Bak disambar petir...... kejadian ini terjadi di rumahnya sendiri.
Bim tak sengaja melihat dengan batang hidungnya sendiri. Orang yang selama ini dikasihinya bermain api dengan sahabatnya.
Ini benar- benar gila.......
sebetulnya isu itu sudah santer terdengar, tapi Bim takut mengetahui kenyataan yang akan membuatnya sakit hati dan kecewa,
Baginya Lina wanita sempurna yang telah memberinya 2 anak yang cantik dan ganteng. Pernikahan merekapun adem ayem.
Karena itu.... Bim tak punya alasan mencurigai istrinya sendiri.
Tapi apa lacur..... kejadian ini sudah yang ketiga kalinya ia saksikan sendiri.
Mungkin untuk yang pertama dan kedua, itu bisa dimaafkan, karena mereka kepergok hanya makan di cafe sehingga Bim merasa itu sebuah persahabatan biasa.
Tapi..... tidak kali ini..... ini sudah keterlaluan dan tidak bisa dimaafkan !!!
"Kalian..... binatang, kalian tidak malu dengan status kalian !!" Bim berteriak lantang ketika menyaksikan mereka sedang melakukan senggama di kamarnya sendiri
Gila kan ini.........
Lina dan Bayu tersentak kaget mana kala perselingkuhan mereka tertangkap basah.
Cepat cepat Lina melindungi dirinya dengan selimut seadanya, begitu juga Bayu, ia langsung menutupi tubuhnya dengan apa saja yang bisa diraihnya.
"Keluar kalian dari rumah ini....!!!"
Dan prang...... suara pecahan kaca berhamburan mengagetkan mbok Nah yang ada di dapur dan tergopoh-gopoh ke sumber suara tadi.
Mbok Nah terbelalak kaget menyaksikan kejadian yang tak pantas dilihatnya, dia jadi kikuk harus berbuat apa.
"Sudah mbok Nah, ke dapur lagi saja dan tutup mulut ya mbok, jangan ada yang boleh tahu peristiwa ini," perintah Bim yang langsung di anggukan Mbok Nah dan kemudian Mbok Nah pergi menjauhinya.
"Pakai baju kalian, setelah itu kalian pergi dari rumah ini, dan kamu Lina, jangan pernah injakan kaki di rumah ini lagi," hardik Bim marah.
Bim keluar kamar, duduk menenangkan diri di sofa. Kepalanya seakan mau pecah. Dia tidak tahu lagi apa yang harus diperbuatnya.
Lina dan Bayu bergegas memakai baju dan merapikan diri secepatnya di kamar
Kekecewaan yang berat, membuat wajah Bim merah padam, ia serasa tak sanggup menghadapi ini semua, ingin rasanya tangan nya menghantam Bayu yang berlalu dihadapannya, tapi itu urung dilakukannya.
Bim hanya mengutuk dalam hati atas semua yang terjadi.
Rasanya ia tak ingin memaafkan Lina dan Bayu.
🌱🌱🌱
Semenjak perusahaannya berkembang, Bim sering meninggalkan Lina kesepian di rumah, tanpa sentuhan yang sebelumnya ia lakukan bersama.
Mungkin karena itulah, akhirnya semua ini terjadi.
🌱🌱🌱
"Mbok Nah...." Panggil Bim disela kekalutannya.
"Ia pak," dengan tergesa-gesa Mbok Nah berlari kecil dari dapur.
"Tolong Mbok, pecahan kaca dibersihkan ya," pinta Bim tanpa menggerakan tangan di wajahnya yang sedang menahan amarah.
"baik pak," Jawab Mbok Nah dan langsung ke dapur lagi mencari sapu untuk dibersihkan.
Setelah kaca kaca yang berhamburan bersih, Bim langsung ke kamarnya dan mengemaskan baju bajunya. Bim ingin menenangkan pikirannya yang masih kalut karena peristiwa tadi.
"Mbok Nah, saya titip Muti dan Enggar ya Mbok," pinta Bim pada Mbok Nah ketika Bim hendak pergi.
"Maaf pak, jika anak anak tanya bapak pergi kemana, saya harus jawab apa pada anak anak?" tanya mbok Nah agak ragu.
"Bilang saja, saya ada urusan kantor, pergi ke luar negri dan nanti akan saya kabari mamah untuk menemani mbok dan anak anak disini," jawab Bim sekenanya.
"Pakai saja ini," sambil menyerahkan salah satu ATM nya. Mbok Nah mengambilnya dan Mbok Nah sudah terbiasa menggunakan itu, jika tuannya pergi lama entah keluar negeri atau keluar kota.
🌱🌱🌱
Untung pada saat kejadian itu, anak anak sedang di bawa susternya ke taman, sehingga mereka tidak tahu kejadian yang terjadi di rumahnya.
Bim pun pergi untuk menghilangkan luka yang sangat mendalam. ..........
Bim pergi kesebuah villa miliknya dikawasan Cipanas, ia ingin menghilangkan kepahitan dan kegetiran dalam hidupnya. Dia kini merasa menjadi seorang pecundang.
Rumah tangga yang telah dibinanya 7 tahun, kini kandas tak berbekas oleh sahabat karibnya sendiri.
Ia masih tak habis pikir, kenapa seorang sahabat bisa menusuk dari belakang, ini sebuah tragedi yang sangat memalukan.
Ia berusaha agar tak satupun menghubunginya selama menenangkan diri, karena itu Hp ia remove untuk sementara selama kekecewaannya belum hilang.
Ternyata sungguh sakit dikhianati oleh orang yang selama ini ia kasihi. Orang yang telah memberinya dua orang keturunan.
⚡⚡⚡
Di hempasnya tubuh yang berotot ke pembaringan yang banyak nostalgia dengan istri yang dikasihinya, tapi kini semua seakan kosong tak ada arti.
Tak sengaja Bim melihat lukisan di dinding yang baru saja di pesan dari seorang pelukis ternama, membuat luka Bim semakin menganga.
Dicabutnya lukisan itu dari dinding dan diinjak injak lukisan itu tanpa perduli lagi uang 150 juta melayang begitu saja. Bim sudah tak ingin lagi melihat wajah istrinya
Bim jadi enggan berada di Villa itu lagi, kepahitannya semakin dalam setelah melihat lukisan itu. Seolah lukanya kini semakin meradang.
⚡⚡⚡
Dipilihnya sebuah hotel yang tak jauh dari Villanya, dia ingin menghabiskan malam yang panjang ini sendirian saja.
Duduk dipojok di sebuah bar dengan wine mungkin bisa menenangkan pikirannya. Dia sudah tak perduli dengan orang orang sekelilingnya.
Sebetulnya minum wine baru kali ini Bim coba, sebelumnya dia sama sekali tak pernah menyentuhnya.
Kekecewaan hidup yang teramat sangatlah yang membuat Bim ingin menghilangkan derita bersama wine.
Baru tiga teguk wine dia minum, kepalanya mulai berat. Ruangan seakan berputar, Bim merasa bisa melupakan segalanya dan setengah botol sudah masuk ke perutnya barang yang dulu diharamkannya itu, kini mulai tak di perduli kan.
Dengan berat di langkah kan kakinya menuju kamarnya tapi mabuk berat membuat semua seakan ikut bergerak, Bim tak bisa lagi menjaga keseimbangannya, dan limbung pas menabrak seorang wanita dihadapannya.
Wanita itu tahu apa yang harus diperbuatnya, karena dia memang seorang ******* yang sering mengantarkan tamunya ke kamar dalam keadaan mabuk.
Dengan dibantu boy room, Nana membukakan pintu kamar yang tadi telah di booking Bim.
Boy room langsung meletakkan Bim dipembaringan nya.
Baru saja Nana ingin memperbaiki posisi tidurnya, tiba tiba Bim muntah di sekujur tubuh Nana.
Membuat Nana harus mengganti bajunya, sementara Nana tidak bawa baju ganti.
Nana harus cepat cepat mengganti bajunya karena pasti akan menimbulkan bau yang tak sedap.
Sebelum mandi, Nana telah menyuruh room boy, untuk membersihkan sisa sisa muntah Bim di lantai.
Nana keluar toilet dengan hanya di balut handuk karena ia tak punya baju ganti.
Lantai pun telah bersih dari muntah Bim.
Bim yang akhirnya tertidur pulas tak menyadari jika Nana juga tidur di bangku dengan hanya terbelit handuk.
⚡⚡⚡
Bim kaget setengah mati melihat seorang wanita tidur di kamarnya tertelungkup di kursi dengan hanya berbelit handuk.
Kesadaran Bim mulai pulih, ia berusaha mengingat kejadian semalam yang samar samar masih diingatnya.
Di bopong nya tubuh mungil itu agar tidur di ranjangnya, karena Bim ingat tak sengaja muntah di badannya.
Belum sampai ke tempat tidur, Nana terbangun. Ia tersenyum tipis pada Bim yang coba membantunya memindahkan ketempat tidurnya.
Tiba tiba Bim kaget melihat wajah yang telah lama tak di jumpai nya itu. Tapi Bim cepat menepis setelah mengingat kembali kejadian kemarin yang telah membuat bathinnya terluka sangat dalam.......
Tak biasa, Nana jadi jengah dengan kondisinya yang hanya berbalut handuk. Akhirnya ia menutupi tubuhnya dengan selimut, sampai akhirnya hanya wajahnya dan kepalanya saja yang tersembul.
"Kamu tak mengenali saya?" tanya Bim sedikit heran.
Nana menatap wajah Bim, dan memperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki tetap Nana tidak mengenalinya dan gelengan kepala memastikan Bim jika Nana tak ingat pada dirinya.
Mana bisa lupa dengan wajah oriental nya. Apa lagi tahi lalat yang dikenang, yang dulu sering di pegang jika menggodanya.
Tapi Nana sedikitpun tak ingat dengan Bim.
"Kamu Vita Cahyani kan? " tanya Bim memastikan.
Nana hanya mengangguk sambil mengingat ingat wajah tampan laki laki di depannya, tapi Nana tetap lupa.
Dia pun mengingat ingat pelanggan yang pernah memakai jasanya, tetap tidak ingat.
"Anaknya Pak Ali dan Ibu Amih?" masih juga Bim menguatkan ingatannya.
Sambil mengerenyitkan kening, untuk mengingat laki laki di depannya Nana menyerah.
Ia memang bukan orang cerdas waktu di sekolah dulu, karena itu daya ingatnya terbatas.
"Om kenal saya begitu mendalam, dulu pernah tinggal di cikahuripan?" Nana langsung menebak.
"Ingat Abah Didin yang rumahnya disamping Abah Jaja?" Balas Bim kemudian.
"Oh.... anaknya Abah Didin tea?" sambil mengingat ingat nama dari laki laki yang usianya lebih tua 5 tahun darinya dan laki laki di depannya adalah teman teh Utik yang kini sudah almarhumah.
"Saya Bimbim, yang sering main ke rumah sama Jaelani dan Asep," Bim berusaha mengingatkan Nana.
"Ya ampun.... akang bimbim, pangling, sekarang teh kasep," jawab Nana senang.
Bimbim yang dulu nana kenal gemuk, rada hitam tapi sekarang putih, badan bidang dan gagah. pantas saja Nana tidak mengenalinya.
"Kang bim kelihatan jadi orang sukses nya kang, kabar abah Didin bagaimana kang? "
"sudah meninggal waktu akang kelas 2 SMP, akhirnya akang pindah ke Jakarta diasuh Om Dodi, adiknya Abah," Bim menjelaskan.
"dua tahun Abah Didin meninggal, menyusul bapak dan teh Utik, mereka terkena tanah longsor kang," meledak tiba tiba tangis Nana yang masih menggunakan handuk dibalut seprai. Bim terhentak kaget dan langsung terucap
"Innalilahi wa innalilahi rojiun," akang baru dengar Neng. Bim ikut berduka.
"Dari situlah kang, penderitaan Neng datang bertubi tubi. setelah bapak meninggal dan rumah tak bisa lagi diperbaiki karena terkubur tanah. Neng, adik dan mamah ikut juragan Pepen tapi kebaikannya hanya topeng, karena neng diperkosa tanpa sepengetahuan mamah akhirnya neng hamil, untuk menutupi malu, neng pun lari dari rumah itu ke Bandung kang, biar aib yang neng tanggung tak ada yang tahu. Neng melahirkan di sebuah kebun, untung ada orang yang lihat dan neng dibantu. Tidak lama tinggal di sana, karena neng malu menumpang pada orang akhirnya dengan terpaksa, neng menerima pekerjaan menjadi ******* kang," meledak tangis nana lagi menceritakan kegetiran hidupnya.
Bim yang mendengar penuturan Nana begitu geram dan wajahnya begitu tegang.
"Neng sebetulnya malu menceritakan ini semua kang, tapi karena Kang Bim sudah neng anggap saudara, neng jadi berani mengungkapkan kegetiran hidup neng ini," masih sesenggukan Nana menceritakan semua kepedihan yang dialaminya.
Bim kini baru menyadari bahwa dia tidak sendirian, ada orang lain yang lebih menderita dari dirinya. Kini Bim bisa lebih tegar lagi dalam mengatasi kepahitan dan kegetiran hidupnya.
"Neng, Insyaallah akang akan membantu neng," janji Bim tegas. Mendengar itu Nana menangis sejadi jadinya, antara gembira, kaget. kini Nana merasa punya malaikat yang bisa menjadi penjaganya dari serigala- serigala yang akan menerkamnya.
"Akang mau keluar dulu, membeli baju untuk neng ya." Nana langsung mengangguk setuju, karena sejak tadi dia hanya berlapis handuk.
Nana kini merasa gembira yang tak bisa dilukiskan. Ia percaya dengan janji Bim. Beban yang sebelumnya begitu membebaninya, kini mulai terasa ringan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!