NovelToon NovelToon

Putri Yang Di Abaikan

Bab 1

Haiiii.... Kesayangan mamak, mamak datang lagi dengan karya baru, semoga kalian suka dengan karya baru mamak😁

Jangan lupa di like komen dan vote ya... 😍😍😍

Tapi... Mamak mohon klau mau kasih bintang jangan kasih bintang 1 2 atau 3 karena itu adalah rating yang buruk untuk karya mamak🥺🥺🥺

\*\*\*\*\*\*

"Jadi kalian sudah tau selama ini Alina merebut kekasih ku! sungguh kalian keluarga yang kejam!" pekik Sahira dengan nafas memburu.

Dia tidak menyangka orang tuanya sangat tega kepadanya, bisa bisanya orang tuanya mendukung sang adik merebut kekasihnya.

"SAHIRA.... Turunkan nada bicara mu! tidak sopan sekali kau bicara seperti itu kepada orang tuamu! " marah pak Bram, menatap tajam Sahira.

"Apa salah ku sama kalian, kenapa kalian sangat jahat kepada ku, aku sangsi klau aku adalah anak kalian" Sahira menatap kecewa dan luka kepada orang tuanya itu

"Ngomong apa kamu Sahira! tentu saja kamu ini anak kami." sela sang mama.

"Klau aku memang anak kalian, kenapa kalian biarkan Alina merebut kekasih ku, kenapa kalian selalu membedakan ku dengan Alina, apa apa selalu Alina, aku selalu di suruh mengalah kepada Alina, tanpa kalian perduli perasaanku." pekik Sahira.

"Sahira, wajar saja kau sebagai kakak harus mengalah dengan adik mu, karena kau lebih besar dari Alina, Dan satu lagi, hati tidak bisa di paksakan Sahira, Bima memilih adik mu, kenapa kau marah." ujar sang mama tanpa perasaan.

Deg...

Nyeri sekali hati Sahira mendengar penuturan sang mama, yang bicara tanpa beban.

Sahira menatap wajah Bima yang duduk tenang memegang mesra tangan Alina.

"Maaf Sahira, aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita karena aku memilih Alina, dari awal memang aku menyukai Alina." ujar Bima tanpa perasaan, ucapan Bima itu membuat hati Sahira bagai di tusuk sembilu.

"Klau kau menyukai Alina, kenapa kau mendekati ku dan kenapa kau menembak ku dan apa arti hubungan kita selama ini? " tanya Sahira, walau hatinya akan sakit mendengar jawaban dari Bima itu, tapi dia sangat penasaran atas jawaban Bima.

"Aku mendekatimu karena waktu itu Alina masih mempunyai kekasih, mau tidak mau aku mendekati mu dan satu lagi aku hanya ingin memanfaatkan kamu dalam pelajaran, karena kau pintar aku membutuhkan kau untuk mengerjakan tugas tugasku." enteng Bima.

"Dasar laki laki keparat, bajingan! " pekik Sahira ingin mencakar Bima, namun di halangi oleh abangnya.

Dug.....

"Apa apaan kau Sahira, tidak tau etika, pantas kau tidak di sukai sama orang, kelakuan kau seperti ini! " decih sang abang, Rega mendorong Sahira, saking kasarnya Rega mendorong tubuh Sahira, Sahira sampai terduduk di lantai.

"Sudahlah Sahira, tidak usah banyak drama, lupakan Bima, karena sebentar lagi adikmu dan Bima akan menikah, kau jangan sampai merusak acara bahagia mereka." seru pak Bram.

Sahira tak mampu lagi menjawab kata kata papanya itu, sungguh hatinya sangat sakit mendapat perlakuan tak adil dari keluarganya.

"Pergilah kekamar mu! jangan mengganggu acara di sini." usir sang abang.

Tanpa banyak kata, Sahira memilih pergi dari ruangan tamu itu, dan masuk ke kamarnya yang sangat jauh berbeda dengan kamar tidur Alina pastinya.

Kamar yang hanya berisi tempat tidur kecil yang sudah tidak empuk lagi dan lemari kecil untuk menyimpan bajunya yang tidak seberapa.

Sahira menangis di tanpa suara di dalam kamarnya, tak ada kata yang keluar dari mulutnya, hati gadis cantik itu sangat terluka, dari dulu dia selalu di beda bedakan dari sang adik, semua kasih orang di rumah ini hanya tertuju kepada Alina.

Orang mungkin berfikir Sahira sangat beruntung terlahir dari keluarga kaya raya, memiliki segalanya, namun pikiran itu sangat salah, Sahira selalu mengalah kepada sang adik, di kala abang dan adiknya menaiki mobil mewah, Sahira hanya di kasih sepeda motor, saat abang dan adiknya di limpahkan kasih sayang dan perhatian, dia di abaikan, bahkan hanya bisa menatap iri saat melihat keluarganya sedang bercanda gurau.

"Sakit." lirih Sahira menahan sesak di dadanya.

"Ma, pa. Aku takut nanti kakak akan mengacaukan pesta pernikahan ku." keluh manja Alina.

"Itu tidak akan terjadi, sayang. kamu tenang saja." sahut lembut sang mama.

"Kamu tenang saja, abang akan mengawasinya." ujar Bima.

"Kamu tenang saja, papa akan menikahkannya dengan laki-laki yang pernah menyelamatkan papa saat mau di rampok waktu itu." ujar pak Bram tanpa dosa.

"Memang papa tau dia tinggal dimana?" tanya Alina berbinar.

"Papa sering melihatnya mangkal di lampu merah perapatan sana." enteng sang papa.

"Klau begitu segeralah papa temui laki laki itu, aku takut kakak akan membuat onar di hari bersejarahku." ucap Alina tanpa dosa.

"Baiklah baiklah papa akan mencarinya, putri cantik papa tenang saja." Pak Bram mengiyakan permintaan Alina tanpa memikirkan perasaan Sahira.

Sementara di tempat yang berbeda, ada seorang laki laki yang berpenampilan urakan sedang duduk menyesap sebatang rokok di tangannya.

"Wooiii... Bro, kau tidak ikut balapan malam ini? " tanya teman pemuda itu.

"Malas gue." acuh Galang dan menyesap kopi hitam pesanannya.

"Tumben lu malas, biasanya gercep, apa uang lu masih banyak." kekeh teman Toni.

Galang hanya diam, malas menyahut ucapan temannya itu.

Galang adalah laki laki sebatang kara, dia hidup dimana pun dia mau, walau dia mempunyai rumah, tapi dia lebih suka menggelandang di jalanan, dia hanya akan pulang kerumahnya klau dia bosan di jalanan, sungguh aneh memang.

Tak banyak di antara teman temanya mengetahui kehidupan Galang, karena Galang merahasiakan itu, dia ingin mencari teman yang mau menerimanya apa adanya, bukan ada apanya.

"Lu masih mau mencari gadis itu, Lang? " tanya Toni.

"Hmm..." sahut Galang.

"Ck, padahal banyak cewek cantik yang mau sama lu, tapi lu malah menghabiskan banyak waktu demi yang tak pasti." cibir Toni.

"BERISIK." ketus Galang.

"ck, dasar beruang kutub keras kepala." cibir Toni.

Galang hanya diam, tidak mau menyahuti ucapan Toni itu.

Bersambung....

Jangan lupa like komen dan vote ya.... 😘😘😘

Bab 2

"Ada apa, tuan mengundang saya kerumah, tuan?" tanya Galang dengan tatapan dinginnya melihat ke arah pak Bram.

"Begini, waktu itu kamu telah menyelamatkan saya, sebagai hutang budi saya kepada kamu, saya ingin kamu menikah dengan putri saya." sahut pak Bram tanpa bertele tele.

Galang langsung mengerutkan dahinya, apakah pertolongan yang dia berikan kepada laki laki paruh baya itu sangat bearti sampai sampai dia mau menjodohkan anaknya dengan dia yang berpenampilan urakan, sungguh dermawan sekali hati keluarga ini, tanpa memandang kasta mencari menantu, pikir Galang.

"Apakah tuan tidak sedang bercanda, menjodohkan saya dengan anak tuan, saya ini hanya pengangguran." tolak Galang.

"Tidak, saya tidak sedang bercanda, saya berbicara serius, kamu cocok dengan putri saya." mantab pak Bram.

"Sebegitu bencinya papa kepada ku, dan ingin aku keluar dari rumah ini, makanya papa mencari kan aku jodoh secara acak, apa kalian takut aku akan membuat onar di pesta pernikahan putri kesayangan kalian itu, makanya kalian menikahkan aku dengan sembarang orang." sela Sahira dengan tatapan penuh luka.

Deg....

Galang menatap gadis cantik yang terlihat tidak baik baik saja, dan dia baru sadar laki laki yang duduk mesra dengan wanita yang agak mirip dengan wanita malang itu, adalah kekasih wanita itu, tapi kenapa laki laki itu sangat mesra dengan perempuan yang mungkin umurnya di bawah wanita malang itu.

"Kalian tenang saja, aku tidak akan pernah menganggu pernikahan mereka, karena aku tidak sudi merendahkan harga diri ku memperebutkan laki laki menjijikan itu, mereka pantas bersanding, barang bekas memang tempatnya di tong SAMPAH! " sarkas Sahira berapi api, tidak ada lagi rasa hormat kepada orang orang tuanya, kekecewaan Sahira sangat dalam kepada keluarganya, selama ini dia cukup bersabar dan terus mengalah, walau hatinya tak terima, namun saat ini dia hanya ingin melawan mereka semua.

Plak...

Wajah Sahira terpaling ke samping mendapatkan tamparan keras dari sang ayah, air matanya luruh membasahi pipi wanita cantik itu.

Tangan Galang terkepal kuat melihat gadis malang itu mendapat tamparan keras dari ayah gadis itu, darahnya mendidih melihat kesakitan wanita cantik itu, namun dia tidak punya kuasa untuk melindungi gadis malang itu.

"Jaga ucapan kamu gadis si*alan, adik mu adalah gadis baik baik! " marah sang ayah.

"Wanita baik baik tidak akan pernah merebut kekasih orang lain, terlebih yang dia rebut adalah kekasih kakaknya sendiri." sahut Sahira tiada takut takutnya.

Sementara Alina adik durjana itu, berpura pura ketakutan dan memeluk tangan Bima dengan erat, Sahira hanya menatap sinis kearah sepasang manusia tidak tau diri itu.

"CUKUP Sahira! jangan membuat papa semakin emosi, ikuti aja perintah papa!" geram pak Bram.

"Perintah apa! menikankan ku dengannya! baiklah aku akan menerimanya, tapi setelah aku menikah dengan dirinya, aku akan keluar dari rumah ini! " tegas Sahira.

Biarlah dia menikah dengan laki laki yang dia tidak tau asal usul laki laki itu, yang penting untuk sementara dia ingin lepas dari rumah bagai neraka ini, setelah keluar dari rumah ini, dia akan memikirkan tentang pernikahannya itu, mau di lanjut atau harus bercerai dengan laki laki itu, Sahira tidak perduli akan hal itu, yang dia mau hanya ingin pergi jauh dari orang orang bia*ab ini.

Sahira menatap penuh harap kearah Galang.

"Mau nikah kau menikah dengan ku? " tanya Sahira sungguh sungguh terkesan sangat memohon agar laki laki itu mau menerimanya.

Hati Galang terenyuh melihat manik mata penuh kesakitan itu, tanpa banyak fikir, Galang menganggukan kepalanya, menerima lamaran gadis malang itu.

"Bagaimana? laki laki itu mau menikah dengan ku, kapan kalian akan menikahkan ku." tanya Sahira menatap sang ayah dengan tatapan dinginnya.

"SAHIRA! jangan begini" pekik sang mama, kaget sungguh kaget mamanya itu melihat Sahira benar benar mau menikah dengan laki laki berandalan itu, dia memang ingin Sahira menikah, tapi bukan dengan laki laki yang seperti ini juga, suaminya kadang kadang pengen di tabok juga, memilihkan calon menantu seperti itu untuk putrinya, walau semarah apa pun mamanya itu, namun dia ingin sedikit terbaik juga untuk Sahira.

"APA! bukannya ini yang kalian mau, sekarang kenapa anda tidak terima." sinis Sahira.

"Haaa... Terserah kau lah, dasar anak pembangkang, apa susahnya sih kamu itu legowo, meng ikhlaskan Bima untuk adikmu, klau kamu tidak berulah, mungkin papa tidak menjodohkan kamu dengannya." kesal sang mama.

"Sudah lah ma, biarkan saja dia menikah dengan gembel itu, memang laki laki itu cocok denganya." seru sang abang, yang memang dari dulu tidak pernah menyanyanginya, namun sang abang sangat menyanyangi Alina sang adik.

Galang hanya memperhatikan pertengkaran Sahira dan keluarganya itu.

"Papa sudah menelpon pak RT, dia akan membawakan penghulu sekarang juga, jadi kita lansung menikahkan mereka." seru pak Bram.

Sahira hanya tersenyum miris mendengar ucapan sang ayah.

Sahira menatap miris pantulan dirinya di kaca, memakai baju tunik dan celana kulot tak lupa satu buah pasmina menutup kepalanya, hari ini dia akan menikah dengan laki laki entah dari mana asal usulnya, dan pernikahan itu jauh dengan pernikahan impiannya, memakai baju apa adanya, dan riasan apa adanya, bahkan orang tua dan saudaranya tak perduli, dia hanya berdandan seorang diri di kamar sederhana itu.

"Tidak apa apa Sahira, kamu kuat, jangan lemah, bukankah sudah biasa mendapatkan perlakuan tidak adil ini." gumam Sahira pada dirinya.

Dug...

Dug...

"Jangan lama lama, itu sudah ada penghulu menunggu mu di luar." suara sang abang menggema dengan keras dari balik pintu itu.

"Saya Terima nikah dan kawinnya Sahira Putri binti Bramantyo dengan mas kawin uang 150 ribu rupiah di bayar tunai! " begitulah kira kira author takut salah😁 Suara Galang menggema di ruangan rumah mewah itu dengan lantangnya, tidak ada keraguan sedikitpun tersirat dari suaranya.

"Bagaimana, saksi? " tanya penghulu.

"Sah..." sahut mereka beramai ramai.

Tes....

Air mata Sahira menetes di pipinya, akhirnya dia di nikahi oleh laki laki yang tidak dia kenal sama sekali.

Sahira berjalan mendekati sang suami tanpa di samping oleh ibu dan adiknya, miris bukan.

Galang menatap miris kearah istri yang baru saja dia ikat dengan janji sucinya kepada sang Pencipta, pakaian sang istri jauh dari kata pakaian orang yang mau ijab kabul, hanya memakai baju seadanya dan riasan seadanya, bahkan istrinya itu tidak di dampingi oleh keluarganya dia hanya berjalan dengan wajah sendunya, menghampiri Galang.

Sahira duduk di depan sang suami dan menci*m punggung tangan suaminya itu dengan penuh takzim.

Galang mengusap puncak kepala Sahira, Sahira di buat menegang karena usapan tangan suaminya itu, baru kali ini ada orang yang mengusap kepalanya dengan sangat lembut, bahkan papanya sekali pun tidak pernah melakukannya.

"Aku akan membawamu keluar dari sini, bertahanlah sebentar lagi." bisik Galang di kuping Sahira.

Sahira hanya mengangguk pasrah.

Bersambung....

Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘

Bab 3

"Mau kemana kalian! " bentak pak Bram melihat Sahira membawa tas berukuran sedang di pundaknya.

"Aku mau keluar dari rumah ini." acuh Sahira.

"Ngapain kamu keluar dari rumah ini, memang kalian mau tinggal dimana? mau jadi gelandangan apa." sinis pak Bram

Sahira hanya diam, dan tetap berjalan tanpa perduli dengan ocehan sang ayah, di ikuti oleh Galang dari belakang.

"Sahira! jangan keras kepala kamu! tinggal di rumah ini saja." kesal sang mama.

"Kenapa menahan ku keluar dari rumah ini? takut ya ngak ada pembantu gratis lagi, ngak ada yang bakal mengerjakan pekerjaan rumah ini." cibir Sahira.

Memang selama ini Sahira lah yang banyak mengerjakan pekerjaan rumah itu, termasuk memasak dan bersih bersih rumah.

"Ck, pede sekali kau ini, papa dan mama hanya menghawatirkan kamu, mau makan apa kamu di luar sana Hu... Mau hidup jadi gelandangan." cibir Rega.

"Terimakasih atas perhatiannya, sungguh membuat aku terharu, tapi aku lebih memilih menjadi gelandangan dari pada hidup berdampingan dengan orang orang yang tidak punya hati." sarkas Sahira

"SAHIRA... " pak Bram sudah mengangkat tangan dan tangan itu hampir melayang ke wajah Sahira, namun dengan sigap Galang lansung menangkis tangan pak Bima tersebut.

"Jangan pernah sekali kali melayangkan tangan anda kepada istri saya." ujar Galang dingin.

"Ck, apa apaan kau ini, terserah saya mau saya apakan anak itu, dia adalah anak saya, saya berhak melakukan apa saja kepadanya." sarkas pak Bram tak Terima Galang menghalangi perbuatannya.

"Saya yang lebih berhak! " pungkas Galang, Sahira lansung membeku mendapatkan pembelaan dari sang suami, baru kali ini dirinya di bela dengan tulus oleh seseorang.

"Haiii.... Anak muda, apa hak anda, anda cuma orang asing di rumah ini! " sinis pak Bram.

"Anda mulai pikun ya, tuan. Bukan kah baru beberapa jam yang lalu saya mengucapkan ijab kabul, dan sekarang anak anda itu adalah istri saya, jadi seluruh hidup anak anda adalah tanggung jawab saya." tekan Galang.

Deg....

Pak. Bram di buat syok mendengar penuturan Galang itu, dia pikir laki laki yang dia minta menikahi anaknya itu bodoh, atau mungkin tidak akan perduli dengan anaknya, ternyata dia salah sangka, anak muda itu berani melawannya demi melindungi Sahira.

"Kenapa diam? anda sudah ingat." sinis Galang.

Galang menatap sang istri dan mengukurkan tangannya kepada Sahira.

"Ayo." ajak Galang kepada Sahira.

Dengan senang hati dan tanpa keraguan Sahira menyambut uluran tangan dari laki laki yang berstatus suaminya itu.

"Apa kau mampu memberi tempat tinggal dan memberi makan anak saya!" pekik Sama mama.

"Hahaha.... Apa anda mengakui istri saya sebagai anak anda? " tanya sumbang Galang.

Hati Sahira menghangat mendengar Galang mengakui dirinya adalah istri Galang, namun tidak perduli dengan ucapan yang keluar dari mulut sang mama, yang menyebut dirinya adalah putri mamanya, karena perlakuan mereka, sudah melukai hati Sahira dengan sangat dalam, kata kata "Anak saya" di bibir orang tuanya itu sudah tidak ada artinya lagi bagi Sahira.

Hahaha.....

"Klau anda memang orang tua istri saya, anda tidak akan pernah tega melukai hati istri saya, anda tidak akan tega mengambil kebahagian anak anda ini, anda hanya mengakui anak anda hanya di bibir saja, tapi tidak di hati anda." sinis Galang.

"Jangan sok tau kamu! " marah Bu Hana menatap tajam kepada Galang.

"Ck, tidak usah berpura pura lagi, anda hanya takut tidak mempunyai babu gratisan lagi di rumah ini, bukan karena anda perduli dan sayang kepada istri saya." telak Galang.

Bu Hana bungkam tidak dapat lagi membela diri, setiap kata yang di ucapkan olehnya, selalu di balas oleh menantu urakannya itu.

"Kamu percaya sama saya kan? saya bisa memberi kamu makan, walau seadanya, dan kamu mau kan? saya membawa kamu tinggal walau belum pasti dimana kita akan tinggal, atau mungkin kita akan berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, tapi saya janji, saya akan selalu menjaga dan melindungi kamu dengan baik." ucap Galang sungguh sungguh kepada Sahira.

"Saya percaya kepada suami saya." sahut Sahira berkaca kaca.

Galang melukiskan senyum tipis di bibirnya.

"Terimakasih sudah percaya sama saya." ucap Galang mengelus sayang puncak kepala Sahira di depan seluruh keluarganya.

Ingin rasanya Sahira melompat masuk kedalam pelukan suaminya itu, sungguh hatinya sangat membuncah mendapatkan perhatian yang sangat dia inginkan selama ini, namun dia malu dan takut di bilang perempuan murahan.

"Ya sudah mari kita pergi." ujar Galang menggandeng hangat tangan Sahira.

"Selangkah kau keluar dari rumah ini, berati kau bukan anak saya lagi, saya haramkan kau menginjak rumah ini! " Teriak pak Bram dengan lantang.

Tetiba langkah Sahira terhenti, dan Galang lansung menatap istrinya itu.

Sahira membalas tatapan suaminya dengan senyum di bibirnya, namun tatapan matanya menyiratkan banyak luka di sana.

Pak Bram dan yang lainnya tersenyum puas, karena Sahira berhenti melangkah, bearti anak itu pasti takut tidak di anggap anak oleh mereka.

Sahira berbalik, dan tersenyum hampa. "Silahkan anda tidak mengakui saya anak kalian, toh selama ini kalian juga tidak pernah mengakui saya anak, anda hanya takut kehilangan babu gratisan di rumah ini, bukan karena perduli dengan saya, jadi saya tidak takut sama sekali tidak di akui anak dan di haramkan untuk menginjak rumah ini lagi, dengan senang hati saya keluar dari rumah ini." ucap Sahira dengan senyum di bibirnya, tapi tak di pungkuri hati sakit bagai di tusuk sembilu mendengar ucapan orang tuanya itu.

"Ayo mas, aku ngak mau berlama lama di rumah ini lagi." pinta Sahira kepada sang suami.

Galang mengangguk dan membawa Sahira keluar dari rumah itu tanpa keraguan sedikit pun.

Bersambung...

Haiii.... Jangan lupa like komen dan vite ya..., 😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!