"Astaga ! Jam berapa ini? Ya ampun kok udah jam 6!" ucap gadis itu dengan rambut berantakan khas bangun tidur.
"Ra , lo ngapain ? Kaget gue!" ucap Viona yang turut kebangun karena mendengar suara teriakan sahabatnya itu.
"Lo juga baru bangun ? Gue kesiangan bangun Vio , padahal gue ada kerjaan." ucap Aera sambil meraih ponselnya di meja sebelah tempat tidur.
"Ini hari Minggu Ra , lo ada kerjaan apa emang ? " ucap Viona dengan heran sambil menatap wajah sahabat itu yang tampak panik.
"Ada kerjaan , gue ada tugas ketemu klien." ucap Aera sambil menjedai rambut panjangnya.
"Hari libur gini tetep aja kerja! Bos lo emang keterlaluan Ra , gak bisa apa lihat anak buahnya istirahat ." ucap Viona yang kemudian kembali menarik selimut menutupi tubuhnya yang masih kedinginan.
"Ya gimana lagi Vi , gue harus kerja sesuai sama posisi gue. Mau protes yang ada gue dipecat dong nanti. Udah ah gue harus serba cepat nih!" ucap Aera yang kemudian berlari keluar dari kamar sahabatnya yang kini melanjutkan tidur.
Semalam kedua gadis cantik itu menghabiskan malam dengan menonton drama Korea terbaru. Alhasil , Aera sampai ketiduran dan malas untuk berpindah. Akhirnya ia tertidur di kamar Viona.
Aera dan Viona menempati rumah yang tidak begitu besar , namun rumah kontrakan yang berisi dua kamar tidur itu cukup luas untuk di huni dua perempuan yang kesehariannya disibukkan oleh pekerjaan itu.
Gadis biasa yang merantau ke kota untuk bekerja. Itu tujuan mereka. Mereka memang sahabatan sejak masa kuliah. Meskipun mereka tidak bekerja ditempat yang sama , namun mereka memilih tinggal ngontrak bersama agar tetap sama-sama dan tidak tinggal sendirian.
"Udah siap , gak ada yang ketinggalan kan? Gak ada deh kayaknya , untung aja semalam udah gue siapin semua berkasnya. Coba kalo enggak , bisa lebih berantakan pagi ini." ucap Aera sambil memasukkan beberapa map dan laptopnya kedalam tas.
"Kok udah jam setengah 7 sih , kenapa cepat banget! Gue harus cepat mandi ini." ucap Aera yang kemudian bersiap untuk mandi.
15 menit tak terasa ia habiskan di dalam kamar mandi. Aera memakai pakaian simpel aja kali ini. Walaupun tujuannya untuk bekerja , tapi kenyataannya ini memang hari libur yang tidak mengharuskannya berpakaian kantor.
Rok hitam selutut dengan atasan blouse abu-abu lengan sesiku itu terlihat senada. Rambut ia biarkan saja tergerai karena biasanya ia selalu mengucirnya . Tapi kali ini , ia buru-buru sekali sampai tidak ada waktu untuk mengikatnya.
Wajah pun juga hanya terpoles make up tipis , tapi memang sudah seperti biasanya ia tidak pernah memakai make up tebal.
Semua sudah beres. Pukul tujuh tepat. Aera keluar dari kamar menenteng tas serta memegang ponselnya. Ia meletakkan barang bawaannya di sofa ruang tamu. Ia pun bergegas ke dapur untuk sarapan.
Sarapan seadanya yang Aera temui kini ada sereal di dalam kulkas. Ia memang suka menyetok sereal dan susu sebagai jalan ninja nya disaat terburu-buru. Karena tidak membutuhkan waktu lama , sarapan pun sudah siap ia santap.
Tak lama , Aera mendengar suara mobil terhenti didepan rumah. Lalu klakson berbunyi dua kali. Aera mengerutkan kedua alisnya heran , siapa pagi-pagi begini datang kerumahnya?
Aera menghabiskan sereal nya yang hanya tinggal dua suap lagi. Ia tidak buru-buru membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Biarlah nanti jika memang bertamu kerumahnya , pasti akan mengetuk pintu. Karena bisa saja mobil itu hanya penghuni depan rumah .
Selesai mencuci mangkok , Aera menekan tombol dispenser nya untuk mengambil minum. Ia minum beberapa teguk sampai sesuatu yang mengagetkannya terjadi.
Klakson mobil berbunyi lagi tiga kali. Sontak saja hal itu membuat Aera bertanya-tanya. Ia pun bergegas menuju pintu.
Aera terkejut kala membuka pintu rumahnya , dia melihat bosnya baru membuka pintu mobil. Dilihatnya bosnya itu keluar dari dalam mobil.
Aera melihat jam di tangannya , pukul tujuh lebih lima belas menit.
Aera dengan setengah berlari menghampiri bosnya didepan mobil.
"Selamat pagi pak." ucap Aera dengan sopan.
"Pagi. Kenapa lama sekali baru keluar ? " ucap lelaki itu.
"Maaf pak , saya nggak tau kalau bapak kesini. Saya kira mobil nya orang depan rumah pak tadi. Lagian bapak kenapa kesini? " ucap Aera dengan heran.
"Jemput kamu lah! Kamu pikir saya ngapain datang kesini ?" ucap bosnya yang membuat Aera semakin heran saja.
"Kan bapak tinggal tunggu aja di tempat yang di janjikan pak , saya akan datang kesana. Bapak tidak perlu repot-repot datang menjemput saya." ucap Aera tampak berani saja menjawab.
"Ambil barang bawaan kamu , kita berangkat sekarang. Cepat !" ucap bosnya yang kemudian masuk kedalam mobilnya lagi.
Aera pun berdecak kesal karena sikap bosnya itu. Tanpa pikir panjang , Aera masuk kedalam rumah mengambil tas dan ponselnya. Ia berfikir , apakah ia terlambat ? Tidak mungkin , bertemu klien sudah teratur pukul delapan dan itupun di tempat yang tidak terlalu jauh.
"Viona , gue berangkat sekarang!" ucap Aera dengan lantang berpamitan pada Viona yang kini ternyata baru bangun.
"Iya Ra , hati-hati lo." ucap Viona yang tampak setengah sadar.
Aera masuk kedalam mobil bosnya dan duduk di kursi belakang. Lalu ia menutup pintu kembali.
"Siapa suruh duduk di belakang ? Kamu anggap saya supir pribadi kamu?" ucap lelaki itu dengan datar sambil menatap Aera dari kaca.
"Saya harus duduk didepan pak? " ucap Aera dengan bodohnya bertanya.
"Jangan buang-buang waktu ya kamu tu! Cepat pindah sekarang !" ucap lelaki itu lagi yang membuat Aera buru-buru keluar dan masuk mobil lagi untuk duduk di kursi depan.
Masih pagi tapi sudah keringat dingin dibuatnya. Bosnya memang tampan , baik , tapi ya begitulah.
"Pakai seat belt nya. " ucap bosnya lagi yang kemudian mengemudikan mobilnya .
Lagi-lagi Aera di buat kacau saja oleh lelaki yang menjadi bosnya itu. Ia sudah bertahan pada posisi ini kurang lebih satu tahun. Tapi waktu selama itu tidak membuatnya berani berkata semaunya kepada bosnya.
Derry Arfan Pratama , bos muda Aera yang tampangnya sangat sempurna di mata kaum hawa. Ia adalah anak pertama , sedangkan adiknya perempuan yang kini masih sekolah di bangku SMP. Usia dengan adiknya memang terpaut cukup jauh.
Itulah alasan dari orangtuanya kenapa ia harus menjadi pemimpin perusahaan. Di samping itu , ayahnya sudah meninggal saat ia masih kuliah. Ia di tuntut harus bisa menguasai perusahaan yang di bangun ayahnya susah payah itu agar tidak sia-sia.
Derry adalah harapan dari keluarganya yang ia sayangi.
"Sudah saya kirim pesan dan saya telpon beberapa kali tapi kamu tidak merespon. Dan begitu saya sampai di depan rumahmu , kamu masih tanya kenapa saya datang ?" ucap Derry dengan ekspresi sulit diartikan.
"Apa pak? Serius ?" ucap Aera dengan raut wajah yang begitu terkejut.
Lalu ia sontak saja mengambil ponselnya. Sayang sekali ponselnya berada di dalam tas , yang mana tas itu berada di belakang.
"Aduh pak , maaf saya ambil tas dulu di belakang." ucap Aera yang kemudian menoleh kebelakang. Tangannya terulur kebelakang meraih tasnya. Kepala Aera hampir saja terpentok bahu bosnya itu ketika mobil berjalan di tikungan tajam.
Tangan kanan Derry reflek menahan kepala Aera meski tidak terbentur tepat dibahunya yang tegak.
"Maaf pak , nggak sengaja. Saya nggak lihat jalan tadi. Nggak tau kalau jalanan menikung." ucapan Aera kikuk sekali karena perlakuan bosnya. Hal itu membuat sang empunya kepala langsung kembali duduk seperti semula setelah mendapatkan tasnya.
Aera langsung membuka ponselnya. Benar saja ada pesan WhatsApp dan tiga kali panggilan masuk dari bosnya pukul setengah tujuh tadi.
"Jelas aja pak saya nggak respon pesan sama telpon bapak, tadi saya baru mandi jam setengah tujuh tuh pak. Setelah itu saya tidak membuka hp saya lagi." ucap Aera dengan tenang berharap bosnya itu bisa mengerti jawabannya.
"Tapi pak , kok bapak tau rumah saya ? Bapak kan nggak pernah saya ajak kerumah saya ?" ucap Aera dengan heran sambil memberanikan diri melirik bosnya yang fokus menyetir.
"Apa ? Saya tidak boleh tau rumahmu?" ucap Derry yang membuat Aera semakin pusing saja menanggapinya.
"Bukan begitu juga pak. Boleh bapak tau. Iya boleh. Aduh gimana sih pak , udahlah terserah bapak aja." ucap Aera yang akhirnya menyerah dan memutuskan untuk lebih baik diam saja.
Entahlah berbicara dengan bosnya itu selalu saja membuatnya kesal. Sudah setahun lebih ia bekerja disamping bos tapi tetap saja seperti itu sikapnya. Tidak berubah sama sekali.
Perasaan Aera begitu dibuat penasaran kembali kala mobil itu melaju semakin jauh.
'Kok ini bukan ke cafe tempat ketemu klien sih? Ini mau kemana ?" ucap Aera dalam hati bertanya-tanya.
Ia berpikir , harus atau tidak ia bertanya.
"Pak , ketemu klien bukannya di cafe seperti biasa ? " ucap Aera yang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Klien kita tidak jadi datang. Ada sesuatu yang tidak bisa ditinggal. Jadi dia minta kita yang harus kesana." ucap Derry yang sedetik kemudian membuat Aera membulatkan matanya.
"Maksud bapak, kita sekarang ke Bogor ?" ucap Aera dengan menatap bosnya yang justru tampak santai saja.
"Kenapa ? Tinggal duduk aja nikmatilah perjalanan nggak perlu protes. Bisa kan?" ucap Derry yang membalas menatap Aera dengan tenang.
"Bisa. Itu kalau bapak bilang dari tadi. Jadi saya nggak perlu berpikir panjang kali lebar pak. Bapak mau bawa saya kemana kenapa jauh nggak sampai-sampai. Pikiran cewek itu jauh pak. Nggak sesingkat itu." ucap Aera berbicara tanpa memikirkan posisinya bahwa kenyataannya ia itu harus menghormati lelaki itu.
"Kok udah makin berani ya kamu? Nggak usah mikir macam-macam , kamu itu punya peran penting di perusahaan saya. Jadi tenang aja , saya nggak akan mungkin jual kamu." ucap lelaki itu dengan sedikit sekali senyuman yang terukir.
Ucapan Derry benar-benar membuat Aera tidak habis pikir. Ingin sekali ia ceramah lebih panjang lagi setelah mendengar ucapan Derry tadi. Tapi tidak ada nyali.
"Baiklah. Nggak ada untungnya juga bapak jual saya. Dan kenapa bapak nggak pakai supir aja pak , kan perjalanan ke Bogor lumayan jauh. Bapak bisa kecapekan nanti." ucap Aera sudah mulai tenang.
"Kenapa lagi ? Kamu khawatirkan saya ? Saya bawa mobil lebih jauh lagi pun sanggup." ucap Derry yang membuat Aera semakin geram.
Memang paling benar itu adalah diam saja. Setidaknya ia sudah tau kemana tujuannya sekarang.
Aera memfokuskan pandangan keluar jendela untuk melihat pemandangan yang bisa di bilang lumayan untuk mencuci matanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...next......
Dunia memang penuh teka-teki yang tidak selamanya bisa dimengerti. Dan kehidupan tetap terus berjalan seperti bulan yang terus mengelilingi bumi.
Perjalanan yang teramat membosankan. Hari Minggu memang waktunya untuk pergi berlibur. Tidak heran jika jalanan begitu macet berkilo-kilo meter. Berdua di dalam mobil dengan lelaki yang begitu dingin adalah ujian baginya.
Aera tampak mengotak-atik ponselnya. Ia menyibukkan diri menjelajahi sosial media miliknya. Apalagi hal yang akan ia lakukan jika seperti ini ? Ngobrol pun tidak akan mungkin terjadi.
"Sibuk sekali dengan ponselmu." ucap Derry memecah keheningan.
"Lalu saya harus ngapain pak?" ucap Aera bertanya untuk mendengar bagaimana jawaban dari bosnya itu.
Derry melajukan mobilnya menepi dan justru berbelok lalu berhenti di supermarket. Nafasnya terlihat terhembus agak kasar. Penat sekali memang terjebak dalam kemacetan.
"Pak , bapak baik-baik aja kan?" ucap Aera dengan hati-hati.
"Kita turun aja dulu." ucap Derry sambil melepaskan sabuk pengaman pada tubuhnya. Lalu tanpa berkata-kata lagi , lelaki itu keluar lebih dulu meninggalkan Aera yang masih tampak berpikir.
Aera pun menuruti saja perkataan bosnya itu. Ia meninggalkan tasnya di dalam mobil dan hanya menggenggam ponselnya saja. Ia menghampiri bosnya yang sudah menunggunya di depan mobil tepat.
"Ayo masuk." ucap bosnya mengajak Aera masuk kedalam supermarket tersebut.
Aera sempat bingung dengan lelaki itu. Kenapa ia mengajaknya ke supermarket. Padahal perjalanan belum selesai dan masih sekitar setengah jam lebih.
"Mau cari apa pak?" tanya Aera yang sedari tadi mengekor di belakang.
"Terserah. Ambil apapun yang kamu mau." ucap Derry dengan ekspresi dinginnya yang tidak berubah.
Ucapan Derry membuat Aera semakin bingung saja. Apa yang akan ia ambil? Dan kenapa?
"Kok gitu pak? Bapak beneran?" ucap Aera tak percaya.
"Kali ini please deh jangan bawel jadi cewek. Saya yang akan bayar. Ambil aja jajanan , makanan , minuman atau apapun terserah. Udah cepat." ucap Derry yang entah kenapa membuat Aera merasakan sedikit kesenangan.
"Buat bapak juga kan , baiklah saya cari dulu." ucap Aera dengan tersenyum manis lalu lekas memilih cemilan.
Aera terlihat memilih minuman dahulu berupa dua botol air mineral dan susu kotak. Ia mengambil beberapa susu dengan rasa coklat , strawberry dan vanilla.
"Masukin sini." ucap Derry yang ternyata membawa keranjang belanja di belakang Aera.
Aera tampak terkejut sesaat. Lalu sedetik kemudian ia tersadar dan meletakkan minuman itu ke dalam keranjang. Ia pun meraih keranjang bermaksud membawanya sendiri.
"Pilih aja , saya bawain keranjangnya." ucap Derry sembari memasukkan minuman kaleng kedalam keranjang.
'Mimpi apa sih gue semalam ? Kenapa gue seneng ya kali ini? Aduh , please. Biasa aja oke! Ini kerjaan gue. Harus profesional.' ucap Aera dalam hati. Perasaannya meronta-ronta sekali entah karena apa.
Aera melanjutkan mengambil dua bungkus roti sandwich coklat , Oreo dan beberapa makanan ringan lainnya. Apa lagi yang akan ia ambil , ia rasa sudah cukup karena hanya berdua yang akan menikmati ini.
"Udah aja pak , udah banyak." ucap Aera berhenti di depan bosnya.
"Yakin udah cukup ?" ucap Derry.
"Emang siapa aja yang mau makan ini semua pak? Kalau cuma untuk berdua , lebih dari cukup sih." ucap Aera dengan tersenyum.
"Ya sudah." ucap Derry.
Penjaga kasir tampak begitu fokus sekali memperhatikan Aera yang memang tampak cantik membuat siapapun terpesona. Derry pun meletakkan keranjang di atas meja agar lekas di hitung.
"Ehm! Kamu tunggu aja di mobil." ucap Derry kepada Aera.
"Baiklah." ucap Aera yang nurut saja dengan perintah bosnya itu langsung pergi meninggalkan kasir lalu keluar.
Aera masuk kedalam mobil. Ia menunggu bosnya yang masih menunggu pembayaran selesai. Ia tampak menatap jauh ke arah dimana bosnya berdiri. Kemeja putih dengan lengan panjang itu tampak di gulung sedikit. Siapa sih yang tidak terpana oleh lelaki yang parasnya hampir mendekati kata sempurna itu?
"Gue bisa gila kalo kayak gini terus-terusan. Dia itu bos gue , dia atasan gue! Nggak akan pernah mungkin dia mau melihat gue , bahkan melirik pun kayaknya gak bakal dia lakuin. Ayolah Aera , lo harus bisa seperti biasanya." ucap Aera dengan bodohnya berbicara pada dirinya sendiri.
"Sial! Kenapa dia semenarik itu sih!" ucap Aera lagi kala ia melihat lelaki itu menentang plastik menuju mobilnya.
Derry masuk kedalam mobil dan memberikan seplastik belanjaan itu kepada Aera. Gadis itu menerima dengan kedua tangannya.
"Makasih ya pak udah baik banget mau traktir saya jajan." ucap Aera dengan tersenyum.
Derry hanya menganggukkan kepalanya saja sembari memasang sabuk pengaman. Tanpa kata-kata , ia melajukan mobilnya kembali ke jalan raya. Kemacetan sudah lumayan mengurai dan kini arus lalu lintas tampak ramai lancar.
"Tunggu apa lagi? Buka , makan aja apa yang mau kamu makan." ucap Derry sambil fokus menyetir. Ia menunggu-nunggu kenapa gadis itu tidak segera membuka plastik berisi jajanannya.
"Ah iya pak. Bapak mau yang mana? Bapak tadi udah sarapan belum ?" ucap Aera yang tampak melihat-lihat jajanannya.
"Belum sarapan." ucap Derry dengan tenang.
"Hah? Serius pak belum sarapan ? Kok bisa sih?" ucap Aera yang kemudian mencari roti sandwich coklat yang tadi ia ambil.
"Ya karena saya semalam tidur di apartemen. Nggak ada yang siapkan sarapan. Lagian juga tadi buru-buru." ucap Derry yang sedikit mencair , begitu pikiran Aera.
"Kenapa juga tinggal di apartemen pak , kenapa nggak di rumah aja? Kan ada pelayan yang siap bikin sarapan. Bapak makan roti dulu nih." ucap Aera sambil memberi sebungkus roti pada lelaki itu.
"Gimana saya bukanya? Kamu nggak lihat saya lagi nyetir ?" ucap Derry yang membuat Aera merutuki kebodohan lagi.
Langsung saja Aera menyobek kemasan plastik itu di samping. Namun , apakah lelaki itu juga butuh di suapkan juga? Konyol sekali jika iya.
"Bapak bisa pegang sendiri kan? Nggak perlu saya yang..." ucap Aera terputus.
"Bisa." ucap Derry yang langsung memutus pembicaraan Aera lalu kemudian tangan kanannya terulur menerima roti sandwich itu. Aera tersenyum melihat lelaki itu yang kini terlihat memakan roti dengan santainya.
Aera tampak mencari susu coklatnya. Namun ia justru terkejut melihat ada sebuah cokelat batangan di dalam. Silver Queen ? Siapa yang mengambilnya ?
"Yang masukkan cokelat ini bapak ya? " ucap Aera sambil menatap coklat di tangannya lagi bergantian menatap wajah bosnya.
Derry berdehem karena kaget. Ia juga tidak mengerti kenapa ia tadi mengambil coklat itu. Padahal ia tidak begitu menyukainya.
"Iya. Emang kenapa ? Nggak mau?" ucapan Derry membuat Aera mengerutkan keningnya.
"Loh , buat saya pak? Hehehe bapak tau aja saya penyuka cokelat. Eh tapi..." ucap Aera terhenti lagi.
"Minum !" ucap Derry yang meminta minum dengan tiba-tiba seolah ia ingin menghentikan ucapan Aera.
"Yang mana pak? Ini atau ini?" ucap Aera dengan memberikan pilihan di kedua tangannya yang masing-masing menggenggam minuman kaleng.
"Kanan. Bukain sekalian. Hati-hati tumpah." ucap Derry memperingatkan karena itu minuman yang mengandung soda.
"Nggak baik buat kesehatan loh pak minum minuman yang ada sodanya tuh. " ucap Aera yang kemudian membuka segel kaleng itu dengan hati-hati.
"Enggak tiap hari saya minum kayak gini." ucap Derry dengan tenang.
Derry meneguk minuman itu dengan hati-hati karena takut tumpah. Jika menetes sedikit saja , kemeja putih itu pasti sudah tampak kotor.
Aera membuka sebungkus snack kentang . Lalu ia mulai memakannya satu persatu.
"Mau nggak pak?" ucap Aera berbasa-basi sambil menyodorkan snack itu kearah Derry .
Lelaki itu tertangkap memandangnya sesaat. Lalu ia turut mengambil isi snack itu.
Sebungkus berdua ? Apa-apaan ini kok lelaki itu mau join dengannya ?
Aera tampak kikuk sendiri sekarang. Tak ada keberanian untuk berbicara. Biarlah ia menikmati makanan bersama lelaki yang diimpikan banyak perempuan itu. Setidaknya itu membuat perasaannya tetap baik-baik saja meskipun harus gagal berlibur di hari yang cerah ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......
Dapur tampak berantakan sekali , banyak perabotan yang terpakai. Entahlah hari libur ini terasa menyebalkan karena harus ditinggal sahabatnya pergi bekerja. Alhasil membuat Viona kebingungan harus melakukan apa selain tidur.
Memasak adalah pilihan yang tepat. Dengan memasak , ia juga dapat mengasah keterampilannya di dunia perdapuran. Apalagi ia seorang wanita yang kelak akan menjadi ibu dan istri dari pasangannya. Maka ia harus pintar memasak pula.
Viona sempat belanja kepasar meskipun agak kesiangan. Ia mengendarai motornya sendirian untuk belanja keperluan dapur.
Tak terasa kini sudah pukul setengah sebelas. Menu hari ini sudah siap di meja makan. Ayam kentucky, udang saus padang dan soup bakso.
Sepertinya sudah terlalu lama berkutat di dapur. Ia membereskan semua peralatan dapur , mencuci dan mengembalikan ke tempat semula. Lalu ia pun duduk di ruang tamu.
"Aera kemana aja sih , kan cuma ketemu klien sebentar. Itu pun gak jauh cafenya. Kok sampai siang begini belum pulang juga ya." ucap Viona yang tampak heran sambil melihat depan rumah berharap sahabatnya akan muncul disana.
"Apa gue telpon aja , gue khawatir deh dia kenapa-kenapa." ucap Viona yang kemudian membuka ponselnya untuk mencari nomor telepon Aera. Ia pun memutuskan untuk menghubunginya.
Sambungan telepon tersambung ke seberang sana. Aera menjawab telponnya.
"Halo Viona , ada apa?" ucap Aera terdengar tampak menekan sedikit suaranya.
"Ra lo baik-baik aja kan? Lo lagi dimana sekarang , kok lama banget ketemu klien gitu aja." ucap Viona yang membuat raut wajah Aera tersenyum kecut.
"Gue ketemu klien di Bogor Vi , panjang ceritanya." ucap Aera.
"Wait! Ke Bogor ? Astaga Ra , jauh amat. Trus kapan lo pulang ?" ucap Viona yang tampak kaget itu.
"Belum tau gue pulang jam berapa , masih lama kayaknya. Emang ada apa dirumah ?" ucap Aera penasaran.
"Enggak ada apa-apa Aera. Gue cuma heran aja kenapa udah siang belum juga pulang. Gue tadi masak banyak Ra. Gue nunggu lo pulang buat makan-makan." Ucap Viona yang membuat Aera tersenyum dengan tingkah sahabatnya itu.
Sahabatnya benar-benar the best friend untuknya.
"Sorry banget ya Viona , lebih baik lo makan duluan aja. Asal gue nanti di sisain ya hehe..." ucap Aera dengan tawanya sedikit.
"Bakal gue sisain lah Ra , gue masak lumayan banyak tauk. Ya udah deh , lo hati-hati ya disana." ucap Viona.
"Iya Vi gue bakal baik-baik aja kok sampai rumah nanti. Lo pokoknya tenang aja. Udah dulu ya , babaiii..." ucap Aera dengan tersenyum sambil menutup telponnya.
Panggilan telepon tertutup. Viona menghela nafas. Ia berdecak kagum dengan sahabatnya itu. Bisa-bisanya Aera di bawa bertemu klien sampai ke Bogor.
Viona meletakkan ponselnya di atas meja. Lalu ia pergi ke dapur untuk mengambil makanan di meja makan. Masakannya tampak menggugah selera sekali membuatnya lapar saja.
Gadis itu menyangga sebuah piring dan membawa segelas air minum. Lalu ia kembali duduk di ruang tamu sambil menonton televisi.
"Eumm enak banget masakan gue. Siapa ya cowok beruntung yang bakal nikahin gue? Gue bakal masakkin dia tiap hari dengan banyak menu spesial." ucap Viona dengan membanggakan dirinya sendiri.
Sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya. Sepertinya ada satu pesan masuk.
'Masa sih itu semua masakan lu , boleh gue coba?' bunyi pesan itu.
Viona memang tadi sempat memfoto hidangannya dan mengunggahnya sebagai status di WhatsApp nya.
"Astaga hahahaha... Si Arya apa-apaan ini!" ucap Viona setelah membaca pesan dari Arya , temannya bekerja.
'Lo meragukan masakan gue? Lo mau gue tonjok?' balasan Viona terkirim centang dua.
'Enggak lah. Lo dirumah aja , kok gak liburan?' muncul lagi pesan dari Arya.
'Nanggung cuma sehari. Mending tidur dong kan besok udah kerja lagi.' Viona mengirim balasannya sesuai saja dengan kenyataannya.
'Jalan sama gue nanti sore , gue jemput. Gimana , mau nggak ?' balasan Arya membuat Viona membaca ulang pesannya.
"Apaan tuh cowok ngajakin gue jalan segala? Sama siapa aja ya?" ucap Viona penasaran.
'Sama siapa aja?' balas Viona.
'Gue sama lu aja. Yang lain pada punya acara sendiri.' balas Arya yang membuat Viona mengerutkan keningnya heran.
Biasanya Arya akan mengajak taman-taman yang lain untuk jalan bersama. Tapi ini ya sudahlah jalan berdua saja tidak masalah.
Viona menganggap Arya sebagai temannya yang paling pengertian. Lelaki itu adalah partner kerja yang sangat menyenangkan. Lima orang termasuk Viona dan Arya bekerjasama sebagai tim kreatif di salah satu perusahaan yang cukup ternama.
Pekerjaan itu sudah ia jalani kurang lebih satu setengah tahun yang lalu. Dan ia merasa senang memiliki pekerjaan itu.
'Gimana Viona? Mau nggak?' pesan dari Arya tanpa sadar muncul lagi.
'Oke deh , Lo mau jemput gue jam berapa?' balas Viona.
'Terserah Lo aja. Gue bisa jemput Lo kapan aja.' balas Arya.
'Ya udah nanti Lo jemput gue jam 3 aja ya.' balas Viona.
'Baiklah nanti jam 3 tepat gue sampai di depan rumah Lo.' balasan Arya membuatnya tersenyum geli.
Lelaki itu bisa saja. Padahal Viona mengenal Arya sudah lama , namun baru kali ini entah mengapa rasanya beda.
Tak terasa , makanan di piring ternyata sudah habis. Perutnya pun terasa kenyang. Viona meneguk minuman di gelas. Setelah itu ia pergi ke dapur untuk mencuci gelas piringnya yang kotor.
"Gue pakai baju apa ya nanti ? Gue harus pilih dulu nih!" ucap Viona yang kemudian menuju kamar untuk mencari baju.
...----------------...
"Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk bisnis kita pak. Bapak tidak perlu khawatir." ucap Derry dengan tersenyum penuh keyakinan.
"Baik pak , bagus sekali jika begitu. Sekali lagi mohon maaf pak karena saya tidak ada waktu untuk datang menepati janji saya. Bapak jadi repot datang kemari. Terimakasih untuk pengertiannya pak." ucap pak Arjuna selaku pemilik perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaan milik Derry.
"Oh itu tidak masalah pak. Tidak perlu dipikirkan. Saya senang bisa datang menemui bapak dan kita pun akhirnya akan bekerjasama untuk kedepannya. Terimakasih sudah mempercayakan kepada perusahaan saya." ucap Derry dengan tersenyum.
"Sama-sama pak. Saya yang seharusnya banyak berterimakasih kepada bapak. Terimakasih banyak dan oh maaf sebentar saya angkat telepon dulu pak." ucap pak Arjuna yang tiba-tiba saja ponselnya berbunyi.
"Silahkan pak." jawab Derry dengan ramah.
Pak Arjuna menjawab telponnya sesaat yang kelihatannya tampak begitu penting.
Pak Arjuna pun kembali ke tempat duduk semula dengan ekspresi orang yang sedang kepanikan.
"Ada apa pak? Kenapa bapak begitu panik ?" ucap Aera.
"Maaf pak , maaf nona... Sepertinya pertemuan kita sampai disini dulu. Putri saya mengalami kecelakaan tiga hari yang lalu , kondisinya sekarang drop lagi. Maka dari itu saya harus kembali ke rumah sakit." ucap pak Arjuna yang tampak khawatir sekali.
"Kalau begitu bapak cepatlah kembali kesana. Bapak harus berada di rumah sakit takutnya ada sesuatu yang terjadi." ucap Derry.
"Iya pak. Saya akan datang kesana. Saya pamit dulu pak. Nona maaf saya harus pergi lebih dulu." ucap pak Arjuna yang kemudian berdiri sembari meraih tasnya.
"Baik pak. Tidak apa-apa. Semoga putri bapak lekas membaik keadaannya." udah Derry sambil membalas berjabat tangan.
"Hati-hati di jalan pak." ucap Aera yang juga berjabat tangan.
"Terimakasih atas doanya. Saya pergi dulu." ucap pak Arjuna yang kemudian pergi berlalu meninggalkan Aera dengan bosnya.
Aera tampak duduk kembali dan membereskan beberapa berkas yang ia bahas tadi. Ia pun mematikan laptopnya dan menutupnya yang kemudian ia masukkan kedalam tas.
"Presentasi kamu berhasil lagi. Kamu memang begitu mudah menarik perhatian para klien untuk mau bekerjasama dengan perusahaan." ucap Derry dengan tersenyum walaupun hanya sedikit.
"Saya akan lakukan yang terbaik untuk perusahaan pak. Bapak tenang aja. Bersama saya , semua berjalan sesuai rencana." ucap Aera dengan tersenyum. Entahlah ia percaya diri sekali di depan bosnya itu.
"Kamu memang aset penting perusahaan. Nggak sia-sia saya gaji kamu di atas gaji yang di tentukan." ucap Derry dengan santainya.
Ucapan Derry membuat Aera tersenyum kecut. Bisa-bisanya lelaki itu menyebutnya aset perusahaan. Sepertinya aneh sekali.
"Ya walaupun begitu , suatu saat saya pasti akan berhenti juga kan pak. Nggak selamanya saya akan terus bekerja." ucap Aera yang membuat Derry memandangnya.
"Kenapa pak?" Aera yang sedang menyedot minumannya pun langsung berhenti dan bertanya karena heran dengan tatapan maut bosnya itu.
"Kamu punya pacar?" ucapan Derry sontak membuat Aera kaget. Pertanyaan macam apa yang di ucapkan bosnya itu. Benarkah lelaki itu bertanya tentang pacar kepadanya ?
"Hah bapak apaan sih , tanya yang penting-penting aja pak." ucap Aera dengan kikuk sendiri.
"Ini penting. Kalau nggak penting nggak mungkin saya nanya." ucap Derry lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi.
"Pak , bapak tau sendiri kan saya bekerja sebagai apa , seperti apa , dan sesibuk apa. Saya nggak ada waktu buat pacaran pak. Waktu saya itu habis di bapak." ucap Aera dengan tenang-tenang saja.
Mendengar ucapan Aera membuat lelaki itu tersenyum sesaat Tapi kenapa bosnya malah tersenyum? Apakah ada sesuatu?
"Jadi gitu? Tapi kamu nggak tertekan kan? Jujur aja." ucapan Derry membuat Aera berpikir keras.
Sejujurnya banyak tekanan yang ia rasa , namun ia tidak mungkin mengungkapkan semua hal itu. Lebih baik ia menerima saja.
"Saya baik-baik aja pak , nyatanya saya sudah bertahan sejauh ini kan menjadi sekretaris bapak." ucap Aera setenang mungkin.
"Baguslah." ucap Derry yang lagi-lagi tertangkap sedikit senyum.
Kenapa tersenyum lagi?
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!