NovelToon NovelToon

ASSALAMU A'LAIKUM USTADZ

01. Di Sangka Tukang Ojek

Siang itu hawa panas menyengat bagai membakar di kulit. Lalu lalang kendaraan bermotor menghiasi ramainya sebuah kota. Ada sebuah kendaraan beroda dua terparkir didepan pangkalan dan seorang pemuda berpakaian serba hitam terlihat sedang lelah, ia duduk di Pos Ojek yang sepi namun dia bukanlah Tukang Ojek yang biasa mangkal disitu. Dia hanyalah orang yang kebetulan punya janji bertemu dengan orang yang telah dikenalnya ditempat itu. Sambil menghilangkan rasa lelahnya setelah hampir setengah harian dia melakukan perjalanan dari Kota Serang menuju Kota Tangerang dengan menaiki sepeda motornya tanpa henti.

Pemuda berpakaian serba hitam itu mengelap keringatnya yang jatuh membasahi diwajah tampannya dengan menggunakan sapu tangan warna biru yang ia tarik dari saku celananya, ia lalu mengambil sebotol air mineral dari kantong kresek hitam yang menggantung di cantolan motornya, lalu ia memutar tutup botol itu. Kemudian terlihat dari mulutnya seperti orang yang sedang komat-kamit membaca beberapa kalimat, ia meneguknya dengan sangat santai tanpa terlihat terburu-buru hingga sampai 3x dan sampai rasa dahaganya hilang terobati. "Alhamdulillah" Ucap suara dari mulutnya yang menunjukkan rasa syukur kepada tuhan-Nya. Pemuda itu bernama Adin Ahmad yang sedang menunggu seseorang, seorang sahabat yang berjanji bertemu dengannya di tempat ini dan memang karena sahabatnya adalah salah satu Tukang Ojek yang biasa mangkal dilokasi ini. Lokasi yang menurutnya cukup enak untuk dijadikan tempat pertemuan, disamping itu lokasinya cukup terawat dan terjaga sehingga akan terasa nyaman bila duduk-duduk ditempat ini. Hawa sejuk dan angin segar pun masih bisa dirasakan dari tempat ini. Karena ada banyaknya pohon-pohonan yang daunnya rindang bagai payung-payung tuhan yang mampu melindungi dari teriknya sengatan sinar matahari dan di sekitaran tempat ini banyak pula orang-orang yang berjualan di sana-sini, dari mulai menjual makanan, minuman, aneka jus, kerajinan tangan, aksesoris, makanan ringan dan bahkan makanan receh juga ada, namun rasanya bukanlah recehan. Dari saku dalam jaketnya, pemuda itu mengeluarkan Smartphonenya lalu menekan tombol hingga menyala layar handphonenya, di tengah-tengah asyiknya ia men scroll layar smartphonenya itu. Tiba-tiba terdengar suara derap langkah kaki yang nampak tergesa-gesa sedang menghampirinya dan seraut wajah cantik yang terlihat gelisah menyapa pemuda itu. "Bang...!" Serunya. Dengan menolehkan kepalanya pemuda itu melihat orang yang baru saja memanggilnya. "Iya, ada apa mbak?" Masih menyelidik apa maksud dari gadis cantik ini memanggilnya. "Bang tolong anterin aku ke kampus UPH (Universitas Pelita Harapan) di Jalan MH Thamrin Boulevard, bisa kan?" Desaknya. "Tolong yaah, bang! Plis.. deh!? Berapa pun ongkosnya akan kubayar deh yang penting anterin sampai tujuan? Plis... Plis... Pliss deh bang!!" Suara desakan dan rengekan memohon dari gadis itu membuat sang Pemuda mau tak mau merasa kasihan sekali ingin menolak tapi tak kuasa, hatinya berkata. "Menolong orang yang sedang membutuhkan adalah pahala!" Begitulah gumaman di dalam hatinya. "Baiklah!" Jawab pemuda itu. "Mohon tunjukan jalannya?" Lanjutnya lagi. Gadis cantik itu mengerutkan keningnya. "Hemmm...???" Didalam hati gadis itu bertanya-tanya. "Tukang Ojek ko nggak tau Kampus UPH yah? Tapi dia tak mau ambil pusing lagi karena waktu sedang mendesaknya, ia harus buru-buru sampai di tempat kuliahnya kalau tidak? Dia akan terlambat dan terkena teguran dari dosennya, sedangkan dosennya itu amat terkenal akan kegalakannya. Bahkan satu kampus pun semuanya tahu itu. Sementara itu sang pemuda yang mengiyakan bisa mengantarkannya, ia menjulurkan tangannya memberikan helm pada gadis cantik itu lalu menyuruhnya untuk memakainya. Tanpa berkata-kata lagi gadis itu pun langsung mengambil dan memakai helmnya ia segera naik ke atas motor pemuda yang disangkanya Tukang Ojek itu. Dengan sigapnya sang pemuda langsung menyalakan mesin dan tancapkan gas dikarenakan gadis itu belum siap hingga tubuhnya terdorong maju dan dengan reflek tangannya memeluk pinggang pemuda itu agar tidak terjatuh dan secara otomatis keduanya saling menempel dan ada sensasi hangat yang menjalar ditubuhnya masing-masing hingga terasa sulit untuk dikatakan. "Awwwww, hati-hati bang!" Dengan wajah yang dibuat sedikit kesal dan raut wajah yang memerah merona menahan malunya gadis itu mencubit pinggang sang pemuda dengan kuatnya hingga terdengar suara kaget dari pemuda itu. "Awwwww, sakit tau mbak?!" gumamnya agak keras dan tubuhnya menggeliat-geliat hingga terjadi lagi gesekan antara punggung pemuda itu dan gadis cantik yang diboncengnya hingga membuat jantung keduanya berdesir kembali bagai ada sengatan arus listrik yang menjalari ditubuh keduanya dan raut wajah mereka pun tampak kemerahan karena menahan gejolak perasaan yang tiba-tiba hadir tanpa di undang. "Ma.. 'af!!" Seru keduanya berbarengan hingga nampak wajah kikuk dan malu antara keduanya dan mereka pun terdiam tidak ada satupun suara yang bisa keluar dari mulut keduanya. Mereka tenggelam dalam buai khayalannya masing-masing hingga tanpa terasa tempat yang di tuju sudah nampak di depan mata dan pemuda itu menghentikan laju kendaraannya tepat di luar gerbang kampus. Di gedung besar itu tertulis nama Universitas Pelita Harapan (UPH). "Sudah sampai silahkan turu Mbak!" Ucap Pemuda itu dengan sopan. "Terima kasih, Bang! Ini ongkos yang ku janjikan tadi!" Sambil menyodorkan tiga lembar kertas uang pecahan 100 ribuan sang gadis memberikannya kepada pemuda itu. "Tidak usah Mbak, terima kasih lagian aku... ! Jawabnya belum selesai sudah dipotong kata-katanya oleh sang gadis yang diantarkannya itu. "Udah terima saja rejeki jangan di tolak pamali tau!" Kata sang gadis yang menyela ucapannya pemuda itu dan berusaha menasihatinya sambil menarik tangan kanan pemuda itu, ia lalu menggenggamkan tiga lembar uang pecahan 100 ribuan ke tangan pemuda itu yang dengan enggan menerimanya. Pemuda itu mau menolak pemberiannya namun sang gadis memaksanya dengan alasan dia lagi ada sedikit rezeki jadi harus bagi-bagi supaya menjadi berkah katanya. Lalu kembali sang gadis menyodorkan Smartphonenya sambil berucap. "Bang minta nomor Hapenya boleh? Tolong disave 'in yah sekalian yah! Suatu saat aku butuh bantuan abang bisa kan aku minta tolong sama abang?!" Pinta gadis itu memohon dengan wajah yang memelas. "Hmmm!" sang pemuda agak canggung dibuatnya namun ia tak kuasa untuk menolak permintaannya lalu ia segera mengambil Smartphone gadis itu kemudian ia mengetikan nomornya dan menyimpan namanya dalam kontak lalu mengembalikannya lagi ke tangan sang gadis. "Terima Kasih!" Ucapnya sambil menyimpan kembali Smartphonenya di dalam tas. "Ya, sama-sama!" Balasnya. Setelah itu ia pamit dan undur diri dari hadapan sang gadis sambil mengucap kata salam. "Assalamualaikum?" "Wa'alaikum salam!" Jawab gadis itu masih terdiam didepan pintu gerbang kampus dan pikirannya melayang entah kemana, dia tersenyum-senyum sendiri membayangkan kejadian tadi yang masih terasa hangat di ingatannya dan tidak menyadari bahwa Pemuda itu sudah pergi jauh meninggalkannya sendirian. Hingga tiba-tiba ada tangan halus yang menepuk bahunya dari belakang yang membuat dirinya terkejut. "Wooii, di siang bolong kayak gini kok bisa-bisanya ada seorang gadis cantik lagi ngelamun sendirian? Mana didepan gerbang kampus lagi. Ehh, malah terlihat senyum-senyum sendiri awas nanti kesambet setan baru Nyahooo loh!?" Kata seorang wanita muda yang tak kalah cantiknya dan ia juga masih seumuran dengannya ia sengaja datang untuk menggoda wanita itu yang merupakan sahabat karibnya.

Dia sahabat terdekatnya Syifa namanya Nurmala Dewi Ayu Anggraini ia biasa di panggil dengan nama Mala. "Husssst, ngelantur kamu Mala! Siapa orang yang katanya lagi melamun itu, mana orannya?! " Kata gadis itu dengan menampilkan wajah yang dibuat-buat agar terlihat garang dan berusaha menepis tuduhan dari sahabatnya itu, ia tak mau mengakui kebenarannya karena dia sangat malu kalau ketahuan sama sahabatnya bahwa dia tengah memikirkan seseorang yang baru saja di kenalnya.

"Syifa Fauziyah anak kesayangannya abah! Kamu gak usah pura-pura yah didepanku? Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri apa yang sedang kau lakukan disini. Apalagi kalau bukan ngelamun namanya? Ada aku datang kamu tidak mengetahuinya kan? Dan tumben kenapa kau nggak membawa mobil, haah?" ledek Mala yang masih terus-terusan menggodanya. Yaa! Gadis muda yang sedang melamun itu bernama Syifa Fauziyah putri dari seorang pengusaha sukses dan seorang tokoh masyarakat yang terpandang bernama H. Syukri Mashuri. "Mobilku lagi di pinjam sama Abangku!" jawabnya dengan ketus. "Kan, Abang Fauzan kakakmu juga punya mobil kenapa dia harus pinjam mobilmu, non?" Sahut Mala. "Mobil Abangku masuk bengkel lagi diservis tau!" Sambungnya masih dengan wajah galaknya. "Terus, kamu di anterin kuliah kesini sama siapa Fah?" Desak mala lagi. "Sama Tukang Ojek!" Jawab Syifa masih dengan nada ketusnya. "Tukang Ojek...!? Tukang Ojek Apa Tukang Ojek.. ?? Cie ..Cie ..???" Canda Mala yang takan mudah percaya dengan pernyataan dari Syifa Fauziyah yang memang dia suka menggoda sahabatnya itu. "Au, ah! Mau percaya apa enggak itu urusanmu!" Jawab Syifa tambah ketus lagi. "Mala kamu seperti Agen Lapor Pak aja yang suka mengintrogasi orang?" jawab Syifa Fauziyah lagi dengan jengkelnya dan langsung meninggalkan sahabatnya itu di depan pintu gerbang. Kemudian ia berjalan dengan cepatnya agar tidak digodain sahabatnya lagi dan ia tak menghiraukan lagi gurauan dari sahabatnya itu. "Ehhh, kok jadi sewot sih Anak Abah ini?!" Timpal Mala sambil ia mengejar Syifa yang meninggalkannya sendirian didepan gerbang dan tidak mau memedulikannya lagi. Mala jadi tidak enak hati pada Syifa dan ia berusaha menyusulnya untuk meminta maaf atas candaannya yang kurang berkenan di hati Syifa.

02. Nasihat Dari Orang Yang Berilmu

Sementara itu Pemuda tadi yang mengantarkan seorang gadis ke kampus, kini balik lagi ketempat semula di pangkalan ojek, ia masih menunggu sahabatnya dengan setia karena ia mempunyai janji dengannya untuk bertemu di tempat ini dan akan membahas tentang kerja sama antara mereka berdua. Setelah menunggu dalam waktu yang cukup lama akhirnya datang juga orang yang di tunggu-tunggunya itu. Sahabatnya itu bernama Andika orang yang akan diajaknya bekerja sama dengannya. Kini dia merasa sangat bersalah karena telah membuat pemuda itu menunggunya cukup lama hingga hampir 2 jam lebih dan ia merasa tidak enak hati dan segera meminta maaf pada pemuda itu. "Ma'afkan saya bang! Udah membuat abang menunggu lama, saya benar-benar mohon maaf yah!" Kata andika seperti sangat menyesalinya karena sudah membuat sahabatnya itu menunggu untuk waktu cukup lama hingga sampai 2 jam. "Udah, santai aja kali lagian seperti sama siapa aja sih kamu ini? Kita kan sudah mengenal sejak lama dan kamu sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri dan aku tahu kamu orang yang jujur dan suka menepati janji kalau pun terlambat sedikit yah gak jadi masalah pasti kamu mempunyai alasannya kan? Udahlah nggak usah dipermasalahkan mari kita bahas tentang kerjasama kita!" Tutur Adin Ahmad panjang lebar. "Yaah, aku tahu tapi abang kan udah menungguku 2 jam loh dan aku masih merasa sangat bersalah sama abang! Bagaimana kalau aku traktir abang aja makan dan minum sepuasnya abang? Sebagai tanda permintaan maafku, hehehe?! Kata Andika cengar-cengir sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Hmmm, boleh juga usulanmu!" Sahut pemuda itu tanpa basa basi lagi karena dia tahu kalau Andika sudah mengatakan begitu, dia pasti tidak akan berhenti membujuknya sampai kapan pun kalau belum di iya kan olehnya. "Oke!! Ayo bang!" Andika bersemangat memimpin jalan di depan karena dia memang sangat hafal tentang seluk beluk kota ini. Makanan dan minuman apa saja yang enak yang biasanya di jual di kota ini dan lokasinya dimana saja yang enak buat di jadikan tempat berkumpul bareng dengan teman-teman, semuanya dia tahu karena memang dia asli penduduk pribumi disini di kota tangerang ini.

* * * * * * * * * * * * * * *

Hari pun berganti hari kini tanpa terasa sudah lima hari terlewati, dia Adin Ahmad berada di Kota Tangerang ini sementara itu ia tinggal di kontrakan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah sahabatnya agar lebih mudah untuk menghubunginya. Kadang ia akan mengunjungi rumah kakak perempuannya yang berada di Lingkungan Pesantren Nurul Iman. Kakak perempuannya bernama Qonita Mutiah istri dari Ustadz H Furqon. Beliau adalah seorang sosok wanita yang mulia yang sangat mencintai dan menyayangi keluarganya juga menjadi panutan bagi para wanita-wanita shalihah khususnya kaum ibu-ibu. Beliau selalu bersikap ramah dan lembut terhadap semua orang dan tutur katanya sopan santun serta akhlaknya yang terpuji mencerminkan sosok seorang muslimah sejati.

Di hadapan kakak perempuannya ini, dia masih selalu di anggapnya masih seperti anak kecil yang belum bisa apa-apa, harus diperhatikan segala sesuatunya dan masih butuh perhatian serta kasih sayang darinya meski sekarang dia telah beranjak dewasa namun sifat manjanya akan muncul kembali bila berada didekat kakak perempuannya ini. Setelah saling mengucapkan salam, kakak perempuanya segera bertanya pada nya. "Bagaimana kabarmu dek?" Dan iapun menjawabnya. "Alhamdulillah baik-baik saja kak, seperti apa yang kakak lihat sekarang ini!" Kakaknya merasa bersyukur karena adik kesayangannya dalam kondisi yang baik-baik saja. "Terus bagaimana kabar Abah di sana?" Dijawabnya kembali. "Alhamdulillah Abah juga baik-baik saja kak, oh ya kak Abah nitip salam untuk kakak dan sekeluarga disini dan ini ada sedikit oleh-oleh dariku!" Jawab Adin Ahmad sambil menunjukan barang bawaannya yang terbungkus dengan kardus lalu dia menyerahkannya pada kakaknya. "Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Syukur Alhamdulillah kalau Abah baik-baik saja!

Terus apa yang kamu bawa ini toh dek? kenapa kamu harus repot-repot bawa oleh-oleh segala buat kakak?! Dan Kapan kamu sampai di sini dan kenapa kamu nggak kasih tahu kakak kalau kamu mau main kesini?" Cecar kakaknya dengan suara yang halus sambil mengusap-usap rambut adiknya yang hitam lebat itu. "Adik kakak, sekarang sudah besar yaah?!" Puji kakaknya. "Sebenarnya sudah dua hari yang lalu kak! Sekarang aku tinggal di kontrakan lokasinya tidak terlalu jauh dari sini sekitar 30 menitan lah kalau menggunakan kendaraan sepeda motor. Hehehe maaf kak, emang sengaja Adin nggak menghubungi kakak dulu biar jadi suprise gitu loh hehehe... Lagian sekarang Adek kakak kan udah gede masa mau ngerepotin kakak terus sekali-kali boleh dong ngasih kejutan sama kakak hehehe!" Umi Titah tersenyum lucu menanggapi kenakalan adiknya yang katanya udah besar itu. "Ooh, sekarang udah ngerasa gede yah? Terus main surprise-surprise-an segala sama kakak, Ckckck. Terus Kenapa kamu nggak tinggal disini aja nemenin kakak juga bisa bantu-bantu Abangmu mengajar santri serta mengisi kajian-kajian biar ilmu yang kamu peroleh bisa bermanfaat dan berkembang, bukan hanya untuk dirimu saja yang akan dapat manfaatnya, orang lain pun akan mendapat manfaat juga, ilmu itu jangan disimpan terus loh dek gak bakalan berkembang!" Kakaknya mengomeli sambil menasihati adiknya dengan tulus. "Masih ingatkan kata-kata orang bijak yang mengatakan;

"AL I'LMU BILA A'MALIN KA SYAJARI BILA TSAMARIN" Ilmu yang tidak di amalkan bagaikan pohon yang tak berbuah! Perbanyak lah juga kamu bersilaturrahmi kepada para alim ulama agar kamu tahu betapa sedikitnya ilmu yang kamu miliki ini dibanding beliau-beliau yang sudah berpengalaman dalam mencari ilmu juga mintalah doanya supaya hidupmu tambah berkah!" Sambung kakaknya. "Baik kak, nasihat kakak akan aku simpan dalam hati! Kakak memanglah yang terbaik!" Kata Adin Ahmad memuji-muji kakanya sambil memeluknya erat-erat. "Ehm... ehm...! Kayaknya ada tamu dari jauh nih?" Tiba-tiba saja ada suara orang yang berdehem dan menegurnya membuat dia terkejut

Hingga ia melepaskan pelukannya dari kakaknya

karena ia tahu betul pemilik suara itu, dia adalah kakak iparnya. "Hehehe, Assalamualaikum bang!" Sambil cengengesan ia merasa malu sama kakak iparnya. "Wa'alaikum salam Warahmatullahi Wabarakatuh! Antum kenapa cengar-cengir, widih malu yah, lagian bini orang main peluk-peluk aja? Canda orang itu. "Oya Antum kapan datang, kok nggak ngabarin ke Abang?!" Dijawabnya pertanyaan itu. "Baru saja nyampe belum lama ini bang! Hehe maaf Ana nggak mau ngerepotin Abang! Abangkan orangnya super sibuk, hehehe." Sambil melototkan matanya orang itu tertawa mendengarkan gurauan dari adik iparnya itu. "Ngerepotin apanya maksud Antum? Oya, kebenaran sekali Abang mau minta tolong sama Antum boleh nggak, heeeh?!" Adin Ahmad mengerutkan keningnya. "Baru juga datang udah dimintai tolong segala dasar orang ini" Gerutu dalam hatinya tapi ia tak mengucapkannya. "Mau minta tolong apa bang? Sekiranya Ana bisa menolong Abang sebisa mungkin Ana pasti akan usahain!" Tantangnya. "Hari minggu besok Abang ada urusan yang tidak bisa di wakilkan juga tidak bisa di tunda. Abang mau minta tolong sama Antum untuk menggantikan Abang sementara mengisi pengajian mingguan ibu-ibu! Bagaimana apa Antum Sanggup?" Katanya. "Hmmm!" Jawab Adin seolah berat mau berkata Ya atau Tidak. "Kenapa hmmm?" Sahut kakak iparnya. "Ana masih muda dan kurang pantas kayaknya bang kalau harus menggantikan Abang untuk mengisi pengajian para ibu-ibu!" Adin Ahmad mengungkapkan alasannya. "Kenapa kurang pantas? Antum kan sarjana Pendidikan Agama Islam? Apanya yang masih kurang pantas? Antum harus bisa membiasakan diri menghadapi masyarakat luas, ilmu yang bermanfaat itu bukanlah ilmu yang banyak tapi ilmu yang di amalkan oleh si empunya ilmu masih ingat apa yang dikatakan oleh kakakmu barusan?!" Sergah kakak iparnya. "Iya bang, tapi?" Katanya ragu-ragu. " Ahh, Udah sekarang nggak pakai tapi tapian Antum intinya harus percaya diri! Abang yakin Antum mempunyai kemampuan untuk itu makanya Abang memintamu untuk menggantikan Abang sementara dan sebisa mungkin Antum harus tetap jaga ketenangan diri dalam kondisi apapun. Insya Allah semuanya pasti berjalan lancar, Antum adalah generasi muda masa kini! Oleh karenanya Antum harus bisa memberikan contoh yang baik pula, paham!?" Kakak iparnya tidak mau mendengarkan alasan itu, ia ingin mendidik dan membangun karakter adiknya agar terbiasa menghadapi banyak jama'ah dan tentunya itu juga akan baik baginya dikemudian hari. "Iya deh bang!" Seolah terpaksa Adin Ahmad mengiyakan permintaan dari kakak iparnya karena kalau menolaknya lagi pasti akan di ceramahi habis-habisan olehnya. "Gitu dong! Masa katanya udah jadi sarjana kok nggak berani ngadepin ibu-ibu, sarjana apa kalau begitu?!" Sindirnya.

Setelah saling bertukar sapa dan bercerita masing-masing hingga hampir sore Adin Ahmad mohon diri pamit kepada kakak dan kak iparnya. Walau pun terasa berat dan masih menyimpan kerinduan yang mendalam di hati masing-masing, ia berjanji akan sering-sering main kesini apabila ada waktu luang, toh kontrakannya itu juga tidak terlalu jauh dari kediaman kakaknya hanya membutuhkan waktu 30 menit saja bila menggunakan sepeda motornya. Dan selama lima hari itu pula dia sering bertemu dengan gadis yang bernama Syifa Fauziyah, orang yang pernah di antarnya ke kampus waktu itu, kadang mereka berdua bertemu di pangkalan ojek tempat mereka pertama kali bertemu lima hari yang lalu, kadang Syifa menghubunginya untuk di antar ke kampus, kadang pula gadis itu memintanya untuk membelikan dan mengantarkan makanan layaknya GO-JEK saja. Namun sebatas itu sajalah yang mereka lakukan tidak lebih juga tidak kurang.

03. Semua Mata Tertuju Padanya

Pagi itu seperti hari-hari biasanya, matahari baru saja menampakan dirinya, dengan taburan cahaya keemasan, menyapa jiwa-jiwa yang masih dikandung badan. Sinar hangatnya mampu memberikan secercah harapan bagi insan yang mendamba akan kasih sayang.

Setiap hari minggu pagi, di kawasan Pondok Pesantren Nurul Iman Kota Tangerang di adakan nya rutinitas pengajian mingguan. Khusus untuk ibu-ibu, dan calon - calon ibu juga, tentunya pasti ada. Bahkan nenek-nenek pun tak mau ketinggalan, ikut serta memeriahkan pengajian tersebut.

" Kenapa sih, khusus ibu-ibu? "

" Yaah, jawabannya cukup sederhana. Karena yang paling antusias dalam pengajian itu adalah ibu-ibu !"

Sedangkan untuk bapak-bapak, kalau di ajak ke pengajian pasti saja cari-cari alasan. Nggak sempat lah, lagi sibuk lah, lagi kurang enak badan lah, berbagai macam alasan di kemuka kan.

" Ayo siapa, yang suka begitu kalau di ajak ke pengajian. ???

Namun kali ini yang memberi materi pengajian bukan lah Ustadz H. Furqon seperti biasanya, selaku pendiri dan pengasuh Pon-Pes Nurul Iman. Beliau sedang ada urusan yang tidak bisa di wakilkan, sehingga tidak bisa memimpin pengajian, dan akhirnya beliau mau tidak mau harus mewakilkan pada saudaranya yang bernama Adin Ahmad untuk menggantikannya sementara dan kebetulan dia sedang berkunjung kerumahnya waktu itu, oleh karena itu Ustadz H. Furqon meminta kesediaan adiknya untuk mengisi acara pengajian, sekaligus untuk melatih dan membiasakan diri dan mengasah kemampuannya dalam menghadapi dan menyikapi berbagai problem - problem yang timbul di kalangan masyarakat umum. Adin Ahmad ini adalah adik ipar dari Ustadz H. Furqon. Sedang istrinya bernama Ustadzah Qonita Mutiah atau lebih sering di panggil Umi Tiah yang merupakan kakak perempuan dari Adin Ahmad.

Seperti biasanya sebelum acara pengajian di mulai, para jama'ah ibu-ibu melantunkan sholawat dan puji-pujian sambil menunggu teman-temannya yang lain yang belum datang. Kali ini yang memimpin sholawatan adalah Ibu Diana yang mempunyai suara merdu, sering di panggil dengan 'Mpok Dian' karena dia masih cukup muda dan cantik, usianya sekitar 26 tahun. Namun sungguh kasihan sekali nasib yang menimpanya, 2 tahun yang lalu dia terpaksa harus rela menyandang gelar yang paling di takuti oleh kaum wanita, dengan gelar 'JANDA MUDA' ia menjadi Janda karena suaminya pergi untuk selama- lamanya dan takan pernah bisa kembali lagi, karena sudah berbeda alam, ia merupakan sosok wanita yang tegar dan kuat menerima segala cobaan, menjalani lika-liku manis pahitnya kehidupan. Sekilas, eh . . . bukan ! Mungkin beberapa kilas, kalau kita dengarkan suaranya itu, mirip seperti vokalis Group Qasidah EzzurA Kak Makhi namanya yang suaranya Masya Allah halus, lembut dan merdu, EzzurA ini merupakan regenerasi dari Nasida Ria.

" Sobat semua pasti tahu kan ! Group Qasidah Nasida Ria?''

Sebuah Group Qasidah yang mulai eksis di tahun 1.975 hingga tahun 2.000 an. Bahkan sampai sekarang pun lagu - lagunya masih bisa sering kita dengarkan. Kalau kita puter lagu- lagu dari Nasida Ria, seolah-olah kita merasa dibawa kembali ke zaman dahulu, ingat masa - masa kecil dulu, ingat dengan permainannya, ingat dengan canda tawanya, ingat dengan lingkungannya yang tenang, televisi pun jarang, apalagi smartphone seperti sekarang ini, handphone pun belum ada, paling banter adanya telephone, itu juga jarang ada yang punya, kalau pun ada itu di Wartel yang cukup untuk merogoh kocek kita, dan ada juga telephone umum yang di sediakan oleh pemerintah, biasanya ada di tempat - tempat yang ramai di kunjungi orang, lokasinya di pinggiran jalan, untuk satu kecamatan paling ada 1 unit, yang mau memakainya pun juga harus ngantri dengan antrian yang cukup panjang, kayak orang yang lagi menunggu antrian pembagian sembako di kelurahan.

"Assalamu A'laikum ! "

"Wa'alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh, mari silahkan Pak Ustadz masuk ! " jawab jama'ah ibu-ibu pengajian mingguan Majelis Ta'lim Nurul Iman, dengan serentak menjawab salam dan mempersilahkan Bapak Ustadz H Furqon, untuk memasuki Majelis Ta'lim.

" Ehhh.... Sebentar ! Pak Ustadz kok suaranya beda, yaah ! terdengar masih sangat muda !? " selidik ibu-ibu jama'ah pengajian saling kasak kusuk, karena suaranya tidak begitu familier di telinga ibu-ibu dan lagi sosoknya belum terlihat semua, masih terhalang tembok.

" Terima Kasih ! " terdengar sahutan dari luar, sambil memasuki pintu masuk majelis, dan kini menampakan sosoknya yang masih sangat muda dan tampan.

Dengan kerendahan hati, serta diiringi senyuman yang ramah, Orang yang mengucapkan salam tadi, menangkupkan kedua tangannya di depan dada, sebagai sapaan salam, sambil melangkahkan kakinya memasuki majelis ta'lim itu, dan segera menuju tempat yang telah di sediakan di bagian depan.

" Deg !

" Deg !

" Haaaaaah !!!"

Berpuluh-puluh pasang mata, saling melotot, mulutnya ternganga lebar melihat sosok pemuda yang tampan rupawan. Yang kini memasuki ruangan majelis ta'lim. Sontak saja suasananya menjadi semakin riuh dan gaduh, yah maklum saja, namanya juga ibu-ibu, apalagi ibu-ibunya masih pada muda-muda, meskipun sudah punya suami masing-masing, tetap saja kalau melihat wajah baru nan tampan rupawan, semuanya jadi salah tingkah, apalagi ibu-ibu yang biasa ngumpul di Arisan, yang kerjaannya suka ngegosip, dan ngomongin orang, meskipun mereka rajin ikut pengajian tapi kadang - kadang omongannya sering keceplosan.

Ada yang bersorak sorai, ada yang bersiul, ada yang kasak kusuk, ada juga yang penasaran meminta jawaban dari teman-temanya, namun semuanya sama tidak bisa menemukan jawaban, ada yang sengaja batuk-batukan, ada yang berdehem, entah itu keselek atau memang tenggorokannya kering, ada yang bergumam, ada juga yang bertanya langsung tanpa ba bi bu lagi, hingga suasananya mirip seperti pasar saking ramainya, membuat sang Ustadz jadi terkesima dan salah tingkah, wajahnya memerah seperti tomat direbus, kecut menahan rasa malu, sang ustadz pun bingung di buatnya entah dia harus menangis atau tertawa diapun tak tahu, melihat reaksi ibu-ibu yang menurutnya terlalu narsis itu.

" Ehh,Siape elo tong, tuampan banget dah !?" celetuk ibu-ibu yang memakai baju merah, namanya 'Mpok Aidah' rupanya dia tidak bisa menahan diri lagi untuk segera bertanya dan mengetahui jawabannya, siapa kah gerangan sesungguhnya, orang yang dipercayakan oleh Ustadz H Furqon untuk menggantikannya.

Belum juga terjawab pertanyaan itu, ada lagi suara yang terlontar padanya.

" Ehh, elo tong, udah punya bini ape belon ?"

" Ade noh keponakan ibu, yang lagi nyari - nyari laki, mau ape ndak ibu jodohkan ame die?" celetuk ibu Halimah istrinya pak RT dari kampung sebelah dengan logat betawinya yang campur aduk.

Mendengarkan pertanyaan - pertanyaan itu Sang Ustadz Muda gelagapan dibuatnya. " Pertanyaannya kok gini amat, yaah ?! " gumam dalam hatinya, mau di jawab dia bingung, kalau tidak di jawab takutnya di anggap sombong.

Hening, . . . . Untuk sesaat suasana benar - benar terasa hening, semuanya diam menyimak dan memandangi pemuda itu, menantikan apa yang akan di katakan oleh pemuda tampan itu.

" Beliau adalah adikku, dari Kota Serang, Nama Ustadz Adin Ahmad ! Beliau hari ini kebetulan mempunyai waktu luang, sehingga Abah Ustadz menugaskannya untuk mengisi kajian pada pagi ini !" jawab Umi Tiah, yang baru saja memasuki ruangan itu, ketika melihat suasananya menjadi gaduh.

" Ohhhh !"

" Pantesan Guaanteng bener, ternyata adiknya Umi toh, hehehe '?! " jawab semua jama'ah ibu-ibu dengan penuh kekaguman, akhirnya mereka tahu siapa sosok pemuda didepannya itu.

Dan ada sepasang mata cantik, milik seorang gadis muda yang sedari tadi memandangnya tanpa berkedip, setelah mendengarkan penjelasan dari Umi Tiah kini matanya terbelalak semakin lebar, dia kaget mendengar identitas pemuda itu, detak jantungnya pun bedegup - degup dengan cepat, seperti ingin meloncat loncat, karena ia sangat mengenal suara dan rupa wajah itu, walaupun penampilannya sedikit berbeda dari biasanya, dan sekarang terlihat lebih tampan dan alim, dengan balutan kemeja putih, dengan bawahan sarung dan memakai peci hitam yang membuat disposisinya semakin terlihat gagah dan penuh wibawa, walaupun nampak sederhana, tapi memancarkan karisma yang agung, memberikan kesan yang alami dan menyejukan hati, bila ada orang yang memandangnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!