NovelToon NovelToon

Antagonis Mommy

Episode 001

Seorang wanita berjalan sempoyongan keluar dari sebuah club. Wanita cantik dengan balutan dress hitam. Terlihat elegan dan menawan.

"Helen, apa kau baik-baik saja?" Seorang pria menghampiri wanita itu, lalu membantu wanita itu menjaga keseimbangan.

Helena Isabella, wanita itu mendongak menatap pria yang membantu nya.

"Arkhan?" Gumamnya setengah sadar.

"Astaga, Helena..." Pria itu mengerutkan keningnya, lalu menghela nafas gusar.

"Aku baik-baik saja, Arkhan." Sahut Helena bergerak tak tentu arah.

Arkhan mendengkus. Membantu memapah Helena. "Bau minuman. Helen, kau m4buk?" Tanya Arkhan.

"M4buk?" Ulang Helena dengan setengah sadarnya.

Sekali lagi, Arkhan menghela nafas gusar. "Kau pasti minum terlalu banyak." Kesal Arkhan.

"Tidak." Sahut Helena. "Aku hanya minum satu botol."

"Apa?!" Arkhan menatap tajam ke arah Helena.

"Satu botol? Astaga, Helena..." Pria itu memijat pelipisnya. Lelah dengan sikap Helena.

"Helena kau ini! Bagaimana bisa minum sebanyak itu? Kau harus mengurangi kebiasaan minummu itu!" Nasihat Arkhan sebagai manager Helena Isabella.

Siapa yang tidak mengenal wanita itu? Seorang ratu film kelas papan atas. Bukan hanya memiliki kecantikan surgawi, tapi akting yang tak tertandingi.

Hanya saja, Helena sangat suka minum. Meski ia sadar, dia akan mabuk setiap kali minum. Meski hanya beberapa gelas. Tapi ini, dia minum 1 botol.

Helena memijat pelipisnya, lalu menoleh ke arah manager nya.

"Arkhan, kau selalu bawel." Kesal Helena.

"Aku bawel karena aku peduli padamu, Helena!" Kata Arkhan sembari menunjuk ke arah Helena.

Helena memanyunkan bibirnya. Tatapannya sinis ke arah Arkhan, lalu memilih menatap ke arah lain.

"Aku hanya minum untuk menghilangkan stress dari pekerjaan ku." Gumam wanita itu.

Arkhan mendengar gumaman itu. Pria itu kemudian menghela nafas pelan. Yah, dia tahu artisnya lelah oleh pekerjaan selama ini, Helena tertekan.

"Aku tau kau tertekan, Helena. Tapi-"

"Diam." Helena meletakkan jemarinya di bibir Arkhan.

"Tidak boleh berisik, pak manager." Ucap Anabelle menatap Arkhan lekat.

"Helen -"

"Sudah aku katakan, jangan berisik." Kesal Helena menaikkan nada bicaranya. Arkhan diam seketika.

Itu membuat Helena tersenyum tipis. "Bagus."

"Sekarang serahkan kunci mobil." Pinta Helena mengadahkan tangan nya.

Arkhan mengerutkan keningnya dengan tatapan menajam. "Tidak!"

"Aku tidak akan membiarkan kamu menyetir dalam keadaan m4buk seperti ini, Helen!" Ucap pria itu tegas.

Itu membuat Helena berdecak. "Kau bawel, Arkhan!" Desis wanita itu.

Wanita itu kemudian merogoh seluruh saku Arkhan.

"Apa yang kau lakukan, Helen!" Ujar Arkhan tak berkutik kala di rogoh.

"Dapat." Senyum Anabelle terbit kala berhasil mendapat kunci mobil milik Arkhan.

"Kembalikan itu, Helen!" Pinta Arkhan tegas.

Sudut bibir Helen terangkat. Sinis.

"Ambil sendiri, aku pergi pak manager! Byee!" Helena berlari menuju parkiran.

Meski dalam keadaan setengah sadar, Helena masih bisa mengontrol dirinya.

"Helena!" Arkhan berdecak, kemudian menyusul Helena.

"Helena!" Arkhan menahan pergelangan tangan Helena yang hendak masuk ke dalam mobil.

"Kau sangat berisik, Arkhan! Aku tidak suka!" Desis Helena menghempaskan tangan Arkhan.

Arkhan mengangkat kedua tangannya ke udara.

"Oke, aku tidak akan berisik. Tapi biarkan aku yang menyetir, oke? Aku akan mengantarmu ke apartemen." Bujuk Arkhan.

Helena terdiam sesaat. "Oke."

Arkhan tersenyum lega. "Sekarang, serahkan kunci mobil nya?" Pinta Arkhan.

Sudut bibir Helena kembali terangkat. Ketika tangannya hendak memberi, justru mendorong tubuh Arkhan hingga terjungkal dan jatuh ke aspal.

Helena tertawa, kemudian langsung masuk ke dalam mobil milik Arkhan.

"Aku pergi dulu, byee!" Wanita itu masih sempat-sempatnya melambaikan tangan ke arah Arkhan.

Arkhan bangun berdiri, tapi Helena mengemudi mobil bak kesetanan.

"HELENA!!"

...***...

Mobil sport yang di Kendari Helena melaju keluar dari sebuah parkiran club malam. Lalu membelah jalanan kota yang lumayan sepi di malam hari.

Helena Isabella, wanita beraurai hitam pekat itu mengendarai mobil bak kesetanan. Tawanya semakin menjadi seiring kecepatan mobil yang tak terkendali.

"Hahaha!!! Lebih cepat, lebih cepat!" Seperti anak kecil yang sedang bermain. Helena terus menambah kecepatan mobilnya.

Hingga, tiba-tiba seekor kucing melesat menyebrang, membuat Helena tersentak dan membanting stir.

Namun, karena kecepatan mobilnya yang bak kesetanan, mobil itu menabrak pembatas jalan dengan luar biasa kencang. Menimbulkan bunyi remuk yang dahsyat.

Helena mencoba meraih gagang pintu mobilnya. Tapi tangannya justru terjatuh.

"Bagaimana... bisa...."

...***...

"Maafkan Eyon... Tolong maafkan Eyon Mommy."

Seorang bocah cilik terus menangis. Suara tangisnya terdengar pilu dan menyedihkan. Terus memanggil dan memohon ampun pada seseorang yang dia panggil 'mommy'.

"Eyon takut, Mommy... Tolong bukain... Gelap..."

Seorang wanita yang terbaring di atas lantai. Perlahan membuka matanya kala mendengar tangisan bocah itu.

"Kepala ku sakit sekali ..." Wanita itu meraba kepalanya.

"Mom... Mommy?"

Wanita itu mengerutkan keningnya kala seseorang memanggil nya. "Hah?

Episode 002

"Mom... Mommy?"

"Mommy... Maafkan Eyon, Eyon salah...."

"Maafkan Eyon, Mommy. Eyon takut, di sini sangat gelap...."

Suara tangis itu kembali terdengar. Wanita bersurai hitam pekat itu memijat pelipisnya, kepalanya terasa nyeri.

"Apa yang sebenernya terjadi?" Gumamnya sembari memperhatikan sekitar.

Bola matanya membulat melihat keadaan sekitar. Sebuah kamar luas yang mewah.

Keningnya semakin dalam berkerut. "Apa yang sebenernya terjadi? Di mana aku? Dan siapa yang menangis itu?"

Pertanyaan bertubi-tubi itu menghunus otaknya. Jelas, ini bukan kamar nya, dia tidak pernah melihat kamar ini. Lalu, suara tangisan itu, suara siapa?.

Helena Isabella, wanita itu menampar dirinya, mungkin ini adalah mimpi. Ya, wanita itu kembali menampar pipinya sendiri.

"Bukankah tadi aku sedang mengendarai mobil, lalu ada seekor macan atau kucing yang melintas sekelebat. Aku ingat jelas aku membanting stir dan menabrak pembatas jalan, setelah nya ...,"

"Seharusnya aku sudah mati. Atau tidak, setelah membuka mata ada di rumah sakit, jika tidak ya... Di rumah Tuhan. Mengapa justru ada di tempat – yang entah di mana?!" Helena Isabella memijat keningnya.

Namun, suara ribut dari dalam lemari membuatnya bangun dan berjalan mendekati lemari tersebut.

"Siapa di sana?!" Tanya Helena Isabella dengan tegas.

'bruk'

Seorang bocah laki-laki muncul dari dalam lemari. Wajahnya manisnya memerah karena terlalu menangis seperti nya.

Kening Helena Isabella semakin dalam berkerut. Sebelum dia bertanya, bocah itu lebih dulu memeluk kakinya.

"Mommy, Eyon salah... Maafkan Eyon, Mommy...."

"Jangan kurung Eyon di lemari lagi, Eyon takut Mommy...." Bocah laki-laki itu terus memeluk kaki Helena Isabella dengan derai air mata.

Wanita itu mengerutkan keningnya semakin dalam. Langkahnya mundur ke belakang.

"Astaga, anak siapa itu? Mengapa dia menangis dan memohon kepada ku?" Batin wanita itu berteriak.

"Apa tadi katanya? Mommy? Dan aku mengurung nya di dalam lemari itu?"

Wanita itu jatuh terduduk di atas kasur. "Sebenernya, apa yang terjadi?" Gumamnya.

"Mommy, Mommy boleh pvkvl atau tendang Eyon, tapi jangan masukkan Eyon ke dalam lemari. Eyon takut ...,"

"Di lemari gelap, ada kecoa dan Eyon susah bernafas...." Tangan bocah itu dengan sesekali mengusap air matanya.

Bocah itu kemudian mengambil sebuah tongkat baseball. "Mommy juga boleh pukul Eyon pake ini...."

Membelakkan mata, wanita itu segera menghampiri bocah itu dan merebut tingkat itu.

"Apa yang sebenernya terjadi? Benarkah aku mengunci bocah menggemaskan itu di dalam lemari? Itu tidak mungkin, bagaimana bisa aku melakukan hal jahat seperti itu pada bocah menggemaskan ini!" Batin Helena Isabella berteriak.

"Hey bocah, tunggu sebentar...."

Helena Isabella menatap sekelilingnya sekali lagi, berharap ada kamera film. Yah, mungkin dia sekarang sedang syuting film, dan kecelakaan semalam itu hanyalah mimpinya, atau salah satu adegan film.

"Yah, mungkin itu benar...." Batin Helena Isabella tersenyum harap.

Tangan wanita itu terulur ingin meraih bahu bocah itu, tapi pintu kamar itu terbuka. Seorang pria tampan muncul dari luar.

"Leon?!"

Pria tampan itu tampak terkejut, tapi bola matanya semakin melebar melihat tongkat baseball di tangan wanita di depannya.

"Istri, tolong jangan pukul Leon."

Sekarang tinggal Helena Isabella yang melebarkan pupil matanya. "Hah?! Apa?!"

Pria itu berjalan mendekati bocah laki-laki itu, lalu menyembunyikan di belakang tubuhnya.

"I-istri, apakah Leon membuatmu marah? Tolong maafkan dia. Jangan hukum dia, hu-hukum aku saja...."

Pria bersurai hitam pekat itu menitikkan air matanya. "Tolong jangan hukum dia, pukul aku saja, Istri...."

Helena Isabella terpana dengan pria tampan dan menggemaskan di depan nya.

"Siapa pria imut ini?" Batin Helena Isabella senang. Tapi ekspresi wajahnya berubah terkejut.

"Tunggu... Istri? Apakah aku salah dengar? Dia memanggil ku Istri? What!?"

Episode 003

Melihat wanita di depannya hanya diam, Orion bertekuk lutut di hadapan Helena Isabella.

"Istri, tolong maafkan Leon, hukum aku saja...." Mohon pria itu.

Bella memijat pelipisnya. Kepalanya semakin berdenyut denyut. Dia bingung dengan situasi sekarang. Seorang anak kecil yang menangis di kakinya dan memanggil nya mommy? Lalu sekarang di tambah seorang pria imut memanggil nya istri?

"Siapa yang kau panggil istri?" gumam Bella pelan. Tapi masih bisa di dengar oleh pria bernama Orion.

Orion bangun berdiri, lalu menggapai tangan Bella, membuat wanita itu mendelik, terkejut dengan tindakan tiba-tiba pria manis itu.

"Istri, aku tau kau sedang marah, tapi kau tidak mungkin melupakan siapa aku bukan? Istri, maafkan Leon ya?" cairan bening mengalir membasahi pipinya. Pria manis itu tampak imut di mata Bella. membuat Bella tak berkedip.

"Astaga! Manis sekali pria ini."

Namun, Orion segera menarik tangan nya menyadari dirinya telah lancang memegang wanita di depannya.

"Maaf, maaf Istri... Aku tidak bermaksud lancang menyentuh mu." pria itu menunduk merasa bersalah dan takut.

"A-apakah istri akan semakin marah? Apakah dia akan memukvliku?" Batin Orion sedih.

"Apakah aku sedang bermain drama?" Batin Bella mengernyit heran.

"Tapi apa dialog ku?" Gumam wanita itu sembari menatap pria di hadapannya, lalu menatap sekelilingnya.

"Tidak ada kamera, sutradara atau kru lainnya, sebenarnya apa yang sedang terjadi?"

Ketika otak nya tengah berpikir. Bella ingat dengan salah satu naskah yang akan ia mainkan. Dan adegan ini, persis seperti yang ada di dalam naskah.

"Namamu Orion?" Tanya Bella mamastikan.

Pria itu mengerutkan keningnya. "Apakah Istri melupakan Orion?" Wajah pria itu nampak sedih.

Damn!

"Pantas aku tidak asing dengan adegan ini. Ini adalah salah satu adegan dalam naskah yang akan aku perankan."

Wanita itu kembali menatap pria imut di depannya. "Apakah namaku Bella? Isabella."

Orion mengangguk. Membuat Bella tersenyum lesu.

"Sial." Umpat wanita itu.

"Istri, apakah istri baik-baik saja?" Tanya Orion cemas.

Bella menatap Orion, memperhatikan pria itu. Lalu kemudian tubuhnya terjatuh ke lantai.

'bruk'

"Istri! Apa istri baik-baik saja?!"

Sekali lagi, Bella memandangi wajah Orion dan bocah kecil di samping pria itu.

"Orion... Leon?" Gumam Bella.

"Apa yang istri butuhkan?" Tanya Orion cemas.

"Nafas buatan. Aku butuh nafas buatan...."

...

"Minumlah, Istri...." Orion memberikan segelas air putih untuk Bella.

Bella menerimanya. Setelah meminumnya, ia meletakkan di atas nakas.

"Apa ada lagi yang istri butuhkan?" Tanya Orion dengan wajah polosnya.

Bella menggeleng. "Tidak ada. Tinggalkan aku sendiri. Bawa Leon juga."

Orion mengangkat wajahnya bahagia. "Benarkah?" Tanya pria itu memastikan.

Bella memalingkan wajahnya. "Ck, iya. Cepat keluar, atau aku akan menghukum kalian berdua." Ancam Bella.

Orion mengangguk dengan cepat. "Leon, ayo kita keluar. Biarkan Mommy beristirahat." Ajak Orion.

Keduanya kemudian pergi dari kamar Bella, tapi dengan masing-masing pertanyaan di benak mereka.

"Ada apa dengan istri hari ini? Tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Biasanya dia akan terus menghukum Leon." Batin Orion sembari menutup pintu kamar.

Leon juga memperhatikan Bella yang memijat pelipisnya, sebelum pintu kamar itu tertutup.

"Mengapa Mommy terlihat berbeda? Mommy tidak menghukum Eyon...."

...***...

Bella memijat pelipisnya pelan. Dia berharap ini semua hanyalah mimpi, tapi sayang, ini semua terlalu nyata untuk di katakan mimpi.

Membaringkan tubuhnya di atas kasur, lalu menghela nafas gusar.

"Ini seperti mimpi, apakah aku benar-benar masuk ke dalam naskah itu?" Gumam Bella masih tak percaya.

"Bella, tokoh antagonis yang kejam dan jahat. Bahkan terhadap suami dan anak sambungnya."

"Aku belum membaca habis naskah ini. Jika aku tahu akan masuk ke dalam novel ini, aku akan mendengarkan Arkhan untuk membaca dan mempelajari naskah ini secara menyeluruh."

"Yang aku tahu tokoh ini sangat jahat dan kejam terhadap protagonis pria dan anaknya. Sampai-sampai, tokoh anatagonis ini akan mati di tangan protagonis pria, suaminya sendiri."

Bella menenggelamkan wajahnya di antara bantal. Andai dia mendengarkan Arkhan untuk tidak mengendarai mobil sendiri, dia tidak akan masuk ke dalam novel ini dan menjadi Antagonis yang akan mati di tangan protagonis pria.

"Tidak." Bella bangun berdiri. Tangannya mengepal.

"Bagaimana juga aku telah masuk ke dalam novel ini. Bahkan jika aku menjadi seorang antagonis, aku harus bisa menentukan takdir ku sendiri." Tatapan Bella penuh dengan kobaran api semangat. Yah, ini bukanlah akhir untuk dirinya.

"Ayo semangat Helena Isabella! Ini bukanlah akhir untuk ratu film seperti mu!!"

...***...

Q

"Tuan...."

Pria tampan itu membungkuk, memberi hormat pada pria tampan di hadapannya.

Pria yang duduk di sofa itu mengeluarkan sepucuk surat. Wajahnya yang menawan, tampak seribu kali lebih tampan di bawah sinar rembulan.

"Berikan surat ini untuk nya. Pastikan benar-benar dia yang menerima nya." Ujar pria itu.

Sang bawahan menerima sepucuk itu dan mengangguk. "Saya mengerti."

Setelahnya, sang bawahan pergi. Meninggalkan nya seorang diri.

"Bella, aku harap dia menjalankan tugasnya dengan baik."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!