Di sebuah rumah sakit, ada seorang pria berusia 20-an yang sedang sakit-sakitan. Ia sendirian di rumah sakit, tidak memiliki keluarga maupun kerabat. Pria itu bernama Lucas. Setiap hari, Lucas hanya membaca novel sambil menunggu ajalnya tiba.
"Akhirnya," Lucas berkata dengan senang, karena bab terakhir dari novel favoritnya berjudul The Chosen One's Destiny telah keluar.
Saat Lucas akan membaca bab terakhir, tiba-tiba ia merasa sangat pusing hingga perlahan kehilangan kesadarannya. Dalam keadaan setengah sadar, Lucas melihat dokter dan perawat yang sedang mencoba menyelamatkan nyawanya, tetapi semuanya sudah terlambat.
Lucas terbangun dalam kebingungan, mendapati dirinya masih hidup dan berada di sebuah ruangan yang tampak asing. Bahkan, barang-barang di ruangan tersebut terlihat sangat mahal.Saat Lucas melihat ke cermin, dia terkejut melihat dirinya yang berbeda.
"Apakah aku bereinkarnasi?" ucap Lucas dalam kebingungan.
Tiba-tiba, Lucas mengalami sakit kepala bersamaan dengan munculnya ingatan dari tubuhnya saat ini. Lucas pun tersadar bahwa dirinya telah memasuki novel favoritnya, The Chosen One's Destiny.
Lucas Valenhart adalah karakter sampingan dalam novel The Chosen One's Destiny. Keluarga Valenhart merupakan bangsawan kelas dua di Kerajaan Valenor.
Lucas senang mendapatkan kehidupannya kembali dan mengetahui bahwa dirinya berada dalam novel favoritnya. Dia tahu jelas alur dari novel tersebut, karena itu Lucas memutuskan untuk bertahan hidup demi melihat bab terakhir dari The Chosen One's Destiny, yang tidak sempat ia baca.
Seorang pelayan mengetuk pintu kamar Lucas dan memberitahunya untuk segera mandi serta pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarga.
Setelah mandi, Lucas segera menuju ruang makan. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum memasuki ruangan, masih terkejut dengan kenyataan bahwa dirinya kini adalah Lucas Valenhart, seorang bangsawan. "Ini benar-benar nyata," pikirnya sambil melangkah pelan.
Di dalam ruang makan, ia melihat sosok ayahnya, Lord Frederick Valenhart, yang duduk di kursi kepala. Seorang pria berwajah tegas dengan rambut mulai memutih, mengenakan jubah bangsawan yang elegan. Di sebelah kanan ayahnya, duduk ibu tirinya, Lady Evelynn, seorang wanita anggun dengan tatapan dingin. Dan di ujung meja, seorang gadis muda dengan wajah polos dan mata berbinar-binar, adiknya, Clara Valenhart, yang tampak sekitar sepuluh tahun.
"Lucas, akhirnya kau datang," suara tegas Lord Frederick menyapanya. Lucas mengangguk, menyadari bahwa dia harus bersikap hati-hati agar tidak mencurigakan. Dalam novel, hubungan Lucas Valenhart dengan keluarganya dingin, dan ia selalu berada dalam bayang-bayang adiknya, Clara, yang lebih berbakat.
"Maaf, Ayah," jawab Lucas sambil mencoba duduk dengan tenang di kursinya. "Aku hanya merasa sedikit tidak enak badan pagi ini."
Lady Evelynn tersenyum kecil, tetapi Lucas tahu dari ingatan yang baru ia peroleh bahwa wanita itu tidak pernah benar-benar memperhatikannya. "Kau harus menjaga kesehatanmu, Lucas," katanya dengan nada basa-basi. "Kau tak ingin ketinggalan dari Clara, bukan?"
Clara memandang Lucas dengan senyum lebar. "Kakak, aku sudah berlatih dengan guru sihir pagi ini. Aku belajar mantra baru! Kau harus melihatnya nanti."
Lucas hanya tersenyum, merasa aneh dengan situasi ini. Sebagai Lucas yang baru, ia tahu bahwa dia harus pintar-pintar memanfaatkan pengetahuannya tentang alur cerita. "Tentu, Clara," jawabnya. "Aku akan melihatnya nanti."
Sarapan berlangsung dengan percakapan biasa, sebagian besar diisi oleh Lord Frederick yang membicarakan urusan keluarga dan kerajaan. Namun, di benak Lucas, ia memutar-mutar pikirannya, mengingat plot dari novel. Ia tahu bahwa karakter asli Lucas Valenhart akan mati dalam satu insiden besar beberapa bulan lagi. Insiden ini akan memicu rangkaian peristiwa yang pada akhirnya mendukung perjalanan sang protagonis, sang Chosen One , yang dalam novel adalah seorang pemuda bernama Damien Everhart.
"Aku tidak bisa mati begitu saja," pikir Lucas. "Aku harus mengubah takdirku."
Setelah sarapan, Lucas kembali ke kamarnya, berusaha mengingat detail lebih jauh tentang jalannya cerita. Salah satu keuntungan terbesarnya adalah dia tahu siapa yang akan menjadi sekutu dan siapa yang akan menjadi musuhnya.
Langkah pertamanya adalah memastikan bahwa ia bertahan dalam insiden yang akan datang. Ia harus menjadi lebih kuat. Dalam novel, Lucas Valenhart sebenarnya memiliki bakat sihir yang cukup baik, tetapi dia tidak pernah mengembangkannya dengan serius. Kini, Lucas yang baru memutuskan untuk tidak mengulangi kesalahan itu.
"Tapi bagaimana caranya?" pikir Lucas. Dia harus menemukan guru yang bisa mengajarinya, atau mungkin… ia bisa mencuri pengetahuan dari protagonis? Toh, ia tahu alur cerita dan teknik rahasia yang akan digunakan Damien.
"Ini akan menarik," gumam Lucas dengan semangat baru. "Aku tidak akan menjadi karakter sampingan yang mati begitu saja. Kali ini, aku akan bertahan dan melihat akhir cerita dengan mataku sendiri.
Lucas memutuskan untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Ia tahu bahwa dalam beberapa bulan mendatang, kehidupan Lucas Valenhart akan berubah drastis, dan jika tidak hati-hati, kematian yang sudah tertulis dalam novel akan kembali menghantuinya. Dia harus bertindak sekarang.
Langkah pertama Lucas adalah mencari sumber kekuatan. Dalam ingatannya, ia tahu bahwa keluarga Valenhart memiliki perpustakaan besar yang penuh dengan buku-buku sihir kuno. Sebagai seorang bangsawan kelas dua, Lucas tidak mendapatkan akses penuh, tetapi itu bukan masalah baginya sekarang. Dia tahu cara menyelinap ke dalam ruang terlarang itu karena Lucas Valenhart sering melakukannya di masa kecilnya, sebelum semua perhatian keluarga teralihkan pada Clara.
Dengan hati-hati, Lucas meninggalkan kamarnya dan berjalan menuju bagian barat istana keluarga Valenhart. Setiap langkahnya terasa sangat nyata, membuatnya semakin yakin bahwa ini bukan sekadar mimpi. Langit-langit yang menjulang tinggi, lantai marmer yang mengilap, dan lukisan-lukisan keluarga bangsawan yang tergantung di dinding semua tampak lebih hidup daripada yang pernah ia bayangkan.
Ia tiba di depan pintu perpustakaan. Lucas memeriksa sekeliling, memastikan tidak ada pelayan atau penjaga yang melihatnya, lalu menarik napas panjang. Dalam ingatan tubuh ini, ada sebuah lorong rahasia di balik rak buku yang bisa membawanya ke bagian tersembunyi dari perpustakaan, tempat di mana buku-buku sihir yang paling kuat disimpan.
Dengan teliti, ia mendorong salah satu rak buku yang tampak usang, dan rak itu bergerak perlahan, memperlihatkan lorong gelap di baliknya. “Benar, ini dia,” pikir Lucas sambil tersenyum kecil. Ia masuk ke dalam lorong dan menyalakan obor kecil yang ia temukan di dinding. Suara langkahnya bergema di sepanjang lorong sempit hingga akhirnya ia sampai di sebuah ruangan kecil, yang dipenuhi oleh deretan buku tebal berdebu.
"Ini dia," bisik Lucas saat pandangannya tertuju pada sebuah buku besar yang tampak tua dan lusuh di pojok ruangan. Judulnya adalah Arkana Kuno: Kekuatan yang Terlupakan. Buku ini adalah salah satu dari sedikit sumber yang menyimpan rahasia sihir kuno yang hampir tidak diketahui siapa pun dalam novel.
Tanpa ragu, Lucas mengambil buku itu dan mulai membacanya. Di dalamnya tertulis mantra-mantra yang luar biasa kuat, tapi juga sangat berbahaya. Salah satu di antaranya adalah mantra pelindung, yang bisa menciptakan perisai sihir yang tak tertembus. Mantra ini membutuhkan kekuatan besar dan penguasaan yang mendalam, tetapi jika Lucas berhasil mempelajarinya, itu akan menjadi kunci untuk bertahan hidup dari insiden yang akan datang.
“Ini yang aku butuhkan,” gumam Lucas sambil mempelajari diagram dan formula yang rumit. Ia tahu bahwa waktunya terbatas. Dalam novel, insiden besar yang mengancam hidupnya akan terjadi dalam tiga bulan, saat keluarga Valenhart menghadiri pertemuan bangsawan di ibukota kerajaan Valenor. Saat itulah Lucas yang asli tewas akibat serangan mendadak oleh musuh kerajaan.
Namun, Lucas tidak akan membiarkan sejarah terulang. "Aku akan bertahan," tekadnya. "Dan aku akan menjadi lebih kuat dari siapa pun."
Selama beberapa minggu berikutnya, Lucas menyelinap ke ruangan rahasia itu setiap malam. Ia berlatih mantra dari Arkana Kuno, mencoba memahami setiap kata dan simbol. Semakin lama, ia bisa merasakan kekuatan sihirnya tumbuh. Awalnya, ia kesulitan membangkitkan bahkan sedikit pun energi, tetapi dengan ketekunan, ia berhasil menciptakan kilatan cahaya pertama dari sihir kuno yang tersembunyi dalam tubuhnya.
Namun, Lucas sadar bahwa dia tidak bisa belajar semuanya sendiri. Dia membutuhkan seorang mentor yang ahli. Dalam novel, ada satu orang yang bisa membantunya—Elder Reynard, seorang penyihir tua yang hidup di pengasingan di luar kota. Dalam cerita aslinya, Damien, sang protagonis, akan menemui Reynard untuk mempelajari seni sihir kuno. Lucas tahu di mana harus menemukannya, dan kali ini, dia akan mendahului Damien.
Setelah persiapan yang matang, Lucas memutuskan untuk melakukan perjalanan rahasia ke tempat Reynard. Ia tahu ini berisiko, tetapi jika ia ingin mengubah takdirnya, dia harus mengambil langkah besar ini.
Dengan membawa beberapa barang penting dan menyembunyikan identitasnya, Lucas meninggalkan istana pada malam yang dingin. Ia berjalan cepat di bawah sinar bulan, menuju hutan di luar kota, di mana Elder Reynard tinggal di sebuah pondok terpencil. Perjalanan itu menantang, tetapi Lucas berusaha tetap tenang, meskipun ketakutan terus menghantui pikirannya.
Setelah berjam-jam berjalan, ia akhirnya sampai di depan pondok tua yang dikelilingi oleh pepohonan tinggi. Asap tipis mengepul dari cerobong, menandakan bahwa ada seseorang di dalam.
Lucas mendekati pintu dan mengetuknya dengan pelan. Setelah beberapa saat, pintu terbuka, dan seorang pria tua dengan janggut panjang berwarna putih muncul di hadapan Lucas.
“Apa yang kau inginkan, anak muda?” tanya Elder Reynard dengan suara serak, matanya menyipit penuh curiga.
Lucas menundukkan kepalanya hormat. "Aku butuh bantuanmu, Elder Reynard. Aku tahu kau menguasai sihir kuno, dan aku ingin mempelajarinya."
Reynard menatapnya dengan tajam, seolah mencoba menembus kedalaman jiwa Lucas. "Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku akan mengajarimu?"
Lucas mengangkat wajahnya dan berkata dengan tekad yang kuat, "Karena aku tahu apa yang akan terjadi. Dan aku harus menjadi lebih kuat, atau aku akan mati."
Elder Reynard tersenyum tipis, sebuah senyum penuh misteri. “Baiklah, anak muda. Kau datang ke tempat yang tepat. Tapi ingat, sihir kuno memiliki harga yang mahal. Apakah kau siap membayarnya?”
Lucas mengangguk tegas. "Aku siap."
Dengan demikian, pelatihan Lucas di bawah bimbingan Elder Reynard pun dimulai, dan perjalanan untuk mengubah takdirnya semakin mendekati puncaknya.
Hari pertama pelatihan Lucas di bawah bimbingan Elder Reynard dimulai dengan ujian. Bukan ujian sihir, melainkan ujian mental. Reynard menatap Lucas dengan mata tajam, memintanya untuk duduk di tengah ruangan kecil yang dipenuhi dengan buku-buku tua dan botol-botol ramuan misterius. Suasana pondok itu dipenuhi oleh aroma herbal dan kayu yang terbakar, memberikan rasa hangat yang aneh meski tampak angker.
"Jika kau ingin belajar sihir kuno, hal pertama yang harus kau lakukan adalah memahami dasar dari kekuatan itu," kata Reynard sambil berdiri di dekat jendela. "Sihir kuno bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari dengan hanya menghafal mantra. Kau harus merasakan dan memahami esensinya. Setiap mantra kuno terhubung langsung dengan kehidupanmu—dengan jiwamu."
Lucas mendengarkan dengan saksama. Selama berminggu-minggu, ia sudah mencoba mempelajari sihir kuno melalui buku yang ia temukan di perpustakaan keluarganya. Meskipun ia berhasil menciptakan sedikit energi sihir, semuanya masih terasa mentah dan tidak terkendali. Ia butuh bimbingan Reynard, tetapi Lucas juga tahu bahwa pelatihan ini akan lebih dari sekadar belajar mantra.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Lucas.
Reynard mengambil sebuah mangkuk perak dari rak dan mengisinya dengan air. Ia meletakkannya di depan Lucas dan duduk di seberangnya. "Lihatlah ke dalam air ini dan fokus. Aku ingin kau mengosongkan pikiranmu dan merasakan aliran energi di sekitarmu. Sihir kuno selalu ada di alam, dan tubuhmu adalah jembatan antara dunia ini dan kekuatan itu. Jika kau bisa merasakannya, kau akan mulai memahami apa yang sebenarnya kau hadapi."
Lucas mengikuti instruksi itu dengan penuh perhatian. Dia memandang ke dalam mangkuk air itu, mengosongkan pikirannya dari gangguan luar, dan mencoba merasakan sesuatu yang lebih besar. Awalnya, tidak ada yang terjadi. Air tetap diam, tidak menunjukkan tanda-tanda apapun. Namun, saat Lucas memusatkan pikirannya lebih dalam, dia mulai merasakan kehadiran energi yang samar, mengalir perlahan-lahan di sekelilingnya. Itu terasa seperti angin yang lembut, menyentuh kulitnya tanpa disadari.
Namun, seiring dengan sensasi itu, sebuah bayangan muncul dalam pikirannya. Sebuah ingatan—bukan dari Lucas Valenhart, tapi dari Lucas yang lama. Saat-saat di mana dia terbaring sendirian di ranjang rumah sakit, dengan tubuh yang semakin lemah, menunggu akhir hidupnya. Rasa sakit dan ketidakberdayaan itu menyergap pikirannya, membuatnya tercekik.
Lucas tersentak, air di dalam mangkuk bergelombang seolah merespon ketegangan di dalam dirinya. Reynard mengangkat alisnya, memerhatikan dengan tenang.
"Kau terlalu terjebak dalam dirimu sendiri," kata Reynard dengan suara tenang namun tegas. "Sihir kuno tidak bekerja melalui ego. Kau harus melepaskan diri dari masa lalu yang membebani jiwamu. Hanya dengan begitu kau bisa mengakses kekuatan sebenarnya."
Lucas menggigit bibirnya. Ia tahu apa yang dimaksud oleh Reynard. Ia masih terjebak dalam pikirannya sebagai Lucas yang lama—pria muda yang kesepian dan putus asa di rumah sakit. Meskipun sekarang ia memiliki kesempatan kedua, bayangan masa lalunya masih menghantui. Ia merasa bersalah karena gagal dalam hidup sebelumnya, dan ketakutan itu kini menjadi penghalangnya.
"Jika aku tidak melepaskannya," pikir Lucas, "aku tidak akan pernah bisa menjadi lebih kuat."
Lucas kembali menatap air di mangkuk itu. Kali ini, ia mencoba menghadapi bayangan masa lalunya. Ia mengingat kembali semua rasa sakit, ketakutan, dan penyesalan, tapi bukannya menghindar, ia menerima semuanya. "Aku bukan lagi Lucas yang dulu," ucapnya dalam hati. "Aku adalah Lucas Valenhart sekarang, dan aku memiliki kesempatan untuk mengubah nasibku."
Perlahan, air di mangkuk mulai tenang, dan Lucas merasakan energi di sekelilingnya semakin jelas. Bukan lagi angin lembut, tapi aliran kuat yang menyentuhnya dari segala arah. Tubuhnya terasa lebih ringan, dan dia bisa merasakan kekuatan sihir itu mengalir melalui dirinya.
Reynard tersenyum tipis melihat perubahan itu. "Sekarang kau mengerti," katanya. "Langkah pertama telah kau lewati. Sekarang, kita bisa mulai dengan pelatihan yang sebenarnya."
Hari-hari berikutnya penuh dengan pelatihan yang menantang. Reynard mengajarkan Lucas tentang dasar-dasar sihir kuno—bagaimana memanipulasi elemen, menciptakan perisai sihir, dan bahkan mengendalikan aliran energi di sekelilingnya. Namun, pelajaran terpenting yang Lucas pelajari adalah pengendalian diri.
Setiap malam, tubuh Lucas terasa kelelahan, tapi hatinya dipenuhi semangat. Ia mulai merasakan peningkatan dalam kekuatannya. Sihir kuno bukan hanya tentang kekuatan mentah; ini tentang keharmonisan dengan dunia di sekitarnya. Semakin dia memahaminya, semakin kuat sihirnya menjadi.
Namun, Reynard selalu memperingatkan Lucas tentang satu hal: "Sihir kuno memiliki harga yang mahal. Semakin kuat kau menjadi, semakin besar beban yang akan kau tanggung."
Suatu hari, setelah latihan berat yang melibatkan mantra pertahanan, Lucas bertanya, "Apa yang kau maksud dengan beban itu?"
Reynard menatapnya tajam. "Setiap penggunaan sihir kuno mempengaruhi jiwa penggunanya. Semakin kuat mantra yang kau gunakan, semakin besar bagian dari dirimu yang terikat dengan kekuatan itu. Dan jika kau terlalu berlebihan… kau mungkin kehilangan dirimu sepenuhnya."
Kata-kata itu menancap dalam benak Lucas. Ini adalah kekuatan yang luar biasa, tapi juga sangat berbahaya. Dia harus berhati-hati. Namun, meskipun ada risiko besar, Lucas tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain. Jika dia ingin mengubah takdirnya, dia harus menjadi lebih kuat, bahkan jika itu berarti menghadapi harga yang tidak terelakkan.
"Apapun yang terjadi," pikir Lucas, "Aku akan bertahan hidup."
Suatu malam, setelah pelatihan panjang, Lucas sedang beristirahat di pondok Reynard ketika tiba-tiba, ia merasakan getaran aneh di udara. Seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres. Ia bangkit dari tempat duduknya dan melihat keluar jendela.
Di kejauhan, di arah ibukota, langit yang sebelumnya cerah mendadak berubah gelap. Awan hitam berputar-putar, dan kilatan cahaya samar-samar tampak di kejauhan.
Reynard, yang sedang mempersiapkan ramuan di meja, juga melihatnya. "Waktumu semakin singkat," katanya dengan suara rendah. "Itu pertanda bahwa sesuatu yang besar akan terjadi. Sesuatu yang berbahaya."
Lucas merasakan ketegangan di udara. Ia tahu bahwa insiden besar yang tercatat dalam novel sedang mendekat. Pertemuan bangsawan, serangan mendadak—semuanya akan segera terjadi.
“Aku belum siap,” pikir Lucas, tapi dia tahu dia tidak punya waktu lagi. Pertarungan besar yang akan menentukan nasibnya sudah di depan mata.
"Aku harus bertahan," ucap Lucas dalam hati, menguatkan tekadnya.
Dan kali ini, dia akan menghadapi takdirnya dengan kekuatan yang baru, dan tak akan ada yang bisa menghentikannya.
Lucas berdiri di depan jendela, menatap langit yang semakin gelap dengan awan-awan yang berputar seperti pusaran maut. Ia bisa merasakan tekanan yang mencekam dari kejauhan, seolah-olah seluruh alam memberinya peringatan akan bahaya yang mendekat. Hatinya berdebar kencang, tapi bukan karena ketakutan—melainkan karena tekad.
“Aku tahu ini akan terjadi,” bisik Lucas pelan. Dia sudah lama mempersiapkan diri, dan sekarang saatnya tiba lebih cepat dari yang ia kira.
Di belakangnya, Reynard berdiri dengan ekspresi serius. “Ingatlah, Lucas, kekuatan yang kau miliki saat ini belum cukup untuk melawan apa yang akan datang. Tapi, kau bisa bertahan. Kau hanya perlu memilih jalan yang benar."
Lucas mengepalkan tangannya. "Aku sudah memilih, Reynard. Kali ini, aku tidak akan lari. Aku akan menghadapi takdirku."
Dia menatap ke arah ibukota yang diselimuti kegelapan, dan dalam hatinya, ia berjanji bahwa tidak peduli apa yang terjadi, ia tidak akan menyerah.
"Kali ini, aku yang akan mengubah ceritanya," pikir Lucas dengan penuh keyakinan.
Hari penentuan semakin dekat.
Keesokan harinya, Lucas memutuskan untuk mempercepat latihannya. Waktu yang ia miliki semakin singkat, dan tanda-tanda kehancuran sudah mulai muncul. Dengan energi yang semakin kuat mengalir dalam tubuhnya, dia tahu bahwa pertarungan yang akan datang adalah ujian terbesar dalam hidup barunya. Lucas menghabiskan hari-hari berikutnya mempelajari berbagai mantra dari Elder Reynard, berlatih tanpa henti hingga tenaganya hampir habis.
Namun, meskipun Lucas sudah jauh lebih kuat dari sebelumnya, sebuah perasaan tidak tenang terus menghantuinya. Dalam novel, takdir Lucas Valenhart sudah tertulis dengan jelas. Bahkan dengan kekuatannya yang baru, dia tidak yakin apakah dirinya bisa menghindari kematian yang sudah tertulis.
"Apa kau masih meragukan dirimu sendiri?" tanya Reynard suatu malam, saat mereka duduk di depan perapian setelah sesi latihan yang panjang.
Lucas menghela napas panjang. "Aku tahu banyak tentang apa yang akan terjadi. Aku tahu kapan, di mana, dan bagaimana segalanya akan berakhir. Namun, semakin dekat aku dengan peristiwa itu, semakin aku merasa bahwa takdir terlalu kuat untuk diubah."
Reynard menatapnya dengan tajam. "Takdir memang sesuatu yang sulit dihadapi. Namun, kau sudah berjalan jauh, lebih jauh dari apa yang mungkin dicapai oleh banyak orang. Jika kau terus meragukan dirimu sendiri, maka kau akan jatuh pada nasib yang sama. Namun, jika kau percaya pada kekuatan dan pilihanmu, kau bisa mengubah segalanya."
Lucas merenungkan kata-kata Reynard, dan seketika itu, dia merasa keteguhan hatinya kembali. “Kau benar. Jika aku terus menganggap diriku hanya sebagai karakter sampingan, aku tidak akan pernah bisa mengubah apapun."
Malam itu, Lucas menghabiskan waktunya dengan membaca kembali Arkana Kuno: Kekuatan yang Terlupakan. Dia mempelajari mantra yang paling rumit dan berbahaya, meski tubuhnya mulai terasa kelelahan. Mantra-mantra itu bukan hanya untuk pertahanan, tapi juga untuk menyerang. Lucas menyadari, jika dia ingin bertahan hidup, dia harus siap untuk melawan, bahkan jika itu berarti harus melawan siapa pun—termasuk protagonis dari cerita ini, Damien Everhart.
Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Keluarga Valenhart dipanggil ke ibukota untuk menghadiri pertemuan bangsawan. Di novel, peristiwa ini adalah momen di mana musuh kerajaan melancarkan serangan mendadak, mengakibatkan banyak bangsawan tewas, termasuk Lucas Valenhart. Namun, Lucas sudah bersiap. Kali ini, dia tidak akan menjadi korban yang pasrah.
Saat kereta mereka mendekati ibukota, Lucas melihat langit yang masih tampak muram dengan awan hitam yang berputar. Dia duduk diam di dalam kereta, mendengarkan pembicaraan keluarganya yang terdengar begitu jauh. Lord Frederick berbicara tentang urusan kerajaan, sementara Clara bercerita tentang latihan sihirnya yang terbaru. Lady Evelynn sesekali tersenyum tipis tanpa menunjukkan ketertarikan yang sebenarnya.
Lucas, di sisi lain, mempersiapkan pikirannya untuk apa yang akan datang. Dia sudah tahu bagaimana serangan itu akan terjadi. Musuh akan menyusup melalui gerbang kota dan melancarkan serangan saat para bangsawan sedang berkumpul di istana. Dia harus bergerak cepat dan bertindak sebelum semuanya terlambat.
Sesampainya di ibukota, keluarga Valenhart disambut oleh barisan pelayan istana. Lucas tetap tenang, mengamati sekelilingnya dengan teliti. Dia tahu bahwa di antara para penjaga, ada beberapa yang sebenarnya adalah mata-mata musuh.
“Lucas, ayo cepat,” panggil Clara sambil menarik tangannya. Gadis itu tampak bersemangat untuk menghadiri pertemuan bangsawan, sebuah kesempatan yang jarang terjadi bagi seorang anak seusianya.
Lucas tersenyum tipis dan mengangguk. “Ya, aku akan segera menyusul.”
Malam itu, pertemuan besar berlangsung dengan mewah di istana kerajaan Valenor. Ruangan besar dipenuhi oleh para bangsawan berpakaian megah, dengan lampu-lampu kristal yang menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya lembut. Lucas berdiri di sudut, mengawasi ruangan dengan waspada. Dia tahu bahwa dalam beberapa saat lagi, semuanya akan berubah.
Dan benar saja, hanya beberapa menit setelah pidato Raja dimulai, teriakan terdengar dari luar istana. Ledakan keras mengguncang tanah, dan para tamu mulai panik. Lucas merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya. Dia tahu inilah momen yang menentukan.
“Kalian harus keluar dari sini sekarang!” teriak Lucas kepada keluarganya.
Lord Frederick menatap Lucas dengan bingung. “Apa yang kau bicarakan?”
Namun, sebelum ada yang bisa merespon lebih jauh, pintu utama meledak terbuka, dan pasukan musuh menyerbu masuk. Para bangsawan berteriak ketakutan, sementara para penjaga berusaha melawan para penyusup.
Lucas meraih tangan Clara dan menariknya pergi. "Ayo, kita harus pergi sekarang!"
Clara, yang tampak ketakutan, mengikuti Lucas tanpa bertanya. Mereka berlari melewati lorong-lorong istana, menghindari pertempuran yang terjadi di sekitar mereka. Lord Frederick dan Lady Evelynn mengekor di belakang, mencoba melindungi diri mereka dengan pedang yang mereka bawa.
Di tengah kekacauan itu, Lucas bisa merasakan energi sihir yang kuat mendekat. Itu adalah Damien Everhart, protagonis dari novel, yang telah tiba di medan pertempuran untuk melawan musuh-musuh kerajaan. Namun, Lucas tahu bahwa dia tidak bisa bergantung pada Damien. Dia harus mengandalkan kekuatan yang telah ia pelajari sendiri.
Saat mereka sampai di halaman belakang istana, musuh berhasil mengepung mereka. Lord Frederick menghunus pedangnya, siap bertarung, tapi Lucas tahu bahwa itu tidak akan cukup. Mereka butuh sesuatu yang lebih kuat—sesuatu yang bisa mengubah arus pertempuran.
Tanpa berpikir panjang, Lucas memfokuskan energinya dan melantunkan mantra pelindung dari Arkana Kuno. Perisai sihir yang kuat muncul di sekeliling keluarganya, melindungi mereka dari serangan musuh yang datang bertubi-tubi.
“Lucas, apa yang kau lakukan?” tanya Lord Frederick dengan terkejut.
“Aku akan menjelaskan nanti,” jawab Lucas dengan suara tegas. "Sekarang, kita harus bertahan."
Musuh terus menyerang, tapi perisai Lucas bertahan dengan kuat. Namun, dia tahu bahwa kekuatannya tidak akan bertahan lama. Lucas memutar otak, mencari cara untuk melawan balik. Sementara itu, suara ledakan dan teriakan semakin mendekat.
Tiba-tiba, di depan mereka muncul sosok Damien Everhart, dengan pedang suci yang bersinar terang di tangannya. Dia melompat ke medan pertempuran, melawan musuh dengan kecepatan dan kekuatan luar biasa.
Lucas melihat Damien Everhart yang muncul dengan kehadiran yang megah, seperti cahaya di tengah gelapnya kekacauan. Damien bergerak cepat, pedangnya menebas musuh dengan presisi dan kekuatan, menghalau serangan-serangan musuh yang mengancam.
Namun, Lucas tahu bahwa meskipun Damien tampak sangat kuat, dia masih harus melawan musuh-musuh ini dengan semua yang ia miliki. Lucas fokus pada mantra serangannya, menggenggam energi sihir di dalam dirinya, dan meluncurkan serangan api yang membakar barisan musuh yang mencoba melawan Damien.
“Damien!” teriak Lucas, mencoba menarik perhatian Damien dari kerumunan. “Kami butuh bantuan! Kami tidak bisa bertahan selamanya!”
Damien melirik ke arah Lucas dan mengangguk, mengerti situasinya. “Tahan sebentar lagi!” teriak Damien kembali, sebelum kembali melanjutkan pertarungannya.
Lucas merasakan energi sihirnya mulai menipis, dan dia tahu dia tidak bisa bertahan selamanya. Dia terus memperkuat perisai pelindungnya, sementara Clara dan orang tuanya mencari tempat aman di balik perlindungannya.
Damien dengan cepat menghabisi musuh yang menghalangi Lucas, kemudian tanpa banyak bicara, ia masuk kembali ke dalam istana, meninggalkan Lucas dan keluarga Valenhart. Lucas tidak menyia-nyiakan waktu. Dia segera membawa keluarganya ke tempat evakuasi bersama keluarga bangsawan lainnya.
Setelah merasa keluarganya sudah aman, Lucas, dengan tekad yang kuat, memutuskan untuk kembali ke dalam istana. Dia tahu betul bahwa meskipun Damien adalah protagonis yang kuat, dia belum cukup kuat untuk mengalahkan semua musuh yang ada di dalam.
"Jangan pergi, Lucas! Itu terlalu berbahaya!" teriak Lord Frederick dengan nada cemas.
Lucas menoleh sejenak dan menghela napas. "Maaf, Ayah. Ada sesuatu yang harus aku lakukan."
Dengan tekad yang sudah bulat, Lucas tidak dapat dihentikan. Bahkan para prajurit kerajaan yang berusaha menahannya tak mampu menghentikan langkahnya. Tatapan mata Lucas yang penuh keteguhan membuat mereka mundur, seolah memahami bahwa dia memiliki peran yang lebih besar dalam pertempuran ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!