Faleria, itu adalah nama perempuan yang tengah menunggu kehadiran suaminya yang tidak jelas di mana keberadaannya saat ini. Ia hanya sendirian di dalam kamarnya seraya mendengarkan dentuman petir di luar sana, bersamanya riuhnya hujan di sana. Perempuan itu masih menunggu kabar, seperti tidak memikirkan waktu istirahatnya yang sebenarnya jauh lebih penting.
Berharap akan ada kabar saat ini setidaknya pesan singkat yang akan ia terima nanti. Namun, kenyataan yang tidak pernah ia duga saat ini. Suaminya bahkan tidak lagi memperdulikan keberadaannya, hidup atau mati sepertinya akan sama saja dia rasakan sekarang.
Di satu sisi tanpa ia tahu sama sekali, pria itu tengah menggauli bersama wanita lain. Istri mana yang akan merasakan semua itu, mereka sebenarnya sudah merasakan semua itu hanya saja masih meyakinkan jika semua itu tidak akan pernah terjadi kepadanya. Sampai di mana sebuah pesan suara muncul di notifikasi ponselnya, pesan suara yang menjelaskan segala keadaan yang ia hadapi. Masih terdiam, dengan air mata yang mulai berlinang di sana.
...♡♡♡...
Dengan keramaian di sana, dia nampak cantik sampai-sampai mereka semua lupa jika perempuan itu sudah bersuami. Dengan semua kesuksesan yang ia rangkai seorang diri tanpa bantuan siapa pun, orang tuanya pun bisa menikmati semua kekayaan itu tanpa menganti apa pun.
Padahal dahulu mereka selalu meremehkan anak perempuan mereka sendiri karena dia perempuan. Apakah di zaman ini masih ada yang membandingkan antra anak laki-laki dan perempuan? Tentu saja masih ada, dan akan selalu ada. Maka dari itu di harus menghancurkan semua pemikiran gila itu dari semua orang dan menunjukkan kepada mereka jika perempuan tidak serendah itu. Dan bahkan sampai dia datang, suaminya.
Grayson Faldo Cleo. Jelas di nama belakangnya ada nama keluarga yang sangat terpandang itu, dan nama itu juga terpasang di nama belakang Faleria juga. Hanya saja tidak semua orang-orang akan tahu semua itu. Mereka berdua bagaikan pasangan idaman, pasangan konglomerat dengan banyak keharmonisan di sana, hanya di depan media saja.
Ini yang terkadang membuat Faleria merasa muak dengan semua ini, terkadang Faldo perduli kepadanya dan terkadang juga tidak. Hidupnya bagaikan pria yang tidak memiliki pasangan hidup sama sekali dan terlihat hambar di sana.
"Mas-"
"Bersikap biasa saja, jangan memperpanjang masalah Faleria." Perempuan itu bahkan langsung terdiam di sana, ia hanya bisa menurut di saat ini dan bersikap seolah tidak ada yang terjadi di antra mereka berdua.
Dan di sisi lain, kedua orang tua Faldo masih menganggap sandiwara yang di buat ole putra mereka sendiri itu adalah sebuah keseriusan di sana. Faleria tetap bersikap biasa saja di tengah riyuh di dalam hatinya dan mencoba melihat keadaan yang sekarang tengah ia hadapi. Sampai seorang pria datang yang di duga akan menjadi brand ambassador nantinya. Perusahaan tengah berada di puncak, tapi bukan itu yang Faleria mau, ia hanya mau di akui oleh banyak orang termasuk, Faldo.
"Hey, finally I can meet you? " Faleria langsung menoleh ke arah pria itu, badannya sangat menjulang tinggi dan mungkin lebih tinggi dari Faldo.
Faleria tersenyum ramah, sangat profesional untuk saat ini. Dia adalah aktor terkenal sekaligus produser musik yang tengah naik daun tahun ini, bukan tahun ini mungkin sudah lama dan peringkatnya tetap di atas walaupun ada banyak pendatang baru yang siap membuatnya turun pangkat.
"Harka? Nice to meet you,"
"Me too, so beautiful."
Faleria tertawa dengan ucapan memuji Harka sekarang, kata-kata pujian sangat memuji dirinya. Seandainya Faldo yang mengatakan itu mungkin ia akan jauh lebih bahagia. Tetapi, lupakan soal itu dan sekarang Faleria harus bersikap layaknya direktur yang profesional di depan artis yang tengah ia incar sekarang.
Walaupun sebenarnya Harka mengatakan itu bukan untuk memuji, ia serius dalam hal penglihatannya. Jika ada seseorang yang menarik di matanya, dia akan mengatakan sesuatu sesuai faktanya tanpa harus di buat-buat, anggap saja dia terlalu jujur dengan penampilan orang lain.
"Aku serius, kamu sangat cantik jika di lihat secra langsung. Suamimu tentu saja beruntung, dan wajib bersyukur." Satu kalimat yang sengaja di tekan olehnya, seraya melirik ke arah Faldo yang tengah menatap tajam ke arahnya.
Tidak kenal takut sama sekali, Harka nampak tidak perduli dengan tatapan Faldo sekarang yang jelas sekali tertuju kepadanya. Apa dia cemburu? Atau justru merasa terancam akan kehadirannya saat ini? Harka masih dengan santai mengobrol baik dengan Faleria sampai acara pun di mulai. Dengan sigap saat ini Faldo beranjak dari tempatnya dan menghampiri sang istri yang tengah bersama seorang pria pujaan jutaan umat manusia.
Tiba-tiba saja Faldo posesif dengan itu, pria itu datang dan langsung merangkul istrinya dengan menatap tajam yang masih tertuju kepada Haska. Faleria menyadari akan itu, lantas ia hanya mengikuti langkah suaminya seraya memberikan salam perpisahan kepada Haska dengan sopan. Dan Haska? Dia tersenyum dengan sopan sekaligus menggoda Faldo. Dia seperti di tuduh merebut istri orang saja, atau mungkin sudah masuk ke niat awal?
"Kenapa kamu dekat-dekatnya? Itu akan memberikan rumor buruk, mengancam reputasiku,"
"Dia artis ku, wajar aku begitu. Kamu juga pasti begitu, bersikaplah profesional mas, di sini kita bekerja bukan hal yang lain." Faleria bahkan tanpa berpikir mengatakan semua itu, dan itu membuat Faldo terdiam dengan amarah yang ia pendam. Tetap di paksakan tersenyum dengan banyak orang, energinya benar-benar akan habis jika menghadapi Faleria.
..."Jangan pernah berani mengambil keputusan untuk menikah, di kala kau masih ada hubungan dengan orang lain dan belum selesai,"...
Harka terus memperhatikan gerak-gerik Falerin, sampai-sampai Faldo merasa muak dengan kelakuan pemuda itu. Walaupun umur mereka tidak jauh, Harka hampir seumuran dengan istrinya itu, berjarak 2 tahun saja. Tentu saja, ada rasa perasaan terancam dari Faldo sekarang. Apa lagi, Harka jelas lebih dekat dengan Falerin dari pada dirinya yang padahal sudah jelas status suami istri secara sah.
Apakah baru sekarang Faldo baru merasa jika pernikahan mereka itu sah? Padahal sebelumnya tidak ada perasaan seperti itu, pria berbadan tegap tinggi itu menatap ke arah Harka dengan tajam. Dengan perilaku yang terlalu terang-terangan, Harka menyadari hal itu. Walaupun dia sibuk meminum alkohol di tangannya, dia menatap Faldo dengan penuh hormat, hanya saja senyuman itu membuat pria berusia 37 tahun itu jengkel.
"Apa yang kamu tatap itu? Kamu nampak seperti menahan amarah mu, kendalikan ekspresi mu itu kakak."
Rumi jelas bisa melihat ekspresi jengkal Faldo ketika menatap Harka. Ia akui jika aktor terkenal itu sekaligus dia adalah seorang produser musik, sekaligus penyanyi itu jelas terlihat sangat tampan dan bergaya seperti umurnya sekarang. Dengan keadaan seperti ini, aura kedua pria itu jelas bertabrakan. Faldo seperti memberikan aura yang sangat kuat, terlihat seperti pria dewasa yang sangat berwibawa sedangkan Harka memperlihatkan auranya yang sama kuatnya, hanya saja dia punya caranya sendiri untuk membuat orang-orang tertarik kepadanya.
Rumi bahkan sempat terkagum-kagum dengan penampilan Harka yang terlalu mempesona, menarik siapa saja. Semua orang pasti akan merasa dan mengakui akan aura kuat yang Harka tunjukkan. Kedekatannya dengan Falerin jelas tersorot, beberapa orang memang memberikan tanggapan jika Falerin dan Harka hanya memiliki hubungan kerja, selebihnya akan mustahil saja.
"Kau cemburu ketika Kak Erin dekat dengan Harka?" Faldo jelas langsung menoleh ke arah Rumi. Gadis itu nampak tidak suka dengan responnya ketika melihat kedua insan itu berdekatan dengan berbagai candaan di setiap pembicaraan, sialnya Falerin selalu tertawa di sana.
"Tidak, kau tahu jelas jika aku dan Falerin tidak dekat secara seperti hubungan suami istri. Aku sudah berjanji pada mu, dalam waktu dekat aku akan mengikat mu jika waktunya sudah tepat,"
"Aku tahu, makanya aku hanya mengingatkan saja agar kamu tidak berusaha mengingkari janji mu itu, tuan Faldo." Ucapnya dengan nada rendah, agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka berdua.
Hanya sekedar hubungan kakak ipar dan adik ipar yang baik. Padahal tidak ada yang akan menduga jika mereka bermain di sana, di satu sisi Falerin segera menyadari hal itu dengan cepat. Interaksi antara adik perempuannya dan suaminya sudah cukup ia sadar sejak 1 tahun yang lalu, baru saja 2 bulan usia pernikahan mereka berdua dan seketika itu ia tahu segalanya.
Apakah ia harus sakit hati dan menangisi hal itu? Tentu tidak, Falerin menjunjung harga dirinya dan segala jabatannya. Ia tidak akan lemah begitu saja hanya dengan masalah perselingkuhan itu, walaupun ia bisa akui. Sempat menangis secara diam-diam, itu membuatnya merasa patah luar dalam.
Harka yang minum di sebelahnya melirik, mengikuti arah ke mana Falerin melihat. Ia hanya tersenyum di sana, tangannya dengan sengaja merangkul pinggang ramping atasannya sendiri dengan posesif, membuat wanita berusia 23 tahun itu terkejut dengan yang artisnya lakukan kepadanya.
"Are you okey? Aku melihat mu dari tadi, aku rasa mereka sangat senang dengan permainan yang mereka buat itu," Falerin terkejut dengan ungkapan pria yang lebih tua darinya 2 tahun itu. Apakah dia memang menyadari hal itu?
"Apa maksud mu? Aku hanya senang dengan hubungan mereka yang terjalin dengan baik... "
Harka tertawa pelan di sana, seraya meminum alkoholnya dengan dua tegukan dan melihat gelas kaca di tangannya. Menatap dirinya sendiri, dia tersenyum penuh dengan ekspresi meremehkan. Seorang Harka mana bisa di tipu dengan mudah? Jelas ekspresi Falerin tidak dapat menipunya.
Pria itu mengeratkan rangkumannya kepada wanita bersuami itu, dan membisikan sesuatu ke telinga Falerin. Terkejut? Jangan di tanya jika soal itu, Falerin bahkan tidak menduga jika Harka akan melakukan tindakan seperti itu. Nafas berat dan hangat itu menyapu seluruh kulit lehernya dengan rata.
"Really? Jelas sekali jika kau berbohong, membohongi dirimu sendiri. Mereka berselingkuh aku sudah tahu itu, rumor itu di tutupi sampai suami mu itu harus mengeluarkan banyak uang untuk menutupi rumor itu. Menyuap para wartawan dan paparazi agar tidak menyebar luaskan, tapi sayangnya ada satu paparazi yang menolak uang kotornya itu untuk menutupi perselingkuhannya itu." Harka dengan santai mengambil gelas baru yang berisikan alkohol yang baru saja di tuang.
Dia dengan santai menjelaskan semuanya, tanpa menyebutkan intinya di sana. Falerin terkejut, lantas dia menatap ke arah artis naungannya itu dengan tatapan serius. Apakah Harka yang jauh lebih tahu segalanya ketimbang dirinya? Itu aneh, tidak awan yang tahu akan masalah ini bukan? Termasuk keluarganya sendiri bahkan tidak tahu ini.
Harka tidak mengatakan apa pun, dia menjelaskan sesuatu yang sukses membuat wanita di sampingnya penasaran setengah mati. Menyuap wartawan dan paparazi untuk menutupi kasus perselingkuhan itu? Bukan masalah besar, itu untuk nama baiknya agar tidak tercoreng. Apa lagi perusahaan tengah dalam masa naik daun tahun ini.
Tidak mungkin jika Faldo dengan bodohnya membiarkan rumor itu tersebar luas, itu berpengaruh dengan angka penjualan produk jualnya nanti. Kebangkrutan tidak dapat di hindari jika nama baik perusahaan sudah terlalu kotor. Falerin tahu itu, maka dari itu dia akan membiarkan semuanya terjadi sampai detik ini dengan hatinya yang perlahan di cuil sedikit demi sedikit.
"Kamu tahu sesuatu?" Akhirnya pertanyaan yang di nanti-nanti oleh Harka di katakan juga, dia nampak tersenyum manis di sana dengan bibirnya yang basah dengan alkohol.
"Maybe, Guess you're trying to figure out if what I said was right or wrong-" Ucapannya terhenti di sana, Harka melirik ke arah Falerin dengan senyuman yang sama.
"Setelah itu, temui aku jika ucapan ku terbukti benar. See you soon, gorgeous." Harka tersenyum dengan ramah dan kemudian dia pergi.
Itu sukses membuat Falerin penasaran dengan apa yang Harka katakan itu. Jika saja pria itu tahu semuanya, kenapa dia tidak mau memberi tahu? Apakah dia enggan? Atau dia takut jika karirnya akan hancur hanya karena membuka fakta tentang perselingkuhan suaminya itu?
Banyak rumor menyebar, tapi sukses di hentikan dengan cepat. Sepertinya itu juga ulah suaminya, Falerin tidak mempermasalahkan itu. Ia pikirkan sekarang adalah Harka. Dia pasti tahu sesuatu soal ini, atau yang selebihnya Falerin tidak pernah tahu.
Sesampainya di kediamannya sekarang, wanita itu langsung masuk ke dalam kamar. Hanya saja, tiba-tiba saja tangannya terasa seperti ada yang menariknya dengan keras, membuat badannya terbentur dinding dan, tebak siapa pelakunya? Tentu saja, tuan besar Faldo.
"Why?" Tanya wanita itu dengan sangat enteng, tentu saja. Dia bahkan tidak tahu di mana letak kesalahannya sekarang. Ini cukup aneh, jika saja Faldo tidak bersikap kasar sekali saja, apakah dia akan kram?
"What why? Kau harusnya tahu di mana letak kesalahan mu, bagaimana jika tiba-tiba ada wartawan yang memotret mu bersama Harka saat itu? Kau mau menjatuhkan ku?" Ucapnya, apa dia menanyakan sesuatu yang tidak penting sekarang?
Falerin tidak mengharapkan pertanyaan itu, sebagai seorang wanita sekaligus seorang istri untuk perannya sekarang. Dia hanya menunggu pertanyaan, kenapa kamu dekat dengannya? Hanya itu saja. Tapi untuk menaruh harapan kepada Faldo sepertinya ia terlalu membuat banyak angan-angan yang menjatuhkan diri sendiri.
"Jangan asal bicara, aku mempromosikan Harka ke produser film untuk membuatnya berkarir lebih jauh. Tapi apakah kau juga berkaca soal itu? Apa kau tidak malu bergandengan tangan dengan adik ipar mu begitu mesra di depan orang-orang? At least joke around before you judge someone, sir."
Dengan penuh tenaga, Falerin menepis tangan Faldo yang menahan pergelangan tangannya dengan kesar. Sikap pria itu terkadang membuatnya tidak bisa percaya dengan siapa pun, sampai di mana dia pergi ke kamar dan mengunci dari dalam.
Sedangkan Faldo yang masih di luar seketika terdiam kesal, pria itu terkadang terlalu banyak berbicara dan menuduh sembarangan. Dia selalu memikirkan karirnya sendiri, tidak memikirkan orang lain, atau bahkan sekedar perasaan manusia yang lain. Dia sama sekali tidak memikirkan hal itu, Faldo menggeram menahan amarahnya dan meninju dinding dengan keras.
Kenapa Falerin sangat sulit ia kuasai? Apakah dia memang terlalu keras kepala? Bahkan di saat semua wanita tunduk kepadanya, tidak dengan Falerin yang selalu ingin berada tidak mau kalah di atasnya.
Sedangkan di dalam kamar, perempuan itu menahan diri agar tidak emosi. Hanya saja, emosinya kalah dengan sakit hatinya. Sikap Faldo selalu sukses membuat perempuan itu menangis kesakitan. Sikap kasarnya seolah hanya kepada Falerin, padahal posisinya Falerin adalah istri sah pria itu sendiri. Tapi kenapa tidak ada satu pun sikap lembut yang seharusnya dia lakukan?
Ini terlalu kejam, walaupun di depan pria itu Falerin seolah berdiri di kaki sendiri. Tetapi, ia sebagai seorang istri juga mau di perhatikan. Tapi kenapa? Kenapa harus ada wanita lain di antara mereka yang bahkan lebih melangkah maju? Kenapa?
"Apakah aku saja masih kurang di matanya? Apakah aku kurang?" Tangisan memilukan, yang tidak akan pernah Faldo dengar. Di sana seorang istri menangis dengan begitu banyak kepedihan, kenapa harus ada kata berbagi di dunia ini?
...♡♡♡...
Harka meminum alkoholnya dengan tenang, diam-diam dia memikirkan seseorang yang seharusnya tidak ia pikirkan. Dia hanyalah seorang pria yang kesepian, mencintai seseorang dengan jangka waktu lama, tapi sepertinya sia-sia dan terkesan membuang banyak waktunya saja.
Tidak, Harka tidak membuang banyak waktu. Dia sudah berhasil berada di posisi seperti ini karena perjuangannya. Ia berusaha mengimbangi perempuan yang ia cintai, kenyataannya yang terlalu tinggi. Orang biasa seperti dirinya hanya mampu berjuang sampai setinggi mungkin, dengan berbagai keringat dan darah yang menetes. Tidak pernah ia perdulikan, setelah fakta yang ia ketahui. Yang membuat Harka semakin ingin memiliki perempuan itu.
"Bang? Lo jangan kebanyakan minum, kalau lo pulang bisa kena paparazi wartawan berkeliaran-"
"Gw gak perduli." Ucapnya dengan acuh tak acuh, pikirannya tengah buyar. Ia terus memikirkan perempuan itu di saat ia tengah berada di titik perjuangannya saat ini, tapi sepertinya ia tidak akan bisa melepaskan sosok yang terus berputar di dalam kepalanya.
"Bang, udah... Ayo gw anter pulang ke apartemen lo, besok lo ada janji sama orang kan? Ayo gw anter pulang-"
"Apa gw kelewatan? Dia pasti sedih karena omongan gw tadi, gw juga gak tau kenapa bisa gw ngomong kayak gitu. Gw kesel banget sama cowok gak bertanggung jawab itu, gw gak suka sama dia. Dia gak tau gimana susahnya gw perjuangin dia, dia gak bajak tau... " Harka ambruk di sana, kesadarannya hilang separuh. Pandangannya sudah tidak lagi jelas, kepalanya terasa sangat berat.
Tapi rasa berat di dadanya jauh lebih mendominasi. Apa lagi ketika saat ia kembali mengingat sesuatu, di mana ia mengingat ekspresi perempuan itu. Ekspresi sakit hati, penuh harap dan penuh dengan cinta yang bahkan tidak pernah ia dapatkan. Tidak, mungkin iya jika Harka cemburu.
Karena keadaan pria itu semakin memburuk, Galen membantu Harka berdiri dan menuntunnya ke kamar tamu. Tidak mungkin ia mengantar Harka dalam keadaan seperti ini, Bila-bila ada skandal besar nantinya. Apa lagi sekarang karir Harka tengah dalam masa naik daun, tentu saja akan ada banyak berita yang meliputnya.
Berpikir jernih, Galen akan memilih keputusan lain demi kebaikan kakaknya itu. Dia berusaha agar karir Harka tidak roboh dalam sekejap, karena ia tahu perjuangan Harka sampai ada di titik sekarang bukanlah hal yang mudah di capai. Mereka orang biasa, orang biasa berada di titik tinggi seperti ini perjuangan yang terlalu berat. Jadi tidak bisa mengambil keputusan secara sembarangan.
Galen membaringkan Harka di atas ranjang, ia susah payah membaringkan Harka. Karena badannya jelas kalah dengan Harka yang jauh lebih besar, Galen saja masih berusia 18 tahun dengan badan besar pria berusia 25 tahun itu. Jelas terlihat kalah, walaupun tinggi badan yang tidak jauh berbeda.
"Kapan gw bisa buat dia senyum sama usaha gw? Apa gw harus terus liat dia nangisin cowok brengsek itu terus?"
"Kak, udah jangan di pikirin. Lo tidur aja, lo butuh istirahat banyak... " Jujur saja, Galen terkadang merasa iba dengan Harka.
Kisah cinta kakaknya itu ternyata terlalu pedih untuk sekedar di buat cerita, apakah masih ada pria yang terlalu banyak berjuang seperti Harka? Menurunkan pikiran zaman batu orang-orang, beranggapan jika orang biasa tidak akan bisa mengimbangi keluarga konglomerat? Harka mungkin akan mematahkan semua kata-kata itu. Karena manusia itu hanya perlu banyak proses untuk hidup seperti apa yang di inginkan.
Galen beranjak dari sana, meninggalkan kakaknya itu untuk beristirahat. Walaupun terkadang Harka akan bersikap aneh sekaligus konyol di depan semua orang. Topengnya terlalu tebal untuk sekedar menyembunyikan kesedihan yang dia buat, apakah akan ada kebahagiaan untuk kakaknya itu? Terkadang ia tidak bisa melihat Harka seperti ini terus. Tapi, kehidupan memang begini bukan? Jika bukan bahagia, sedih, marah, dan menyedihkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!