"Erik,Erik"teriak seorang wanita berparas cantik memanggil suaminya dan tidak lupa menggendong seorang bayi laki-laki tampan di lengannya.
"Disini sayang"balas sang suami,sambil tersenyum ke arah sang istri.
"Apa yang kau lakukan di sana?"
"Kemari sayang"balasnya dengan antusias.
Sang istri langsung melangkahkan kakinya tergesa-gesa menemui suaminya,sesampainya di hadapan sang suami tanpa sengaja melihat gelang kayu dalam pergelangan tangan suaminya.
"Kamu dapat gelang kayu itu dari mana?"tanyanya penasaran.
"Aku menolong seorang kakek tua yang tidak sengaja terjatuh sayang,kemudian dia memberikan aku sebuah gelang kayu ini dengan memaksa."
"Kenapa kau malah menerimanya begitu saja? Apalagi,aku takut itu barang berharga miliknya"ucapnya dengan nada khawatir.
"Aku juga menolaknya,namun sang kakek yang memaksa dan aku menerimanya dengan tidak enak hati.Bagaimanapun,aku menghargai pemberian sang kakek."
"Boleh aku lihat gelangnya?"tanyanya tersenyum.
Sang suami memberikan gelang kayu yang di pakainya terhadap sang istri dengan senang hati,bagaimanapun sang istri begitu tertarik dengan gelang kayu yang di pakainya.
Ketika menerima gelang kayu tersebut,si wanita merasa shock dengan apa yang di lihatnya dan dia mengingat ayahnya yang entah pergi kemana saat itu.
"Kau kenapa sayang? Kenapa kau berkaca-kaca?"
"Dimana kamu bertemu dengan lelaki tua itu? Ayo,bawa aku menemuinya sekarang juga."
"Hey,apa yang terjadi dengan kamu Bella?"tanya sang suami begitu panik saat ini.
"Aku teringat dengan ayahku,bisa saja kau bertemu dengan ayahku bukan?"tanyanya dengan air mata yang kini jatuh di pipinya.
"Baiklah,ayo kita temui beliau sekarang juga"Balasnya,karena tidak ingin melihat sang istri bersedih.
Erik mengambil alih putranya di tangan sang istri,kemudian mereka langsung ke lokasi di mana Erik bertemu dengan lelaki tua itu.
Erik dan Bella merupakan orang tua Arnold,apalagi hubungan keduanya begitu harmonis dan mereka adalah anak-anak yang terlahir dari orang kaya.
Bahkan pertemuan mereka saat itu,bermula saat mereka menjadi rekan bisnis dalam perusahaan yang sedang mereka urus saat itu.
Setelah keduanya menikah,perusahaan mereka semakin berjaya dan bahkan memiliki banyak cabang perusahaan di dalam serta di luar negeri.
"Mungkin,pak tua itu sudah pergi sayang"ucap Erik mencoba menenangkan istrinya.
Hiks...Hiks...
"Aku merindukan ayahku Erik,dia tidak menepati janjinya sama sekali dan bahkan sudah 10 tahun Erik,dia pergi meninggalkan aku serta ibuku dan bahkan kami selalu menunggu kepulangannya hingga saat ini."
"Aku mengerti sayang,kamu tidak usah menceritakan apapun lagi dan aku percaya ayah mertua baik-baik saja.Meski,aku tidak tahu wajahnya seperti apa dan aku harap ayah mertua baik-baik saja di luaran sana."
Bella menangis di pelukan suaminya,dia benar-benar menumpahkan kesedihan terhadap suaminya dan rasa pedih menjalar di hatinya.
Namun sepasang mata menatap ke arah keduanya,dia berkaca-kaca melihat putrinya yang bersedih dan dia tidak bisa menemui putrinya sampai saat ini.
"Maafkan aku nak,jika keadaan yang membuat kita tidak bisa bertemu hingga saat ini"ucapnya dengan sedih.
Bukan tanpa sebab,jika dirinya meninggalkan keluarga kecilnya saat itu dan dia sedang di buru oleh organisasi tempat dia bekerja.
Sialnya,rekannya berkhianat terhadapnya dan membuat pemimpin organisasi begitu marah.Sehingga,sekarang hidupnya tidak karuan sampai saat ini.
Awalnya,dia ikut bergabung dengan organisasi misterius dengan begitu penasaran saat itu dan lagi memang pemimpin organisasi yang mengajak dirinya bergabung.
"Sial,jika aku tidak bergabung dengan mereka dan mungkin aku bisa berkumpul dengan keluarga ku."
Tangannya terkepal,apalagi dia juga merindukan keluarganya sendiri.Jika dia menemui keluarganya,maka keluarganya juga akan ikut di buru nantinya.
Hari berlalu dengan begitu cepat,bayi yang dulu di gendong sekarang sudah beranjak dewasa dan memilih untuk hidup mandiri di luar kota.
"Mom,dad.Please,izinkan aku untuk kuliah di ibu kota dan aku akan menjaga diriku baik-baik selama di sana."
"No,mom sangat khawatir dengan kondisimu di sana nanti."
"Aku sudah dewasa mom,jangan khawatirkan aku!!"
Tegasnya,karena merasa peluang besarnya di ibu kota sangat banyak dan lagi dia mendapat kesempatan berkuliah di universitas bergengsi di ibu kota.
"Biarkan saja,lagi pula dia sudah dewasa dan biarkan anak kita membuka wawasannya di ibu kota."
Bujuk sang suami pada istrinya,bagaimanapun ini kesempatan untuk putranya mengenal dunia ibu kota dan cepat atau lambat putranya akan berada di ibu kota mewarisi perusahaan miliknya.
Bella menghela nafasnya kasar,karena suaminya benar-benar mendukung putra semata wayangnya saat ini.
"Baiklah,mom akan mengizinkan kau pergi ke ibu kota dan kau harus bisa jaga dirimu baik-baik."
"Baik mom,aku akan menjaga diriku dengan baik.Aku pastikan akan selalu mengabari dirimu,selama aku di sana nantinya."
Bella mengangguk pasrah,membiarkan putra semata wayangnya untuk pergi ke ibu kota dan lagi melihat wajahnya yang begitu bersemangat saat ini.
Membuat dirinya merasa tidak tega untuk menghalangi perjalanan putranya ini,apalagi melihat putranya yang begitu senang saat ini.
"Kalau begitu,aku akan bersiap dulu"ucapnya dengan antusias,dia berlari pergi menuju kamarnya.
"Jangan khawatirkan putramu sayang,bagaimanapun dia sudah dewasa dan cepat atau lambat dia sudah harus terjun mengurus perusahaan kita di ibu kota."
"Iya,aku paham Erik dengan apa yang kau pikirkan saat ini.Aku tidak melarangnya lagi bukan,bagaimanapun sudah seharusnya dia bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan kita hanya bisa mendukung dirinya saat ini."
Erik mengangguk tersenyum,setidaknya pikiran istrinya sudah terbuka dan mau menerima putranya pergi ke ibu kota.
Apalagi,mereka juga sama sibuknya selama di sini dan kurang memperhatikan putranya sendiri.
Sehingga dia berpikir,tidak ada salahnya juga membiarkan putranya pergi mengejar impiannya sendiri.
"Erik,kenapa kau tidak memberikan gelang kayu itu pada putra kita?"
"Maksud kamu?"
"Agar perasaan kita tenang,aku merasa gelang kayu itu cocok untuk putra kita."
"Baiklah,aku akan memberikannya pada putra kita"balasnya.
Erik pergi meninggalkan istrinya,bagaimanapun dia menuruti perkataan sang istri dan selama ini gelang kayu selalu tersimpan dengan baik.
Karena istrinya sendiri yang menginginkan gelang kayu itu di simpan di kotak dengan rapi,karena selalu mengingatkan sang istri kepada ayahnya sendiri.
Tok...Tok..Tok...
"Masuk"teriaknya.
"Arnold,dad memberikan ini untuk mu dan ini pemberian dari mommy mu"ujarnya.
"Baiklah,terimakasih dad dan biar aku simpan di tas lebih dulu"balasnya tersenyum.
Setelah semuanya beres,Erik dan Bella mengantar kepergian Arnold yang akan pergi ke ibu kota.
"Hati-hati di jalannya,jika sudah sampai kabari kami"ucapnya,sambil memberikan kunci rumah milik mereka yang tidak pernah di tempati sama sekali.
Arnold hanya mengangguk dan menerima kunci dari orang tuanya,setelah itu dia pergi meninggalkan orang tuanya.
Pemuda tinggi yang berkulit putih,kini menjadi pusat perhatian para kaum hawa dan semua bersorak meneriaki pemuda tersebut.
Sudah selama 1 tahun,dia memiliki banyak penggemar dan bahkan kaum hawa selalu mencuri kesempatan untuk bertemu dengannya.
"Arnold,Arnold,Arnold"teriak mereka secara serempak.
Arnold jelas tidak memperdulikan mereka,apalagi Arnold tidak terlalu memperdulikan para fansnya dan dia hanya fokus pada permainannya saat ini.
"Yeay"teriak mereka begitu senang.
Apalagi melihat Arnold yang kini mencetak 3 poin ke dalam ring basket,membuat kaum hawa begitu bersemangat dengan hasil yang di buat Arnold.
Ketika telah selesai bermain basket,Arnold bergegas ke pinggir untuk menghilangkan rasa dahaga di tenggorokannya.
"Kau memang bintang keberuntunganku bro"ucap teman Arnold menepuk bahu Arnold begitu saja.
Namun Arnold tidak menghiraukan ucapan teman sepermainannya itu dan justru kini pandangan Arnold jatuh kepada gadis cantik yang membuatnya begitu tertarik sejak pertama kali melihatnya.
"Biasa aja liatin nya,tapi aku pikir sepertinya Sasa menyukai kamu."Ujar Leo teman dekat Arnold.
Sasa merupakan sang primadona di kampusnya,bahkan banyak sekali kaum adam yang memang menyukai Sasa secara terang-terangan.
"Hmmm."Timpal Arnold yang pandangannya terus menatap ke arah Sasa.
"Sejak awal,aku memang menyukainya"batin Arnold.
"Kau menyukainya kan?"Tanya Leo memastikan Arnold.
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Jangan bilang,bahwa kau juga menyukai Sasa"Balas Arnold yang meminum sebotol air di tangannya.
"Jelas,aku menyukainya dan lagi body Sasa aduhai sekali."Candanya dengan tatapan yang menggoda Arnold.
Reaksi Arnold dengan cepat menatap tajam ke arah sahabatnya itu,bagaimana bisa sahabatnya begitu blak-blakan mengatakan hal seperti itu di depan umum.
"Tidak lucu,kau sama saja seperti merendahkan harga diri Sasa"ucapnya dengan dingin.
Leo yang mendengarnya seketika terdiam,karena reaksi Arnold tidak seperti biasanya dan dia merasa begitu tidak enak dengan apa yang telah di katakan oleh mulutnya.
"Aku duluan,rasanya begitu lengket."Senggol Leo yang ingin membersihkan tubuhnya dan sengaja untuk menghindari tatapan tajam Arnold.
"Hmm."Balas Arnold singkat.
Leo meninggalkan lapangan basket dan dia langsung masuk ke dalam ruang ganti untuk membersihkan tubuhnya yang penuh dengan keringat.
"Sial,tidak seperti biasanya Arnold bersikap seperti itu"gumamnya dengan kesal.
Berbeda dengan Sasa dan Rosa yang masih berada di lapangan,apalagi pandangan Sasa terus melihat ke arah Arnold yang masih terdiam di pinggir lapangan.
"Pandanganmu itu loh sis,seperti akan keluar dari tempatnya."Kata Rosa menyindir Sasa.
"Apaan sih,apa salahnya diriku melihat Arnold yang begitu tampan."Balas Sasa yang memang menyukai Arnold.
Apalagi Sasa menyukai Arnold,sewaktu Arnold pindah menjadi tetangganya dan dia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Arnold.
Namun siapa sangka,sekarang dirinya satu kampus dengan Arnold dan membuat dirinya bisa bebas menatap Arnold di kampusnya.
"Kau jadi kan ke acara ulang tahunku?"Tanya Rosa menatap ke arah Sasa.
"Jadi,nanti aku pergi ke rumah kamu dan apa kau mengundang Arnold?"Ujarnya dengan berharap Arnold juga di undang.
"Belum,nanti kita hampiri dia saja."Balas Rosa yang mengerti dengan maksud Sasa,apalagi dia juga memang berniat untuk mengundang Arnold ke pestanya.
"Kalau begitu,ayo kita tunggu di luar saja."Ajak Sasa,karena melihat orang di sekelilingnya sudah mulai berhamburan keluar lapangan.
"Let's go."Balas Rosa yang langsung berdiri dari duduknya.
Mereka berdua langsung keluar dari bangku penonton dan lebih memilih menunggu di luar,setengah jam berlalu dan mereka melihat Arnold bersama Leo keluar dari gedung basket.
"Arnold."
Arnold yang merasa dirinya di panggil,seketika menoleh ke arah Rosa dan Sasa.
"Kalian memanggilku?"
"Iya,aku ingin mengundang kamu datang ke pestaku nanti malam."Kata Rosa memberikan undangan pesta ulang tahunnya.
"Aku tidak di undang?"Tanya Leo menatap ke arah Rosa.
"Kalian datang saja,undanganku tinggal tersisa satu,maaf ya."Balas Rosa merasa tidak enak dengan Leo.
"Baiklah,aku usahakan datang."Ujar Arnold menatap ke arah Rosa.
Namun sepersekian detik,dia menatap Sasa yang hanya diam saja dan hanya memandang ke arahnya.
"Kalau begitu,kami permisi."Pamit Arnold,karena mereka harus masuk kelas.
"Baik,aku tunggu kedatangan kalian."Ujar Rosa dengan senang.
Sasa hanya menatap kepergian Arnold,dia merasa debaran jantungnya begitu cepat dan lagi Arnold tepat di depan matanya.
"Sudah beres kan? Kalau gitu,ayo kita pulang."Ajak Rosa,karena mereka sudah tidak ada jadwal belajar.
Sasa mengangguk dan mereka langsung pergi meninggalkan area kampus,Sasa naik bus dan dia memang tidak di perbolehkan mengendarai kendaraan oleh keluarganya.
Apalagi keluarganya begitu mementingkan keselamatannya dan memilih dia menggunakan angkutan umum dari pada harus mengendarai kendaraan pribadi.
Waktu cepat berlalu,Arnold yang baru sampai di kamarnya dan langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Perasaan lelah menyelimutinya dan seketika pikirannya memikirkan Sasa,dia bergegas turun dari ranjangnya dan membuka sedikit jendelanya.
Seperti biasa,dia hanya ingin melihat pujaan hatinya.Apalagi,pujaan hatinya pasti sudah berada di rumahnya saat ini.
Arnold menggunakan teropong nya untuk melihat Sasa yang berada di kamarnya,dia melihat Sasa yang sedang bingung melihat gaun pesta yang akan di pakainya.
Selain memiliki wajah cantik,tubuh Sasa juga terbilang sangat seksi dan semua murid laki-laki begitu banyak yang menyukai Sasa.
Arnold memperhatikan Sasa yang mulai membuka pakaiannya,dia langsung menaruh teropongnya di meja.
Debaran jantung Arnold begitu cepat saat ini,dia merasa gila dan hampir saja dirinya melihat tubuh Sasa yang tidak seharusnya dia lihat.
"Aku harus mendapatkannya,bagaimanapun Sasa harus menjadi milikku seutuhnya."
Arnold benar-benar membayangkan Sasa jadi kekasihnya,namun dia membuyarkan bayangannya dan memilih untuk mengerjakan tugas kampusnya.
Namun saat Arnold membuka bukunya,pandangannya jatuh pada kotak yang selama ini tersimpan rapi di atas meja belajar miliknya.
Dia membukanya dengan perlahan,dia melihat gelang kayu yang umurnya menurutnya begitu tua dan dia tidak tahu gelang kayu itu begitu cantik saat ini.
"Gelang tua yang unik."
Gumam Arnold sambil memperhatikan gelang tersebut,dia memakaikan gelang kayu itu di pergelangan tangannya.
"Cukup bagus di tanganku,apalagi tidak terlihat norak sama sekali."Kata Arnold yang melihat-lihat gelang kayu di tangannya.
Arnold langsung mengerjakan tugas kuliahnya,setelah tugasnya selesai dan Arnold berpikir untuk membersihkan tubuhnya.
Arnold berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dengan cepat,kemudian dia mencari pakaian yang cocok untuk pergi ke pesta Rosa dan memilih warna yang cocok dengan gaun yang akan di pakai Sasa ke pesta.
Kini tubuhnya terbalut kemeja putih dan jas berwarna coklat,dia merapihkan rambutnya dan tersenyum melihat dirinya yang terlihat tampan.
Dia langsung bergegas ke luar dari kamarnya,sambil membawa kado yang telah dia beli untuk Rosa.
Arnold :

Leo :

Sasa:

Rosa :

Rosa dan Sasa sedang berbincang dengan teman-temannya yang lain,bahkan pesta Rosa terbilang cukup meriah dan mereka bercanda tawa sambil menunggu yang lain datang.
"Apa Arnold akan datang?"tanya temannya yang lain.
"Semoga saja dia datang,lagi pula aku sudah mengundangnya dan aku yakin dia akan datang"balas Rosa yang tidak sabar menunggu kedatangan Arnold.
"Tapi,dia belum datang sampai saat ini"ucap temannya yang lain.
Sedangkan Sasa hanya diam saja,dia juga sudah tidak sabaran melihat kedatangan Arnold di pesta ulang tahun Rosa dan kini dia hanya memakan cemilan di atas meja.
"Kenapa kau diam saja Sa?"tanya Rosa memperhatikan Sasa yang hanya diam,ketika mereka membahas Arnold.
Sasa menatap ke arah Rosa dan dia hanya tersenyum,karena kini dirinya sedang menyantap kue di mulutnya.
"Lihat,lihat.Arnold beneran datang"ucap temannya begitu heboh.
Sasa merasakan debaran jantungnya yang begitu cepat,apalagi pertama kalinya dia melihat Arnold yang menurutnya semakin tampan saat ini dan dia cukup terkejut dengan pakaian Arnold yang menurutnya senada dengan gaun yang di pakainya.
Rosa tersenyum ke arah Arnold dan Leo,karena mereka berdua datang bersamaan ke pestanya.
"Terimakasih sudah datang,kalian boleh menikmati pesta ini dengan bebas"Ucap Sasa dengan ramah dan menyambut kedatangan mereka dengan hangat.
"Terimakasih sudah mengundang kami dan ini kado dari kami."Kata Leo terhadap Rosa.
Rosa dengan senang hati menerima kado dari keduanya,dia merasa ingin cepat-cepat membuka kado dari Arnold saat ini.
"Terimakasih juga atas kadonya,kalau begitu silahkan kalian duduk di meja kosong dan aku akan memulai acaranya saat ini"perintah Rosa terhadap keduanya.
Sasa dan Arnold hanya mencuri-curi pandang,bahkan debaran jantung mereka begitu cepat dan Arnold merasa penampilan Sasa begitu cantik saat ini.
Arnold memilih duduk di samping Sasa,bahkan pandangan temannya cukup terkejut dengan tindakan Arnold saat ini.
"Kenapa? Apa kalian keberatan dengan aku yang duduk di sini!"
Sontak mereka menggeleng bersama,karena bagaimanapun Arnold bebas mau duduk di mana saja dan tidak biasanya Arnold mau duduk berdampingan dengan seorang wanita.
Rosa mengepalkan kedua tangannya,karena merasa cemburu dengan tindakan Arnold yang lebih memilih duduk di samping Sasa saat ini.
Rosa berlalu dari meja,dia tidak ingin mengacaukan pestanya sendiri dan lebih memilih untuk memulai acaranya saat ini.
Sasa terdiam dan dia merasa malu saat ini,apalagi melihat pakaian Arnold dan dirinya yang menurutnya sangat senada seperti sepasang kekasih.
Leo menyenggol kaki Arnold,karena merasa heran dengan sikap Arnold saat ini dan pandangan mereka bertemu.
"Ada apa?"tanya Arnold singkat.
"Apa kau diam-diam berkomunikasi dengan Sasa? Apalagi pakaian kalian begitu senada dan kalian begitu cocok seperti sepasang kekasih"bisiknya.
Arnold hanya diam saja,apalagi memang ini rencananya juga dan dia lebih fokus ke acara ulang tahun Rosa saat ini.
"Sial,aku malah di cuekin"batin Leo kesal.
Sasa menatap Rosa yang begitu bahagia di pesta ulang tahunnya,namun dia juga cukup gugup duduk di sebelah Arnold.
"Shit,rasanya aku tidak nyaman"batin Sasa.
Bahkan debaran jantungnya semakin cepat,ketika mereka saling pandang satu sama lain dan tidak sengaja tangan mereka bersentuhan satu sama lain.
"Maaf"ucap Sasa dengan gugup.
Arnold hanya diam saja dan tidak menggubris ucapan Sasa sama sekali,apalagi melihat reaksi Sasa yang merasa canggung berada di dekatnya.
"Kue ini,aku ingin memberikannya terhadap Arnold yang sudah bersedia datang ke pesta ku"ucap Rosa dengan senyum bahagianya.
Sontak keduanya langsung menatap ke arah Rosa,apalagi Rosa memanggil nama Arnold di hadapan semua orang dengan sengaja dan membuat mereka juga ikut tercengang dengan ucapan Rosa.
"Sial,mengganggu saja"batin Arnold yang tidak suka saat ini.
Arnold langsung merubah wajahnya menjadi sedingin mungkin,dia tahu maksud Rosa saat ini dan bahkan tidak menyukai tindakan Rosa yang menurutnya berlebihan.
"Sial,Arnold membuat debaran jantungku semakin cepat"batin Sasa yang merasa begitu gugup dari kejauhan.
"Aku tidak suka melihat Arnold berdekatan dengan Sasa seperti tadi"batin Rosa dengan kesal.
Arnold menerima kue yang di berikan oleh Sasa,dia menghargai tuan rumah yang memberikan kue ulang tahun terhadap dirinya.
Arnold melihat Sasa yang berjalan menjauhi pesta dan dia segera kembali ke arah meja dimana dia duduk.
"Aku tidak suka dengan niat terselubung mu itu"bisik Arnold di telinga Rosa.
Deg...
Rosa merasa gugup dengan bisikan Arnold,dia tidak pernah menduga Arnold begitu terang-terangan menolak dirinya.
Dia melihat Arnold yang kembali ke arah meja dan pandangannya tidak menemukan keberadaan Sasa saat ini,dia merasa lega dengan Sasa yang tidak berada satu meja dengan Arnold.
Arnold beranjak dari meja dan dia mencoba mencari keberadaan Sasa di luar,dia sayup-sayup mendengar pembicaraan Sasa dengan samar-samar dan pendengarannya semakin jelas dengan mendengar Sasa yang kini berbicara dengan orang tuanya.
Dia merasa Sasa cukup imut,ketika bertelepon dengan orang tuanya dan seperti anak kecil menurutnya.Senyuman di bibir Arnold merekah,tanpa sadar dia berjalan perlahan ke arah Sasa dan kini tepat berdiri di belakang Sasa.
Sasa yang telah selesai bertelepon,dia memasukkan ponselnya ke dalam tas dan ketika berbalik dirinya di kejutkan dengan kehadiran Arnold yang tepat berada di belakangnya.
"Apa ada yang bisa aku bantu?"tanya Sasa cukup terkejut,karena dia di kejutkan dengan kehadiran Arnold saat ini.
"Tidak ada"balasnya datar.
Sasa mengerutkan kedua alisnya,karena mendengar balasan Arnold terhadap dirinya dan dia menghela nafasnya dengan kasar.
"Permisi,kamu menghalangi jalanku"kata Sasa blak-blakan.
Sasa merasa tidak ingin berlama-lama di dekat Arnold,apalagi tidak ingin fans Arnold menggila melihat kedekatan mereka saat ini.
"Shit,jantungku berdebar begitu kencang"batinnya.
"Pulanglah dengan diriku,setelah acara nanti selesai"ucap Arnold menatap manik mata Sasa.
"Apa aku tidak salah dengar? Kenapa kamu mengajak aku pulang bersama?"tanya Sasa heran.
"Lagi pula,rumah kita bersebelahan dan tidak ada salahnya pulang bersama bukan"balas Arnold yang langsung menarik pinggang Sasa.
Tubuh mereka begitu dekat,apalagi Arnold melihat kecantikan Sasa yang berada tepat di depan matanya dan debaran jantung mereka begitu cepat saat ini.
Sasa merasa gugup dan refleks kedua tangannya secara tidak sengaja berada tepat di dada bidang Arnold,apalagi dia mencium aroma parfume Arnold yang membuat jantungnya semakin berdebar begitu kencang.
Tatapan mereka begitu intens,perlahan Arnold mendekatkan wajahnya ke arah Sasa dan membuat Sasa semakin tidak karuan.
"Hmmm,maaf mengganggu kalian"ucap Leo menghentikan tindakan Arnold terhadap Sasa.
Keduanya cepat-cepat menjauh,mereka melihat ke arah Leo dan merasa malu ketahuan oleh Leo saat ini.
"Permisi"ucap Sasa yang langsung pergi meninggalkan keduanya.
Arnold menatap tajam Leo,karena bisa-bisanya Leo mengganggu tindakannya dan lagi suasana barusan begitu pas untuk dirinya mendapatkan Sasa.
"Apa kau berniat mencium Sasa barusan?"tanya Leo menatap Arnold serius.
"Bukan urusan mu"ketusnya.
"Hei,jangan mempermainkan Sasa"ujarnya dengan nada sewot.
"Aku tidak pernah mempermainkannya,lagi pula itu bukan urusan mu"kata Arnold yang langsung meninggalkan Leo begitu saja.
"Apa Arnold menyukai Sasa"gumamnya,menatap kepergian Arnold.
Leo buru-buru mengikuti Arnold dari belakang,lagi pula acara ulang tahun Rosa belum selesai saat ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!