NovelToon NovelToon

Cinta Sederhana

#1

"Siapa nama gadis tadi ya.?".

"Cantik dan anggun terbalut dalam kesederhanaannya."

Akmal terlihat melamun, Dia tersenyum sendiri menatap langit - langit kamarnya sambil membayangkan wajah seorang gadis yang baru saja ia temui di warung makan tadi.

"Ah... Besok kesana lagi dan harus tau namanya."

Akhirnya Akmal terlelap ke alam mimpinya dengan masih menyimpan rasa penasarannya.

~Flashback On~

Sepulang dari kantor Akmal merasa perutnya lapar lalu melihat ada sebuah warung makan dan penuh dengan pengunjung itu lah yang menjadi indikator baginya kalau di sana pasti enak menunya.

Akmal memarkirkan mobilnya di depan warung itu lalu masuk ke dalam untuk memilih menu yang ingin ia santap.

"Assalamualaikum Bude, ini kue buatan ibu."

Seorang gadis berjilbab masuk ke dalam warung itu dengan membawa wadah berisikan kue buatan ibunya yang setiap harinya ia titipkan di warung itu.

"Waalaikumsalam, oh.. Iya sebentar ya uangnya Bude mau ngambil nasi dulu ini." jawab penjual warung itu.

"Iya Bude."

Saat itu Akmal mengamati gadis ini dalam diamnya, namun beda sang gadis ini merasa ada yang memandangnya dan membuatnya menjadi risih hingga tak berani menoleh.

"Ini Mas, kalau mau menambah lauk apa tinggal ambil saja." Kata penjual warung itu.

"Baik Bu, makasih."

"Mas nya baru pertama kali datang ke sini ya.?".

Akmal tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Pantas saja wajah Mas nya asing."

"Iya Bu, tadi lewat mampir."

Kata Akmal yang merasa tidak enak padahal sebenarnya kantornya juga dekat situ tapi tak tahu kalau ada warung nasi seramai itu.

"Aduh, Bude malah lupa. Kemarin Ibu kamu nitip berapa ya.?"

Penjual warung itu beralih ke gadis yang sudah menunggunya tadi.

"Biasa Bude."

"Ini ya uangnya kemarin, kamu telat sudah banyak yang menanyakan kue ibu kamu." Penjual itu memberikan sejumlah uang kepada gadis itu hasil penjualan kuenya yang kemarin.

"Iya Bude maaf, Ibu sakit kemarin."

"Sekarang apa sudah sembuh.?".

"Alhamdulillah sudah Bude, Saya permisi Bude tempat kuenya yang kemarin saya bawa sekalian ya."

"Iya, makasih ya. Salam buat ibu kamu."

"Iya Bude, permisi assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Jawab semua orang yang ada di dalam warung itu termasuk Akmal yang menatap punggung gadis itu hingga tak terlihat lagi.

~Flashback Of~

Hari mulai pagi, Akmal selesai berolahraga bersiap ke kantornya dan kini sudah rapi dan siap turun ke bawah.

"Pagi Ma, Pa, Oma."

Akmal menyalami kedua orang tuanya dan Oma dari Papanya yang tinggal juga disana karena neneknya tinggal satu ini yang masih hidup.

"Pagi Akmal."

"Oma, segar sekali wajahnya."

Akmal duduk di samping Omanya.

"Oma sehat Akmal, Oma mau lihat kamu menikah."

Kata Omanya kepada Akmal yang hampir tiap hari ia ucapkan membuat kedua orang tua Akmal tersenyum.

"Itu dengarkan Oma, Mal."

Kata Papanya.

"Nanti Pa, Oma akan sehat terus dan akan melihat Akmal menikah."

Kata Akmal sambil merangkul pundak Omanya.

"Kapan, itu temen kamu udah pada bawa anak."

"Iya sabar Oma, lagi cari calonnya."

Obrolan seperti itulah yang hampir setiap pagi ia dengarkan dari Omanya. Tapi itu buat Akmal merupakan penyemangat untuk dirinya mencari calon istri di usianya yang sudah mencapai 32 tahun.

Selesai sarapan Akmal berangkat ke kantornya, karirnya memang mulus di usianya 32 tahun sudah menduduki jabatan yang lumayan strategis. Bukannya tidak ada perempuan yang tertarik kepadanya bahkan di kantor pun banyak yang sengaja ingin menarik perhatiannya. Tapi bagi Akmal Dia belum menemukan sosok seorang calon ibu dari anak-anaknya.

Sesampainya di kantor Akmal bergegas ke ruangannya karena pagi ini ada meeting penting.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Di sebuah rumah sederhana yang terletak di pinggir kota, sebuah keluarga telah menyelesaikan sarapan bersama mereka dengan menu yang sederhana yang disajikan oleh ibunya.

"Bu, Kasih pamit berangkat ke kampus ya."

Pamit gadis itu kepada ibunya setelah membantunya mencuci piring dan menatanya.

"Iya, hati - hati Nak. Jangan lupa nanti siang mampir ke warung ya untuk ambil tempat kue yang kemarin soalnya tadi minta ditambah lagi."

"Iya Bu."

Kasih mencium tangan ibunya dengan takdim.

Kemudian ia ke depan dan berpamitan dengan Bapaknya.

"Kasih berangkat Pak."

"Hati - hati ya bawa motornya."

"Iya Pak, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kasih melajukan sepeda motornya menuju ke kampus di mana ia menimba ilmu dan saat ini sudah semester ke 5. Dia mengambil jurusan desain grafis sesuai dengan kesukaannya menggambar dan Dia juga berharap dengan mengambil desain grafis ini bisa mendapatkan penghasilan sendiri.

Buktinya Dia sudah sering mendapatkan pesanan untuk mendesain yang penghasilannya lumayan untuk menambah uang kuliahnya.

Sesampainya di kampus Kasih memarkirkan sepeda motornya dan langsung menuju ke ruang kuliah karena dosen sebentar lagi akan datang.

🌹🌹🌹🌹🌹

Novel baru ini, semoga disukai ya 😉

#2

"Serius amat."

Kasih sudah sampai di kampus, dan kuliahnya pun sudah selesai namun dia masih di ruangannya. Saat lagi serius membuat tugas desainnya tiba-tiba dikagetkan oleh Septi temannya sejak semester 1.

"Astaghfirullah, kamu Sep bikin kaget aja." Kasih sampai mengusap dadanya.

"He he he... Kamu ya kalau sudah di depan laptop nggak bisa diganggu sama sekali."

Septi mengambil duduk di samping Kasih.

"Emang tugas kamu udah selesai.?"

 Tanya balik Kasih ke Septi walaupun sudah tau jawabannya.

"Ya jelas dong... Belum.. He he he."

Septi cengengesan.

"Kebiasaan."

Kasih menghadap ke laptopnya lagi.

"Kan ada kamu yang jago."

Septi sambil mencolek dagu Kasih membuatnya tersenyum saja.

"Buat sendiri."

Kasih berlagak jutek tapi ya aslinya nggak tega sama sahabatnya yang baik itu.

"Please... Nanti tak belikan batagor deh."

Rayuan maut Septi.

"Kurang...!"

"Ya sama jus juga boleh, ya.. Buatin Kasih Sayang..."

Dengan muka memelas kayak anak kecil hingga Septi membuat Kasih tertawa.

"Tapi buat di rumah aja ya, Aku mau buru-buru ke warung ambil tempat kue ibu, soalnya tadi kata ibu pesanannya nambah."

Kasih membereskan laptopnya dan mengemasnya ke tas.

"Oke, aku ikut ya. Nanti mampir beli jajan dulu ya."

"Oke.."

Mereka berdua menuju ke parkiran, karena Septi membawa sepeda motor sendiri jadi mereka berdua berjalan beriringan.

Sesampainya di warung nasi biasanya dan setelah Mereka tadi membeli jajan untuk dibawa pulang, Kasih memarkirkan sepeda motornya di depan dan masuk ke dalam sedangkan Septi menunggu di sepeda motornya saja karena tidak akan lama.

"Assalamualaikum Bude."

"Waalaikumsalam."

jawab Mereka yang ada di sana karena sudah lewat jam makan siang jadi tidak terlalu penuh.

"Gadis ini datang juga."

Dalam hati Akmal yang kebetulan baru makan siang di sana, ya walaupun tadi memang sengaja siapa tahu bisa bertemu dengannya lagi namun setelah hampir habis nasinya dan tak kunjung juga datang, dia mulai menyerah mungkin belum rejekinya.

"Kasih.. Mau ambil tempat ya."

Kata Ibu yang punya warung.

"Iya Bude, tadi kata Ibu suruh ambil buat kue besok."

Akmal memperhatikan Mereka yang sedang berbicara.

"Kasih, namanya. Cantik kayak orangnya." Dalam hati Akmal lagi.

"Iya, tadi pagi Bude ditelepon ibu kamu dan ini sekalian uangnya ya sama yang kemarin."

Kasih menerima uang yang diberikan oleh Bude warung itu.

"Makasih Bude."

"Iya sama - sama, besok jangan kesiangan ya Kasih."

"Insyaallah Bude, kalau berangkat kuliah Kasih langsung ke sini mengantar kuenya."

Kasih membereskan tempat kue supaya membawanya mudah.

"Baiklah, pulangnya hati - hati."

"Iya Bude, makasih. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kasih melangkahkan kakinya keluar dari warung sambil membawa tempat kue itu kemudian Akmal pun segera membayar makannya untuk bisa berbicara dengan Kasih di luar.

"Permisi Mbak."

Kata Akmal mendekati sepeda motor Kasih dan dia yang masih mengenakan helmnya.

Kasih dan Septi sontak menatap ke arah pria yang berdiri di hadapannya.

"Iya Mas." Jawab Kasih lembut.

"Hmm.. Maaf sebelumnya saya mengganggu waktunya sebentar."

"Ada apa ya Mas, saya buru - buru mau pulang." Kata Kasih bersiap menyalakan mesin motornya.

"Sebentar aja, kenalkan nama Saya Akmal boleh nggak saya berkenalan dengan Mbaknya." Kata Akmal sambil mengulurkan tangannya.

Kasih menatap ke arah Septi yang hanya senyum-senyum saja yang sudah paham dengan maksud dari Akmal ini.

"Maaf kalau saya lancang, tapi Saya hanya ingin berkenalan dengan Mbak.."

Kasih menatap ke arah Akmal melihat pakaian yang ia kenakan terlihat rapi dan raut wajahnya juga sudah dewasa pasti usianya juga jauh di atasnya begitu yang ada di dalam pikirannya.

"Maaf Mas, saya buru - buru. Assalamualaikum."

Kasih menyalakan sepeda motornya.

"Waalaikumsalam, baiklah Saya tunggu lain hari Mbak."

Kata Akmal yang tak kecewa walaupun belum mendapat sambutan yang hangat dari Kasih.

Kasih menjalankan sepeda motornya menuju ke arah rumahnya bersama Septi.

Sesampainya di rumah Kasih, Mereka berdua memarkirkan sepeda motor di teras dan mengucapkan salam masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Jawab Ibunya Kasih lalu mereka berdua meraih tangan Ibunya dan mencium punggung tangannya.

"Mbak..."

Adiknya yang kecil suka menyambut kedatangannya.

"Jawab salam dulu dong, Ria."

Ajar Kasih kepada adiknya.

"Waalaikumcayaam."

"Pinter, Salim sama Mbak Septi."

Ria meraih tangan Septi dan menciumnya.

"Pinter banget kamu, ini jajan buat kamu." Septi sengaja tadi memberikan jajanan untuk adiknya kasih itu.

"Bilang apa Dik."

"Makasih.. Mbak Septi."

"Sama - sama."

Kasih lalu mengajak Septi ke kamarnya untuk mengerjakan tugas yang sebelumnya tadi sudah bilang ke ibunya.

"Kasih..."

Kata Septi yang tiduran di kasur kamar Kasih.

"Kenapa." Kasih mempersiapkan laptopnya.

"Cowok tadi sepertinya suka sama kamu, kenapa kamu nggak mau diajak kenalan tadi. Ganteng lho, nggak nyesel kamu."

Septi memandang Kasih yang hanya tersenyum sekilas saja.

"Kenapa, kamu naksir. Tadi kenapa nggak Kamu aja yang kenalan."

"Kamu itu ya, ada cowok ganteng mendekat malah kayak gitu. Dia kayaknya kerja di kantoran dan sudah mapan kelihatan dewasa juga."

Septi sampai mengingatnya raut wajah dari Akmal.

"Ganteng hanya casing aja, yang pentingkan hatinya."

"Susah ya ngomongin cowok sama kamu. Emang kamu emang kamu tuh nggak mau pacaran kayak temen-temen kita."

"Nggak, aku mau langsung nikah. Tapi nanti kalau udah lulus sarjana."

"Mulai sekali kamu itu Kasih Permata."

Kasih hanya tersenyum saja lalu serius dengan tugasnya lagi

😉😉😉

#3

"Semakin membuatku penasaran aja ini cewek." Kata Akmal sendiri yang duduk melamun menatap ke arah jendela di kursi ruang kerjanya.

"Sepertinya Dia calon istri idaman."

Katanya lagi dengan tersenyum sendiri.

"Punya calon istri kok tidak dikenalin."

Akmal sontak memutar kursinya mendengar suara seseorang yang tiba-tiba terdengar padahal tidak ada orang mengetuk pintu masuk ke dalam ruangannya.

"Kalau masuk itu salam."

Akmal menatap tajam ke arah Ridho, Mereka sudah bersahabat sejak masih berada di bangku kuliah.

"Ada orang melamun mana denger ada orang ngucapin salam."

Ridho mengambil duduk di kursi depan Akmal.

"Kebiasaan kamu, seenggaknya itu ketuk pintu masuk ruang orang sembarangan kalau aku jantungan gimana."

"Ha ha ha... Udah nggak usah dibahas. Ada yang lebih penting untuk dibahas sekarang."

"Apa?, target kemarin udah beres. Tinggal menunggu laporan dari lapangan saja kan.?."

"Bukan kerjaan Bro, tapi masalah kamu."

"Aku nggak punya masalah."

Akmal merasa bingung kenapa malah membahas dirinya.

"Mana calon istri kamu, udah punya calon nggak di kenalin." Tatap Ridho sambil menggerak-gerakan kedua alisnya.

"Calon istri apa, pacar aja belum ada."

"Kayaknya ada yang disembunyikan nih dari aku, cewek mana yang bisa menggetarkan hati dingin kamu itu."

"Apaan, belum ada. Susah banget menemukan yang pas."

"Mau sampai kapan Bro. Usia kamu makin bertambah apa kamu tidak punya keinginan untuk berumah tangga."

"Ya ada, tapi belum menemukan sosok yang tepat, dari pada salah pilih."

Akmal membela diri.

"Bukan belum ada kamu aja yang nggak nyari. Mana ada perempuan datang sendiri." Ledek Ridho.

"Udah nyari tapi dia belum mau."

Ridho langsung kembali serius menatap ke arah temannya itu.

"Cewek mana yang nolak kamu."

"Bukan nolak, tapi memang cewek ini unik. Cantik, lemah lembut dan sederhana."

Ucap Akmal dengan tersenyum sendiri membayangkan wajah Kasih.

"Ha ha ha... Masak cowok mapan kayak kamu dia masih mikir - mikir Bro."

Secara Akmal ini pekerjaan udah mapan posisi cukup strategis di kantornya wajah juga punya nilai lebih, menurut Ridho temannya ini idaman para wanita.

"Itulah yang buat aku penasaran dengan sosoknya."

"Dia kerja.?"

"Masih kuliah."

Ridho lagi - lagi mlongo, temannya ini sudah kepala tiga tapi mengincar anak kuliahan.

"Mau kamu jadikan adik Bro. Pantas aja dia nolak kamu dia itu ketakutan sama kamu." Ledek Ridho.

"Enak aja kamu, tapi dia kelihatan dewasa."

"Kenal dimana."

Telisik Ridho yang benar-benar merasakan penasaran.

"Warung nasi."

Ridho kembali mengerutkan dahinya mendengar itu.

"Warung nasi mana?."

"Itu seberang kantor, ternyata masakannya enak juga terus nggak sengaja lihat cewek itu."

"Dia makan juga.?"

Udah kayak wartawan saja ini si Ridho.

"Tanya mulu kamu kayak wartawan."

"He he he.. Penasaran aku."

"Nggak, dia nganter kue. Ibunya itu buat kue dan sering dititipkan di warung itu. Lha dia yang sering ngantar dan ngambil uangnya."

"Dia gadis biasa Bro."

"Sederhana tapi anggun, cantik."

Akmal memang sudah cinta pada pandangan pertama dengan gadisnya.

"Jadi penasaran aku, lagian sejak kapan kamu suka makan nasi di warung depan."

"Baru juga kemarin, Aku lapar banget terus aku lihat warung lumayan rame belok aja. Tapi masakannya enak juga kok."

"Jangan - jangan tadi habis dari sana kamu."

Akmal malah cengengesan sendiri.

"Iya, emang aku makan di sana tadi. Dan ketemu cewek itu lagi."

Ucapnya dengan senyum-senyum nggak jelas.

"Kamu jatuh cinta beneran Bro, bukan karena kasihan kan.?"

"Sembarangan kamu, aku sepertinya memang sudah jatuh cinta sama cewek itu."

"Besok ajak aku kesana, penasaran aku mau lihat cewek itu."

"Awas ya kalau ikut jatuh cinta." Ancam Akmal.

"Ha ha ha... Kurang cantik apa juga Anggun calon istri Ku sampai aku ikut jatuh cinta sama cewek itu."

"Waspada aja aku, kamu kan belum resmi menikah sama Anggun."

"Kayak anak kecil kamu Bro, pokoknya besok ajak aku ke sana. Aku mau lihat cewek seperti apa yang menolak diajak kenalan sama kamu. Ha ha ha ha... "

Tawa Ridho sedikit mengejek Akmal dan lalu pergi meninggalkan ruangan temannya itu.

"Kamu bakalan kagum kalau udah lihat dia."

Ridho hanya mengacungkan jempolnya kearah Akmal.

🌹🌹🌹🌹🌹

Di rumah Kasih.

Hari sudah malam, namun Kasih belum juga memejamkan kedua matanya. Dia juga baru saja menyelesaikan tugas kuliahnya dan kini membaringkan tubuhnya di atas kasur sederhana yang ada di dalam kamarnya itu.

"Kira - kira tadi ngapain itu cowok minta kenalan." Kasih terbayang wajah Akmal.

"Mau main - main aja kali ya, namanya juga di warung pasti banyak cowok-cowok yang hanya suka menggoda."

Katanya sendiri sambil terngiang akan wajah Akmal.

"Tapi bener juga apa yang dibilang sama Septi, lumayan cakep Dia."

"Astaghfirullah... Sadar Kasih."

Kasih mengusap wajahnya sendiri setelah dia tidak sengaja memuji Akmal.

"Udah ah, tidur besok berangkat pagi harus mampir ke warung dulu naruh kue ibu."

Kasih menutupi dirinya dengan selimut lalu mematikan lampu kamarnya dan memejamkan matanya juga menyalakan alarm tidur tak lupa dia juga sudah memanjatkan doa.

Esok harinya Kasih seperti biasa sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Kini Dia sedang menata barang bawaannya yaitu kue buatan ibunya yang harus dia taruh di warung nasi biasanya.

"Kasih pelan - pelan ya, itu banyak lho tidak kayak biasanya, katanya Bude itu untuk pesanan orang." Kata Ibunya yang membantu mengatakan kue di sepeda motor Kasih.

"Iya Bu, sudah kuat Bu. Insyaallah aman."

Kata Kasih sambil tersenyum lalu berpamitan dengan ibunya dan mulai menjalankan sepeda motornya.

Perjalanan lancar saja karena masih pagi dan warung itu tak begitu jauh dari rumah Kasih searah lagi dengan kampusnya.

Sesampainya di depan warung nasi, Kasih menghentikan sepeda motornya dan mengambil kue itu untuk dibawanya masuk.

Tapi karena Kasih saat mengambilnya kurang hati-hati tumpukan wadah yang berisikan kue itu miring dan hampir menumpahkan isi didalamnya yang membuat dia panik.

"Ehh.. Gimana ini, ini gimana kalau tumpah."

Kasih tambah panik karena tumpukan wadah kue ini semakin mau jatuh dan bisa merusak yang ada di dalamnya kalau sampai itu benar-benar jatuh ke bawah.

"Saya bantu Mbak."

Tiba - tiba ada seorang laki - laki yang datang membantu memegang tempat kue yang hampir saja jatuh ke tanah itu.

"Miring ini tempatnya, bisa jatuh kuenya."

Kasih menatap laki - laki yang membantu memegangi tempat kue itu dan saat itu kedua manik mereka saling bertemu.

"Terima kasih."

Ucap Kasih dan mendapat senyuman manis dari laki - laki itu.

🌹🌹🌹🌹🌹

Siapa ya, kira-kira yang pria itu.. 😉😉😉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!