NovelToon NovelToon

Tak Ingin Di Madu

Kembalinya sang pelakor

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ditemani rintik hujan, hingga kilat yang beberapa kali menyambar, seorang wanita cantik tenggelam dalam lamunannya yang cukup panjang. Ia berjalan di koridor rumah sakit dengan tatapan mata kosong, membayangkan bagaimana nasibnya ke depannya.

  "Selamat nona, Anda sedang mengandung, usia kandungan kurang lebih lima minggu. Tolong dijaga kesehatannya, agar janin anda sehat dan berkembang dengan normal." Ucap sang dokter seraya membantu Gladys untuk merubah posisinya menjadi duduk.

  "Hamil?!" Gladys kaget sekaligus senang, ia tak dapat mempercayainya setelah satu tahun ia menunggu kabar itu.

  "Mulai sekarang datanglah setiap bulan untuk pemeriksaan rutin. Oh iya, di mana suami anda?"

  Gladys tidak menjawab pertanyaan dokter itu dan segera pergi setelah mengucapkan terima kasih. Dan sekarang, perkataan sang dokter tadi terus berputar-putar di telinga Gladys saat ini.

  "Bagaimana nasib bayiku? Nathan... Nathan tidak mungkin menerima kami," pikir Gladys sambil berjalan ke lobby rumah sakit.

  Sejak awal Nathan memang mengatakan akan membuat dirinya, tenggelam di tengah neraka jika tetap nekat ingin menikahi dirinya.

  "Dengarkan aku baik-baik!! kita menikah karena dijodohkan, jadi jangan berharap terlalu banyak! Karena kau masih saja memaksa untuk melanjutkan semua ini, maka terimalah jika hidupmu akan aku buat seperti di dalam neraka!" Ucap Pria tampan itu seraya melepaskan cengkeramannya.

  Mereka sebenarnya masih ada hubungan saudara. Ayah Gladys dan ayahnya Nathan adalah saudara sepupu. Itulah mereka terikat dalam perjodohan antar keluarga.

  Gladys memang tertarik dengan Nathan sejak dulu, tapi wanita itu tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan mudah. Nathan juga bersikap dingin padanya. Bahkan walaupun mereka sering berhubungan badan, Nathan selalu menyuruhnya meminum pil KB.

  "Ku sarankan padamu, cepatlah pasang alat kontrasepsi atau minum pil saja setelah ini! aku tidak sudi jika harus memiliki anak dari wanita seperti dirimu yang manipulatif." Tuturnya dengan sarkas

  Seperti itulah satu tahun hubungan mereka, tak ada perkembangan yang berarti. Gladys tidak tahu apa yang membuat Nathan membencinya dan malam memilih Clara, adiknya. Padahal, Gladys tidak pernah merasa melakukan kesalahan pada pria itu

  "Bagaimana ini? Bagaimana Aku bisa merawatnya?" gumam Gladys dengan isak tangis yang tidak pernah reda sejak keluar dari rumah sakit, di mana dirinya memeriksa dirinya.

   Kini ia berjalan kembali ke tempatnya bekerja sebelum Nathan mencurigai kepergiannya yang terlalu lama.

  Tin tin

     Tak berselang lama terdengar suara klakson mobil tak jauh dari tempatnya berdiri. Gladys mengangkat kepala, dan tersenyum melihat mobil suaminya datang menjemput.

  Namun, ketika berpikir suaminya yang datang, ia malah melihat seorang pria keluar dari sana dengan membawa payung di tangannya. Itu bukan suaminya, melainkan Yuda, yang berprofesi sebagai asisten pribadi Nathaniel Collins suami dari Gladys Hadiatmaja.

   ''Tapi... mungkin saja Nathan ada di dalam," batin Gladys mencoba menyemangati diri sendiri.

  "Nona, kenapa tidak menghubungi saya setelah selesai?" tanya Yuda.

  "Oh, aku hanya ingin berjalan-jalan," Sontak Gladys menengok ke dalam mobil tapi ia tidak menemukan orang lain di sana. "Apa kau datang sendiri?" tanyanya sembari menoleh ke arah Yuda

  "Ya, nona, Mari saya bantu!" Yuda membantu Gladys untuk masuk ke mobil.

  Wanita itu nampak kecewa setelah mengecek mobil ternyata suaminya tak ada di sana.

  "Maaf, Nona. Tuan Nathan sedang meeting hingga saya sendirian saat ini." Ucapnya dengan berbohong.

  Setelah memastikan Nyonya mudanya sudah aman di dalam mobil, Yuda memutuskan untuk menawarkan mengantarkannya ke taman atau ke Mall. Ia tidak bisa mengantarkan nyonya muda ini langsung ke rumah, atau semuanya akan menjadi kacau.

  "Nona, apa anda ingin saya antar ke Mall atau taman terdekat? siapa tau anda butuh hiburan!" tawar Yuda

  "Tidak apa-apa, Yud. Aku ingin pulang saja. Aku khawatir Kak Nathan akan marah jika aku datang ke sana," Jawab Gladys memastikan jika tidak apa-apa dirinya ke sana.

  Yuda tersenyum kecut, Ia bingung harus berkata apa jika sebenarnya ia sudah berbohong pada Nyonya Gladys tentang kebenaran Tuannya selama ini. Ia merasa begitu berdosa karena mendukung kegiatan gila yang dilakukan Tuannya di belakang istrinya selama ini.

  Tak berselang lama, mobil yang di kendarai keduanya sudah sampai di depan depan kediaman Collins. Namun Tak sengaja Yuda melihat nona mudanya malah sibuk melamun hingga pada akhirnya ia berusaha untuk menyadarkannya.

  "Nona, kita sudah sampai, silahkan turun terlebih dahulu?" Ucap Yuda setelah membukakan pintu Gladys.

  "Terima kasih, Yud," Ucap gadis dengan senyum tidak pernah luntur dari bibirnya yang berwarna merah muda.

  Akhirnya Gladys keluar, ia berjalan ingin masuk masuk ke dalam Rumahnya terbuka pandangan matanya langsung membuatnya membeku.

Rumah yang tadinya sepi saat ia tinggal, kini begitu ramai dengan orang-orang yang nampak sibuk berlalu lalang menuju ke arah taman.

    "Masuklah Nona! semua orang sudah menunggu anda." Ucap Yuda seolah bisa membaca kebingungan Gladys saat ini.

    "Menungguku? untuk apa? Acara apa ini?" Gladys kembali menoleh ke arah Yuda dengan wajah bingung.

     "Apa anda benar-benar lupa? Hari ini Nona Clara kembali, Adik anda sudah kembali dari Amerika."

Deg

Bak Tersambar petir, Gladys terkejut sekaligus Bingung. ia bagai orang linglung yang tak bisa mengekspresikan perasaannya sendiri karena ia bingung harus senang atau sedih dengan kepulangan Clara ke Indonesia.

Adik yang selama ini memilih pergi karena patah hati melihatnya menikahi Nathaniel, yang nota bene adalah pria yang di cintainya yang tak lain adalah kakak sepupu mereka sendiri sekaligus tunangan Gladys.

Tanpa banyak bicara, Lalu Gladys memilih untuk berbalik sembari menatap sekeliling rumahnya dengan perasaan sendu.

Dari lantai dua kediaman Collins, ternyata Clara tengah menatapnya dengan tersenyum sinis. Kini ia harus kembali bermain peran menjadi wanita anggun demi bisa membuat keluarganya tak curiga jika dirinya masih menyimpan hati kepada kakak iparnya sendiri.

     "Sayang, sepetinya istri lugu mu itu cukup pintar dalam memperbaiki penampilannya. aku tidak menyangka jika kakakku itu bisa berpenampilan sedikit modis. Sepertinya ia benar-benar ingin menggapai cintamu!" Ucap Clara yang tengah asik menggoyang-goyangkan gelas Wine yang sejak tadi ia pegang.

  "Stop bicara omong kosong Clara, tidak usah membahas wanita itu lagi!" sentak Nathan, lalu ia mengambil gelas wine dari tangan Clara dan langsung membuang isinya ke dalam tong sampah yang ada di dekatnya.

  "Oh ya ampun, kau ini tidak asik." Sindir gadis itu seraya berjalan keluar menemui keluarganya yang sudah berkumpul.

Banyak sekali kolega bisnis dan keluarga yang sudah datang pada acara penyambutan kepulangan Clara malam ini dan hanya Gladys yang tidak mengetahuinya, atau lebih tepatnya lupa.

Nathan menatap datar kepergian Clara,hingga tubuh wanita itu menghilang dari balik tangga. Namun itu hanya sepersekian detik karena ia kini Beralih untuk melihat apa benar yang di katakan Clara, jika Gladys sudah mulai berubah. karena sejujurnya selama ini ia tak berniat sedikit pun untuk ingin tau tentang istrinya itu.

Kembalinya sang pelakor 2

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Sial, kenapa yang di katakan Clara benar." Gumam Nathan sembari tersenyum getir.

Ia tinggal bersama Gladys selama satu tahun ini tanpa cinta, ia hanya akan mendatangi Gladys jika ia butuh saja dan tidak memiliki waktu untuk mengamati penampilannya.

Dan malam ini, adalah kali pertama Nathan melihat dengan jelas jika banyak sekali perubahan pada diri Gladys.

"Ck, apa yang aku lakukan? kenapa aku malah terpesona padanya?"

****

Di sisi yang lainnya, kemunculan Clara menyita intensitas seluruh keluarga dan tamu undangan yang datang untuk menyambut kedatangannya.

Clara, yang notabene nya adalah seorang desainer papan atas begitu di dielu-elukan oleh pada kaum jetset.

Tak ayal kemunculan Clara di depan mereka membuat siapapun tak akan menyadari kehadiran Gladys di sana.

"Ramai sekali," gumam Gladys, sembari mencoba meringsek masuk ke dalam kediaman Collins.

Rumah yang satu tahun ini menjadi tempat tinggalnya setelah menikah dengan Nathaniel satu tahun yang lalu.

Gladys terpaku, Matanya menatap nanar ke arah Clara yang di kerumuni banyak orang, apalagi ada kedua orangtuanya juga yang berdiri di samping adik angkatnya itu.

"Clara, Akhirnya dia kembali! apakah dia masih membenciku?" Gumamnya tanpa sadar menitihkan air mata.

"Glad," Panggil Nyonya Naira yang berdiri tak jauh dari posisi Gladys saat ini.

Ibu mertuanya itu memang sejak tadi mencarinya karena tak kunjung pulang.

"Mom," Panggil Gladys, lalu berhambur memeluk ibu mertuanya.

"Kau dari mana saja sayang? kenapa baru pulang?" Tanya Nyonya Naira setelah mengurai pelukannya.

Wanita paruh baya itu menelisik tubuh menantunya dengan teliti karena merasa ada yang berbeda pada kondisinya.

"Ada apa Mom?" Tanya Gladys dengan kening yang mengerut.

Sejak tadi ia merasa kurang nyaman karena Nyonya Naira malah menatapnya dengan curiga. ia takut jika mertuanya itu mengetahui sesuatu tentang kehamilannya, mengingat keluarga Collins adalah keluarga dokter.

"Kenapa badanmu basah kuyup seperti ini?!" Jawab Nyonya Naira sembari merangkul bahu sang menantu.

Tak berselang lama, Tuan Aiden muncul dan memanggil istrinya untuk membawa Gladys bertemu Clara.

"Sayang, kenapa kau masih di sini?" Tanya Tuan Aiden sembari berjalan mendekat. agaknya tuan Aiden belum menyadari keadaan Gladys yang basah kuyup sehingga ia nampak biasa saja.

Barulah saat sudah berdiri di samping keduanya, Tuan Aiden nampak terkejut. "Glad, kenapa basah kuyup begini?"

Jelas Sekali Aura kekhawatiran dari kedua mertuanya, sehingga membuat Gladys begitu terharu.

"Aku baik-baik saja Dad, jangan khawatir!" Jawab Gladys sembari mengusap lengan tuan Aiden.

 "Sudahlah, Ajak menantu kita ganti baju dulu Mom, baru bawa dia ke taman untuk bertemu yang lainnya!" Ucap Tuan Aiden pada akhirnya.

Akhirnya Nyonya Naira menuntun Gladys untuk naik ke tangga, Namun baru saja beberapa langkah keduanya di kaget kan dengan kemunculan Nathan yang tengah berjalan menuruni anak tangga.

Gladys menatap nanar ke arah sang suami, dalam hatinya penuh tanya. Apakah pria itu sudah pulang sejak tadi?' Pikirnya melayang jauh.

 "Kau baru pulang?" Cicit Nathan, saat melihat Gladys berdiri tak jauh darinya dengan keadaan setengah basah meskipun tak melunturkan kecantikannya.

"Ya, dia baru pulang. bukannya seharusnya kau yang menjemputnya? kenapa malah Yuda yang melakukannya?" Sahut Nyonya Naira, yang nampak kesal dengan putra pertamanya itu karena selalu abai dengan kondisi istrinya sendiri.

Meskipun ia tau jika Nathan Nathaniel sudah lama seolah menjaga jarak dengan menantunya, hanya saja ia tak menduga jika Nathan akan setega itu pada Gladys.

"Tidak apa-apa Mom, Yuda atau siapapun tak masalah yang penting aku sudah sampai rumah kan?" Ucap Gladys seolah menutupi kesalahan Nathan untuk kesekian kalinya.

"Nah kan, Mom dengar sendiri kan? dia bilang jika siapapun yang menjemputnya tak ada bedanya, lalu kenapa di perbesar? Lebih baik kau ganti baju dan temui adikmu sana! kau harus meminta maaf padanya karena dosamu banyak padanya." Cibir Nathan sembari berjalan melewati Gladys dan Mommy-nya.

"Nathan!!!" Panggil Nyonya Naira namun tak di gubris oleh Nathan, yang malah melambaikan tangannya untuk pergi ke arah taman.

Sementara Gladys, Ia berusaha untuk terlihat tegar di depan sang mertua agar Mom Naira tak semakin curiga.

"Sudahkah Mom, Aku masuk dulu ya! Aku harus membersihkan diri terlebih dahulu sebelum menyusul kalian!"

"Baiklah, Cepatlah bersihkan dirimu dan segera turun untuk makan malam!" Jawab Nyonya Naira, Lalu melepas pegangannya dari bahu Gladys

Sehingga Menantunya itu bisa naik ke atas kamarnya untuk segera membersihkan diri.

Meskipun nampak tegar. Namun saat sendiri, Gladys adalah wanita yang rapuh. Di dalam kamar mandi Gladys menangis meratapi nasibnya yang tak pernah di cintai oleh suaminya sendiri.

Bahkan saat hamil pun, ia tak bisa mengatakannya kepada keluarganya sendiri akibat ancaman dari sang suami.

Kini Gladys menatap dirinya di dalam cermin, Bayangan masa lalu kembali teringat di otaknya.

Berulang kali Nathan menegaskan jika pernikahan mereka terjadi karena terpaksa, Dan ia sama sekali tak mau memiliki keturunan dari wanita seperti Gladys yang merupakan keturunan orang gila.

Hal itu sempat di ungkapkan oleh Nathan saat keduanya selesai memadu kasih.

"Minum ini! jangan sampai kau hamil." Cicit Nathan sembari melempar satu botol pil kontrasepsi ke arah Gladys.

"Tapi kak, Aku selalu mual meminumnya. apalagi Daddy Aiden bilang jika belum memiliki keturunan, sangat tidak di anjurkan jika kita meminum pil semacam ini, aku tidak......"

"Jangan banyak bicara!" Potong Nathan yang masih berdiri di samping ranjang, akhirnya kembali duduk dan menatap Gladys dengan nyalang.

Tubuh Gladys bergetar dengan wajah yang tertunduk, Tangannya berusaha untuk menarik selimut yang menutupi tubuhnya dengan rasa takut.

 Nathan langsung mencengkeram kuat dagu sang istri agar Mendongak ke marahnya.

"Auuu sakit kak." Ucap Gladys mengiba, Air matanya kurun seiring rasa sakit hati yang di torehkan Nathan semakin dalam.

"Dengarkan aku baik-baik! aku tak sudi memiliki anak dari wanita keturunan orang gila seperti dirimu! Meskipun kita masih saudara, aku tidak sudi genetik gila dari ibumu menurun ke anakku! jadi awas saja jika sampai kau hamil karena tak mengikuti ucapanku, jangan salahkan aku jika aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri!"

Nyonya Julia mommy kandung Gladys pernah mengalami depresi berat setelah kehilangan bayinya sesaat setelah melahirkan, oleh sebab itulah tuan Nando terpaksa mengangkat anak dari panti asuhan untuk membuat istrinya kembali seperti semula.

Brak

Tubuh Gladys luruh di bawah wastafel kamar mandinya. Tangisnya pecah dengan tangan yang bergetar saat mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya.

Sebuah kertas yang selalu mengingatkannya pada penyakit sang Mommy dan ancaman Nathan akan membunuh anaknya sendiri.

"Tidak, Mommy akan selalu melindungi mu, sayang! mommy tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu termasuk Daddy mu sendiri." Gumam Gladys sembari mengelus perutnya yang masih datar.

Sikap Asli Clara

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

 Tok tok tok

"Glad, kau di dalam?"

Gladys mendengar suara Nathan memanggil namanya sehingga membuatnya kelimpungan untuk menyembunyikan kertas yang ada di tangannya.

"Ya Tuhan, Bagaimana ini?" Gumamnya sembari menoleh ke sana kemari mencari tempat agar bisa menyembunyikan kertas pemeriksaan kehamilannya itu.

Namun lagi-lagi ia tak menemukan apapun yang bisa membantunya menyembunyikan kertas itu hingga ia melihat lemari kotak penyimpanan Handuk yang berada tak jauh darinya.

Buru-buru Gladys menggapainya untuk menyembunyikan kertas itu di bawah tumpukan Handuk karena Nathan terus memanggil namanya.

"Glad, kau....."

Ceklek

Pintu terbuka dan munculah Gladys dengan keadaan segar, Nathan menelisik tubuh Gladys dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Keningnya mengerut karena ia tak mendapati perubahan dari baju dan rambut sang istri kecuali wajahnya yang nampak basah dan dalam keadaan sembab.

"Kau, sudah mandi?" Tanyanya.

"Sudah!" Jawab Gladys dengan berbohong, Karena ia tak punya banyak waktu untuk membersihkan diri akibat terlalu lama meratapi nasibnya.

"Tapi, kenapa bajumu belum juga ganti?"

"Aku terburu-buru sehingga lupa untuk membawa baju ganti. Baiklah, aku ganti baju dulu!" Gladys buru-buru menghindar dari Nathan, agar pria itu tak kembali mencecarnya.

Lima belas menit kemudian, barulah Gladys keluar dengan make up natural dan penampilan sederhananya.

Nathan terpukau dengan kecantikan Gladys, hingga tak berkedip sedikit pun saat melihatnya.

"Kak, Jadi kita turun?" Cicit Gladys karena sejak tadi Nathan hanya diam menatapnya, tanpa berkedip hingga membuatnya tidak nyaman.

Ehem

Nathan berdehem keras sembari membuang muka ke arah lain demi menutupi kecanggungannya.

"kau sudah selesai? jika sudah, Ayo kita turun!" kilahnya sembari membuka lengannya untuk mengajak Gladys turun sembari bergandengan tangan turun.

Gladys menyambut tangan itu dengan merengkuh nyan hingga keduanya kini melangkah turun dengan bergandengan tangan seolah mereka adalah pasangan suami istri yang sesungguhnya.

Seperti itulah satu tahun pernikahan mereka yang penuh drama. Nampak sempurna di depan orang lain, padahal rapuh di dalamnya.

Kemunculan sepasang suami istri itu tak lepas dari perhatian para tamu undangan dan tentu saja Clara.

Wanita muda itu langsung berdiri dari duduknya saat melihat kemunculan Nathan, Namun senyum yang tadinya merekah kini berangsur surut saat melihat Tangan Gladys terselip di tangan Nathan dengan mesra.

Tangan Clara terkepal dengan senyum yang di paksakan menatap Gladys, yang tengah asik tersenyum kepada setiap tamu undangan yang menyapanya, seolah-olah senyuman itu adalah wujud cibiran padanya.

Sudah satu tahun kakak beradi itu tak saling tegur sapa, tepatnya sebelum wanita itu pergi meneruskan study nya di new York, karena patah hati dengan keputusan Nathan yang tetap menikahi kakaknya, meskipun sudah segala upaya ia lakukan untuk membatalkan perjodohan itu.

Mulai dari memonopoli Nathan, menghasutnya, bahkan membuat Gladys terkesan buruk di depan keluarganya, namun hal itu tak juga berhasil.

Pernikahan tetap terjadi sesuai permintaan tuan Collins, atas amanat mendiang oma Cintya.

Semua tamu yang tadinya berfokus pada Clara, kini berbalik menatap Gladys, sesaat setelah Tuan Nando memanggil nama putri pertamanya.

"Glad," Panggilannya sembari melangkah maju dengan tangan terulur menyambut kedatangan sang putri yang turun dari tangga bergandengan tangan dengan Nathan. .

Deg

Deg

Deg

Clara menahan nafasnya dalam-dalam saat melihat kakaknya itu berjalan menuju ke atas panggung bersama dengan Nathaniel.

Matanya pun tak lepas menatap penampilan Gladys yang sederhana namun begitu elegan hingga membuat banyak mata berdecak kagum melihatnya.

"Dia cantik sekali."

"Ya, Dengar-dengar dia berprofesi sebagai sekretaris tuan Nathaniel,"

"Benarkah?"

"Ya, aku sering melihatnya menemani tuan Nathan bekerja."

Banyak pasang mata yang hadir tak lepas memandang Gladys yang kini berdiri di samping Clara, Banyak pujian tamu yang begitu penasaran dengan putri pertama keluarga Hadiadmaja yang memang jarang sekali tersorot seperti putri kedua mereka yang seorang designer.

Clara menelisik seluruh tamu yang hadir di taman itu dengan seksama, tamu yang tadi begitu memujanya kini malah menatap bahkan memuji kecantikan Kakaknya. sama halnya seperti dulu, hal yang selalu membuatnya iri karena Gladys selalu satu langkah di depannya.

Tangannya kembali terkepal kuat, meskipun mereka saudara, tapi Clara merasa perlakuan kedua orangtuanya berbeda dan berfikir mungkin saja karena dia anak angkat sehingga Gladys yang selalu di utamakan.

"Akhirnya kau kembali, Ra. Mommy pasti sangat bahagia melihat putri kecilnya akhirnya pulang!"

Gladys menarik tangannya dari rengkuhan Nathan, lalu mencoba untuk memeluk Clara.

Meskipun sempat Khawatir, namun nyatanya Gladys tak bisa menutupi kebahagiaannya bisa bertemu adiknya kembali.

"Ya, hanya mommy saja yang senang dan yang lainnya tidak." Gumam Clara, dengan tersenyum kecut.

Gladys mengurai pelukannya lalu menatap pada Clara dengan kening yang mengerut. .

"Apa maksudmu?" Tanyanya.

"Ahh tidak, lupakan saja! aku hanya bercanda." Jawab Clara, lalu memaksakan senyumnya agar Gladys tidak curiga.

Apalagi semua orang tengah menatap mereka, sehingga Clara tidak ingin semua orang mengira jika ia belum juga berubah terutama keluarganya.

Melihat suasana yang sudah mulai kondusif, tuan Aiden akhirnya memutuskan untuk menarik perhatian para tamu undangan ke arahnya.

"Sebelumnya saya benar-benar mengucapkan terimakasih kepada seluruh keluarga, kolega dan sahabat yang sudah hadir dalam acara penyambutan keponakan saya malam ini. Namun, acara malam ini tak serta merta hanya untuk penyambutan kepulangan Clara saja karena saya dan sepupu saya Nando ingin mengumumkan pernikahan anak kami yang sebenarnya sudah satu tahun yang lalu terjadi."

Uhuk-Uhuk

Nathan tersedak ludahnya sendiri yang ingin ia telan setelah mendengar pengumuman Ayahnya.

Sementara Clara, Wanita itu hampir saja tidak bisa bernafas mendengar ucapan uncle Aiden yang tiba-tiba mengumumkan pernikahan Putranya.

Mendengar itu, banyak spekulasi dari orang-orang yang hadir. semuanya nampak bingung karena belum mengetahui siapa yang menikahi siapa.

"Kalian pasti bingung kenapa kami menyembunyikan pernikahan ini hanya saja kami tidak punya wewenang menjelaskan nya di hadapan kalian, tapi cukup dengan memanggil kedua putra putri kami yang merupakan sepasang suami istri untuk naik ke atas panggung!"

Tuan Aiden memanggil Nathan untuk mendekat. dan mau tidak mau Nathan menurutinya karena tidak mungkin ia membantah perintah ayahnya, itu artinya ia ingin membuat malu nama baik keluarga.

Saat Nathan sudah berada di dekatnya, Tuan Aiden langsung menarik tangan Gladys hingga semua orang yang ada di sana berdecak kagum.

"Wah ternyata mereka selama ini suami istri."

"Pantas sana tuan Nathaniel tak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita, nyatanya ia sudah memiliki istri dan istrinya adalah sekretarisnya sendiri."

Banyak orang yang memuji Nathan dan Gladys sebagai suami istri yang ideal dan itu membuat Clara benar-benar sakit hati, hingga memutuskan untuk turun dari atas panggung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!