♡Ya Allah ... Jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu. Agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu♡
Terlihat Seorang laki-laki sedang berkutat dengan pekerjaannya saat ini. Ia tengah disibukkan dengan bebarapa dokumen yang harus segera ia berikan kepada pemilik perusahaan ini yang tak lain adalah Papa nya sendiri. Lelaki itu Terus saja fokus memeriksa hingga tanpa ia sadari, seorang wanita paruh baya sudah ada didalam ruangannya.
Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya yang tidak peka akan kehadiran dirinya. Ia pun mengucapkan salam. Namun, belum juga anak penerus perusahaan ini peka akan salamnya itu.
Sebegitu fokusnya lelaki tadi hingga tak menjawab salam wanita paruh baya itu, yang tak lain adalah mamanya sendiri. Melihat betapa sibuk anaknya, sang Mama memijit pelipisnya. Pusing melihat tingkah anaknya itu. Karena Tak ada sahutan, wanita paruh baya itu pun mengulangi sekali lagi ucapan salamnya. Ia mengucapkannya sambil memanggil nama anaknya agar anaknya itu tersadar.
"Assalamualaikum, Fadil."
"Wa'alaikumsalam warahmatullah, eh mama. Silahkan duduk ma. Maaf Fadil ...." Ucap Fadil terpotong saat mama mengomelinya
"Itu kan jadinya! kalau kamu terlalu sibuk dengan pekerjaan. Salam mama yang sebelumnya kamu tak jawab. Bagaimana mau carikan mama mantu kalau gitu." ucap Mama Dahlia seraya berjalan kearah sofa.
"Maaf ma, Fadil lagi buru-buru mengerjakannya. Papa udah minta nih."
"Alasan saja, buru-buru karena pekerjaan cepat. Kalau buru-buru nikah lama. Sampai sekarang pun kamu belum juga memperkenalkan seseorang sama mama. Mau jadi bujangan lapuk dulu baru mencari?"
"Mama ada-ada saja. Lagian aku sudah bosan mendengar setiap hari mama berkata itu terus. Nanti kalau waktunya sudah tiba pasti mama akan kaget sendiri." Ucap Fadil mencandai mamanya.
"Loh kan itu yang terjadi sekarang, ingat nak kamu sudah berumur 27. Sampai kapan kamu mau mempertahankan masa lajangmu. "
"Ma, jodoh tuh tak akan kemana-mana. Lagian Fadil juga sudah ... sudahlah ma, oh ya ma. kak Lisa kapan datangnya?" Tanya Fadil mengalihkan pembicaraan seraya tetap menandatangani berkas-berkas yang berada diatas meja kerjanya.
"Kakakmu pulangnya besok Fa. pokoknya kamu ikutin saran mama ya dan jangan mencoba mengalihkan pembicaraan lain kali lagi."
"Soal itu ... tergantung situasi ma. Ini aku kan lagi kerja, jadi kita bicarakan hal yang lain saja." Senyum kembali terukir di bibir Fadil karena kembali berhasil menghentikan mama Dahlia membicarakan tentang jodoh masa depannya.
"Ya sudah mama pulang saja, lain kali jangan menghindari pembicaraan. Awas!" Ungkap mama Dahlia sebelum meninggalkan ruangan Fadil.
Ya dia adalah Fadil. Muhammad Fadil, ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara dan juga satu-satunya anak lelaki. Bukannya ia selalu mencoba menghindari pembicaraan tenang jodoh dengan mamanya, hanya saja ia sudah mempunyai seseorang didalam hatinya bertahun-tahun yang lalu.
Saat berusia sebelas tahun, ia tersesat dikebun teh milik keluarganya. Ia menangis sangat keras hingga membuat seorang anak kecil yang lebih muda darinya dapat dengan mudah menemukannya dan menolongnya untuk kembali ke vila keluarganya.
Sejak saat itulah ia tak pernah melupakan wajah anak perempuan berkerudung pink yang telah menolongnya itu.Wajah ayu nan lembut.
Bahkan saat usianya hampir menginjak kepala tiga, wajah anak perempuan itu masih saja sangat jelas dipikirkannya. Memikirkannya pun membuat Fadil ingin segera menemuinya. Tapi apalah daya, saat ini ia belum bisa merencanakan rencana pertemuannya itu dikarenakan banyaknya kerjaan yang harus diselesikan.
Sedang disebuah desa yang terkenal akan perkebunan tehnya yang berkualitas baik, seorang perempuan baru saja telah menyelesaikan tugasnya sebagai guru. Ia guru yang cantik, namun lebih cantik lagi saat lesung pipi yang muncul saat tersenyum.
Yah, Ia adalah Nisya. Anisya Qumairah. Ia telah lama mengabdikan diri mengajar di sebuah sekolah dasar yang berada di Desa Hujo. Desa tempat tinggalnya. Ia sangat senang melihat anak-anak yang antusias belajar. Melihat semangat dan kemauan mereka untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman.
Setelah pulang mengajar terkadang Nisya memilih berjalan kaki melewati perkebunan teh yang begitu indah untuk dipandang. Ia berjalan hanya sekedar untuk mengingat kejadian beberapa tahun silam saat ia menolong seorang anak kecil yang telah tersesat ditengah perkebunan teh keluarganya.
Anak kecil lelaki yang menangis sangat keras seakan tidak dapat kembali ke keluarganya.
Mengingat hal tersebut membuatnya tersenyum sangat lebar.
"Bagaimana keadaanya sekarang, aku harap dia tak pernah tersesat lagi." Ucapnya tersenyum sambil memandang langit biru yang indah itu dan menikmati angin yang menerpa wajahnya yang ayu.
To be continued ....
By Peony_8298
Hari sudah menginjak malam, namun seorang anak lelaki berusia sebelas tahun itu masih berkeliaran disebuah kebun teh yang amat luas. Ia tersesat dan tak tau arah jalan pulang karena sepanjang ia memandang, yang terlihat hanya hamparan kebun teh yang melintang luas bak air di lautan.
Anak lelaki itu mulai menangis, ia takut kalau-kalau ia harus berada disini sampai pagi menjelang. Memikirkannya saja sudah membuatnya bergidik ngeri. Tangisannya bertambah kencang saat ia tak sengaja tersandung akar pohon yang berada di tengah-tengah kebun teh itu. Pohon yang satu-satunya yang berdiri kokoh diantara pepohonan yang lain.
Tangisan anak itu mulai mereda. Namun, Air matanya masih saja bercucuran. Hingga suaranya pun mulai serak. Akibat menangis yang terlalu lama. Beberapa menit kemudian, ia terkejut dengan kemunculan seorang anak kecil perempuan berjilbab biru.
"Dia bukan hantukan?" Tanya dalam hati sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Halo, aku Nisya. Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya orang anak berkerudung pink itu. Anak yang dikira Fadil sebagai hantu penunggu Kebun teh ini.
"Halo aku Nisya apa yang kamu lakukan disini. Ini sudah hampir malam." Ulang anak kecil itu.
Sedikit demi sedikit Fadil mulai memperlihatkan wajahnya yang masih ketakutan. Perlahan tapi pasti, Fadil sudah memperlihatkan semua wajahnya seraya menatap lekat Nisya dari atas sampai bawah. Harap-harap kalau Nisya bukan apa yang dipikirkannya barusan.
"Kamu siapa? Kamu bukan hantukan?" Tanya polos
"Hantu? Mana ada hantu memakai jilbab dan membawa Al-Qur'an," Ujar Nisya berharap perkataannya itu membuat Fadil tidak takut lagi.
"Apa kamu tersesat?" Tanya Nisya
Fadil menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Nisya.
"Kamu tinggal dimana? Biar aku antar. Kebetulan aku tau betul daerah ini." Tawar Nisya
"Apa Kamu kenal dengan mbok Surti?"
"Kenal sekali. Kamu tinggal disana?"
"Iya."
"Baiklah, sini aku antar. Kebetulan aku mau ketemu sama Mbok Surti." Ujar Nisya berjalan duluan
"Eh tunggu dulu. Kaki aku sakit." Ujar Fadil
"Astagfirullah, kaki kamu juga berdarah. Ini aku punya sapu tangan. Luka mu dibalut dulu ya."
Nisya pun membalut luka Fadil. Setelah itu, mereka berjalan pulang dengan Nisya membantu Fadil berjalan.
"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Fadil
"Aku habis pulang dari ngaji. Kebetulan aku mau bertemu sama Mbok Surti. Jadi aku pulangnya lewat sini." Ujar Nisya
"Apa kamu ngga takut? Nanti ada binatang buas loh."
"Ngga, sini ngga ada binatang buas. Yang ada hanya seorang anak lelaki yang menangis dan mengira aku adalah hantu." Ucapnya terkikik geli kala mengingat ekspresi wajah Fadil
Fadil kesal karena Nisya menertawakannya. Sangking kesalnya, Fadil melepas tangan Nisya yang membantunya berjalan. Walhasil, Fadil jadi terjatuh dan berteriak sakit.
"Kamu sih, aku kan hanya bercanda. Sini aku bantu lagi. Kita udah dekat sama rumah kamu." Ucap Nisya kembali memapah Fadil yang merasa bersalah
"Maafkan aku. Aku terbawa emosi." Ujar Fadil tertunduk malu
"Tak apa. Aku ngerti kok."
"Oh iya, kamu mau ngga temenan sama aku." Tawar Fadil
"Boleh."
"Baiklah mulai saat Ini kita adalah teman." Ujar Fadil mengulurkan jari kelingkingnya pada Nisya. Nisya pun menyambut hangat pertemanan mereka.
Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka ke tempat tinggal Fadil. Sesampainya disana, kedua orang tua Fadil dan Mbok Surti langsung menghampiri Fadil. Mereka sangat cemas karena sudah dari tadi mereka mencari-cari keberadaab Fadil yang hilang sejak dua jam yang lalu.
"Kamu habis kemana kan anak saya." Bentak Mama Dahlia marah pada Nisya
"Ma, jangan gitu. Harusnya mama berterima kasih pada Nisya. Karena kalau ngga ada dia mungkin Fadil udah dimakan sama binatang buas atau diculik sama gendruwo." Ujar Fadil ngawur
"Kamu bicara apaan sih, ayo masuk," suruh Mama Dahlia
"Dan kamu. Terima kasih karena telah menolong anakku." Ucap Mama Dahlia terkesan dipaksakan.
Mama Dahlia kesal dan marah. Bagaimana tidak, Ia sudah mencari kesana kemari. Ternyata anaknya ada bersama anak kecil ini.
Nisya yang dibentak pun hanya dapat terdiam dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Pasalnya ia tidak pernah sekali pun dibentak oleh orang yang telah melahirkannya.
"Nak Nisya, mbok antar pulang ya. Hari udah mulai gelap." Ucap mbok Surti
Nisya mengangguk patuh. Mbok Surti pun mengantar Nisya pulang. Diperjalanan, Nisya lebih banyak diam dari biasanya. Mbok Surti tau Nisya adalah anak yang baik. Tidak mungkin anak sebaik ini mau mencelakakan Fadil. Ia percaya itu.
"Nak Nisya, maklumin Mama Nak Fadil tadi ya. Mungkin dia sedang khawatir jadi berkata seperti itu."
"Mbok, Nisya salah ya." Tanyanya polos, ia mendonggak melihat Mbok Surti
"Ngga. Malah Mbok salut sama Nak Nisya karena mau menolong orang yang baru dikenalnya." Ujar Mbok Surti menenangkan
Setelah berjalan lama, akhirnya mereka telah sampai didepan rumah Nisya.
"Terima kasih Mbok sudah mengantar Nisya."
"Sama-sana nak, sana masuk gih." Ucap Mbok Surti seraya mengelus kepala Nisya sayang.
Keesokan harinya, sepulang sekolah, Nisya bergegas pulang kerumah dan berganti baju cepat karena ia mau pergi menemui teman baru yang habis ditolongnya kemarin, Fadil. Namun sedetik kemudian, ia urungkan niat tersebut. Takut kalau ia dimarahi lagi sama Mama Dahlia. Gerakannya pun melambat kian melambat seiring ingatan yang terjadi kemarin. Ia pun bertekad tak mau pergi menemui Fadil.
Enam hari telah berlalu sejak pertemuan tak sengaja mereka di tengah kebun teh. Fadil yang selalu menunggu kedatangan Nisya menjadi uring-uringan. Kali ini pun ia harus berhasil bertemu dengan Nisya karena besok adalah hari terakhirnya di desa Hujo ini.
Tak mau berlama-lama, Fadil bergegas keluar vila menuju tempat pertemuannya pertama kali dengan Nisya. Untung saja ia sudah hafal jalan. Kalau tidak mungkin ia akan berakhir seperti yang telah terjadi padanya beberapa hari lalu.
Sesampainya disana, Fadil terus berteriak meneriaki nama Nisya. Berharap Nisya mendengarnya.
"Udah berteriak. Nanti suara kamu habis lagi."
Fadil terperanjat kaget. Tiba-tiba ada suara yang menegurnya tanpa melihat siapa dia. Fadil mundur selangkah berniat untuk lari menjauh.
"Mungkin aku salah tempat." Pikirnya dalam hati sebelum mengambil ancang-ancang untuk lari sekuat tenaga.
Baru saja Fadil hendak melangkahkan kakinya menjauh, dari balik pohon besar itu, muncul sosok seorang yang sudah lama ia rindukan.
"Nisya, aku kira siapa. Hampir saja aku lari tadi jika saja kamu tidak menampakkan dirimu." Ucapnya senang
"Kamu pikir aku hantu lagi?" Tanya Nisya menebak
"Hehehe iya, abisnya kamu sih bicara tanpa menampakkan diri kamu. Aku kan berpikiran macam-macam. Oh iya, kenapa kamu tidak datang ke vila? Aku terus tungguin kamu loh. Karena kamu ngga muncul-muncul akhirnya aku kesini. Barang kali kamu ada." Ucap Fadil panjang lebar
"Aku ... Aku banyak tugas sekolah. Jadi ngga sempat ke rumah kamu."
"Ooo gitu, aku kira kamu ngga mau datang karena mama aku."
"Ngga kok." Ucap Nisya tak mau membuat Fadil merasa bersalah.
"Aku punya kabar baik dan buruk. Kamu mau dengar yang mana duluan?"
"Kabar baik dulu aja."
"Kabar baiknya mama tidak marah lagi. Kalau kabar buruknya, aku ... aku harus pulang besok ke kota karena izin sekolah aku udah usai."
Seketika Nisya melihat Fadil tanpa berkedip. Ia tak tau akan jadi secepat ini. Kalau saja ia tau jauh-jauh hari, meskipun telah dimarahi ia akan tetap pergi menemui Fadil.
"Besok sore aku sudah harus balik ke kota. Kita ketemuan disini lagi ya." Ujar Fadil
"Iya. Aku pasti datang."
Tak lama berselang, terdengar suara Mama Dahlia memanggil namanya
"Eh mama aku udah manggil nih, aku pergi dulu ya. Sampai ketemu besok. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam warrahamatullahi wabarakatuh."
To be continued ....
Jangan lupa vote, bintang dan krisar nya ya kak.
By Peony_8298
☆Allah mempertemukan kita untuk alasan, Entah untuk belajar atau mengajarkan, Entah hanya sesaat atau selamanya, Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya. Akan tetapi tetaplah menjadi yang terbaik diwaktu tersebut. Lakukan dengan tulus, meski tidak menjadi seperti apa yang diinginkan. Tidak ada yang sia-sia karena Allah yang mempertemukan. ☆
Saat ini Fadil tengah memakai jas untuk segera kekantor mengurus keperluan perjalanan bisnisnya ke desa hujo. Desa yang mempertemukan dirinya dengan seorang anak kecil yang manis. Selesai berpakakaian, ia keluar dari kamarnya dan bergegas menuju dapur untuk sarapan pagi bersama keluarganya.
Suasana mereka tampak hangat, jauh dari kata kebisingan. Fadil yang makan dengan tergesa-gesa, membuat Mama Dahlia menegurnya dan menyuruhnya untuk makan pelan-pelan saja sebab pekerjaannya tak akan lari. Hal itu sukses membuat seluruh keluarga itu menertawakan Fadil yang mulai menampilkan wajah datarnya.
"Om Fadil jelek." Ucap seorang anak kecil.
Bukannya marah, malah hal itu sukses membuat Fadil tersenyum. "Kalau om Fadil jelek, berarti Rian jelek juga dong," Balasnya membuat anak berusia 5 tahun itu tak suka. Anak bernama Rian itu pun bersedekap dan memalingkan wajahnya tak mau melihat Fadil yang menertawakannya.
Sedangkan Fadil telah selesai makan. Ia pun berlalu meninggalkan keponakannya yang menangis itu karena tak terima dikatakan jelek oleh om nya sendiri.
"Udah ... udah dong nangisnya, om Fadil hanya bercanda kok" Ucap Lisa ibu Rian
"Benelan?" Ucap Rian cadel dengan mata yang masih berkaca-kaca melihat anggukan sang Mama.
Sebelum benar-benar pergi ke kantor, Fadil kembali mendatangani keponakan satu-satunya itu dan mengatakan "Om bercanda kok. Rian anak yang tampan."
Fadil mengatakannya agar Rian kembali tersenyum dan melanjutkan mogok makannya tadi.
Setelah masalah kecil dengan Rian selesai, Fadil pun pergi ke kantor. Saat ia baru saja tiba di kantor, Fadil langsung membereskan berkas-berkas yang akan dibawanya ke desa Hujo. Bukannya karena ia terburu-buru tapi Ia sudah telat sejam dari perkiraan keberangkatannya. Ia adalah orang yang konsisten, jika jam segini akan berangkat, maka ia pasti akan mencoba menepatinya.
Fadil pun kembali menghubungi sekretarisnya, Dira. Lewat sambungan telepon. Ia mengatakan kalau Dira harus selalu mengecek harga saham selama ia pergi. Bukannya di desa ia sendiri tak bisa mengecek hanya saja ia tak mau mengambil resiko yang begitu tinggi. Jangan sampai signal disana tidak sebagus apa yang dipikirkannya. Ia juga berpesan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Dira bisa langsung menghubunginya.
"Iya pak. Bapak tenang saja. ada lagi pak? " Tanya Dira
"Sudah tak ada lagi. Kamu bisa lanjutkan lagi pekerjaanmu." ucap fadil
"Baik pak."
Fadil pun menutup sambungan telponnya dengan Dira dan kembali mengumpulkan berkas yang akan dibawanya.
Sedang di desa Hujo, Nisya juga sedang siap-siap pergi kesekolah namun sebelumnya ia sarapan terlebih dahulu bersama teman baiknya Cindy. Teman yang sudah lama tinggal bersama dirumah kontrakan yang dia tinggali.
Setelah sarapan, Nisya pun pamit pergi ke sekolah untuk mengajar. Sedangkan Cindy, ia baru akan pergi setelah waktu menunjukkan jam 8. Nisya harus berangkat lebih awal dari Cindy karena ia adalah seorang guru di sekolah dasar. Sebagai seorang guru, ia harus menjadi teladan bagi siswa-siswinya di sekolah.
Setiap hari saat Nisya berangkat kesekolah, ia terkadang menaiki angkot umum dan terkadang pula ia berjalan kaki menyusuri perkebunan teh yang terbentang luas. Ia
berharap dengan itu ia dapat kembali bertemu dengan si anak yang menangis sangat keras waktu itu. Fadil, yang telah melupakan janji mereka. Kala mengingatnya, membuat Nisya tertunduk sedih.
Sedangkan diwaktu yang hampir sama, Fadil sudah berada didalam perjalanan menuju desa Hujo. Desa tempat pertemuannya dengan anak perempuan yang telah menolongnya. Perjalanan yang begitu lama namun tak terasa membosankan karena disepanjang jalan terlihat pemandangan yang indah serta kicauan burung bersahut-sahutan yang tak terdengar di kota besar. Kota tempatnya tinggal.
Pohon-pohon yang tumbuh subur dan perkebunan masyarakat yang asri membuat udara disana tampak sejuk jauh dari polusi.
Fadil terlihat sangat bahagia saat melihat tanda masuk desa Hujo yang tandanya ia tak lama lagi sampai di tempat tujuannya. Sangking senangnya, sampai-sampai ia tak melihat ada genangan air hujan dijalanan yang ia lewati hingga membuat seorang wanita berjilbab kecipratan genangan itu.
"Astagfirullah." Seketika wanita itu kaget terkena cipratan air. Wanita yang tak lain adalah anak berjilbab pink yang pernah menolong Fadil yang kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang Cantik.
Nisya tak tinggal diam begitu saja. ia malah mendatangi Fadil dan mulai mengetuk-ngetuk jendela mobil Fadil untuk meminta pertanggung jawaban atas kesalahannya.
"Maaf ada apa ya?" Tanya Fadil belum tau apa penyebab Nisya mengetuk jendela mobilnya dengan keras.
"Jika anda sedang mengendarai mobil dijalan yang banyak genangan airnya, Anda bisa kan mdiperlambat laju mobil Anda? Karena tak terlalu hati-hati bawa mobil jadinya baju saya jadi kotor gara-gara terkena cipratan genangan air hujan ini." Tunjuk Nisya yang menahan amarahnya karena ia sudah rapi-rapi untuk pergi kesekolah malah mendapat hal yang tidak menyenangkan di jalan. Sedangkan reaksi Fadil hanya bengong melihat betapa ayunya wanita didepannya ini.
Melihat tak ada reaksi apapun dari Fadil, Nisya menjentikkan jarinya didepan wajah Fadil
"Maaf Mbak saya tidak sengaja. Saya tidak terlalu memperhatikan jalan tadi." Ucap Fadil gelagapan setelah keluar dari mobil.
"Saya harap Anda lebih berhati-hati lagi, Anda taukan sekarang sedang musim hujan jadi saya harap Anda bisa memelankan laju mobil Anda!" Ucap Nisya menasehati
"Maaf, apakah kita pernah bertemu?" Tanya Fadil seakan pernah melihat Nisya sebelumnya
"Maaf, saya tak punya waktu untuk menjawab pertanyaan Anda." Ucap Nisya setengah kesal seraya berlalu pergi meninggalkan Fadil yang diterpa kebingungan dari pertanyaannya sendiri.
"Wanita aneh, lain ditanya lain jawabannya. Ada-ada saja." Ungkap Fadil dalam hati
Nisya yang bajunya sudah kotor kembali pulang ke kontrakan untuk menggantinya. Ia tak ingin menjadi contoh yang tidak baik bagi anak didiknya.
"Huft dasar pria aneh, jadi ginikan harus pulang lagi. Duh-duh Nisya sadar jika kita ingin mengajarkan orang lain itu harus sabar, ya sabar sabar." Ucap Nisya seraya mengelus-elus dadanya pelan.
Fadil kembali melanjutkan perjalanannya menuju villa keluarganya. Tempatnya menginap selama seminggu kedepan. Selama perjalanan itu tak jarang Fadil bertemu para pekerja teh yang saat itu baru selesai memetik teh. Senyum pun terukir di bibirnya serta anggukan kepalanya untuk menampilkan keramahan dirinya para pekerja yang kebetulan berpapasan dengannya.
Lima menit kemudian, akhirnya Fadil sampai di tempat tujuannya. "Alhamdulillah. Akhirnya aku sampai juga." Ucap Fadil seraya merentangkan tangannya menghirup udara sejuk di halaman villa.
"Rasanya aku pernah bertemu dengan wanita itu tapi kapan dan dimana?" Ucap Fadil kembali teringat pada wanita yang ditemuinya tadi.
Tak lama kemudian, wanita paruh baya menghampiri Fadil. "Den Fadil kan? " tanya Mbo Surti
"Mbo, lama tak jumpa, bagaimana kabar mbo?" sambil melangkah untuk memeluk Mbo Surti, Mbo yang pernah merawatnya sewaktu kecil dulu.
"Alhamdulillah baik den. Ayo silahkan masuk den."
"Emm mbo Fadil boleh nanya ga?" Tanya Fadil ragu-ragu dan juga malu.
"Boleh den, jangan ragu atuh sama si Mbo."
"Apa Nisya sering kesini selama aku tak ada?"
"Oh nak Nisya, tak kirain den sudah lupa sama nak Nisya. Soalnya aden mah tak pernah kesini lagi sejak kejadian itu." Ucap Mbo Surti
"Mana mungkin aku melupakan orang yang telah menolong aku, Mbo dan juga ...." ucap Fadil yang hampir kelepasan bicara
"Dan juga apa den?" Tanya Mbo Surti yang penasaran
"Eh, ngga papa kok Mbo." ucap Fadil
Meskipun ia tak mau membahas tentang Nisya tapi hatinya berkata sangat ingin sekali mengetahui keadaan Nisya, apakan dia selalu mencarinya juga?
"Aden, nak Nisya sering datang kesini den, tapi sekarang udah jarang den dikarenakan jam mengajarnya yang udah ditambah deh kata Nak Nisya."
"Nisya jadi seorang guru, Mbo?" Tanya Fadil yang tidak menyangka ternyata Nisya adalah seorang guru.
"Iya den, kalau udah jam segini dia pasti sudah ada di sekolah den." lanjut Mbo Surti menjelaskan lagi
"Mbo nama sekolahnya apa, siapa tau kapan-kapan aku bisa datang ke tempatnya mengajar."
"Namanya, Madrasah ibtidaiyah desa Hujo, den. "
"Madrasah ibtidaiyah ya Mbo, baiklah Mbo terima kasih infonya. Nanti kapan-kapan Fadil pergi deh."
"Mengapa den?"
"Fadil capek Mbok, mau istirahat dulu karena sore Fadil mau keluar. Lagian Fadil disini sampai minggu depan kok."
"Ya sudah, sebaiknya den istirahat dulu, biar lelah aden hilang dulu."
"Ok Mbo yang baik ini, Fadil istirahat dulu Mbo."
Tbc ....
jangan lupa vote, krisar dan like nya ya teman. 😉
By Peony_8298
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!