NovelToon NovelToon

Queenzy Aurora Wolker

BAB 1

Queenzy Aurora Wolker gadis berwajah cantik dengan ciri khas mata biru nya yang sangat indah dan rambut lurusnya.Jangan lupakan lesung pipi yang dalam ketika ia tersenyum atau tertawa dia benar benar sosok ceria namun bisa saja berubah dalam sekejap menjadi ganas ketika melihat para gadis yang suka sekali memancing emosinya pagi pagi buta

"kak !"

"Apa? ini akibat jika kau masih mengirim coklat coklat busukmu itu ke lagi meja Damian ku!"kencan Aurora tanpa melepas jambakan rambut adik kelasnya.

Mereka sedang ada dibelakang sekolah tempat biasa untuk mengeksekusi para buruannya yang sangat berani Melawati batas.

"kak! maaf aku..aku tidak akan mengulangi nya lagi..aku janji"ujarnya gugup berlinang air mata

"Oh ya apa kau pikir aku percaya huh?"

"aku..aku bersumpah kak! aku tidak akan menampakkan wajahku lagi didepan kak damian!"

Plakkkk

Aurora menampar keras pipi gadis itu kemudian kembali menjambak rambutnya kuat.

"jangan panggil namanya kau tidak punya hak untuk itu"tekan Aurora kemudian

dan mendorong gadis itu sampai jatuh ke rerumputan.

Sudah amat menyedihkan bekas cakaran kuku cantik milik aurora tertanam di pipi gadis itu dan ditambah lagi jambakan bengis dari tangan aurora.Gadis yang notabennya murid baru yang masuk sekolah tahun ini tersebut sudah nyaris kencing di celana karena amukan aurora.

lihatlah dia hanya bisa meringkuk kepalanya tak berani menatap Aurora yang sedang emosi.

"sekali lagi aku melihat mu mendekati Damian ku kau akan tau akibatnya dan aku tak akan segan memberimu pelajaran yang lebih dari ini"ujar aurora sambil menatap tajam kearah gadis itu

"iya"jawabnya mencicit

Aurora mendengus sambil membenahi tampilannya.Dan jangan tanyakan kemana teman temannya itu.Karena sebenarnya Aurora tak mempunyai teman.k arena gadis barbar itu tidak Sudi berteman dengan yang di namakan wanita atau gadis gadis disekolah ini.

tidak terkecuali laki laki prinsip Aurora laki laki lebih bisa diandalkan dari pada para gadis yang hanya bisa menggunjing dibelakang nya.

karena jam pelajaran pertama sudah berlangsung sejak tadi. Aurora memilih pergi ke rooftop.i tu tempat pelarian untuk menghindari guru BK yang bergentayangan ketika jam sekolah berlangsung.

Ketika Sampai disana Aurora menyulitkan matanya melihat ada sosok lelaki berdiri menjulang tegak dengan kedua tangan tangan masuk di kedua saku celananya.

senyum Aurora mekar seketika tau siapa laki laki itu hingga ia segera merapikan kembali penampilannya kemudian berjalan agak berjingkrak senang

"Damian"ucapnya girang memeluk tubuh kekar itu dari belakang

Rasa kesalnya yang mendominasi beberapa saat lalu berangsur pudar berganti kebahagiaan.

"Ian,pasti sudah lama menunggu rora kan? kenapa tidak langsung mencari rora saja? jadi Ian tidak harus berlama lama disini"cecar Aurora sambil menduselkan wajah cantiknya ke punggung keras damian.

Yah dialah Damian Putra Theodore.l lelaki yang membuat Aurora sangat tergila-gila sampai hilang akal tapi tidak dapat mendapatkan balasan yang setimpal.

"Damian"

"Sampai kapan kau akan seperti ini"suara dingin bercampur emosi damian mengalun datar

"Maksud kamu Damian"tanya Aurora pura pura polos

"kau tidak bodoh untuk memahami arti perkataanku"geramnya menyentak kasar belitan tangan Aurora ke perut nya

Damian berbalik.Tampaklah wajah tampan sempurna dari segi mana pun itu memandang muak aurora

Damian"

"Sampai kapan kau akan seperti ini?"

Suara dingin bercampur emosi Damian pun mengalun datar

"Maksud Damian apa?"tanya Aurora pura pura polos

"kau tidak bodoh untuk memahami arti perkataanku"geramnya menyentak kasar belitan tangan Aurora ke perut nya

Damian berbalik tampaklah wajah tampan sempurna dari segi mana pun itu memandang muak aurora

Tapi lagi lagi Aurora tak ambil hati.ia memasang senyum lembut dengan binar mata yang penuh dengan cinta.Apa dia sebenarnya waras.sudah dimaki maki tapi penah urung mendekati Damian

"Berhenti bersikap seolah-olah aku milikmu.kau terlihat menjijikkan"

"Tapi kamu memang milik rora kan"

Damian semakin geram lehernya menenggang dengan urat kemarahan yang melintas di wajahnya

"Damian"

"Diam!"

"Damian"

"KAU TIDAK MENGERTI BAHASA MANUSIA HAH!"jengah Damian emosi sendiri

Aurora cekikikan melihat wajah dongkol damian yang selalu ia nikmati jangan harap lelaki itu akan tersenyum lalu berkata aku merindukanmu karena nyatanya sudah bertahun tahun Aurora mengejar cinta seorang generasi Mafia seperti Damian.Hanya makian dan sikap kasar laki laki itu yang mewarnai hari harinya.

Tapi tidak masalah Aurora tak biasa dengan kelembutan.Dia suka tantangan.

"Rora suka Damian marah Tampan"

Damian membuang muka.ia menyaksikan sendiri apa yang Aurora lakukan pada adik kelasnya tadi dari atas rooftop sekolah.Sampai sekarang tidak ada cara apapun untuk menghentikan gadis obsesi seperti dia.

"sudahi drama yang kau buat ini sama sekali tidak lucu"Tegas Damian kemudian berlalu pergi.

"Damian jangan marah! rora tidak akan melakukan itu jika mereka tak menentang aturan yang rora buat!"

Damian hanya menuli.Lagi lagi itu jawaban Aurora.Gadis ini tidak pernah berpikir jika caranya barusan sangatlah terkesan murahan.

"Damian"

Suara Aurora melengking sampai menghebohkan lapangan di bawah sana. Aurora masa bodoh menatap kearah mereka kemudian dia pergi menyusul Damian.

Damian berada dikelas 12A. kelas unggulan yang hanya diduduki para murid yang memiliki kapasitas otak tingkat dewa.S sementara Aurora,i a saku kelas dengan damian dan jelas itu karena usahannya mati matian agar lolos ujian.

Disepanjang koridor menuju kelas banyak pasang mata menatap tak suka dapat Aurora.Tapi apa gadis dengan kepangan cantik di sela helaian rambutnya itu peduli?tentu tidak.ia justru menyelonong seolah tidak melihat apapun.

"dasar tidak tahu malu sudah bertahun tahun mengejar damian tapi masih saja punya muka disekolah ini"

"aku dengar dia tak begitu kaya dan berkuasa.keluarga nya juga tidak jelas. selama ini orang tua nya tidak pernah datang kesekolah bukan?"

Saat obrolan mereka mengait pasal orang tua. Langkah Aurora yang tadinya hampir menjauh pun tiba tiba berhenti

Hal itu menciptakan sensasi horor disepanjang koridor

"kau bicara apa?"tanya Aurora berbalik

Ekspresi wajah nya sudah tidak bisa dikatakan baik.Tatapan amat datar dan mengusung kemarahan.

"tidak ada"

"Oh ya?"Aurora mendekat

Mereka yang tadinya duduk santai pun sontak mulai berdiri.Wajahnya tegang dengan berkeringat dingin bercucuran mulai keluar

"katakan sekali lagi!"pinta Aurora mengikis jarak dengan salah satu siswa yang tak begitu ia kenal.Tapi Aurora yakin dialah yang memaki barusan.

"k-kau salah dengar.kami tidak mengatakan apapun"ujar gadis berbando merah di samping siswi yang Aurora dekati

"Bandomu bagus"puji Aurora dengan senyuman yang misterius menatap bando yang ada di kepala gadis itu

"b-benarkah?aku baru saja membelinya kemarin"

"yah..sangat cantik berikan kepadaku!"

Mereka itu saling pandang begitu juga dengan murid murid lain yang menyaksikan adegan itu disekitar koridor.

Karena tidak ingin berakhir dipermalukan

oleh Aurora,gadis itu pun segera membuka bandomu dan diberikan kepada Aurora.

"ini"

Aurora mengambil bando kain berwarna merah itu kemudian menatap siswi yang tadi bermulut lemes didepan nya.

Untuk sesaat Aurora hanya sekedar memandang tapi detik berikutnya mereka memekik ketika Aurora mengikatkan bando itu ke leher gadis yang tadi mencari masalah dengan nya dengan kuat

"Goodbye"ucap Aurora tersenyum jenaka kemudian pergi dengan siulan senang

Sungguh mereka menatap tak percaya pada tingkah gila Aurora.Gadis yang sudah ia cekik dengan bando itu pun berusaha lepas karena tak bisa bernafas.

Seisi koridor mendadak heboh dan ramai ,ada beberapa orang yang telah merekam semua tindakan Aurora dan langsung mengirim ke grup sekolah.aurora tidak pergi ke kelasnya karena pasti ia akan dikerumuni banyak orang pilihan terbaik nya adalah membolos.

Karena kegaduhan yang ia buat disekolah.

alhasil Aurora menerima surat undangan orang tua untuk yang kesekian kalinya.Surat itu dititipkan pada Rama,teman Aurora oleh pihak sekolah karena Aurora sudah minggat sejak jam pelajaran berlangsung.

Gilanya gadis itu bahkan masih bisa nongkrong disebuah bengkel motor besar yang sering Aurora datangi untuk merubah penampilan si motor kesayangan Aurora.

"Surat cinta dr Mr Frank for you"

Aurora menatap segit rama kemudian bergulir pada surat yang ada ditangan laki laki itu.Dengusan kasar keluar dari hidungnya. Melenggang tanpa minat mengambil benda tersebut.

"Buang sudah banyak dikamarku"

"Astaga rora! kau.."

Rama tercekat ketika Aurora sudah menatapnya tajam.Detik berikutnya Rama memasang senyum kaku karena ia sadar ia sudah memanggil nama panggilan aurora yang hanya boleh keluar dari bibir Tuan muda Theodore.Orang lain tidak diberi hak memanggil namanya dengan demikian.

BAB 2

"Sorry. Tapi ini sangat penting Mr Frank mengancam jika sampai orang tua mu tidak datang lagi. Maka kau bisa dikeluarkan dari Sekolah"

"Pamanku akan datang"

Jawab Aurora Sembari duduk di depan bengkel menunggu blacky selesai di modif.

Rama berdecak kesal mengambil kursi kemudian ia pindahkan ke dekat Aurora

Lelaki dengan perawakan orang bule dengan kulit putih mata yang berwarna coklat muda itu berusaha bersabar dengan sikap cuek temannya.

"Aurora, Mr Frank mengatakan jika paman mu.."

"Aku tidak perduli jika dia mau maka paman ku yang akan datang.Jika tidak maka tidak perlu"Santai Aurora menatap datar

Rama menghela nafas berat

"Baiklah.jika kau dikeluarkan dari sekolahan bagaimana kau bisa mengejar cinta Damian mu itu huh? kau rela dia didekati lalat betina."

"aku masih bisa mengejarnya ditempat lain"

"Tapi itu tidak akan efektif,Aurora! secara di sekolah itu banyak Gadis gadis.Kalau diluar kita masih tertolong oleh sikap beku pangeran mu itu."hasut rama mencegah niat Aurora yang abai akan ancaman dari Sekolah nya.

Tentu hasutan Rama berhasil masuk ke cela telinga Aurora.Dia sebenarnya sudah sangat lelah dengan surat surat peringatan ini tapi mau bagaimana lagi.Aurora bukan gadis yang sabar mengenai orang orang yang mencari masalah dengannya.Jika mau berhenti maka akan sedikit tanggung.Masalahnya sudah kelas 12 dan terus Damian akan banyak menghabiskan waktu di sekolahan.Aurora akan sangat sulit untuk menemui lelaki itu jika diluar.

"Bagaimana, kau masih mau bersikap acuh seperti ini?"

"katakan rencanannya!"

pinta aurora mengalah

Mata Rama berbinar.ia segera memeluk Aurora yang sigap menampol kepala nya. hingga pelukan itu terlepas

"Jangan menyentuhku!"

"Ck!! I know. Tubuh mu hanya milik tuan muda Theodore yang arogan itu kan?"

"itu kau tau"ketus aurora menepis nepis seragamnya sekolah seolah membersihkan bekas sentuhan Rama.

lelaki itu sampai mendelik malas punya teman karib yang sangat kasar dan tidak berbudi seperti aurora memang harus banyak bersabar.

Namun, Rama teringat jika nanti malam ada balapan besar dan lumayan. Apalagi ia juga butuh uang jajan lebih untuk mentraktir para gadis nya nanti. Sekedar info Rama tidak selugu wajahnya.Dia playboy dan juga punya club sendiri yang biasa menjadi tempat berkumpul mereka

"Ra! Ada balapan nanti malam masalahnya taruhannya lumayan"

Aurora yang tadinya mau berdiri melihat motornya seketika menoleh

"Aku tak punya barang untuk dipertaruhkan yang mau dipertaruhkan"

"Jangan sok polos. Biasanya aku yang mendanai mu dulu"jengah Rama tapi Aurora hanya menaikkan bahu nya acuh dan berdiri didekat lelaki yang bisa membenahi motornya.

"Aurora aku akan memberikan motorku kali ini untuk taruhannya. Bagaimana?"

"tidak mood"Aurora memang sedang dalam suasa hati yang buruk

"ayolah. Aku sedang butuh uang, ra!! jika kau menang kita bagi dua seperti biasa nya

Aurora mengacuhkan rama. Bahkan ia lebih tertarik berbicara dengan Riko pria 28 tahun yang memang pakar dan tahu selera Aurora bagaimana.

"Bagaimana ini bisa diberi stiker tapi jangan terlalu mencolok"

"Nama Damian mu itu?"

Aurora tersenyum kecil dan mengangguk membuat riko terkekeh dengan tangan yang penuh dengan oli.

"Aurora"

"Kak Riko! Aku rasa rem nya kurang main.Tadi ada masalah saat di.."

"Aurora"

"Apaaa?"sungut Aurora emosi saat Rama memanggil manggil namanya

Riko hanya tersenyum melihat Rama menampilkan wajah seimut mungkin untuk membujuknya.

"Ikut ya? Aku janji akan mengabulkan apapun permintaanmu asal kau ikut.Ok?"

"Aku sedang tidak ingin Rama! Kau cari saja anak anak lain!" jengah Aurora memang tidak mood untuk balapan saat ini.

"Tapi nanti ada Damian"

Aurora diam dengan mata menyipit menatap Rama curiga. Tentu Rama jadi agak canggung dan gugup karena merasa terintimidasi.

"Maksud ku aku akan berusaha membuat Damian datang ke sana janji!"

"Jika tidak?"Aurora menaikkan satu alisnya tanpa ekspresi

"Jika tidak... kau bisa meminta apapun.Aku tidak akan menolak.Baik itu kau suruh membantu mengejar Damian atau yang lainnya terserah.Yang jelas kau ikut dan menang"

"Deal!"ujar aurora membuat rama kegirangan.

Dan lagi-lagi ia berhambur memeluk Aurora tanpa aba aba

Aurora sudah bertanduk mau mencekik Rama tetapi lelaki lari dan membawa surat undangan orang tua Aurora.

Riko hanya menggeleng geleng melihat Aurora melempar Rama dengan sepatunya berkeliling di sekitar bengkelnya yang sudah sepi mau gelap.

Tampa mereka sadari ada segerombolan anak anak sekolah Theodore yang lewat di dekat bengkel.Mereka menghentikan mobilnya saat melihat Aurora mencak mencak mengejar Rama.

"Ck! Murahan.Dia mengejar Damian tapi juga punya hubungan gelap dengan teman nya sendiri"

"Ini akan booming jika kita rekam"ujar mereka mau mencari sensasi mengandalkan Aurora.

****

Damian baru saja sampai di markas besar Daddy-nya.ia turun dari motor besarnya itu kemudian melepas helm hingga wajah tampan nya yang amat disegani tampak jelas mendominasi.

Semua anak buah berjaga di markas menyapa Damian sang generasi penerus klan Theodore.mereka amat tunduk pada Putra sulung pasangan Ethan dan Eleza.

"Tuan Damian"

Damian hanya mengangguk melangkah memasuki markas besar mereka.Sudah jadi rutinitas Damian setiap pulang sekolah akan mengunjungi tempat ini. Daddy nya perlahan lahan ingin Damian mengambil alih klan mereka karena pria itu sudah mau fokus menjadi bapak rumah tangga.

Sesampainya kedalam.Damian pergi ke ruang tembak ia akan latihan beberapa jam sebelum pulang ke Masion

"Daddy ku tidak datang?"

Tanya Damian pada salah satu anak buah diruangan tembak

"Tidak, Tuan muda! Tuan Ethan sudah tidak ke markas satu Minggu ini"

Jawaban itu membuat Damian mendengus. Pria paruh baya itu hanya membual soal menguji semua latihan nya dalam beberapa bulan ini.

Karena tidak mau membuang buang waktu. Damian segera melepas atasan seragam sekolahnya hingga hanya menyisakan kaos pendek hitam yang mencetak tonjolan otot lengan tampak jantan.

Tubuh tinggi terpahat sempurna. Anak buah mereka yang melihat itu hanya bisa menelan iri. Walau tidak berotot berlebihan tapi sebagai remaja akhir berusia 18 tahun, Damian sudah sangat tampan dan menjadi idaman.

Apalagi wajah nya adalah kombinasi sempurna atas ketampanan sang Daddy dan aura intimidasi dari mommynya.

"Tinggalkan ruangan ini!"

Titah Damian memasang perlengkapan menembak nya tanpa menoleh sedikit pun.

"Apa tuan muda butuh bantuan?"

"Tidak!"tegas Damian memilih pistol disebuah rak khusus menempel di dinding ruangan.

Mereka saling pandang lalu patuh pergi ke luar ruangan. Damian memang tidak suka ada orang lain yang mengganggu nya saat latihan walau hanya sekedar berdiri tapi tatapan matanya sangat mengganggu.

Pilihan damian katun kepada pistol SIG Sauer P226 yang punya metode duel action. Saat ia melepaskan peluru maka ada dua timah yang akan melayang ke arah lain.

Sialnya Damian sudah mahir menggunakan senjata itu. Tembakannya tak pernah meleset.caranya membidik asal tapi terkesan sombong tanpa melihat jelas objek tembakannya.

Dilatih sejak sejak kecil menjadikannya serba bisa menggunakan senjata apapun.

Terkadang jika bosan, Damian akan memimpin penyerangan atas organisasi musuh yang mau mencari mati mengusik mereka.

Saat tembakan ke lima meluncur, Damian mendecakkan lidah kasar saat ponsel di sakunya berdering.

Dengan kesal ia menyudahi aksinya kemudian mengambil benda itu. Damian melepas alat pengaman telinga dan kacamata menembak di kepala nya kemudian membuka notifikasi yang masuk bertubi tubi.

Muncul lah Vidio pendek Aurora yang sedang mengejar Rama bahkan Aurora tidak segan memiting leher Rama hingga kepala pria itu berdempetan dengan dadanya.

Tatapan Damian semakin mendingin melihat ada caption dibawah Vidio itu yang mengatakan Aurora murahan.

"Sialan!"geram Damian langsung keluar dari grub sekolah nya

"berita tidak penting"

Damian melempar ponselnya ke sofa sudut ruangan

Kemudian lanjut menembak. Kali ini agak berbeda. Tembakannya bertubi tubi menghancurkan objek dihadapan nya.

Timah melayang berbalut emosi.Damian muak dengan tingkah Aurora yang terkesan memang murahan dan mempermainkannya. Dia mengatakan cita dan mengejar secara brutal tapi sering kali merendahkan nya dengan cara dekat dengan laki laki lain.

"Ja**lang !! Bicth!!"makinya melepas tembakan terakhir kemudian melemparkan pistol itu ke kaca samping nya sampai benda itu pecah.

"Tuan"Anak buahnya berbondong masuk karena mendengar kaca berhamburan.Tapi saat melihat wajah tidak bersahabat Damian.mereka urung masuk dan memilih diam didepan pintu.

"Tuan kenapa?"bisik mereka yang merasa heran

"Sudah terbiasa seperti ini. Kau seperti tidak tahu Damian bagaimana"

Mereka hanya berani berbisik pelan karena Damian tampak akan memakan mereka hidup hidup.

BAB 3

Di sisi lain

Rama bingung harus melakukan apa agar Damian datang ke balapan nanti malam. Sejak pulang dari bengkel Riko , Rama terus berpikir keras sampai sampai ia tidak berganti seragam sedikit pun.

"Sial jika aku tak berhasil membawa Damian kesana. Aurora tidak akan mau balapan. Ya..Tuhan!! Kenapa aku harus berteman dengan gadis gila sepertinya ?"Rama berteriak frustasi hingga ia berhenti mondar-mandir di kamarnya saat mengingat sesuatu.

"Tunggu apa aku coba memohon padanya saja? Tapi tidak tidak. Dia tidak akan peduli. Secara dia dan Aurora tidak memiliki perasaan apapun,"decak Rama mengurungkan niatnya

Karena hanya punya waktu 4 jam lagi sebelum balapan di mulai.Rama mengambil keputusan besar.

"Baiklah.semoga kau masih bisa hidup besok"

Rama segera melakukan tindakan yang terbilang nekat.ntah apa respon Aurora nantinya yang pasti Damian harus datang.

***

Malam pun tiba

Semua geng yang mengikuti balapan hadir. Mereka tidak berinteraksi di sirkuit melainkan jalanan umum karena itulah tantangan nya.

Anak anak remaja yang membawa motor dan mobil trendinya masing masing sudah berderet rapi menunggu mulainya pertandingan. Jelas ada ketua masing masing kubu bahkan mereka telah berhadapan membanggakan diri sendiri.

Geng Black kobra dan Geng wolf adalah musuh bebuyutan. Black kobra dari Sekolah Theodore sedangkan wolf dari Bina utama yang menjadi saingannya.

Aurora yang baru saja sampai menatap malas pada orang orang yang pasti akan ribut. Tapi anehnya mereka tampak serius dan saling menunjukkan layar ponsel masing masing. Entah apa yang mereka bicarakan Aurora acuh dan tak perduli

"Pasti gosip murahan tentang ku lagi"tudingnya malas

Aurora tidak melepas helm full face di kepalanya dan hanya standar by di atas blacky. Motor kesayangan berwarna hitam gelap senada dengan jaket hitam gelap dan celana yang Aurora kenakan. Malam ini ia benar benar menggila tapi tentu tak mau menjadi objek perhatian.

Itulah sebabnya Aurora memilih berdiam diri dibalik mobil orang-orang yang terparkir di sekitarnya.

"Dimana Damian ?"gumam aurora menatap kiri kanan mencari keberadaan Damian.

Jangan sampai Rama mempermainkannya dengan mengatakan jika Damian juga akan datang kesini.

Karena tidak mendapati siapapun disini. Aurora membuka helm nya dan mulai menghubungi rama. Decakkan kesal keluar dari bibir manis Aurora yang mengunyah permen karet karena ponsel pria itu tidak aktif

"Dia menipuku,"umpat Aurora bersiap mau memasang helm nya kembali tapi tiba-tiba ada yang menahannya dari belakang

"Aurora"Rama datang terengah-engah . Aurora menatap malas dan kesal.

"Berani kau membohongiku"

"Ra aku yakin dia akan datang.Tunggu sebentar lagi, ok?"bujuk Rama berkeringat seolah dia sudah melakukan pekerjaan berat sebelumnya.

Aurora diam.ia meletakkan helmnya diatasi Tanki motor kemudian menatap malas pada keramaian orang-orang disekitar.Mereka tidak melihat Aurora karena terhalang deretan mobil dan lampu di dekatnya yang remang.

"Dia tidak akan datang.Acaranya seperti ini

hanya akan membuang-buang waktunya,"ujar aurora yang baru sadar akan hal itu

"Ra! Setidaknya kita berharap saja dulu. Dia pasti datang"

"Lima menit. Jika tidak aku akan pergi"jawab Aurora memilih memainkan ponsel nya.

Matanya berbinar melihat foto-foto terciduk Damian yang ia ambil dari berbagai sisi . Tentu Rama hanya mendelik akan babiat aneh gadis gila penuh obsesi ini.

Saat waktu semakin sempit, tidak ada tanda-tanda keberadaan Damian.Rama mengusap kasar wajahnya melihat Aurora yang mulai bosan.

"Aku pergi"Aurora berkata Sembari menyimpan ponselnya

"R-ra!! Jangan dulu balapan kali ini ada hadiah besarnya.Sayang jika dilewatkan"

"Aku tidak perduli.Uangku masih ada. Cukup untuk bertahan satu bulan ke depan"ujar aurora memasang kembali helmnya.

Ketika ia sudah menyalahkan motornya,Rama langsung memekik saat melihat ada yang datang dengan sebuah mobil sportif berwarna hitam.

"Ra - ra ! Itu ...itu mobil Damian,ra !!"

Mendengar sorakan Rama dengan cepat Aurora melepas helmnya lagi kemudian menoleh ke belakang. Benar saja senyum Aurora seketika merekah melihat mobil sport yang biasa Damian pakai sudah terparkir di area sekitar balapan.

Tapi, senyum itu hanya bertahan beberapa detik saja karena sudah ada banyak Gadis yang menyerbu ke arah sana.

"Sialaaan!!"maki Aurora turun dari motor bersiap membabat para lalat betina itu.

"Ra! Jangaan!"

"Mereka tidak bisa dibiarkan"geram Aurora tapi Rama menahan bahunya hingga Aurora meradang.

"Ra, jangan membuatnya pergi. Aku sudah bersusah payah membawa nya kemari"

Mendengar itu Aurora tersentak. bagaimana cara Rama membawa Damian ke sini sementara lelaki itu sangat tertutup dan sulit di dekati.

Tahu arti dari tatapan Aurora, Rama segera nyengir kuda.

"M-maaf aku sedikit memakai namamu"

"Maksudnya?"

Rama dengan ragu-ragu menunjukkan ponselnya pada Aurora hingga detik berikutnya mata Aurora terbelalak.

"Sorry hanya ini yang kupikirkan"

"Kau membuat postingan jika aku mempertaruhkan Damian dalam balapan ini?"pekik Aurora sekaligus marah kepada Rama yang selaku sahabatnya.

Rama langsung menjaga jarak tidak siap dengan Bogeman mentah dari Aurora

"Maaf tapi caraku berhasil kan. Damian bahkan datang kesini sesuai sama permintaannya itu"

"Kau gila!! Dia akan menganggap jika aku menjadikannya bahan taruhan"

Aurora mulai khawatir menoleh ke arah kerumunan para gadis.sosok lelaki mendominasi itu sudah keluar tapi tidak ada yang berani menyentuh Damian.Mereka hanya berkeliling membentuk lingkaran dan menyisakan jalan bagi Tuan muda Theodore tersebut untuk lewat.

"Gila dia benar-benar tampan"

"Wajahnya sudah jelas menunjukkan kecerdasan dan kekuatan tinggi.kenapa tidak ada yang berani

mendekatinya selain gadis gila itu.?"

"Percuma tampan dan kaya tapi jadi bahan taruhan seorang gadis"

"Yah.Dia sebenarnya marah bukan?"

Damian mengepalkan tangannya mendengar desas-desus orang orang yang membicarakan nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!