Profesi dokter adalah pekerjaan yang sangat mulia dan juga penuh risiko karena pekerjaan ini menyangkut nyawa manusia jika dikerjakan secara sembarangan, maka dari itu sekolah atau proses menjadi dokter itu diperlukan proses yang panjang agar pada saat menjadi dokter dalam kondisi siap melayani pasien.
Seperti halnya Kim Ji Nan, dia adalah blasteran indo Korea yang sekarang tinggal di Indonesia. Sejak kecil dia ingin sekali menjadi dokter seperti ayahnya dan juga bisa menyelamatkan dan menyembuhkan orang lain dari penyakit, itulah yang ada dipikiran Jinan pada saat dia kecil.
Sejak kecil Jinan memang sering belajar dan juga membaca banyak buku terutama buku yang biasa ayahnya baca agar dia bisa memahami kedokteran lebih dini walaupun usianya belum memahami apa yang buku itu maksud.
Namun saat di sekolah Jinan sering terkena perundungan oleh teman sekelasnya karena tubuhnya yang terbilang gemuk dan juga selalu menyendiri. Sebenarnya Jinan ingin melawan namun itu hanya akan menambah perundungannya.
Di suatu hari pada saat Jinan sedang dirundung, ada satu gadis menghampiri Jinan dan melawan teman-temannya yang sedang merundung Jinan.

"Ehh jangan ganggu dia, dia salah apa coba" teriak seorang gadis
"Dia gendut ngga bisa apa-apa" ucap salah satu cowo disana
"Kalo dia gendut dia ngga bisa lawan gitu" ucap gadis itu mendatangi mereka
"Ngga terus kenapa? Lo siapanya dia?" Tanya salah satu cowo
"Kalian pergi ngga, kalo ngga aku laporin guru BK yah" ancam gadis itu
"Lapor aja kalo berani dan semoga kamu masih di sekolah ini" ucap cowo itu mengancam balik
Dengan berani gadis itu memukul cowo yang sedari tadi merundung Jinan hingga terjatuh.
"Gw ngga peduli dikeluarin atau ngga yang penting gw membela keadilan" ucap gadis itu memegang tangannya karena sehabis memukul
"Udah yuk pergi aja dia cewek gila"
Para cowo itu pergi dan cowo yang tadi gadis itu pukul juga ikut pergi. Gadis itu menghampiri Jinan sambil memberikan kotak makan yang tadi direbut oleh cowo tadi.
"Nih kotak makan kamu" ucap gadis itu memberikan kotak makan pada Jinan
"Makasih yah"
"Kalo ada mereka lagi bilang aku yah"
"Maaf yah ngerepotin kamu"
"Ngga kok, oh iya nama aku Cindy Hapsari panggil aja Cindy atau cinhap aku dari kelas 6" Ucap gadis itu memperkenalkan diri
"Iya kalo aku..." Ucap Jinan namun terpotong oleh suara bel sekolah
"Ehh udah bel nih aku masuk dulu yah" Cindy meninggalkan Jinan disana yang belum menyelesaikan kalimatnya.
Sejak dari itu mereka berdua semakin dekat, dari bermain bersama, makan bersama, dan berkeliling sekolah.
Di suatu saat ayah Cindy meninggal dunia, itu membuat Cindy terpukul dan bersedih sepanjang hari. Saat Cindy sedang sedih di lapangan Jinan melihatnya dan menghampiri Cindy.
"Kamu kenapa cin?" Tanya Jinan
"Ayahku meninggal" lirih Cindy dan masih menundukkan kepalanya
Mendengar itu Jinan tidak tega melihat Cindy bersedih, dia berinisiatif untuk memeluk Cindy, Dan ternyata Cindy mau dipeluk oleh dirinya. Beberapa saat mereka berpelukan sampai tangisan Cindy mereda, setelah itu Jinan memberikan permen yang dia bawa pada saat dia di kantin.
"Nih buat kamu biar ngga sedih lagi" ucap Jinan memberikan permen pada Cindy
"Makasih ya Ndut" Cindy menerima permen itu
"Jangan sedih lagi ya"
Mereka berpelukan cukup lama hingga Cindy merasa tenang, setelah dia tenang Jinan melepaskan pelukannya.
"Kamu pernah denger ngga, ada yang bilang coba kamu pikirkan orang yang kamu pengin kamu lihat nanti di mimpi kamu dia akan datang" ucap Jinan
"Iya pernah, semoga aja yah"
Jinan menganggukkan kepalanya dan kembali mengobrol dan bermain bersama dengan Cindy.
Sampai suatu hari Cindy memutuskan untuk pindah sekolah karena ibunya dipindahkan ke kota besar, sebenarnya Cindy ingin jujur dan bilang ke Jinan bahwa dirinya pindah sekolah namun dia berbohong.
"Hai cin, loh kamu mau kemana?" Tanya Jinan yang terkejut melihat Cindy membawa tas besar
"Aku mau liburan ke rumah nenek kok Ndut" jawab Cindy
"Lama ngga disana?" Tanya Jinan mulai khawatir
"Mungkin beberapa hari disana" Jawab Cindy
"Hati-hati yah disana"
"Cindy ayoo itu udah ditunggu" panggil mamahnya Cindy
"Iya mah, ya udah Ndut aku pergi dulu yah" pamit Cindy pada Jinan
"Iya cin hati-hati ya, aku selalu nunggu disini" Jinan mengiyakan
Cindy menganggukkan kepalanya dan pergi bersama ibunya menuju mobil, setelah itu mereka pergi yang membuat Jinan bersedih.
*
Di sebuah pesawat, seseorang sedang menelpon ibunya karena dia disuruh untuk pergi ke Australia namun dia membohongi ibunya dengan menunjukan video dari Australia bukan dirinya yang sedang di Australia.
"Gimana mah pemandangannya?"
"Iya cin bagus-bagus tapi kok kayak panas banget gitu, coba kamu ngadem dulu"
"Eeee... Mah udah ya telpon ya takut pulsanya mahal"
"Ehh bentar du..."
Dia langsung mematikan panggilan videonya.
"Maaf mah aku ngga mau jadi apa yang mamah pengin, aku mau jadi pengacara sama kayak ayah" batin Cindy
Setelah turun dari pesawat Cindy menelpon saudaranya untuk menjemputnya di bandara namun dia beberapa kali menelpon tidak di jawab dan setelah dia mencoba akhirnya di jawab olehnya.
"Assalamu'alaikum iya kak"
"Walaikumsalam, elo dimane ini gw udah di nyampe nih"
"Maaf kak aku tadi ada operasi dadakan jadi ngga jemput kakak"
"Lah katanya Lo udah disini?"
"Iya kak tapi aku langsung pulang"
"Bener-bener yah kalo gitu Lo ngga usah bilang bisa"
"Maaf kak tapi aku udah kirim alamat rumahnya nanti kakak bisa kesana"
"Iya makasih"
Dia langsung menutup telponnya karena kesal dengan saudara itu. Sesaat dia ingin melangkah dia melihat ada bapak-bapak tua terjatuh, dia langsung menghampirinya.
"Bapak kenapa pak?" Tanya Cindy melihat keadaan bapak tua itu
"Tolong panggilkan ambulan" teriak Cindy pada penumpang yang melihat kejadian itu
"Bapak bertahan yah" ucap Cindy sebisa mungkin membantu bapak tua itu
"Biar saya bantu" ucap seseorang datang ikut membantu Cindy
Cindy menghadap ke sumber suara ternyata ada pria yang membantu memberikan CPR untuk bapak tua itu.
"Kamu punya kertas?" Tanya pria itu
Cindy menggelengkan kepalanya, "Ngga ada pak adanya tisu"
"Iya gpp"
Cindy mengeluarkan tisu dari bungkusannya dan diberikan pada pria itu, dia menulis entah apa dan memasukkan kedalam saku celana bapak tua itu.
Setelah beberapa saat ambulance datang dan bapak tua itu tersadar dari pingsannya dan kemudian dibawa ke rumah sakit.
"Saya ikut ambulance" pinta pria itu pada petugas ambulance
"Anda keluarga pasien?" Tanya petugas itu
"Saya dokter di rumah sakit Daan Mogot" jawab pria itu
"Baiklah anda boleh itu" petugas itu memperbolehkan pria itu ikut bersama ambulance
Pria tadi memasuki mobil ambulance, dan Cindy melamun karena melihat pria tadi.
"Cowo tadi ganteng terus baik lagi yah" batin Cindy
Setelah kejadian itu Cindy langsung menuju rumah rekomendasi dari saudaranya yang ditunjukkan untuk dirinya.
***
Akhirnya selesai juga part pertama, gimana nih cerita barunya tokoh baru biar fresh tapi masih nyambung sama cerita "Pengantin kecilku" tapi ya sedikit kontribusinya...
Author bikin banyak cerita agar kalian ada bacaan yang menarik dan juga menghilangkan rasa malas kalian untuk membaca, walaupun bacaan seperti ini tapi author akan mengusahakan untuk menyisipkan hal yang ada di dunia nyata agar kalian bisa mengerti masuknya...
Semoga kalian suka part dan cerita baru ini jangan lupa untuk vote, komentar, dan share ya...
Thanks for reading...
Sekarang dirinya sudah menjadi spesialis bagian saraf karena saran dari teman dokternya yaitu Zahran, dan dia juga menjadi kepala bagian bedah saraf di rumah sakit Daan Mogot setelah kepulangannya study spesialis di luar negeri.
Dan sudah bertahun-tahun sudah Jinan menunggu di sebuah pohon besar tempat dia dan seseorang bertemu pertama kali dan berpisah darinya. Setiap hari dia kesana dengan harapan seseorang itu muncul dari kembali.
*
Hari ini adalah waktunya Cindy magang, dia sangat bersemangat sekali karena apa yang dia impikan akan menjadi kenyataan yaitu menjadi pengacara profesional sama seperti ayahnya dulu.
Sekarang dia sudah berada di kantor pengacara untuk pengambilan tempat magang, disana sudah ada beberapa calon pegawai kantor pengacara itu juga.
"Sekarang kalian akan diundi untuk penempatan kalian magang" ucap HRD memberikan beberapa amplop
"Saya boleh bertanya?" Tanya salah satu calon pegawai
"Boleh silahkan"
"Apakah diundian ini ada rumah sakit Daan Mogot?"
"Ada" jawab HRD
"Waduh gimana nih, yang dapet pasti ngga kuat" bisik calon pegawai yang lain
"Iya tuh semoga gw ngga dapet" bisik juga calon pegawai yang lain
"Silahkan diambil undiannya, siapa yang mau pertama ambil" ucap HRD mempersilahkan
"Saya" ucap Cindy langsung mengambil amplop itu
"Boleh Cindy silahkan, ayo yang lain"
Cindy mengambil amplop undiannya dan dia buka ternyata dia mendapat rumah sakit Daan Mogot, para calon pegawai lainnya merasa lega karena mereka tidak mendapatkan tempat magang itu.
Melihat para calon pegawai lain seperti menjauh dari rumah sakit itu Cindy bertanya pada HRD disana. "Misi mba boleh tanya?"
"Silahkan tapi jangan banyak yah kamu harus segera kesana buat konfirmasi" ucap HRD sambil membereskan barang-barangnya
"Iya mba, kenapa pegawai lainnya kayak menjauh dari rumah sakit itu?" Tanya Cindy yang bingung dengan tingkah calon pegawai yang lain
"Ohh itu, ada yang pernah denger kalo dapet tempat magang disana pasti dia ngga bertahan lama karena tuntutannya banyak jadi banyak yang nyerah" HRD itu menjelaskan kenapa calon yang lain seperti itu
"Ohh begitu, baik mba terimakasih atas jawabannya saya permisi dulu" pamit Cindy
"Iya sama-sama, semangat magangnya yah" ucap HRD itu mempersilahkan
"Iya mba"
Cindy keluar dari ruang rapat dan mengemasi barang-barangnya kemudian menuju rumah sakit Daan Mogot untuk konfirmasi tentang program magangnya.
*
Setelah sampai rumah sakit, Cindy kagum dengan bangunannya dan tidak menyangka kenapa orang bisa menyerah dengan tempat seperti ini, kemudian Cindy masuk untuk mencari ruang direktur.
"Assalamu'alaikum permisi" salam Cindy sambil membuka pintu
"Walaikumsalam silahkan masuk" ucap direktur
"Permisi pak saya murid magang dari firma hukum Ichwan & partner" ucap Cindy berasal darimana
"Ohh itu, silahkan duduk dulu ya" direktur itu mempersilahkan Cindy untuk duduk
"Baik pak" ucap Cindy sambil menarik kursi untuk dia duduk
"Kalo boleh tau namamu siapa?" Tanya direktur untuk pertama kali
"Saya Cindy Hapsari pak" Cindy memperkenalkan dirinya
"Ohh nak Cindy, sebentar yah saya mencari dokumennya dulu" ucap direktur yang masih mencari dokumen
"Nahh ketemu, baik kita cepat saja yah" ucap direktur menaruh dokumen itu di meja
"Iya pak" Cindy menganggukkan kepalanya
"Jadi program magang kali ini kamu saya tempatkan di bagian bedah saraf, nanti kamu bisa bertemu dengan dokter bernama Kim Ji Nan setelah itu kamu bisa komunikasi lebih lanjut untuk detailnya yah, ini dokumen peraturan dan tata tertibnya" ucap direktur menjelaskan tentang magang dan memberikan dokumen yang sudah di meja itu
"Baik pak bisa dimengerti"
"Ok bagus kalo gitu kamu bisa kesana dulu besok baru kamu mulai program magangnya"
"Baik pak terimakasih kalo begitu saya permisi dulu"
"Iya sama-sama"
Cindy keluar dari ruang direktur langsung menuju ke ruangan bagian bedah saraf. Ruangan itu cukup sulit ditemukan karena agak rancu, Cindy bertanya pada perawat disana dan cleaning service disana dan akhirnya ketemu juga ruangan itu.
Dia mengetuk pintu kemudian masuk, Cindy melihat ada seseorang disana yang sedang berdiri entah sedang apa. Pada saat Cindy sudah masuk orang itu membalikkan badannya, dia sedang meminum kopi disana dan Cindy melihat itu ternyata pria yang dia temui di bandara kemaren.
"Halo ada perlu apa yah?" Tanya seseorang disana
"Ehh maaf, saya mau ketemu dengan dokter Jinan ada?" Tanya Cindy mencari Jinan
"Dokter Jinan yah" ucap seseorang itu sambil berpikir
"Dia sedang pergi" lanjut seseorang itu
"Hmm iya pak terimakasih atas infonya" ucap Cindy tertunduk lesu
"Ok kalo gitu saya permisi dulu"
Pria itu keluar dari ruangan dan meninggalkan Cindy yang menundukkan lesu karena dirinya bertemu dengan Jinan. Cindy berjalan untuk pulang dan tanpa sengaja melihat semacam Mading disana.
Cindy cukup kagum dengan hiasan Mading itu karena belum pernah dia melihat ada rumah sakit yang membuat Mading seperti itu.
"Kayak anak SMA aja ada Mading segala" batin Cindy sambil terkekeh melihat itu
Pada saat dia sedang melihat Mading, Cindy melihat ada beberapa foto disana dan juga ada post-card disana. Dan disana ada nama Kim Ji Nan, ternyata Kim Ji Nan adalah orang yang tadi Cindy temui. Dengan kesalnya Cindy kembali lagi menuju ruangan tadi untuk menemui Jinan kembali.
Sesaat dia melewati beberapa kamar rumah sakit, ternyata Jinan sedang berkeliling untuk pengecekan rutin pasien disana dan Cindy melihat Jinan sedang mengecek dan mengobrol pada pasien anak kecil.
"Gimana ada yang masih sakit ngga?" Tanya Jinan pada pasien anak itu
"Ngga ada dok, makasih ya udah sembuhin aku" ucap anak itu yang begitu senangnya
"Iya sama-sama kamu kalo main jangan jauh-jauh yah kasian mamah kamu nyarinya susah" ucap Jinan sambil mengelus kepala anak itu
"Iya dok aku ngga akan main jauh-jauh lagi selain itu ijin dari mamah" anak itu tersenyum pada Jinan
"Nah gitu dong baru jagoan sekarang istirahat dulu yah" ucap Jinan sambil mengacungkan jempolnya
"Iya dok" anak itu mengangguk-anggukkan kepalanya
"Terimakasih ya dok sudah operasi anak saya" ucap ibu dari anak tadi
"Iya Bu sama-sama kalo ada keluhan bisa hubungi perawat yah" ucap Jinan jika ada keluhan pada anaknya
"Baik dok sekali lagi terimakasih" ibu itu berterimakasih pada Jinan
"Iya Bu kalo begitu saya permisi dulu" pamit Jinan
"Iya dok"
Pada saat Jinan ingin keluar, dia melihat Cindy berdiri di depan pintu sambil senyum-senyum sendiri.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jinan yang melihat Cindy
"Kamu Jinan kan?" Tanya Cindy kembali
"Gimana?"
"Udah ngga usah boong kamu Jinan kan, aku liat di Mading depan" ucap Cindy yang kesal dengan Jinan karena berbohong padanya
"Akhirnya kamu tau siapa saya" Jinan melipat kedua tangannya di dadanya
"Sok banget sih" kesal Cindy
"Ya sudah kamu ikut ke ruangan saya" ucap Jinan kemudian meninggalkan Cindy
"Nyebelin banget sih ini orang" batin Cindy
Akhirnya mereka berdua menuju ruangan yang tadi mereka bertemu. Jinan masuk terlebih dahulu dan mengeluarkan dokumen yang akan dia bahas bersama Cindy, kemudian Cindy masuk dengan wajah cemberutnya.
"Kenapa sih cemberut baru pertama kali magang udah kayak gitu" ucap Jinan sambil duduk di kursinya
"Kenapa segala bohong coba tinggal bilang aja kok sudah" kesal Cindy sambil menarik kursi disana dengan kasar
"Gpp lah sesekali isengin anak magang" ucap Jinan sambil terkekeh
"Iya ya terserah" ketus Cindy
Disela-sela obrolan mereka berdua dari pintu ada beberapa orang masuk untuk menemui Jinan.
"Permisi pak seperti yang sudah dijanjikan bapak akan mempraktikkan cara menjahit bekas operasi" ucap salah satu orang disana
"Oh iya saya lupa, berhubung kamu disini kamu juga liat ya" ucap Jinan sambil tersenyum jail
"Iya"
Salah satu orang itu menepuk pundak Cindy dan ternyata itu Azizil atau biasa dipanggil Zee, dia adalah sepupu dirinya.
"Loh kak Cindy"
"Ehh elo" ucap Cindy dengan wajah datar
"Ngapain disini kak?" Tanya Zee yang bingung
"Magang" jawab Cindy dengan ketus
"Ohh jadi kakak magang disini yah"
"Udah sana ikutin bos lu tuh gw lagi ga mood" Cindy mendorong Zee agar dia bisa fokus ke praktikum Jinan
"Lah kenapa kak?" Tanya Zee yang bingung dengan sikap kakak sepupunya itu
"Ehh malah ditanya, gw unyeng-unyeng yah udel lu" ancam Cindy
"Ehh ampun kak jangan" Zee memohon ampun
"Ya udah sana"
Jinan mempraktikkan cara menjahit yang benar pada para mahasiswa kedokteran yang sebentar lagi akan menjadi dokter seperti dirinya, dia cukup terampil sampai Cindy melihat cukup terpukau dengan keterampilan dan kemampuan Jinan itu.
Setelah selesai menjahit tanpa sengaja jinan melihat Cindy yang melamun melihat Jinan yang mempraktikkan itu dan menegurnya.
"Halo" Jinan melambaikan tangan pada Cindy
"Ehh iya kenapa?" Cindy tersadar dari lamunannya
"Ngapain ngelamun?"
"Ngga siapa yang ngelamun" ucap Cindy sambil menengok ke kanan dan kiri
"Ya sudah kalo kamu ngga ngelamun, Ok gimana paham semua caranya?" Tanya Jinan
"Paham pak" ujar beberapa orang disana
"Ok nanti setelah ini kalian coba satu-satu, dan jika nanti ada operasi saya akan panggil kalian satu-satu agar kalian bisa melihatnya secara langsung" ucap Jinan sambil merapikan apa yang sudah dia kerjakan
"Baik pak"
"Kalo gitu kalian bisa kembali ke bagian kalian"
"Baik pak terimakasih"
"Kak aku ke ruangan aku dulu ya" pamit Zee pada Cindy
"Ehh bentar aku ikut" Cindy menahan Zee
Namun pada saat Cindy ingin keluar bersama Zee Jinan menahannya.
"Ehh kamu mau kemana?" Tanya Jinan melihat Cindy ingin pergi
"Mau keluar" jawab Cindy yang masih ketus
"Saya belum ngomong apa yang kamu lakuin pas magang udah keluar aja, mau saya kasih jelek hasil laporan kamu?" Ancam Jinan sambil tersenyum licik
"Jangan dong pak, iya ya" Cindy langsung kembali ke ruangan itu
"Ya udah kak aku pergi dulu" pamit Zee
"Ya" Akhirnya Zee meninggalkan Cindy di ruangan bersama Jinan.
"Jadi gimana?" Tanya Cindy yang kesal dengan Jinan
"Ketus banget sih, biasa aja dong" ucap Jinan dengan santai
"Kamu juga udah boong, ngeselin lagi" kesal Cindy seakan ingin melempar apapun ke Jinan
"Iya sorry sorry udah lama ngga isengin orang" ucap Jinan sambil terkekeh
"Ya jangan ke aku juga dong"
"Mau ke siapa lagi, ke pasien nanti aku kena pidana, ke anak buah saya malah nanti saya dituntut tidak mendidik"
"Iya ke siapa kek"
"Ya udah deh maaf ya"
"Ya"
"Sekarang kita bahas tentang magang kamu disini"
Jinan menjelaskan semua apa yang akan Cindy lakukan di rumah sakit ini terutama bagian bedah saraf, awalnya Cindy cukup kebingungan karena ada beberapa kasus yang disana cukup ambigu dan juga belum jelas motifnya.
"Jadi gimana kamu paham?" Tanya Jinan setelah menjelaskan apa yang harus Cindy lakukan
"Ada beberapa yang belum saya paham pak" ucap Cindy sambil memegang dokumen itu
"Yang mana?"
"Itu yang kasus pak Budi, apa ada yang salah dengan tempat tidurnya?" Ucap Cindy sambil menunjuk dokumen kasus itu pada Jinan
"Dari yang kami amati beliau mengeluhkan tentang perawatan dan tempat tidur yang kurang nyaman jadi beliau menuntut biaya perawatannya dikembalikan" Jinan menjelaskan dasar masalahnya
"Tapi apakah itu tidak masuk akal pak masalahnya?" Tanya Cindy
"Sebenarnya kami juga berpikiran seperti itu tapi beliau bersikeras menuntut kerugian itu"
"Baik pak nanti saya usahakan untuk menyelesaikan"
"Ok kalo gitu sesuai dengan program kamu besok kamu sudah bisa magang disini"
"Baik pak terimakasih dan mohon bantuannya"
"Iya sama-sama"
Cindy keluar dari ruangan Jinan dan Jinan meregangkan otot-otot tubuhnya karena sudah seharian dia bekerja.
Sepulang kerja Jinan seperti biasa menghampiri pohon besar tempat dirinya dan juga teman masa kecilnya bermain, dia berharap temannya itu kembali lagi bersamanya.
Tanpa disadarinya disana juga ada Cindy yang sedang menikmati udara segar sebelum dirinya pulang, Jinan melihat Cindy menghampirinya.
"Kamu belum pulang?" Tanya Jinan
"Belum pak disini teduh enak buat istirahat, jadi inget pas saya sekolah" ucap Cindy yang duduk di kursi kayu
"Kamu tau pohon ini?"
"Ngga sih tapi pas saya masih sekolah ada pohon sebesar ini di dekat sana" ucap Cindy sambil melihat pohon itu
Jinan mendekati Cindy langkah demi langkah kemudian duduk di sebelah Cindy dan itu membuat Cindy sedikit curiga dan ketakutan.
"Bapak mau ngapain?" Cindy yang memasang ancang-ancang jika akan terjadi sesuatu yang mencurigakan
Jinan membelai rambut Cindy dan melihat ada bekas luka di dekat pelipisnya, Jinan terkejut ternyata teman semasa sekolahnya dulu adalah Cindy Hapsari yang dia tunggu selama ini. Spontan Jinan langsung memeluk Cindy dengan erat.
"Akhirnya kamu kembali cin"
***
Alhamdulillah akhirnya selesai juga part kali ini, gimana nih sama tokohnya sama ceritanya suka raya biasa aja...
Semoga kalian suka cerita ini yah sama jangan lupa mampir juga ke cerita author yang udah author publish...
Semoga kalian sehat semua yah dan jangan lupa jaga kesehatan karena di author sendiri sudah banyak yang positif bahkan teman terdekat author...
Jaga kesehatan semua yah insyaallah author akan menghibur kalian dengan update cerita yang author buat...
Semoga kalian suka part kali ini dan jangan lupa untuk vote, komentar, dan share ya...
Thanks for reading...
"Akhirnya kamu kembali cin"
Cindy bingung kenapa Jinan memeluknya padahal mereka baru bertemu hari ini, dia langsung melepas pelukannya.
"Kabar kamu gimana cin?" Tanya Jinan memegang pundak Cindy
"Alhamdulillah baik" Cindy yang bingung dengan situasi ini
"Alhamdulillah kalo gitu" Jinan tersenyum manis pada Cindy
"Maaf pak, Ini berupa sambutan atau gimana pak?" Tanya Cindy yang sebenarnya tidak enak jika dia bertanya pada Jinan
"Kamu ngga inget siapa aku?" Tanya Jinan yang kaget dengan pertanyaan Cindy
"Bapak Jinan sedang kenapa?" Cindy menempelkan punggung tangannya di kening Jinan
"Kamu beneran ngga inget saya?" Jinan memegang tangan Cindy yang tadi id keningnya
"Mohon maaf pak bukan saya tidak sopan tapi saya baru kenal bapak tadi" Cindy menarik tangannya
"Astaghfirullah bener juga kan dia belum tau dan siapa nama gw" batin Jinan
"Kalo begitu saya permisi pak" pamit Cindy
"Ehh sebentar saya antar saja" Jinan menahan Cindy
"Ngga usah pak saya sudah pesan ojek online" tolak Cindy
Cindy meninggalkan Jinan disana yang masih terdiam disana melihat Cindy mulai menjauh.
"Ahh bego Lo dia kan ngga tau gw dan nama gw" batin Jinan
Akhirnya Jinan meninggalkan tempat itu dan mulai menyusun rencana agar Cindy dapat mengenal dirinya sekarang.
*
Pagi harinya, Cindy mulai magang di rumah sakit Daan Mogot dan itu juga dia harus berurusan dan Jinan namun sejak kejadian kemaren Cindy cukup menjaga jarak pada jinan.
"Pagi pak" salam Cindy pada Jinan
"Pagi juga, kamu rapi banget hari ini" balas Jinan sambil melihat Cindy sekarang

"Iya dong kan saya ngga mau berpenampilan sembarangan" Cindy melihat dirinya
"Iya ya, ya udah ikut saya keliling"
"Baik pak"
Jinan dan Cindy keluar dari kantor Jinan dan setelah diluar ada anak didik Jinan yang sudah menunggu.
"Gimana kondisinya pak?" Tanya Jinan pada pasiennya
"Alhamdulillah udah baikan dok" balas pasiennya
"Alhamdulillah nanti kalo ada keluhan panggil saya atau perawat ya pak" Jinan tersenyum pada pasiennya
"Iya dok terimakasih atas operasi saya" pasien itu bersalaman dengan Jinan
"Iya pak sama-sama silahkan istirahat kembali ya pak" Jinan membalas salaman itu
Bapak itu menganggukkan kepalanya dan Jinan meninggalkan ruangan rawat bapak itu dan berkeliling lagi.
Sampai waktu menunjukkan pukul 12 siang dan itu menandakan waktu shift Jinan hari ini sudah berakhir, setelah menyelesaikan semua laporan pasien hari ini dia langsung menuju Mushola untuk sholat Dzuhur dan dia memutuskan untuk berolahraga di tempat biasa.
*
Sesampainya di tempat gym biasa Jinan berolahraga, dia mengajak anak buahnya yaitu Zee untuk menemaninya. Selama berolahraga Jinan sangat tidak fokus karena dia masih memikirkan kejadian pada saat dia memeluk Cindy namun dia tidak mengenali Jinan siapa sampai dia membuat Zee kewalahan menghadapi tinjuan Jinan.
"Ehh bos udah udah, gw ngga sanggup" ucap Zee yang terduduk di ring tinju
"Berdiri Lo" perintah Jinan
"Bos cukup gw udah kerja seharian kayak kerja rodi dan sekarang malah ditonjok sama bos sendiri" keluh Zee
"Iya ya sorry sorry" Jinan akhirnya ikut duduk
"Alhamdulillah akhirnya" syukur Zee
Mereka berdua memutuskan untuk beristirahat sejenak dan meminum air yang mereka bawa.
"Bos kayaknya Lo lagi banyak pikiran" Zee melihat dari tatapan Jinan pada saat dia sampai di gym
"Lo pernah ngga ketemu sama orang yang Lo pengin ketemu tapi dia lupa atau ngga tau sama orang itu?" Tanya Jinan yang mengarang cerita padahal itu cerita dirinya
"Gw belum pernah bos dan mungkin dia lupa kali" jawab Zee
"Gitu yah" Jinan menganggukkan kepalanya
"Napa bos Lo ada orang yang pengin ketemu?" Tanya Zee setelah mendengar cerita Jinan
"Udah lah gw mau pulang" pamit Jinan yang sudah berdiri dan bersiap untuk pulang
"Lah bis gw pulang pake apa?" Protes Zee yang sudah berdiri juga
"Kan Lo bisa pesen ojek online" ucap Jinan yang sudah bersiap untuk pulang
"Lah kan gw tadi bareng Lo masa gw naik ojek malah duit gw tinggal dikit" keluh Zee
"Nih buat Lo naik ojek" Jinan memberikan beberapa lembar uangnya pada Zee
"Ya Allah, kalo bukan pembimbing gw udah gw tinju" gumam Zee
"Lo ngomong apa?" Tanya Jinan yang mendengar gumaman Zee
"Ngga bos ngga, hati-hati ya dijalan" ucap Zee dengan terpaksa
Jinan meninggalkan Zee di gym itu dan memutuskan untuk pulang.
Sebenarnya Zee sangat sopan dengan Jinan namun setelah Jinan menjadi pembimbing Zee mereka sangat akrab karena Zee menjadi tempat curhat Jinan, dan juga Jinan meminta agar Zee santai saja agar mereka tidak canggung dan panggilan mereka "lo-gue" agar lebih akrab.
*
Sesampainya di rumah, pada saat di depan kamar apartemennya Jinan melihat kamar seberangnya tidak ada tanda di jual dan itu membuat Jinan heran. Setelah masuk ke dalam kamarnya, Jinan menghubungi marketing gedung apartemennya yang kebetulan itu adalah temannya.
"Haloo Aya"
"Iya nan kenapa?"
"Itu kamar seberang gw udah laku?"
"Udah nan katanya hari ini udah mulai tinggal disana"
"Ohh gitu ya udah makasih infonya yah"
"Ok nan"
Teman Jinan itu adalah Aya, beda dengan Aryo yang ada di "pengantin kecilku" yah barangkali ada yang bingung.
Jinan menutup telponnya dan memutuskan untuk mandi dan juga dia ingin beristirahat dahulu karena dia sudah bekerja keras hari ini.
*
Setelah pulang dari rumah sakit Cindy memutuskan untuk bertemu dengan sahabatnya yang sudah lama dia tidak bertemu, dia menuju restoran tempat sahabatnya itu yang baru saja di buka hari ini.
Sesampainya di sana Cindy cukup kagum dengan sahabatnya ini mampu membuka restoran sebesar ini, beberapa saat Cindy sedang melihat-lihat sahabatnya datang dan memeluknya.
"Ahh Cindy kangen banget gw" ucap Gaby
"Biasa aja dong geb, gw udah netap disini kok" Cindy membalas pelukan Gaby
"Lo ke luar negeri ngga bilang gw dulu dan dadakan lagi" Gaby melepaskan pelukannya
"Iya sorry gw harus turutin permintaan ibu gw jadi dadakan" Cindy meminta maaf
"Iya ya tapi akhirnya kita ketemu lagi"
"Iya geb"
Dia adalah Gaby atau Gabriela Margareth Warouw dia adalah sahabat Cindy dari mereka SMA dan berpisah pada saat mereka memasuki perkuliahan. Dia sebenarnya adalah dari keluarga kaya namun dia tidak ingin dimanjakan oleh orangtuanya dan dia memutuskan untuk mandiri kemudian membuka restoran yang sekarang Cindy kunjungi sekarang.
"Lo cin gw kangen banget sama Lo" ucap Gaby yang memang rindu dengan sahabatnya
"Iya geb iya gw tau" Cindy menganggukkan kepalanya
"Kenapa Lo ngga ambil di disini aja sih harus banget yah di luar" keluh Gaby
"Ya mau gimana lagi gw harus nurutin kemauan ibu gw jadi ya udah" Cindy yang tidak bisa mengelak permintaan ibunya
"Tapi kenapa Lo sekarang disini kan seharusnya Lo masih lama kan" Gaby yang bingung
"Jadi Lo ngusir gw nih"
"Iya ngga gitu tapi kan Lo kan bentar lagi lulus kenapa Lo pulang sekarang?"
"Gw ambil hukum disini sebenarnya, gw ke luar cuman nyari literatur aja"
"Lo ye kalo gitu gw ikut kesana"
"Ngga ada ya nanti gw dicariin ortu Lo lagi"
"Ya ya"
"Jadi Lo buka restoran sekarang katanya Lo mau salon?" Tanya Gaby yang sejak dulu ingin membuka usaha
"Sebenarnya gw mau salon tapi di daerah sini minatnya kurang jadi gw buka restoran aja dan Lo liat aja sendiri" Gaby menjelaskan tentang usahanya
"Iya sih disini jarang ada rumah makan sekalinya ada langsung restoran Lo"
"Nah itu makannya, oh iya Lo udah makan belum?" Tanya Gaby
"Belum sih"
"Ya udah gw traktir"
"Lah kan restoran Lo mana ada traktir"
"Iya kan tetep gw yang bayar juga buat pemasukan restoran gw"
"Iya udah deh"
Gaby memanggil pelayannya dan memesan makanan untuk mereka berdua, setelah itu mereka bercerita tentang kehidupan mereka selama habis tamat SMA dari Gaby yang mengambil kuliah psikologi dan Cindy yang langsung mendaftar ke kampus yang dia inginkan namun dia memutuskan untuk kuliah online agar dirinya tidak diketahui oleh ibunya dia mengambil kuliah hukum.
Setelah makan Cindy memutuskan untuk pulang karena dia merasa sudah cape bekerja dan mengobrol bersama Gaby.
"Geb gw pulang dulu ya" pamit Cindy
"Ya udah gpp, hati-hati ya lain kali kesini lagi ya"
"Iya ya"
Cindy pulang dengan taksi yang ada di dekat sana dan menuju apartemennya yang sudah di siapkan oleh Zee untuk dirinya dan kebetulan juga Zee sedang disana.
Sesampainya di kamar apartemennya Cindy merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu karena memang sangat melelahkan hari ini.
Saat dia sedang rebahan, pintu kamar Cindy diketuk yang membuat Cindy kesal karena dia baru saja rebahan. Dia berjalan sambil menghentakkan kakinya dan membukakan pintu, dan pada saat di buka pintunya dia kaget siapa yang mengetuk pintu.
"Loh..."
"Kamu..."
***
Alhamdulillah akhirnya bisa update lagi cerita ini, ciee ada yang nungguin update cerita ini yahh hehehe...
Maaf ya kalo update-nya lama author lagi bingung mau update cerita yang mana tapi Alhamdulillah bisa update juga...
Semoga kalian sehat semua yah dan jangan lupa jaga kesehatan yah, dan semoga kalian suka part kali ini dan jangan lupa untuk vote, komentar, dan share ya...
Thanks for reading...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!