NovelToon NovelToon

Karma Untuk Tiara

Episode 1 Saudara Rasa Musuh

"Kok bisa sih uang untuk bayar lesmu ilang Tiara?! Memangnya kamu simpan dimana?! Kamu bawa ke sekolahan ya?!" cecar Shopia begitu mendapat laporan dari salah satu anak kembarnya jika uang untuk bayar les yang baru tadi pagi dia berikan pada anaknya itu tiba-tiba hilang.

"Enggak tau maa..., uangnya Tiara simpan di kamar kok, tau-tau ilang begitu saja...," sahut Tiara dengan raut wajah sengaja dibuat sedih campur takut.

"Sudah dicari dengan teliti belum?!" lanjut wanita paruh baya itu dengan volume suara tetap tinggi.

"Sudah maa, tapi nggak ketemu...," mungkin karena terlalu menjiwai dalam beracting, kali ini sepasang mata Tiara sudah berubah agak memerah.

Dengan langkah kaki cepat sambil menahan emosi di dalam hatinya, Shopia menghampiri anaknya yang lain yang saat itu sedang memanaskan sayur lodeh dan menggoreng telur untuk lauk seisi rumah. Sementara itu, Tiara mengekor di belakang mamanya dengan tetap pasang ekspresi seperti sebelumnya.

"Kiara, kamu ngambil uang lesnya Tiara ya?!" tanya wanita paruh baya itu ketus begitu sudah di dekat anak kembarnya yang satu lagi.

"Enggak ma...," jawab Kiara apa adanya sembari menoleh pada mamanya.

"La terus yang ngambil uang lesku dari kamar siapa kak? Kan kakak yang pulang duluan dari sekolah," Tiara mulai melancarkan tuduhan palsunya.

"Aku tadi memang sempat masuk ke kamarmu sebentar Tiara, tapi hanya untuk ngambil buku yang kamu pinjam. Kalau masalah uang lesmu yang hilang, aku sama sekali tidak tahu menahu," terang Kiara sambil membalik telur yang ada di wajan.

"Ya ampun Kiara Kiara, kamu itu lo kok ya seneng banget buat masalah!! Kamu nggak kasihan ta sama mama yang capek-capek baru pulang kerja trus dapat laporan seperti itu!! Kamu kemanakan uang lesnya Tiara?!" perempuan berumur 43 tahun tersebut sudah terpancing dan ikutan menuduh Kiara.

"Sumpah demi Tuhan maa, aku nggak nyuri uang lesnya Tiara...," Kiara masih berusaha untuk membela diri dan meyakinkan mamanya, sekalipun ada keraguan apakah mama akan mempercayainya.

"Halah kaak kak, nggak usah pake sumpah-sumpahan demi Tuhan segala lah. Tuh buktinya, banyak anggota dewan yang disumpah di atas kitab suci saja masih bisa korup. Kalau bukan kakak yang ngambil trus siapa lagi? tuyul?," seperti biasa Tiara melontarkan dalilnya agar mama percaya pada omongannya.

"Andai saja di kamarku ada CCTV. Pasti bakal ketauan siapa malingnya," senjata pamungkasnya Tiara keluar.

"Sudah sudah, jangan ribut! Mama pusing tau dengar ocehan kalian! Mulai besok mama gak akan memberimu uang saku, Kiara! Sampai lunas 250 ribu!" tegas Shopia tanpa mengusut perkaranya terlebih dahulu. Untuk kesekian kalinya Kiara hanya bisa berdiam diri dan tidak sanggup membantah keputusan mamanya. Lagi-lagi dia menjadi korban kelicikan saudara kembarnya sendiri.

Tak berapa lama, Kiara pun menyajikan sayur lodeh dan telur goreng di meja makan, lalu duduk di salah satu kursi diikuti mama dan saudara kembarnya.

"La terus uang untuk bayar lesku besok gimana ma? Masa' bayar lesnya telat sih. Aku malu dong ma sama guru lesnya," lanjut Tiara setelah meletakkan pantatnya di kursi.

"Nanti mama akan beri kamu uang lagi. Sudah, jangan ada yang ngoceh lagi. Mama laper banget ini," sahut wanita paruh baya itu yang kemudian langsung mengambil nasi, sayur dan lauk untuk dirinya sendiri.

Malam itu, mereka bertiga makan bersama dalam diam. Sementara Tiara, bersorak penuh kemenangan di dalam hati karena setelah bermain drama yang disertai dengan jantung agak berdebar, akhirnya dia berhasil menipu mamanya dan memfitnah saudaranya. Rencananya nge mall di malam minggu dengan teman se geng nya nanti akhirnya akan terwujud. Yang tentu saja uang untuk nge mall nya hasil dari tipu-tipunya tadi.

Entah untuk yang keberapa kalinya mama memarahi Kiara setelah mendengar aduan dari Tiara yang saat ini juga hasil dari 'rekayasa'.

Awalnya Kiara pernah membantah keras tuduhan-tuduhan palsu saudara kembarnya dan memberi penjelasan pada mamanya, namun ternyata nihil, mamanya lebih percaya pada laporan Tiara. Kiara sampai tidak habis pikir kenapa mamanya seperti pilih kasih dan selalu membela Tiara.

Sebelumnya Kiara punya pemikiran jika mamanya bersikap seperti itu karena faktor kelelahan dengan pekerjaannya di kantor. Maklum, mamanya adalah single parent yang harus menghidupi kedua anaknya setelah papa meninggal karena sakit jantung beberapa tahun yang lalu. Namun hingga sekarang, mamanya masih terus saja membela saudara kembarnya, yang akhirnya membuat Kiara semakin yakin jika mamanya memang lebih condong pada Tiara.

Semenjak gadis kembar itu masih bayi hingga mereka berumur 12 tahun, mama membayar seorang pembantu untuk meringankan beban pekerjaannya. Setelah dirasa Kiara dan Tiara mampu mengurus diri sendiri dan mengerjakan tugas rumah, jasa pembantu pun dihentikan, karena mama juga perlu mulai menabung untuk biaya kuliah kedua putrinya.

Sebenarnya gadis kembar itu masih punya kakek dan nenek di luar kota, tapi karena dasarnya mama yang tidak ingin merepotkan, jadi Kiara dan Tiara harus bisa mengurus diri sendiri dan lingkungan rumah jika mama mereka sedang bekerja.

Kiara adalah tipe anak yang kalem, tenang, penyabar dan tidak suka membuat keributan. Jika terlibat konflik dengan anggota keluarga atau teman, dia lebih memilih untuk mengalah. Bukan berarti hal ini menunjukkan jika Kiara gadis yang lemah, tapi dia memang malas untuk bertengkar. Baginya bertengkar hanya akan membuat energinya terkuras.

Kiara tidak masalah jika mamanya tidak memberinya uang saku. Toh saat di sekolah, Kiara jarang sekali jajan di kantin, sekalipun ada jam olahraga. Baginya, yang penting membawa bekal sebotol minum air putih dari rumah saja sudah cukup. Lagipula jarak kelasnya ke kantin juga agak jauh, ditambah lagi harus ngantri, jam istirahatnya tentu tidak akan cukup.

Kiara adalah gadis yang rajin menabung. Uang saku yang diberikan oleh mamanya, sebagian besar dia masukkan celengan. Jadi tidak heran jika uang tabungan Kiara lumayan banyak, dan hal ini sudah diketahui oleh saudara kembarnya tapi Tiara sengaja pura-pura tidak tahu, dan yang membuat saudara kembarnya itu tega mencuranginya.

Berbeda dengan saudara kembarnya. Sekalipun sama-sama diberi uang saku 8 ribu oleh mama, Tiara adalah tipe anak yang boros, malah dia pernah protes pada mama jika uang sakunya itu kurang banyak. Belum lagi Tiara juga minta dileskan matematika. Ngakunya ke mama dia mengalami kesulitan di pelajaran matematika, padahal aslinya Tiara malas untuk belajar.

*

Seusai makam malam bersama dengan keluarganya, di dalam kamarnya, Kiara beberapa kali menghela nafas panjang sambil berdoa dalam hati agar dia terus diberi kekuatan dan kesabaran. Seketika pikirannya kembali melayang di masa lampau.

Kiara mulai menyadari jika ada hal yang tidak wajar pada saudara kembarnya sejak mereka berumur 7 tahunan. Kiara masih ingat betul saat pertama kali dia menjadi korban fitnahan Tiara.

Waktu itu, papa membelikan mereka berdua boneka barbie yang sama persis tapi dengan warna yang berbeda. Karena dasarnya Tiara yang sembrono, tak butuh waktu 2 jam, boneka barbie miliknya rusak. Tapi anehnya, saudara kembarnya itu memberitahu papa jika yang merusak boneka barbienya adalah Kiara. Papa yang sifatnya penyabar pun akhirnya membelikan boneka barbie baru lagi untuk Tiara.

Semenjak saat itu kebohongan Tiara semakin bertambah dan semakin licik, namun anehnya, sampai sekarang ini mama belum menyadarinya.

Jam dinding di kamar Kiara sudah menunjukkan pukul 10.12, gadis cantik itu telah selesai belajar dan mengerjakan semua PR nya. Tak butuh waktu lama, Kiara pun sudah tertidur dengan pulasnya karena memang kelelahan.

***

Episode 2 Kiara Mulai Menyerang

Pagi itu rutinitas di keluarga Shopia terasa lumayan kaku gegara peristiwa kemarin.

"Seperti yang mama bilang kemarin, mulai hari ini kamu gak dapat uang saku sampai uang lesnya Tiara yang hilang lunas, Kiara," ucap mama sembari mengunyah nasi goreng.

"Silahkan ma, sampai seterusnya mama gak kasih uang saku ke Kiara juga gak masalah," sahut Kiara pelan sambil mencedok nasi goreng dan mengambil lauk, lalu dengan segera gadis cantik itu pun membawa sarapannya ke dalam kamar. Sementara itu Tiara, tetap melanjutkan makan paginya di ruang makan dengan mama, tanpa merasa bersalah sama sekali.

Kiara menyuapkan nasi goreng dan lauk ke dalam mulutnya dengan menahan hati yang masih luka gegara dituduh mencuri. Diantara sekian kelicikan saudara kembarnya, baru kali ini Kiara dituduh mencuri uang, apalagi jumlahnya cukup besar.

Jam 06.15 Kiara sudah melangkahkan kakinya keluar rumah menuju ke sekolah. Jarak rumah dengan sekolahnya memang lumayan dekat, hanya butuh waktu 20 menitan dengan berjalan kaki. Sementara itu saudara kembarnya, selalu minta diantar ke sekolah naik sepeda motor mama. Sedangkan untuk pulangnya, Tiara biasa nebeng teman se geng nya.

Kiara merasa lebih senang berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki. Selain bisa berolahraga ringan, dia juga dapat melihat keadaan sekitar di sepanjang perjalanannya menuju ke sekolah.

*

"Kamu kenapa Ki, kok wajahmu mendung begitu? Ada masalah dengan orang rumah?" tanya Airin, teman sebangku Kiara setelah beberapa detik memperhatikan raut wajah temannya itu.

"Gak pa pa Rin, aku cuma kurang tidur saja kemarin malam...," jawab gadis cantik berambut lurus sepinggang tersebut dengan lesu.

"Apa iya kurang tidur? Tuh dari mukamu saja kelihatan jelas kalau kamu lagi sedih. Sudahlah jujur saja, jangan suka mendam masalah. Nanti kalau masalah yang dipendam semakin numpuk, kamu bisa sutris lo," cewek berkacamata itu memang kadang suka bercanda.

"Ada masalah sedikit dengan keluargaku, Rin... Tapi gak pa pa kok, nanti juga biasa lagi," terang Kiara gamang.

"Tuh kan beneran ada masalah. Punya masalah sama siapa? Si lebay?" tebakan Airin dibalas dengan anggukan kepala dari Kiara.

Di sekolah, Tiara memang mendapat beberapa julukan dari sebagian murid kelas X sampai kelas XII. Mulai dari julukan lebay, ganjen, kegatelan, norak, kampungan, sampai julukan l***e . Kiara sampai malu dibuatnya.

"Sekali-kali kamu geplak kepalanya si lebay itu ngapa sih Ki. Makin geregetan aku sama tu cewek aneh. Bisa-bisanya kamu punya saudara kembar kayak gitu. Bedanya jauh banget," rutuk gadis berkacamata tersebut blak-blakan.

"Aku mana berani Rin, nanti malah tambah runyam... Ujung-ujungnya aku lagi yang dimarahi mama," kata Kiara sendu.

"Tapi kalau dibiarin, si lebay itu malah tambah ngelunjak lo Ki. Sikap mamamu kok gitu juga sih. Menurutku pilih kasih banget deh," Airin yang pernah beberapa kali dicurhati Kiara tentang masalah keluarganya pun juga menyimpulkan jika mama punya sifat pilih kasih.

Mendengar celotehan teman sebangkunya, mulut Kiara kelu. Dia sudah tidak sanggup berkata apa-apa lagi.

*

"Gimana Ti, malam minggu nanti kamu jadi ikut nge mall nggak?" tanya Vivi setelah menyeruput es jeruknya.

"Jadi dong saaay," sahut Tiara dengan gaya bicara dibuat-buat. Beberapa murid yang duduk di dekat geng ganjen itu pun ada yang melirik sebentar sambil mencibir.

"Memangnya kamu diijinin sama mama dan saudara kembarmu yang resek itu, Ti?" sela Cindy sambil mengunyah bakso.

"Halaah, perkara itu mah gampang Cin. Aku kan punya ini," kata Tiara pongah sambil menempelkan telunjuknya pada kepalanya.

Vivi, Tiara, dan Cindy adalah 3 murid kelas XI yang membentuk sebuah geng sejak mereka kelas X, karena kebetulan mereka bertiga juga berasal dari SMP yang sama dan sefrekuensi (tukang bohong, ganjen, sok cantik, dan ...).

Entah apa yang ada di otak mereka hingga dengan pe de nya membentuk sebuah geng. Kalau geng nya memberi pengaruh positif untuk sekitarnya sih gak masalah, la ini, malah malu-maluin.

Vivi adalah anak tunggal dari pasangan orang tua yang bisa dibilang kaya karena papa mamanya punya usaha toko elektronik dan toko sembako. Gadis ini lebih cantik dan kulitnya lebih putih dari Tiara karena memang berdarah chinesse. Vivi lah yang pertama kali mempunyai ide untuk membentuk sebuah geng sekaligus dia juga lah yang menjadi ketuanya.

Sedangkan Cindy, dia adalah anak bungsu dari 2 bersaudara. Papanya punya bisnis bengkel mobil, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga.

"Trus kita nanti berangkatnya jam berapa nih?" Vivi meminta pertimbangan pada kedua anak buahnya.

"Gimana kalau jam 5 saja? Biar pulangnya gak kemaleman. Kalau pulangnya lebih dari jam 9 bisa-bisa mamaku ngomel-ngomel," usul Tiara yang kemudian disetujui oleh Vivi dan Cindy.

"Ya sudah, kalau gitu besok sabtu kita kumpul di depan sekolahan jam 5 ya, trus pesen go car, bayarnya patungan," ucap si ketua geng mantap.

"Siap boos," jawab Tiara dan Cindy serempak sambil keduanya mengangkat jempol.

*

Sabtu jam 4 sore...

"Kak, nitip nyuci baju dong. Aku mau kerja kelompok nih," ucap Tiara saat melihat saudara kembarnya sedang merendam baju kotor miliknya dan milik mama.

"Bilang saja mau ngelayap sama temen se geng mu, kok pake ngomong kerja kelompok segala!" sengak Kiara tanpa menoleh pada saudara kembarnya.

"Aku mau kerja kelompok beneran kaak... Tadi waktu di sekolah, Pak Budi ngasih tugas kelompok dan harus dikumpulkan besok senin," Tiara mulai melancarkan aksi bohongnya pake bawa-bawa nama Pak Budi guru fisikanya. Minta ijin ke mama pun juga pake alesan yang sama.

"Bodo amat! Emang aku pikirin! Kalau males nyuci baju mending gak usah pake baju. Pake saja daun atau plastik noh," lanjut Kiara dengan suara masih ketus.

"Kakak ngomongnya kok keterlaluan gitu sih. Aku aduin ke mama lo ya," Tiara malah mengancam saudara kembarnya.

"Heh Tiara, kabel di otak kamu itu ada yang putus ya, gak tau malu banget. Baru saja kemarin malam kamu memfitnah aku lagi, trus sekarang kamu nyuruh aku nyucikan bajumu gitu. Berobat sana Ti ke rumah sakit jiwa sebelum kebablasan gila beneran," ucapan Kiara kali ini terdengar lumayan menyakitkan karena terlalu seringnya dia difitnah oleh saudara kembarnya.

Brengsek! Awas kau ya Kiara! Tunggu saja pembalasanku!

Tiara yang tidak terima dengan omongan nylekit dari saudara kembarnya pun langsung ngeloyor pergi sambil mengumpat dalam hati menuju ke kamarnya.

Dengan hati dongkol Tiara mulai bersiap-siap, yang 30 menitan kemudian dia keluar dari kamar dengan penampilan modis dan bau parfum yang lumayan kuat.

***

Episode 3 Sophia Berang

Jam 05.11 sore, go car pesanan geng lebay baru saja meluncur dari depan sekolahan mereka menuju ke salah satu mall terkenal di kota itu.

Tiara yang tadi berangkat dari rumah dengan perasaan dongkol gegara mendapat omongan tidak enak dari saudara kembarnya, kini sudah berubah ceria dan berisik lagi setelah ketemu dengan teman se geng nya. Selama perjalanan ke mall, cewek itu sengaja tidak menyinggung kejadian di rumah tadi.

Dengan membawa uang 250 ribu dari rumah, yang seharusnya untuk bayar les matematikanya, cewek ganjen tersebut membeli beberapa asesoris termasuk jajanan dan minuman. Diantara barang yang dia beli, yang paling banyak adalah jajanan.

Sambil shoping dan jalan-jalan di mall, tentu saja mereka beberapa kali tebar pesona jika kebetulan di dekat mereka ada cowok ganteng. Itulah salah satu kebiasaan geng lebay yang juga mereka lakukan di sekolah.

*

Jam 07.28 malam...

"Tiara belum pulang kak?" Shopia yang baru saja pulang kerja mampir dulu ke dapur dan bertanya pada Kiara yang saat itu sedang menggoreng tahu tempe dan menghangatkan sayur sop.

"Belum ma, paling-paling masih betah di mall...," sahut gadis cantik itu dengan nada bicara seperti biasanya.

"Kamu kalau ngomong jangan sembarangan lo kak, mama lagi capek ini," ucap wanita paruh baya tersebut dengan volume suara agak tinggi dari sebelumnya.

"Kiara nggak ngomong sembarangan ma... Coba mama lihat ini," Kiara menyerahkan HP nya pada mamanya tepat di WA Dewi, teman sekelasnya, yang kebetulan malam ini juga diajak mamanya belanja kebutuhan sehari-hari di mall yang sama dengan geng lebay.

Mata Shopia agak melebar dan wajahnya menegang setelah membaca pesan serta melihat beberapa foto yang di share oleh Dewi kepada Kiara.

"Apa maksudnya geng lebay ini?" wanita paruh baya itu penasaran karena di WA Dewi ada kata 'geng lebay'.

"Ma, di sekolahan, Tiara itu membentuk sebuah geng dengan Vivi dan Cindy. Anak-anak banyak yang menjuluki mereka dengan nama 'geng lebay' karena memang kecentilan. Kalau tidak percaya, mama bisa tanya pada guru-guru atau para murid. Bahkan mereka juga pernah ditegur oleh guru BK lo ma, gegara melabrak dan memaki-maki murid lain...," terang Kiara tanpa menutup-nutupi lagi, mumpung dia punya bukti kebohongan saudara kembarnya yang diberikan oleh Dewi tadi.

Mendengar penuturan seperti itu dari salah satu anak gadisnya, hati Shopia tambah emosi. Tak berapa lama, wanita paruh baya tersebut melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya, mengganti baju lalu pergi mandi.

"Sejak kapan Tiara membentuk geng?" tanya Shopia pada Kiara setelah menyelesaikan makan malamnya.

"Sejak kelas X ma... Vivi dan Cindy kan bekas temen SMP nya Tiara," terang gadis cantik itu sambil mencuci perkakas bekas makan di wastafel.

"La terus selama di sekolahan Tiara pernah buat masalah apa saja?" lanjut wanita paruh baya tersebut.

"Seingat Kiara ya melabrak dan memaki-maki murid lain ma. Biasa, masalah cowok," jawab Kiara apa adanya.

"Jadi beneran bukan kamu yang ngambil uang lesnya Tiara?" sekali lagi perempuan berumur 43 tahun itu mengungkit masalah yang kemarin.

"Uang celenganku saja ada 1 juta lebih ma, lalu untuk apa aku nyuri uang lesnya Tiara? Kiara itu kalau di sekolahan males jajan ke kantin ma, soalnya jaraknya agak jauh dan ngantrinya lumayan lama. Yang penting, dari rumah, Kiara sudah bawa bekal air minum," jelas gadis cantik itu jujur.

Shopia menarik nafas panjang, muncul rasa penyesalan dalam hatinya karena sudah salah tuduh.

Jam 08.40 Tiara sudah sampai di rumah dengan disambut ekspresi marah mamanya di ruang tamu. Melihat sikap mamanya, gadis cantik itu mulai panik.

"Duduk!" perintah perempuan berumur 43 tahun itu yang langsung dituruti oleh Tiara.

"Kamu dari mana?!" lanjut Shopia dengan sorot mata melotot ke arah anaknya.

"Kan tadi Tiara minta ijin kerja kelompok maa...," jawab gadis cantik tersebut dengan nada bicara dibuat kalem.

"Kerja kelompok atau ke mall?!" suara wanita paruh baya itu berubah membentak.

"Kenapa diam?! Jawab?!" lanjut Shopia dengan volume suara lebih tinggi dari sebelumnya.

Suasana menjadi hening untuk sesaat karena Tiara takut berkata jujur. Kepala gadis itu terus menunduk, tidak sanggup menatap mamanya.

"Ternyata selama ini kamu pintar berbohong ya! Mau jadi apa kamu?! Kamu nggak kasihan dengan mama yang kerja keras untuk menghidupi dan menyekolahkan kamu?!" emosi mama tumpah malam itu.

"Kamu kemanakan uang lesmu?! Untuk nge mall dengan teman geng mu kan?! Makan setiap hari saja masih minta sama orang tua pakai gaya-gaya an mbentuk geng segala! Memang manfaatnya apa coba! Awas ya kalau kamu macem-macem lagi!" imbuh wanita paruh baya tersebut.

"Besok minggu, tugas membersihkan rumah kamu sendiri yang mengerjakan! Selama 3 bulan ke depan mama tidak akan memberi kamu uang saku dan kamu nggak usah les matematika lagi! Belajarlah mandiri seperti kakakmu!" keputusan perempuan berumur 43 tahun itu sudah bulat.

Dimarahi mama sedemikian rupa, Tiara yang biasanya pintar drama, pintar memutar balikkan fakta, pintar memfitnah, dll, malam ini jadi mati kutu. Tak terasa air matanya mulai mengalir. Dia menangis terisak-isak.

Setelah berkata panjang lebar dengan hati emosi, Shopia langsung pergi ke kamarnya. Sementara itu, dengan kepala masih tertunduk dan menangis, Tiara juga melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya lalu merebahkan badannya di atas kasur kemudian curhat pada Vivi dan Cindy di grup WA geng mereka. Sejak geng mereka dibentuk, mereka membuat grup WA sekalipun anggotanya hanya 3 orang saja.

Di dalam kamar, Kiara yang mendengar semua perkataan amarah mamanya hanya bisa menghela nafas. Dia berharap dengan kejadian malam ini saudara kembarnya bisa berubah menjadi lebih baik.

*

Jika biasanya di hari Minggu atau hari libur lain bangun jam 8 nan, setelah dimarahi dan diulti oleh mama, hari ini Tiara bangun jam setengah 6. Sesudah merapikan rambut, cuci muka dan menggosok gigi, gadis itu langsung mencuci baju kotornya dan dilanjut bersih-bersih rumah.

Sementara itu, sedari jam 5 tadi, Kiara sudah sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan seisi rumah. Hari ini dia akan memasak sayur asem dan bakwan jagung.

Sedangkan Shopia, karena saking lelah badannya, jam segini masih tertidur dengan pulasnya tanpa terganggu dengan suara kedua anak gadisnya yang sedang melakukan aktivitas.

Sambil membersihkan rumah, pikiran Tiara mengembara, berusaha menebak kira-kira siapa yang memberitahu mamanya jika kemarin malam dia nge mall dan tidak belajar kelompok. Untuk masalah uang les matematikanya dan geng nya, Tiara yakin jika saudara kembarnya ada andil di dalamnya.

Karena habis dimarahi oleh mamanya, gadis cantik itu tidak berani macam-macam untuk sementara waktu. Tapi jika nanti ada kesempatan yang tepat, Tiara sudah punya rencana untuk memberi pelajaran pada Kiara.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!