Embun pagi hari ini menyelimuti bumi, membuat pagi ini terasa sangat dingin yang juga memberikan rasa damai dan refleksi yang mendalam. Suara alarm berdering beberapa kali tak membuat pemilik deringan alarm membuka matanya malah mempererat selimutnya agar tetap hangat.
Tak lama sebuah ketukan keras membuat tidurnya sedikit terusik dan beberapa kali teriakan seseorang memanggil namanya tanpa henti. Gadis itu perlahan membuka kedua mata. Ia menyipitkan matanya untuk menyesuai cahaya yang ingin menerobos masuk, tangannya meraba kasur untuk mencari ponselnya yang berdering.
“Audreyyyyyyy, bangunnnnnn ! Kerja woy, kerja !!”
“Masih jam li,---
“ASTAGA AUDREYYYYYY ! INI UDAH JAM TUJUH TIGA PULUH ! BUKA MATA LO DENGAN BENAR !” pekik seseorang yang teriakannya juga terdengar dari luar.
Audrey yang masih tak percaya langsung menatap jam diponselnya dengan mata yang masih menyipit karena saat mengangkat telepon dari sahabatnya, Audrey kembali memejamkan kedua matanya. Benar saja ! Jam sudah menunjukan jam tujuh tiga satu membuat Audrey memekik panik sementara sahabatnya menjauhkan ponselnya dari telinganya.
Sambungan telepon terputus, Audrey langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Untung saja kamar kosnya memiliki kamar mandi didalamnya membuat Audrey tak harus keluar kamar untuk pergi mandi.
Sementara itu, di kediaman Maverley seorang wanita paruh baya sedang mengetuk kamar putranya yang sedari pagi belum ada keluar kamar membuatnya sedikit khawatir ditambah lagi seorang wanita cantik di sebelahnya yang memanggil nama putranya dengan nada kepanikan.
“Aruna, sebaiknya kita tunggu Chandra di bawah saja. Sepertinya dia sedang berada di kamar mandi. Ayo !” ajaknya.
“Tapi tan,”
“Sudahlah, ayo !” ajaknya lagi seraya menarik tangan Aruna supaya tidak menganggu putranya yang entah sedang apa.
Aruna dengan lesu mengangguk, ia membiarkan Mami Cellia membawanya ke bawah walau sebenarnya dia tidak rela jika Chandra belum keluar kamar. Sementara itu, sosok pria yang dipanggil sedang menikmati cuaca dingin di balkon kamarnya ditemani segelas coklat hangat dan ipad yang berada dalam pegangannya.
“Tante, kapan pertunangan Aruna dengan Chandra dilaksanakan ? Aruna takut jika Chandra akan terpikat dengan wanita-wanita diluaran sana,”
Mami Cellia menghela nafas panjang. Dia menatap kekasih putranya dengan tatapan yang sulit diartikan. Setiap hari Aruna akan datang ke kediaman Marveley hanya untuk bertemu dengan Chandra, tetapi putranya terus menghindar dari wanita dihadapannya, entah karena apa. Setahu Mami Cellia keduanya adalah sepasang kekasih tetapi putranya tidak pernah mengenalkan Aruna kepada mereka.
“Sebenarnya kalian sepasang kekasih atau bukan, Run ? Kenapa tante merasa disini hanya kamu yang mengharapkan putra tante ?”.Pertanyaan Mami Cellia membuat Aruna gugup, namun berusaha untuk bersikap seperti biasa.
“ Tante, kalau Aruna bukan kekasih Chandra. Aruna tidak akan berada disini, apalagi sampai datang ke rumah ini,” jawabnya tenang.
“Kalau benar begitu, kenapa Chandra menghindar darimu, Runa ?”
“Kita ada masalah, tante dan---
“Masalahnya wanita yang dihadapan mami, bukan kekasihnya Chandra !” Pernyataan Chandra membuat kedua wanita beda usia itu menoleh.
Terlihat Chandra sudah siap dengan setelan jasnya, di sebelahnya ada asisten pribadinya.
“Chandra,”
“Mam, Chandra berangkat dulu. Jangan lupa usir wanita ini dari kediaman kita. Karena sampai kapanpun Chandra tidak menyukai wanita seperti dia !”
Perkataan menusuk keluar dari mulut Chandra membuat Aruna merasa sakit hati. Dia sudah dari lama menyukai Chandra tapi cintanya tak terbalaskan membuat Aruna mengubah penampilannya agar Chandra jatuh hati kepadanya.
***
Sedangkan ditempat lain, Audrey dan sahabatnya Tika sedang membersihkan toilet yang berada di lantai tiga. Bukan hal baru bagi keduanya, sudah sering sekali keduanya membersihkan toilet hanya karena telat semenit bahkan paling lama lima menit tetap saja dihukum.
Keduanya bekerja sebagai waiters di salah satu hotel dan penginapan perusahaan CM Group. Bekerja part time hanya untuk menunggu panggilan kerja di perusahaan CM Group, bagi keduanya tidak apa melamar menjadi staff kebersihan diperusahaan itu karena gajinya yang sangat besar untuk pekerjaan mereka.
“Dasar manager jaenam !! Telat semenit dihukum, telah lima menit dihukum ! Untung aja part time bukan full time. Bisa gila gue kerja di sini,” kata Tika sambil menggosok kloset yang terlihat kotor. Audrey hanya menggelengkan kepalanya, sudah biasa mendapatkan hukuman diluar BMKG seperti ini. Baginya apapun itu asal tidak ada pemotongan gajinya.
“Tika, Audrey, dipanggil bu Samantha. Di suruh keruangannya,sekarang !” seru seorang waiters yang menghampiri keduanya dengan wajah panik.
“His, kenapa lagi !” kata Tika kesal bahkan sikat kamar mandi di lemparkan begitu saja saking kesalnya.
“Ya nggak tahu, buruan dah ! Isu-isunya malam ini semua karyawan bakal lembur, “
Mendengar kata ‘lembur’ membuat Tika sedikit membuang rasa kesalnya, dia dengan cepat menarik tangan Audrey, sebelum itu dia merebut alat pembersih dari tangan Audrey lalu membuangnya kesembarang arah dan mengikuti rekan mereka untuk ke ruangan manager.
Sesampainya disana, ternyata sudah ramai dengan rekan kerja mereka yang berdiri dihadapan manager. Audrey dan Tika berdiri ditengah-tengah untuk mendengar penjelasan manager mereka.
“Sudah kumpul semua ? Part time, full time overtime ?” candanya di akhir kalimat. Namun candaan itu sangat garing ditelinga karyawan.
Bahkan menutupi rasa canggungnya, Samantha mengambil sikap serius. Dia mengatakan bahwa malam nanti ada pertemuan antara pemilik hotel dengan klien luar negeri. Samantha juga memberitahukan berapa banyak orang yang akan datang dan mereka harus mempersiapkan ruangan untuk pertemuan dan ruang istirahat untuk klien pemilik hotel.
Samantha juga tidak ingin ada kesalahan apapun dengan acara besar nanti malam, “Jangan membuat saya malu dengan kinerja buruk kalian,”
“baik bu,’
“Sekarang bubar dan kembali bekerja !” titahnya. Satu persatu karyawan beranjak meninggalkan ruangan manager dengan wajah berseri saat tahu mereka akan lembur daan mendapatkan bonus malam ini.
“Dan untuk kalian berdua, tetap lanjutkan hukuman kalian !” kata Samantha kepada Tika dan Audrey yang terlihat akan keluar ruangan.
“Baik bu, demi gaji dan uang lembur dengan sepenuh hati akan saya lakukan !” sahut Tika dengan wajah tersenyum padahal dalam hatinya sangat kesal melihat wajah songong managernya.
***
“Chandra ! Tungguin gue !”
Chandra sengaja menulikan telinganya begitu juga dengan asisten Chandra yang tampak tak menyukai keberadaan Aruna yang terlihat sangat ingin menempel dengan atasannya.
“Chandra !”
‘Awww’ Aruna terjatuh saat menginjak lantai yang basah sehabis di pel oleh petugas kebersihan. Melihat Aruna yang terjatuh bukannya datang menolong Aruna, Chandra malah mempercepat langkah kakinya menuju lift khusus CEO bersama asistennya.
“Jangan biarkan dia menginjak perusahaan ini,” kata Chandra kepada asistennya. “Baik pak,”
Pintu lift terbuka Chandra langsung keluar menuju ruangannya. Wajahnya yang sangat tampan membuat kaum hawa menginginkan untuk bisa bersanding dengannya bahkan Aruna salah satunya yang mengejar Chandra.
“Bisa kerja nggak sih lo ! Akhhh ! Sial !” pekik Aruna saat petugas kebersihan meminta maaf. Padahal itu kesalahan Aruna sendiri yang tidak melihat papan kebersihan.
“Maaf nona, sebenarnya anda yang salah karena melewati jalan yang sudah diberi tanda peringatan,” katanya tanpa takut.
“Kau !!”
“Permisi nona, tuan meminta anda untuk segera pergi dari perusahaan ini dan anda tidak diperbolehkan lagi keluar-masuk perusahaan !”
Seperti apa yang diberitahukan manager tadi pagi, sore hari sekitar jam tiga sore. Audrey bersama rekannya mempersiapkan tempat pertemuan pemilik hotel dengan kliennya. Sebuah ruangan besar yang luas, Audrey dan rekannya bersiap untuk membersihkan dan menata ruangan agar nyaman digunakan pemilik hotel nanti saat mengadakan pertemuan.
“Ruangannya gede banget, yang bersihinnya Cuma belasan orang” bisik Tika kepada Audrey.
“Hussss, kerja. Ada yang ngintip tapi bukan pencuri !” celetuk salah satu rekan Tika yang tak sengaja mendengar bisikan Tika yang sebenarnya Tika berbisik di telinganya bukan ditelinga Audrey.
Tentu saja Tika kaget saat melihat siapa orang yang dia bisikin ternyata bukan sahabatnya melainkan, Retna. Gadis yang memanggil mereka tadi pagi di toilet. Tika nyengir menampakan gigi gingsulnya yang membuatnya terlihat sangat manis.
“Sorry, Retna gue kira Audrey hehe,”
Retna mengangguk dan kembali mengulang celetuknya, membuat Tika sadar jika mereka sedang dipantau oleh geng ketua waiters. Audrey yang melihat sahabatnya berhenti bekerja segera menegurnya. Dia sangat malas jika terlibat dengan ketiga orang yang berdiri memperhatikan mereka dari sudut ruangan. Apalagi ketiga orang itu sering mencari muka dihadapan manager Samantha hanya untuk memberikan Audrey dan Tika hukuman seperti tadi pagi. Hal tersebut yang membuat Tika sangat kesal. Namun, Audrey selalu menenangkan sahabatnya agar tidak membuat ulah.
Tiga jam berlalu, hari semakin gelap. Audrey dan rekannya sudah selesai mendekor ruangan pertemuan yang akan di adakan jam tujuh malam. Beberapa diantara mereka menyiapkan peralatan untuk hidangan nanti malam.
“Huft, akhirnyaaaaa ! Istirahat juga,” kata Tika mengistirahatkan tubuhnya bersandar di sofa tempat karyawan wanita istirahat.
“Teman-teman, kita istirahat tiga puluh menit dulu. Nanti di jam tujuh kita sudah berada di ruangan yang sudah ditentukan Manager Samantha. Ingat jangan telat !” kata Reva kepada rekan-rekannya.
“Oke Reva,”
“Jangan lupa pasang alarm !”
“Siap Reva !!”
***
“Bagaimana persiapannya ?” tanya Chandra kepada asistennya.
“ Sudah seratus persen, tuan. Tuan Riko dan lainnya sebentar lagi akan tiba,”
“Baiklah, ayo kita pergi !” titah Chandra. Asisten Rafael mengangguk. Keduanya bergegas menuju mobil yang sudah terparkir di depan kediaman Maverley. Namun, langkah keduanya terhenti saat melihat seorang wanita berdiri di samping mobil dengan berpenampilan seksi.
Chandra yang melihat itu langsung menatap tajam asistennya. Asisten Rafael sontak menggelengkan kepalanya,” Bu- Bukan saya tu-tuan,”
“Kenapa dia bisa di sini ?” Asisten Rafael menggelengkan kepalanya. Dia juga bingung mengapa Aruna bisa berdiri disana. Sementara pertemuan ini hanya mereka saja yang mengetahuinya. Pertanyaannya siapa yang membocorkan informasi tersebut.
“Mami yang bilang sama Aruna, Dia ingin menemani kamu,” kata Mami Cellia yang tiba-tiba saja sudah berada di sebelah putranya.
Chandra yang mendengar perkataan maminya seketika mendelik kesal,” Kan Chandra sudah bilang sama mami, kenapa malah bocor sih” bisik chandra.
“Ya, gimana. Anaknya yang merengek, mami risih dengarnya,” balas Mami Cellia pelan agar tak didengar oleh Aruna.
“Sudahlah, kalian berangkat sana sebelum terlambat !” seru Mami Cellia mendorong tubuh Chandra dan Asisten Rafael untuk segera berangkat.
“Tuan rumah datang terlambat juga nggak papa,” lirih Chandra heran dengan tingkah maminya.
Mobil yang dikendarai Asisten Rafael perlahan meninggalkan kediaman Maverley, menyisakan Mami Cellia yang masih berdiri disana dengan tatapan happy.
“ Yeyyy, saatnya video call dengan suami tersayang ! Uh, rindunyaaaaa…” serunya masuk dan menutup pintu utama. Lalu menghubungi suaminya yang masih berada di luar negeri.
“Hallo Sayangku,”
***
Sesampainya dihotel tempat pertemuan, Chandra segera keluar dari mobil dengan menahan perutnya yang terasa diaduk-aduk. Asisten Rafael segera menolong tuannya. Dia menatap Aruna dengan tatapan kesal. Tampak Aruna akan mendekat kearah Chandra namun dihalangi Asisten Rafael yang juga menahan perutnya yang ingin memuntahkan isi.
“Parfum Mu beli dimana ? Haaaa ?! ” tanya Asisten Rafael kesal.
“Di luar negeri, kenapa ? Wangi ya ?” Aruna bangga. “Minggir, gue mau nolongin Chandra !” ujar Aruna hendak mendorong tubuh Asisten Rafael.
“Jangan dekat-dekat ! Rafa bawa saya ke dalam. Saya mual sekali,” katanya Chandra cepat sebelum Aruna mendekati dirinya.
“Baik tuan,” jawab Asisten Rafael cepat meninggalkan Aruna yang menatap Chandra tak percaya.
“Ingat jangan dekat-dekat !” ejek Asisten Rafael membuat Aruna kesal.
Setelah kepergian Asisten Rafael yang membawa Chandra pergi dari hadapan Aruna, muncullah seorang pria tak kalah tampan dari Chandra menghampiri Aruna yang masih berdecak kesal.
“Sepertinya pacarmu sangat tidak menyukai kehadiranmu,” katanya membuat Aruna mengalihkan pandangannya.
“Diam lo ! Jangan sok tahu !” ketus Aruna.
“Gue bisa bantu lo, tapi dengan satu syarat. Lo harus bantuin gue juga,gimana ?”
Mendengar hal tersebut, Aruna langsung menatap tajam pria tampan dihadapannya. Pria tersebut langsung membisikan sesuatu ditelinga Aruna. Tatapannya tajam, seolah dia sedang melihat keadaan sekitar. Aruna yang mendengar bisikan pria itu langsung menatap penuh ragu.
“Apa lo yakin ? Bagaimana jika tidak berhasil ?” tanya Aruna ragu.
Pria itu tersenyum misterius,” Pikirkan lagi,” setelah mengatakan hal tersebut, pria itu pergi meninggalkan Aruna setelah memberikan sesuatu kepada Aruna yang kini menatap benda tersebut dengan tatapan bingung.
Sementara itu, Audrey dan Tika sedang menginstruksi rekan-rekannya untuk mempersiapkan hidangan yang sebentar lagi akan dihidangkan di ruang pertemuan. Tika merasa gugup saat melihat perkumpulan pembisnis dari kaca transparan. Karena kecerobohannya, Tika tanpa sengaja menabrak salah satu pria yang hendak masuk ke dalam ruangan pertemuan membuat pria itu berdecak kesal karena pakaiannya kotor terkena makanan yang dibawa Tika.
“Shitttt !”
“Ma—maaf, tuan. Saya tidak sengaja,” kata Tika takut. Pria itu menatap Tika dengan tatapan tajam setajam silet.
“Tika, lo nggak papa ?” tanya Audrey yang datang dengan raut cemas. Tika menggeleng, dia belum berani menatap pria dihadapannya. Terlihat jelas jika saat ini Tika menahan air matanya yang bersiap akan jatuh.
“Maaf tuan, atas ketidaknyamanannya. Saya akan membantu membersihkan jas anda,” kata Audrey pelan sebenarnya dia juga sangat takut melihat tatapan pria itu kepada mereka.
Tanpa menjawab perkataan Audrey, pria itu langsung masuk ke ruangan pertemuan dengan wajah tak senang. Sepeninggalan pria itu, Audrey langsung meminta tolong rekannya membersihkan bekas makanan yang terjatuh dan dia segera membawa Tika ke ruangan istirahat waiters. Di ruangan istirahat, Audrey mencoba menenangkan Tika yang sudah menangis. Dia meminta maaf karena ceroboh membawa hidangan makanan tersebut sehingga mengenai pebisnis. Dia juga takut jika seseorang melapor kepada manajer Samantha karena kecerobohannya sendiri.
“Sudahlah jangan cengeng. Makanya jangan pecicilan jadi orang, cerobohkan !” ketus Audrey.
“ya, maaf. Habisnya gue penasaran sama cowok di dalam sana,” cicitnya. Audrey menghela nafasnya. Sahabatnya ini mata tampanan. Iiat yang tampan langsung penasaran membuat Audrey kesal.
Tiba-tiba tangisan Tika terhenti saat mengingat sesuatu, “Eh, Drey. Waktu gue nggak sengaja nabrak pria tadi. Gue kayak nyium aroma aneh di badannya,lo nyium nggak ? “ Audrey terdiam. Dia juga mencium aroma tersebut. Tetapi dia juga tidak tahu aroma apa itu. Keduanya saling menatap dan, —
“Seperti Aroma, —”
Seorang koki berjalan menuju dapur pertemuan tanpa mengetahui bahwa seseorang mengikutinya dari belakang. Tanpa curiga, dia masuk dengan tenang sembari membawa sebuah nampan kosong di tangannya. Sedangkan seseorang yang mengikutinya dari belakang segera menutup pintu dan menguncinya membuat koki tersebut kaget saat melihat seorang wanita berdiri di hadapannya.
“Siapa kamu ?” tanyanya waspada.
Wanita itu tersenyum tipis,” Siapa aku bukan urusanmu. Aku datang ingin mengajakmu untuk bekerja sama. Bagaimana ? Tertarik ?” tanya wanita itu.
Koki itu menggelengkan kepalanya, dia tetap waspada dengan wanita dihadapannya. Wanita itu langsung mengeluarkan sejumlah uang di hadapan koki membuatnya tersenyum tipis melihat bagaimana ekspresi koki saat melihat lembaran uang merah di tangannya.
“Bagaimana, apa kamu mau bekerja sama denganku ? Kerjaannya gampang kamu tinggal berikan gelas ini kepada pria yang menggunakan jas berwarna ash grey,” katanya dengan senyum tipis setelah memasukan sesuatu disana.
“Minuman apa itu?” tanyanya gugup.
“Kerjakan saja ! Ingat jangan sampai salah memberikan minuman ini,” kata wanita itu seraya memberikan lembaran uang kepada koki tersebut.
“Berikan nomor rekeningmu, aku akan mentransferkan sisanya. ” Dengan tangan gemetar koki itu mengeluarkan ponselnya lalu mencari sesuatu disana dan menyerahkannya kepada wanita dihadapannya.
“Setelah ini, pergilah dari kota ini, jangan sampai mereka menangkapmu. Aku sudah memerintahkan seseorang untuk menjemputmu setelah rencana ini kamu laksanakan,” Katanya lagi dan meninggalkan koki dalam perasaan bimbang.
‘Ting!’ Sebuah notif masuk di layar ponselnya, membuat dada koki berdebar kencang. Tak berselang lama senyumnya terbit dia mulai menata beberapa makanan dan minuman sebelum para waitress mengantarkan hidangan ke ruangan pertemuan.
Tak lama beberapa waiters mengambil makanan yang telah disediakan koki, kemudian dengan langkah tegap mereka serentak berjalan menuju ruangan pertemuan dan langsung menata makanan dan minuman di atas meja sesuai dengan yang tertulis.
“Gue heran deh, kenapa dari kita kerja disini. Baru kali ini liat gelas minuman diberi nama,” bisik salah satu waiters yang berdiri didepan pintu. Matanya tak sengaja melihat disetiap gelas ada tulisan.
“Benar, agak aneh. Setiap ada pertemuan meeting nggak pernah seperti ini,” sahut wanita yang berdiri disisinya.
“Ayo, kita santap makan malam yang sudah telat ini !” kata Asisten Rafael yang duduk di sebelah Chandra.
“Baik, Asisten Rafa !” seru para pebisnis.
Kenapa telat ? Harusnya mereka makan malam terlebih dahulu barulah membicarakan tentang pertemuan bisnis. Namun, karena larut dalam perbincangan hingga melupakan makan malam bersama. Chandra dan lainnya mulai menikmati hidangan yang disiapkan koki hotelnya.
Dari sudut lain seseorang memperhatikan gerak- gerik Chandra, dia sudah menyiapkan sesuatu untuk Chandra. Saat melihat Chandra meraih gelas yang sudah dicampurkan dengan obat, senyumnya terlihat sangat puas.
Chandra mengernyit keningnya, merasakan sesuatu yang aneh. Asisten Rafael yang peka langsung menanyakan keadaan tuannya. Chandra menggeleng namun ia merasakan tubuhnya sangat panas. Setengah berbisik dia meminta asistennya untuk menyalakan AC.
“Tuan, ac nya sudah sangat dingin” bisik Asisten Rafael heran.
“Ini masih sangat panas, Rafa. Tolong bawa saya ke kamar, saya ingin istirahat di sana !” bisiknya. Menyadari keanehan tuannya, Asisten Rafael berpamitan kepada rekan bisnis tuannya.
“Ada apa asisten Rafael ? Mengapa tuan Chandra seperti orang kesakitan ?”.
“Ah, itu ---” belum selesai Asisten Rafael menjawab, Chandra sudah berjalan pelan menuju pintu seraya memijat keningnya agar tetap sadar. Asisten Rafael yang melihat itu hendak menolong, namun lagi-lagi gerakannya terhenti oleh pria yang mengenakan jas putih tulang.
“Anda tidak mungkin meninggalkan kami sendiri di sini kan, asisten Rafa ?”
“Ta—tapi,”
“Benar asisten Rafa, kami adalah tamu disini. Melihat kepergian Tuan Chandra yang seperti itu membuat kami merasa tidak dihargai !” Pernyataan salah satu klien tuannya membuat Asisten Rafael bimbang.
Disisi lain, tidak mungkin membiarkan tuannya kesakitan seperti tadi, disisi lain tidak mungkin meninggalkan klien tuannya dengan tidak hormat.
‘Tuhan apa yang harus umatmu lakukan ? Tuhan tolong jaga tuan saya, maafkan saya tidak bisa tegas mengambil keputusan,’ lirihnya.
*
*
*
Sedangkan di sisi lain, Audrey baru saja keluar dari ruang istirahat. Dia hendak menyusul rekan kerja nya yang kini tengah sibuk melayani di ruangan pertemuan. Tanpa sengaja kedua mata Audrey melihat seorang pria tengah berjalan sempoyongan di lorong hotel membuat Audrey mendekati tanpa merasa waspada sedikitpun.
“Tuan, anda kenapa ? “ tanya Audrey polos.
“Uhhh, bantu saya… “ katanya lirih.
“Baiklah, dimana kamar tuan. Saya antarkan, “ ucap Audrey menawarkan diri membantu pria itu menuju kamarnya.
“Disana.. Uhh.. “
Audrey tanpa waspada sedikitpun mengalungkan tangan pria itu kelehernya. Ia memapah pria tersebut dengan susah payah. Badannya yang kecil tak kuat menahan beban pria tampan di sebelahnya. Namun, Audrey berusaha untuk menopang berat badan pria itu hingga keduanya tiba di salah satu pintu kamar hotel yang berbeda dari yang lainnya.
“Ini.. To–tolong buka kan, “ kata pria itu meminta tolong Audrey untuk membuka pintu menggunakan kode pin yang hanya dia dan Asisten Rafael yang tahu.
‘Ceklek’ pintu terbuka lebar bersamaan dengan des4h4n pria itu. Audrey yang polos mengira pria itu kepanasan sehingga dia dengan polosnya membawa pria itu masuk kemudian menutup pintu kamar menggunakan kaki kecilnya.
“Ba–bantu a-aku, “
“Bantu ? Kan Saya sudah bantu tuan, “ kata Audrey menatap pria itu dengan polos.
“Ba–bantu, uhhh… pa–panasss… “ Tanpa menunggu lama, pria itu langsung saja mendorong Audrey membuat gadis itu memekik kaget dan langsung saja melakukan yang tak seharusnya dia lakukan.
“Ja-jangannnnnn !!! To—tolongggg ! Ahh,“
Sementara itu, seorang wanita licik tengah berdecak kesal. Dia kehilangan jejak Chandra, dia kesal karena dosis yang dia berikan itu sangat cepat efeknya. Dia tidak ingin jika Chandra malah melakukannya dengan wanita lain.
“Kenapa kamu masih di sini ? “ tanya seorang pria yang heran melihat wanita licik itu berdiri di lorong sepi.
“Gue kehilangan jejak, Chandra ! “ ucapnya kesal.
“Bagaimana bisa ?! Lalu dimana Chandra ? “
Wanita licik itu menggeleng keras, dia tidak mau usahanya sia-sia. Begitu juga pria dihadapannya berdecak kesal karena mereka sama sekali tidak tahu dimana Chandra.
“Jangan sampai dia melakukan hal tersebut dengan wanita lain, George ! Gue nggak terima !! “
“Kita cari lagi, semoga efeknya belum naik ! “ kata pria yang bernama George.
“Ahhh, sialll !! “ umpatnya.
Disisi lain, Tika tengah panik saat tak mendapati sahabatnya di ruang istirahat. Bahkan semua orang tengah heboh mencari keberadaan Audrey. Apalagi salah satu dari mereka mengatakan jika Audrey sudah pergi ke arah ruangan pertemuan. Tapi saat disusul Audrey tidak ada disana.
Tika sampai menangis mencari keberadaan sahabatnya. Semua rekannya turut membantu mencari sedangkan tiga waiters yang tak menyukai Audrey dan Tika hanya diam tanpa melakukan apa-apa.
Lelah mencari, tiba-tiba saja mata Tika melihat sosok yang dicari berjalan dengan langkah terseok-seok.
“Audreyyy… !! “ teriak Tika saat melihat Audrey yang berpenampilan berantakan dengan wajah yang sembab.
“Audrey, kamu nggak papa ? “ tanya Tika khawatir. Namun, Audrey hanya diam. Semua orang menatapnya dengan rasa penasaran melihat Audrey yang menangis dan berantakan.
“Apa yang terjadi, Audrey ? “ tanya Retna yang berjalan menghampiri Tika dan Audrey.
Audrey tak menjawab, Tika menarik tangan sahabatnya menyingkir dari keramaian tanpa mengindahkan tatapan teman-temannya yang juga penasaran dengan keadaan Audrey.
Kini keduanya sudah berada di dalam kamar kosan, Tika sengaja membawa Audrey pergi tanpa meminta izin kepada atasan mereka hanya untuk menanyakan apa yang terjadi dengan sahabatnya.
“Katakan ke gue, lo kenapa drey ? Lo kenapa bisa seperti ini ? Lo tau gue khawatir, gue panik saat lo nggak ada. Gue, —”
“Gue diperkoZ4!! “
“A–APAAA ?! “
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!