadis itu terlihat sangat cantik dan lugu. Duduk sendiri seraya memeluk tas yang ia bawa. Gadis itu tak lain adalah Sendu. Wanita yang yang saat ini tengah bersimpuh di kaki Alex, meminta Alex untuk menikahinya.
"Kamu mau aku nikahi dengan mahar berapa?" tanya Alex.
"Berapa saja Tuan. Yang penting sah secara agama. Saya hanya takut berzina, Tuan." ucap Sendu dengan suara bergetar.
"Bagaimana dengan wali mu?" tanya Alex lagi.
"Saya tidak punya orang tua. Saya sebatang kara Tuan. Hanya nenek yang saya punya. Kita bisa pakai wali hakim, Tuan." jelas Sendu.
"Baik lah, besok aku akan menikahi mu. Tapi ingat, ini hanya rahasia di antara kita. Tidak boleh ada orang lain yang tahu." ucap Alex.
Mata Sendu spontan membesar. Dia seperti tak percaya dengan apa yang Alex kata kan. Dia merasa bersyukur, meski pun ia tahu, hidupnya pasti tak akan sama lagi setelah esok ia dinikahi oleh Alex. Namun itu jauh lebih baik, dari pada ia harus membawa dosa zinanya dengan Alex, seumur hidupnya. Bahkan kelak di hadapan Tuhannya.
"Terima kasih Tuan, terima kasih banyak. Tuan orang baik. Saya tahu, tuan orang yang baik." ucap sendu seraya terus menunduk.
"Sudahlah Sendu. Kamu boleh bangun sekarang. Besok jam 6 pagi, akan datang orang ke sini untuk mempersiapkan mu. Setelah itu mereka akan membawa mu bertemu dengan ku dan kita akan menikah."
*Bersambung
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai penduduk Bumi yang budiman. Ini karya ke tiga saya. Jangan lupa like dan komennya ya...
Temukan banyak kejutan dan pelajaran dari Novel terbaru saya ini...
Tok Tok Tok
Pagi-pagi sekali, pintu kamar hotel Sendu sudah di ketuk oleh orang-orang ya tak dikenal. Sendu yang memang belum beranjak dari atas sajadahnya itu pun kemudian berjalan ke arah pintu.
Ini masih pukul 6 pagi dan sendu baru saja selesai melaksanakan sholat subuh nya.
"Nona Sendu?" tanya seorang wanita berpakaian pelayan kepada Sendu, begitu pintu kamar dibuka olehnya.
"Iya... " jawab Sendu pelan.
"Ayo cepat... cepat... " kata salah seorang dari mereka.
Mereka segera masuk ke dalam kamar dan memaksa Sendu untuk bertukar pakaian.
Sendu yang memang sudah mengetahui jika pagi ini dia akan menikah pun tak banyak protes saat lima orang pelayan wanita itu mengobrak-abrik dirinya.
Kebaya terusan berwana putih tulang dan juga kerudung yang di hiasi dengan payet mutiara yang mewah di pinggirnya, menambah nuansa cantik dan elegan saat di pakai oleh gadis semania Sendu.
Wajahnya yang masih alami tak pernah tersentuh polesan make up itu pun semakin bersinar, tatkala tangan-tangan profesional di bidangnya, mulai melukis di atas wajah Sendu yang memang sudah ayu dari sananya.
"Nona cantik sekali... " ucap salah seorang dari mereka.
Seseorang lalu memakaikan mahkota kecil di atas kepala Sendu. Setelah itu, Sendu menatap dirinya di depan cermin yang sudah berubah 360 derajat dari sebelumnya.
Aku cantik sekali... bisik hati kecilnya.
"Ayo, sekarang Nona harus turun ke lobi..." ajak seorang pelayan.
Mereka pun lalu membawa Sendu keluar dari kamar dan kemudian turun ke lobi menggunakan lift khusus.
"Ayo lebih cepat... " kata pelayan tersebut setelah mereka sampai di lantai bawah.
Sendu terus saja mengikuti langkah kaki mereka yang berjalan sangat cepat. Dengan pakaian pengantinnya yang sedikit panjang dan mengembang, Sendu berusaha untuk menyamai kecepatan langkah kaki para pelayan-pelayan wanita tersebut.
Tak lama, mereka sudah sampai di lantai bawah. Tempat dimana para tamu VVIP hotel memarkirkan mobil-mobil mewah mereka.
Sendu di bawa menuju sebuah mobil jenis sedan berwarna hitam pekat dan berkilat. Yang di jaga oleh dua orang pria bertubuh gagah dan perkasa.
Dan saat Sendu sudah hampir dekat dengan mobil itu, tiba-tiba saja pintu mobil di buka oleh penjaga tersebut.
Dua bola mata Sendu langsung menangkap seorang pria di dalam mobil mewah itu. Pria yang semalam ada bersamanya saat ia dibawa masuk ke dalam kamar hotel secara paksa, oleh orang-orang suruhan pemilik klub malam. Dia adalah Alex.
Sendu langsung duduk di samping Alex. Alex yang saat ini sedang memakai kaca mata, tak menoleh sedikit pun kepada Sendu. Pandangannya tetap lurus ke depan. Entah apa yang pria angkuh itu tengah pikirkan. Sendu tak tahu.
Mobil mulai melaju membawa mereka keluar dari lobi hotel. Hari masih pagi sekali. Dan sebuah mobil sedan hitam sedang membawa sepasang calon pengantin menuju sebuah masjid yang ada di pinggiran kota.
Pasangan calon pengantin yang baru saja bertemu dan tak pernah saling mengenal. Tak ada rasa cinta juga komitmen namun siap untuk mengikrarkan ijab qabul di depan penghulu.
Entah apa yang ada dalam benak seorang Sendu dan dalam pikiran seorang Alex itu. Tentang pernikahan yang sebentar lagi akan mengubah status mereka menjadi pasangan suami istri.
...🍃🍃🍃...
Mereka sudah sampai di depan sebuah masjid. Sendu langsung melihat-lihat ke arah luar. Dia mengamati setiap sudut bangunan megah tersebut.
"Kamu masih ingat dengan janji kita, kan?" tanya Alex pada Sendu.
"Saya ingat Tuan... "
"Bagus, jadi setelah pernikahan ini di laksanakan, jangan kamu pikir, kalau kamu serta merta akan menjadi istri ku seutuhnya." ucap Alex.
Sendu hanya menganggukkan kepalanya. Alex lalu mengarahkan pandangannya kepada Sendu.
"Ya sudah, ayo turun... " perintah Alex.
Sendu pun mengangguk dan bersiap untuk membuka pintu mobil. Namun tiba-tiba saja, Alex menahannya.
"Eh, tunggu... "
"Iya Tuan...?" jawab Sendu seraya menoleh ke arah Alex.
"Kamu cantik... " kata pria yang belum melepaskan kacamata hitamnya itu.
"Terimakasih Tuan... " ucap Sendu.
Mereka lalu saling tatap untuk waktu yang cukup lama. Entah apa yang ada dalam pikiran dua insan manusia itu. Setelah beberapa saat barulah Alex kembali sadar.
"Eh, ya udah... turun sana... " ucapnya.
"E..., iya Tuan... " Sendu pun segera keluar dari dalam mobil.
Begitu juga dengan Alex. Ia membuka kaca matanya dan segera keluar dari dalam mobil. Dia sudah siap dengan jas pengantinnya yang berwarna senada dengan gaun Sendu.
Mereka lalu berjalan naik ke lantai atas masjid.
Awalnya Alex berjalan terus sendirian. Namun karena merasa Sendu berjalan sangat lambat, Alex pun menoleh kebelakang dan melihat Sendu sedang kesulitan menaiki anak tangga. Dia kemudian kembali turun dan mengulurkan tangannya kepada Sendu.
"Ayo cepat. Nanti keburu terang... " kata Alex.
Sendu melihat kepada Alex dan kemudian menyambut uluran tangan Tuannya itu. Melangkah bersama menaiki anak tangga masjid, hingga mereka sampai di lantai atas.
Sendu lalu di suruh duduk di sebuah tempat yang sudah di sediakan oleh petugas masjid.
Sedang Alex, ia di suruh duduk di tempat dimana nanti pengucapan ijab qabul di laksanakan.
"Siapa yang mau menikah?" tanya pengurus masjid yang juga berstatus sebagai imam di masjid tersebut.
"Saya... saya yang mau menikah... " ucap Alex.
"Calon pengantin wanitanya, itu... benar?" tanya penghulu seraya menunjuk ke arah Sendu.
"Iya benar..."
"Baik, kita tulis dulu nama calon pengantinnya. Nama pengantin pria?"
"Gilang Ahmad Wijaya..." ucap pria yang mengaku bernama Alex saat di klub malam kemarin.
Sendu terkejut saat mengetahui jika nama pria yang sudah membelinya semalam dari mucikari itu, bukankah Alex, melainkan Gilang Ahmad Wijaya. Lantas, kenapa dia harus mengganti nama saat berada di tempat terkutuk tersebut, tanya Sendu dalam hatinya.
"Nama pengantin wanita?" tanya penghulu lagi.
"Namanya Sendu." jawab Alex.
"Sendu Bulan Purnama..." sambung Sendu. Membuat Alex melirik ke arah calon istrinya itu.
"Nama ayah?" tanya penghulu lagi.
"Maaf, saya tidak tahu nama orang tua saya." ucap Sendu, pilu.
"Jadi maksudnya, anda ini tidak tahu nama anda binti siapa?" tanya imam masjid, ingin memastikan lagi.
"Iya benar, saya tidak tahu." ucap Sendu sedih.
"Ibu mu?" tanya penghulu. Memastikan lagi.
Sendu kembali menggelengkan kepalanya.
Sendu tidak menyadari jika Alex sedang memperhatikannya. Alex menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa. Entah apa yang pria angkuh itu kini pikirkan, saat mengetahui jika Sendu tak tahu nama ayah maupun ibu kandungnya sendiri.
"Baik, kalau begitu, kita pakai binti Abdullah saja." ucap sang imam masjid.
"E, sebentar. Apakah itu sah?" tanya Alex.
"Sah, tentu saja sah. Sebab nasabnya tidak jelas, tidak apa-apa. Kita boleh pakai istilah Abdullah, artinya hamba Allah." jelas penghulu.
Alex hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Entah mengapa dia jadi tiba-tiba sangat takut jika pernikahannya tidak sah secara agama. Padahal semalam,dia baru saja ingin berzina dengan Sendu.
"Baik, kita mulai saja." ucap penghulu.
Imam masjid mengulurkan tangannya dan langsung di sambut oleh Alex.
"Gilang Ahmad Wijaya, saya nikahkan dan kawinkan engkau, dengan seorang wanita yang bernama Sendu Bulan Purnama binti Abdullah, dengan saya sebagai wali hakimnya, dengan mahar sebuah cincin seberat 10 gram, dibayar tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Sendu Bulan Purnama binti Abdullah, dengan mahar sebuah cincin emas seberat 10 gram, dibayar tunai!"
"Bagaimana saksi? Sah?"
"Saaahhh!!! " jawab beberapa orang saksi di dalam masjid.
Sendu saat akad nikah
Alex Saat Akad Nikah
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai jangan lupa terus dukung novel ke tiga saya ini ya. Jangan lupa like dan komen yang banyak. Love u all sekebon... 🥰
"Sekarang kalian sudah sah secara agama sebagai suami istri." ucap pak penghulu.
Sendu mengucapkan alhamdulillah di hatinya. Anehnya adalah, entah apa yang harus dia syukuri atas pernikahannya ini?
Padahal dia tahu, jika pernikahan ini, hanyalah tameng bagi Alex, untuk menikmati tubuhnya. Bukan pernikahan sesungguhnya, yang seperti dia impikan selama ini bersama calon suaminya. Yang bahkan belum dia ketahui keberadaannya hingga saat ini.
Sehingga yang terjadi, justru Sendu harus menikah dengan laki-laki yang tidak pernah dia kenal sebelumnya. Bahkan mereka bertemu di tempat yang sangat hina. Juga dalam keadaan Sendu yang begitu terpuruk. Seperti wanita yang tak memiliki harga diri sama sekali.
"Ayo, mempelai wanita boleh duduk di sini." panggil imam masjid.
Sendu pun langsung duduk di samping Alex. Dia melirik sepintas kepada pria yang baru saja menyandang status, sebagai suaminya itu.
"Sekarang, salim pada suamimu." perintah penghulu sambil tersenyum.
Alex seperti tidak mau melihat kepada Sendu, namun Sendu tetap meraih tangan Alex dan menyalaminya dengan takzim. Membuat sang CEO melirik sepintas kepada dirinya.
Semua yang hadir tertawa bahagia melihat sepasang suami istri yang tengah bersandiwara itu. Tak ada yang tahu jika pernikahan ini hanyalah perjanjian belaka. Tak ada yang serius. Tak ada cinta. Tak ada komitmen. Hanya untuk memenuhi hak dan kewajiban masing-masing saja.
Setelah acara akad dilaksanakan, Alex lalu membawa Sendu ke suatu tempat, dimana hanya ada dia dan Sendu saja. Berdua. Tak ada orang lain, asik.
Alex mempunyai vila mewah di pinggiran kota yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan jalan raya. Vila yang biasa Alex kunjungi, jika jiwanya sedang bosan dengan kehidupannya yang sangat monoton. Yaitu, kerja, main perempuan, kerja, main perempuan lagi. Begitu seterusnya.
Terlahir dari keluarga yang kaya raya, mempunyai banyak perusahaan-perusahaan yang sudah sukses dimana-mana, membuat Alex tumbuh menjadi pria yang berhati dingin dan sangat sulit percaya kepada orang lain.
Dan karena karakternya yang seperti itu membuat Alex sulit menemukan pasangan. Dia menganggap jika semua perempuan itu manipulatif, yang hanya mau pada uangnya saja, tak ada yang setia.
Wanita-wanita yang pernah dekat dengannya semuanya menghilang begitu saja karena merasa tidak dihargai olehnya. Sebab dirinya selalu menilai orang lain berdasarkan uang dan status sosialnya.
Terakhir Alex dekat dengan seorang gadis dari kalangan keluarga pejabat, Claudya namanya. Dia lulusan luar negeri dengan predikat yang sangat memuaskan. Namun tak juga cukup membuat Alex puas, meski dengan sejuta kredibilitas yang Claudya miliki.
Justru kini dia harus terjebak dalam pernikahan palsu meski sah, bersama seorang wanita kampung yang sudah sangat nekat mengajaknya untuk menikah. Wanita yang sama sekali tidak pernah ia kenal, dan wanita itu juga tidak mengenal dirinya.
"Ayo turun." ucap Alex begitu mereka tiba di depan Vila.
Sendu pun manut saja pada titah Alex dan langsung keluar dari dalam mobil. Dia melihat ke sekeliling Vila. Vila yang cukup besar pikir Sendu.
"Ayo masuk." ajak Alex lagi.
Sendu mengikuti Alex dari belakang, seraya memeluk tas lusuhnya yang dia bawa dari kampung.
Alex lalu membuka pintu Vila yang sangat besar itu. Pintu yang terbuat dari kayu jati utuh dan sangat tinggi. Bak pintu-pintu di istana yang megah.
"Ikut aku..." ajak sang CEO.
Sendu masih diam belum berbicara sepatah kata pun. Alex terus membawanya, bahkan sampai menaiki anak tangga Vila yang sangat panjang dan berbelok.
Tak lama, mereka sudah tiba di atas. Alex membuka sebuah pintu yang ternyata adalah sebuah kamar yang begitu luas.
Di dalam kamar ada tempat tidur yang dihiasi dengan tirai-tirai berwarna putih seperti di resort-resort yang ada di Bali. Sendu lalu melangkah masuk perlahan seraya memperhatikan setiap sudut kamar.
Di depan tempat tidur ada jendela kaca yang cukup besar. Alex lalu mengambil sebuah remot, yang ternyata merupakan remot untuk membuka tirai berwarna coklat yang menutupi jendela kaca tersebut.
Dia membuka tirai besar itu dan mata mereka langsung di suguhkan dengan pemandangan yang luar biasa cantik dari atas vila itu.
Sendu langsung melangkah menuju jendela kaca. Dia begitu terkesima melihat pemandangan yang ada di hadapannya.
"Masha Allah..." ucap Sendu yang membuat Alex mengalihkan pandangan matanya kepada Sendu.
"Kalau mau mandi, kamar mandi ada di sebelah sana." tunjuk Alex pada Sendu.
"Terima kasih Tuan." ucap Sendu.
Alex hanya diam saja. Dia kemudian berlalu hendak keluar kamar, namun Sendu kembali menahannya.
"E.. Tuan..." panggil gadis kampung itu. Alex pun berbalik lagi
"Ada apa lagi?" tanyanya.
"Kiblat, ke arah mana ya Tuan..?" tanya Sendu.
"Kiblat? E... kemana ya? Mungkin ke sana? Eh, nggak, ke sana? Ah, kamu lihat sendiri aja di HP, udah ya, aku nggak tau." ucap Alex kesal. Entah kesal, entah juga malu.
"Tapi saya nggak punya HP Tuan." ucap Sendu pilu.
"Ya udah, nanti kita cari tahu. Saya lapar." ucap Alex seraya berlalu pergi meninggalkan Sendu yang masih bingung dengan arah Kiblatnya.
Sendu pun kemudian mandi dan membersihkan sisa make up di wajahnya. Setelah itu, dia sholat Dhuha dengan melihat arah kiblat berdasarkan letak matahari.
Selesai sholat Sendu pun turun ke bawah. Dia melihat Alex sudah tergeletak di sofa dengan sebotol minuman keras di atas meja, dan beberapa puting rokok yang berserakan di lantai.
Sendu berjalan perlahan mendekati Alex. Namun sepertinya pria tampan itu benar-benar sudah tertidur pulas. Sendu pun membersihkan meja dan memindahkan botol minuman haram tersebut.
Sendu lalu berjalan ke arah dapur yang memang menyatu dengan ruang tamu dan ruang makan. Dia mulai membuka kulkas dan mencari-cari. Barang kali ada bahan makanan yang bisa dia olah menjadi makan siang.
Ternyata bahan masakan di dalam kulkas cukup lengkap. Ada daging, sayuran, telur dan beberapa macam buah. Sendu pun langsung mengolahnya menjadi makanan yang bisa di makan untuk siang dan malam nanti.
Tak butuh waktu lama, makan siang pun sudah selesai di sajikan oleh Sendu di atas meja makan. Namun ia melihat Alex masih tertidur. Sendu pun terpaksa makan sendiri. Sebab ia tidak berani untuk membangunkan Alex. Takut jika pria kaya itu akan marah padanya.
Setelah makan, Sendu kemudian jalan-jalan di belakang Vila sambil menikmati udara segar. Dia tidak tahu jika di dalam, Alex sudah bangun dan bingung melihat meja yang ada di dekatnya sudah bersih semua.
Alex lalu bangun dan berjalan ke meja makan. Dia bisa mencium aroma makanan yang baru di masak, karena itu dia tahu di atas meja pasti ada makanan.
Alex langsung membuka penutup makanan dan melihat ada banyak menu makanan di sana. Dia lalu duduk dan mengambil piring, kemudian langsung menyendok nasi dan lauk yang ada di hadapannya.
Alex memang sudah menahan lapar sejak dari tadi. Sebab sebelum menikah, dia tidak sempat sarapan. Terlalu terburu-buru untuk melangsungkan akad nikah dengan Sendu.
Entah dia yang sedang lapar atau memang masakan Sendu yang enak, Alex menyantap makanannya dengan begitu lahap. Sampai dia tidak sadar jika dia sudah memakannya dalam porsi yang cukup banyak.
Setelah merasa kenyang, Alex pun kemudian duduk di kursi rotan yang ada di belakang Vila. Namun tiba-tiba saja matanya menangkap seorang gadis, yang sedang bermain dengan beberapa ekor kelinci yang ada di Vila dengan sangat bahagia.
Tentu saja gadis itu adalah Sendu. Dia tampak bahagia sekali berlari ke sana kemari seperti anak kecil yang sedang bermain dengan mainan barunya.
Tanpa Alex sadari, dia sampai tertawa melihat Sendu yang berlari ke sana kemari dengan kelinci-kelincinya itu. Seolah bahagia yang tengah Sendu rasakan itu, dapat mengalir dengan sendirinya kepada Alex.
Dan apakah itu artinya, jika Alex sudah bertemu dengan mood booster-nya?
...****************...
Sendu baru selesai melaksanakan sholat maghrib. Dia lalu melipat mukenanya dan menyimpannya kembali di dalam tasnya.
Tiba-tiba saja pintu kamar di buka oleh Alex. Sendu langsung mengarahkan pandangannya kepada Alex. Dia sangat terkejut.
Alex berjalan masuk ke dalam kamar. Dia lalu mematikan lampu kamar sehingga yang tersisa hanya cahaya dari lampu tidur yang ada disudut kamar itu.
Alex lalu menyodorkan sebuah paper bag kepada Sendu.
"Pakai ini." perintah Alex.
Sendu pun langsung mengambil paper bag itu dari tangan Alex. Dia lalu menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, dengan yang diberi oleh Alex.
Tak lama, Sendu pun kembali keluar dengan pakaian yang sudah berganti dengan yang Alex beri tadi.
Baju dengan tali yang sangat kecil dan potongan kain yang sangat pendek itu pun, membuat tubuh indah Sendu terlihat sempurna. Tentu saja hal itu membuat pandangan Alex langsung tertuju kepada istrinya itu.
Namun Sendu terlihat sangat tidak nyaman dengan yang ia kenakan. Sebab ini kali pertama dalam hidupnya, memakai pakaian seseksi itu di depan laki-laki.
Tapi tidak dengan Alex. Dia sampai terkesima melihat mahkluk secantik Sendu yang ada di hadapannya saat ini.
Sendu terus saja berusaha untuk menutup tubuhnya dengan tangannya, dari pandangan Alex. Namun itu justru membuat Alex tertawa geli.
"Kemari..." panggil Alex kepada Sendu.
* Bersambung
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan Lupa Like Dan Komentar yang banyak ya wahai para pembaca yang budiman... 😁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!