NovelToon NovelToon

Takdir Cinta

Prolog

Jatuh cinta itu adalah hal yang wajar terjadi kepada setiap manusia. Namun, amat teramat jarang terjadi jika kita mencintai seseorang yang hanya kita kenal disosial media.

Aku dulu sangat membenci mereka yang selalu memuji idolanya, meneriaki idolanya setiap kali sang idola tampil. Aku paling tidak suka melihat seseorang yang terlalu mengagumi sang idola. Menganggap idola mereka sebagai suami atau selingkuhan. Aneh bukan? Menurutku sangat aneh dan aku harap kalian juga merasakan hal yang sama denganku, biar kita jadi bestai. Ok!

Namaku, Annisa Mardhatillah atau yang biasa dipanggil Icha. Kata orang terdekatku, aku ini aneh. Kadang cuek, kadang jutek, kadang mood banget, kadang juga moodyan parah. Dan menurutku, aku adalah orangnya sangat membosankan. Hobby ku, hanya tidur, makan, nonton, baca buku, tidur, mandi, makan, begitu seterusnya.

Satu fakta aneh yang harus aku syukuri dari diriku. Fakta dimana orangtua ku memberi nama Annisa Mardhatillah. Aku sendiri tidak mengetahui persis artinya tapi ketika aku bertanya mengenai namaku, ayah dan ibu hanya menjelaskan bahwa namaku memiliki arti yang amat indah, yaitu "Wanita yang diridhoi Allah." Tentunya dengan nama yang indah membuatku bersyukur, walau aku tau nama itu belum bisa aku terapkan didalam diri. Nama indah yang ada padaku masih melekat dan aku berharap nama itu bisa membawa kebaikan yang akan membawa ku pada keridhoan Allah.

Bukankah nama adalah doa? Dan namaku adalah doa terbaik orangtuaku untukku.

Berbicara perihal idola, aku adalah orang yang sangat tidak suka mengidolakan sesuatu atau seseorang. Bagiku, mengidolakan manusia sama dengan hal bodoh.

Kenapa aku harus mengidolakan orang lain? Sedangkan aku juga manusia? Aku juga bisa menjadi lebih baik daripada mereka. Aku punya mata yang cantik, aku punya hidung yang minimalis, aku punya pipi yang gembul, aku punya alis mata yang tebal, aku punya bulu mata yang panjang, aku punya bibir yang kecil, dan aku punya fisik yang ok! Lantas apa yang harus aku sukai dari orang lain?!

Hanya satu yang tak aku punya, punya otak dan prestasi. Aku gak punya itu tapi gak papa, aku masih punya sedikit otak untuk berfikir 1+1 \= jendela.

Aku rasa aku jenius, hanya saja perlu digali terlebih dulu.

Jadi gak ada gunanya mengidolakan siapapun.

*****

"Idih, apaan sih! Kok mereka semua pada teriak gitu?" tanyanya pada teman yang berada disebelahnya.

"Ya teriaklah! Emangnya kamu gak tau?"

Annisa mengangkat bahunya acuh, "Emang ada apa sih?! Alay banget." kesalnya melihat mahasiswi lain pada teriak gak jelas.

Fyi, kampus Annisa sedang mengadakan seminar muda-mudi yang bertemakan "Indahnya Hijrah."

"Ichaaa, kamu ini aneh banget deh! Masa ikut seminar tapi gak tau narasumbernya siapa." ucap Bunga tak habis pikir.

Annisa memutar bola matanya jengkel, "Harus tau gitu?!" kesalnya.

"Aku taulah! Gengsi aja kalau bilang tau." Batinnya berkata lain.

Bunga tampak menghela nafas lelah, "Yang ngisi acara hari ini itu, Gus Habibi Al-Khair, Gus tampan yang sedang viral itu loh. Masa gak tau?!"

"Tampan?!" beonya tak percaya.

"Iya tampan lah, orang itu kekasih aku." batinnya lagi.

Emang rada-rada nih orang.

Bau-bau mejilat ludah sendiri nih

"Iya, nanti kamu liat sendiri, pasti kamu suka. Gus Bibi itu tampan, muda, sholeh, gaul pokoknya idaman banget deh." puji Bunga.

Annisa tampak melotot, "Gak usah muji-muji gitu deh! Aku kan cem---" Annisa langsung menutup mulutnya dan tak melanjutkan lagi ucapannya.

Bunga mengangkat satu alisnya heran, "Cem? Cem apa, Cha? Cemburu maksudnya? Kamu ngeidolain Gus Habibi juga? Sejak kapan? Bukannya kamu manusia anti idola?" ucap Bunga.

"Eh! Siapa juga yang mengidolakan dia, orang gue mau bilang, cemberut aja tuh tampang gus, tampan dari mananya coba?" alibinya.

"Mana ada cemberut, sejelas itu dia senyum. Kamu aneh deh." ucap Bunga sambil melihat kearah Gus Habibi.

"Au ah!"

Selesai seminar, semua orang berhamburan mengejar Gus Habibi yang kini sudah meninggalkan auditorium.

"Woi, Bunga! Kamu gak minta foto sama gus itu?" tanya Annisa berharap Bunga mengatakan mau.

"Maulah! Temanin ya, aku deg degan kalau sendirian." ucap Bunga.

Annisa dan Bunga sudah berada didepan pintu keluar, dimana besar kemungkinan bertemu dengan Gus Habibi. Emang itu tujuan Bunga.

"Eh itu Gusnya, samperin gih!" ucap Annisa saat melihat Gus Habibi.

Dua gadis itu bergegas menghampiri gus tampan yang viral itu sebelum didatangi orang banyak.

"Aduh, kok jantung aku ngeorgen sih?! Jangan sampai pingsan disini. Malu-maluin nyonya tau gak." batinnya.

"Assalamualaikum Gus Bibi, kami boleh minta foto?" ucap Bunga ramah.

"Kami? Kamu aja kali! Aku mah ogah!" sahut Annisa tak terima. Sedangkan Gus Habibi hanya tersenyum manis. Emang semanis itu senyumnya wee. Kata Icha sih, lebih manis daripada sari gula.

Annisa emang lebay.

"Maaf Gus, teman saya emang rada-rada Gus." ucap Bunga tak enak hati dan langsung mendapat cubitan maut dari Annisa.

"Aw, Cha!" ringis Bunga.

"Jadi foto gak nih?! Aku buru-buru soalnya!" ucap Annisa.

"Yee, sok sibuk kamu, Cha!" ledek Bunga sembari mengeluarkan ponselnya.

"Biar saya saja yang ambil." ucap Gus Habibi.

"Aku cantik gak didalamnya? Awas aja kalau jelek!" omel Annisa saat kamera dijepret.

"Nih, udah ya." ucap Gus Habibi sambil memulangkan ponsel milik Bunga dan Annisa hanya bisa menatap cengo sang Gus.

"Makasih Gus, hati-hati dijalan." ucap Bunga.

"Coba liat hasilnya!" ucap Annisa merasa ada yang tidak beres.

"Saya duluan, Assala---" ucap Gus Habibi terpotong.

"Woielah! Kok bibir aku jadi maju kedepan?! Ini gus ambilnya gak benar we! Masa aku sedang ngomong dijepret?! Ish kesal deh. Mana jelek banget lagi, kek bibir bebek yang habis kejedot bakpau." kesalnya yang membuat Gus Habibi tak bisa menahan tawa.

"Gus, penerbangan kita satu jam lagi." ucap asisten gus Habibi.

"Kalau begitu, saya minta maaf dan Assalamualaikum." pamitnya berlalu pergi.

"Eh, gus!" cegahnya.

"Udah Cha, jangan marah gitu deh! Kamu juga sih, masa orang lagi ambil foto kamunya ngomong, dimana-mana kalau lagi foto itu diam trus senyum bukannya ngereok kek cacing kepanasan." ujar Bunga membela sang pujaan hati.

"Apaan sih? Kenapa kamu jadi belain dia sih?!" kesal Annisa.

"Untung sayang, kalau gak udah aku ceraiin tuh, masa foto aku diambil jelek gitu sih. Ish sebel deh." batinnya merutuki gus tampan my idola.

Emang iya yah, manusia itu ucapannya gak bisa dipercaya. Contohnya saja Annisa, katanya benci banget sama orang yang terlalu bucin dengan idola mereka, eh taunya dia sendiri yang lebay dan alay gitu.

Menolak Ngefans

...Tidakkah lebih baik kita mengidolakan diri kita sendiri? Jika bukan kita siapa lagi yang akan menganggap diri kita lebih baik? Harusnya kita menjadi netizen dan haters untuk diri kita sendiri, biar lebih bermanfaat ketimbang mencari kekurangan dan kelebihan orang lain. ...

...--- Annisa Mardhatillah ---...

Pagi yang cerah memaksa seorang gadis yang tengah tertidur membuka matanya. Berhubung hari ini Ia sedang cuti dari sholatnya makanya Ia memanfaatkan tidur sampai terbit matahari. Emang kurang adab. Ya begitulah makhluk tuhan yang satu ini.

"Alhamdulillah, udah nongol aje lo tong, apa kabar bumi sebrang? Apa kabar juga alam lain? Semoga baik dan baik ya." monolognya pada alam yang sedang menampilkan keindahannya.

Drtt Drttt

Ponsel milik Annisa berbunyi, dengan cepat gadis itu mengangat panggilan telepon yang masuk.

"Woi, ada apa? Pagi-pagi udah ganggu aja." sahutnya.

"Wai woi wai woi! Kebiasaan deh! Harusnya baca salam dulu. Assalamuaikum, Ichaaa cantiikk gemesss trilalalaa.." ucap Bunga disebrang sana.

"Huft, Iya Waalaikumsalam, ada apa? Tumben pagi-pagi udah nelpon?"

"Eh nanti kamu join zoom kan?"

"Buat apa?" tanya gadis itu.

"Ya ikut webinar lah, Cha! Ya kali buat bagi sembako." gemas Bunga.

"Webinar apaan emangnya? Wajib kah?"

"Webinar, Kedudukan wanita dalam islam, dan hukumnya wajib!" ucap Bunga penuh penekanan.

"Ah males! Kamu aja yang join, aku gak."

"Absen kamu gimana?"

"Ya kamu kirimlah, link absensinya biar aku bisa absen juga." ucapnya seenak jidat.

"Dih, ogah! Enak banget kamunya."

"Dih, teman laknat macam mana kamu hah?! Itu doang gak mau nolongin."

"Cha, join aja lah! Aku mau kasih liat idola aku sama kamu, kemaren kamu bilang idola aku gak setampan dan sepintar itu, jadi kebetulan banget webinar hari ini dia yang isi loh."

"Ya trus? Aku peduli? Lagian, apa sih bagusnya orang itu? Ampe kamu segitunya? Bahkan rela-rela ngajuin nama dia ke panitia buat ngisi acara di kampus kita." ucap Annisa tak habis pikir dengan temannya itu.

"Aduh Cha! Kamu belom liat orangnya makanya bilang gitu, coba deh liat dan dengar apa yang dia sampaikan pasti kamu kagum dan bahkan mau jadiin dia suami."

"Idih! Gak bakalan, gak ada manusia yang bisa bikin aku kagum. Lagian kenapa aku harus kagum sama dia? Toh, aku juga manusia. Dia makan nasi, aku juga makan beras. Jadi sama dong?! Gak usah lebay deh Bung! Pagi-pagi udah bikin orang kesal aja." omelnya.

"Eh, kamu liat grup deh! Kata pak Dayat, yang cewek-cewek wajib ikut webinar kalau gak ikut, bakal dapat sangsi dari kampus we." ucap Bunga memberi tahu dan langsung saja Annisa mengecek grupnya dan benar saja. Dosen mereka memerintahkan webinar itu wajib untuk mahasiswi.

Annisa menghela nafasnya, "Aduh! Apaan sih, gak banget! Bapak Dayat kek gak tau aku aja, kan aku gak suka on came atau vc gitu. Kenapa disuruh wajib coba?! Orang aku lebih suka langsung gas."

Terdengar suara kekehan dari sebrang sana, "Hahaha, kamu sih! Pokoknya kamu harus join daripada dihukum."

"Iya, iya aku join, udah deh! Aku mau mandi dulu. Bye!"

"Assalamualaikum dulu, Ichaaa." ucap Bunga.

"Waalaikumsalam." ucap Annisa sembari memutuskan sambungan telepon.

------

Jam menujukan pukul 10.00 Wib, waktunya webinar akan dimulai. Laptop yang sudah berada didepannya sudah ia tata dengan baik. Hijab berwarna hitam sudah melekat indah dikepalanya.

Annisa sudah bergabung kedalam zoom yang menampilkan beberapa panita yang menghadiri webinar kali ini.

Drrt Drtt

"Iya, Assalamualaikum." sahut Annisa.

"Waalaikumsalam, kamu udah join?" tanya Bunga dari sebrang sana.

"Iya udah, kapan mulainya sih? Aku bosen tau." gerutunya.

"Iya bentar lagi pasti mulai, kamu on came apa off?"

"Tadi on came, tapi pas kamu nelpon jadi off."

"Suaranya udah di mute?"

"Udahlah! Aneh banget."

"Cha, on came we, aku mau liat wajah kamu."

"Alay banget deh, pake acara mau liat wajah segala."

"On came aja, Cha! Tuh Gus aku udah join we. Buruan on came!"

Annisa kembali mengaktifkan cameranya dan benar saja, saat Ia menatap layar laptopnya Ia melihat seorang pemuda yang tampan dan sangat manis. Sungguh, Annisa dibuat pangling oleh orang itu.

"Eh, mana Gus yang kamu maksud?" tanyanya penasaran.

"Itu loh, yang nama Habibi Al-khair, cakep kan? Muda lagi." puji Bunga.

Annisa masih memandang sosok yang Bunga katakan, entah apa yang terjadi Annisa mendadak bisu.

"Cha, kamu masih hidup kan?" suara Bunga kembali terdengar.

"Iya masih lah! Kamu kira aku mati?" ucap Annisa sedikit kaget.

"Iya santai we, emangnya kamu kemana tadi? Kok aku ngomong kamu diam aja?"

"Tadi lagi mikirin anak ayam tetangga yang bertelur dirumah kakek aku." alibi Annisa.

"Hah? Ayam tetangga kamu bertelur dirumah kakek mu? Bukannya rumah kakek kamu ada di dalam tanah?"

"Au ah, gak usah bahas itu lagi! Ngapain juga ngebahas ayam tetangga? Mending kamu fokus dengarin webinar!"

"Eh, pertanyaan aku belum kamu jawab loh!"

"Pertanyaan yang mana?" heran Annisa, setaunya Bunga tidak menanyakan sesuatu.

"Itu loh, aku nanya pendapat kamu tentang gus Habibi, tampan kan?"

"B aja, gak ada spesialnya."

"Tapi---"

"Assalamualaikum semuanya, selamat siang, apa kabar teman-teman sekalian? Saya harap kalian selalu diberikan kesehatan dan rezki yang berlimpah oleh Allah SWT. Oke, webinar kali ini bertemakan "Kedudukan wanita dalam islam" dengan pengisi acara kita pada siang hari ini adalah Gus Habibi Al-Khair."

"Assalamualaikum Gus, gimana hari ini Gus?" tanya Mc kepada sang pemilik nama.

Senyum manis milik sang Gus pun tepatri indah didepan layar yang kembali membuat darah Annisa berdesir akan kemanisan itu, "Waalaikumsalam, Alhamdulillah baik. Kalian semua gimana kabarnya?" tanya Gus Habibi kepada para peserta webinar.

"Alhamdulillah baik Gus." ucap mereka serentak.

"Aduh, kenapa badan aku ngilu semua ya? Padahal aku cuman ngeliat tu orang. Apa jangan-jangan Gus Habibi pake pemanis lagi?" batin Annisa.

Zoom webinar berjalan baik dan materi yang disampaikan oleh Gus Habibi sangat bermanfaat.

Bertepatan dengan datangnya waktu sholat, webinar pun berakhir. Zoom sudah selesai dan Annisa masih dengan pikirannya mengenai dirinya yang terasa aneh saat melihat Gus Habibi.

Tidak pernah Ia merasakan hal semacam ini, apalagi harus memuji seseorang dengan kelebihan yang mereka punya.

Sekali lagi, Annisa adalah manusia yang sangat gengsi memuji keahlian manusia lainnya sekalipun orang itu pintar.

Annisa menutup laptopnya dan berjalan keatas kasur mengambil posisi berbaring disana. Punggungnya terasa berat dan sakit karena duduk terlalu lama.

"Gus Habibi ganteng banget, mana senyumnya bikin aku mati sejenak. Duh, ada ya orang secakep itu?" monolognya ngalir begitu saja dari bibir mungil itu.

"Ish, apaan sih?! Gak ada yang cakep! Orang biasa aja, gak ada yang spesial dari dia. Apa itu, bisanya senyum pepsoden doang, aku mah juga bisa, nih." lanjutnya sembari menirukan senyum pepsoden.

Emang gensi ya gitu, gak mau mengakui kelebihan orang lain.

Drtt Drtt

"Ish, ini Bunga kembang sepatu ngapain nelpon lagi sih?! Gak tau apa, hati aku lagi gempa gak jelas." kesalnya sambil menekan tombol hijau.

"Assalamualaikum, Ichaa gemoy, gimana pendapat saudari Icha mengenai Gus Habibi?"

Annisa memutar bola matanya jengkel, "B aja! Kamu itu maksa banget buat aku muji dia ya?! Bagi aku itu hal yang wajar dan semua orang juga bisa ngelakuin itu, jadi gak ada hal yang spesial juga."

"What! Kamu gila ya?! Masa Gus Habibi cuman dibilang B aja, keknya mata kamu bermasalah deh! Kamu pake mata tikus got ya? Gak habis pikir aku sama kamu, Cha." ucap Bunga tak percaya.

Bagaimana bisa gadis itu berkata seperti itu? Dimana hampir semua ukhti menginginkan Gus Habibi dan memuji ketampanan sang Gus dan makhluk yang bernama Annisa ini malah menganggap itu hal biasa.

Apa gadis itu sudah gila?

Tapi balik lagi dengan pendapat masing-masing. Dan gak semua orang menyukai apa yang kita sukai begitupun sebaliknya.

Dan memang, Annisa termasuk kedalam orang yang sulit mengidolakan bahkan sampai detik ini Ia belum memiliki sang idola.

Tapi gak harus gensi juga buat ngakui kalau orang itu tampan atau pintar dong nis..  Aduh, Ichaa.

"Apaan sih?! Emang gak ada yang spesial yang bisa aku liat, Bungaaa!" geram Annisa.

"Yaudah deh! Mending turu, daripada debat sama manusia yang matanya kek tikus got." kesal Bunga karena sang idolanya dianggap remeh oleh sahabatnya sendiri.

"Ya bagus deh! Aku juga mau turu. Bye!" ucap Annisa lalu mematikan sambungannya.

Disisi lain Bunga merebahkan badannya diatas kasur sembari merutuki sang sahabat, "Nama aja yang Annisa Mardhatillah, kelakuan ngeselin!" monolognya.

"Dia tu tau gak sih kalau namanya tuh Annisa, menurut mbah google Annisa itu artinya wanita atau gadis, ya iyalah dia wanita atau gadis kalau bencong bukan Annisa namanya. Nah kan, kata mbah google ada juga yang mengartikan sebagai orang yang ramah dan lembut. Orang yang menyenangkan atau orang yang membawa kehangatan dan kedamaian tapi nyatanya Annisa yang satu ini membawa api dan bara, panas dan mendidih serta ngesilin parah." lanjutnya sambil membaca pencariannya di google tentang nama Annisa.

"Nah, Mardhatillah nya sendiri artinya mendapat ridho dari Allah SWT, bagus artinya kan?! Tapi gak diorangnya! Tuh anak ngeselin parah! Ada ya orang kek dia? Untung sahabat, kalau gak udah aku musuhin tujuh turunan!" kesalnya.

Sedangkan gadis yang kini diumpati Bunga sedang sibuk melacak sesuatu disosial medianya. Mulai dari instagram, facebook, tiktok, telegram dan google tentunya.

Ia mengetik dikolom pencarian "Biodata Habibi Al-Khair" itulah kegiatan Annisa saat ini. Manusia sejuta gensi dan tingkat kekepoan yang luar biasa.

Hasil pencarian mengenai biodata Habibi Al-Khair.

Habibi Al-Khair, merupakan pemuda yang berasal dari tanah Jawa itu memulai karirnya pada tiga tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2022. Habibi Al-Khair, sendiri dikenal sebagai konten creator dakwah muda dengan paras yang tampan dan merupakan anak dari salah satu kiyai ternama dipulau Jawa.

Berikut biodata gus tampan yang sedang viral ini.

Nama lengkap : Habibi Al-khair

Nama panggung : Habibi Al-khair

Tempat / tanggal lahir : 11-11-2003

Akun sosial : IG - @Habibi_Khair

                        TT - @Habibi_Alkhair

                        Tele - @Habibi_Alkhair

Hobby : Membaca dan basket

Menempuh pendidikan : Universitas islam yang berada dipulau Jawa. (Privat)

"Apaan sih?! Masa kampusnya diprivat gitu, gak ikhlas banget ngasih tau identitasnya." gerutu Annisa saat selesai membaca biodata Gus tampan itu.

Usai membaca biodata dan mengetahui akun sosmed sang Gus, membuat Annisa langsung memulai aksinya dengan mendaftarkan akun baru atau akun fake lah ya. Ia mulai mengikuti semua sosial media sang Gus.

Apa dia tertarik?

Apakah dia mulai mengidolakan sampai taraf tergila-gila?

Menolak Mengagumi

...Tidak ada yang bisa membuatku berpaling selain kepada dia yang memang aku cinta dan takdir sang ilahi. ...

...--- Annisa Mardhatillah ---...

Webinar bersama Gus Habibi kemaren siang masih melekat keras dibenak Annisa. Cara Gus itu tersenyum, menyapa dan tertawa. Sungguh, Gus itu membuat gadis yang bernama Annisa itu gila pada pandangan pertama.

Annisa, tentunya tidak akan mengakui jika, Ia terperangkap akan keindahan dan ketampanan Gus Habibi.

Seperti yang saat ini, Ia alami. Gadis itu berbari diatas kasur sambil menatap langit-langit kamar. Sesekali, Ia mengusap wajahnya dengan gusar.

"Aduh! Aku kenapa sih?! Kenapa juga aku kebayang-bayang wajah Gus itu?!" monolognya sambil mengusap wajah dengan kedua tangannya.

"Aku harus tanya, Bunga nih, aku harus mastiin, apakah waktu Bunga kenal Gus Habibi itu, Ia juga kebayang-bayang gini?" lanjutnya heran sendiri.

Annisa, meraih ponselnya yang kebetulan berada disebelahnya. Ia, menekan tombol panggilan dan mengeraskan speakernya.

"Assalamualaikum, ada apa nelpon?" ketus Bunga saat telepon tersambung.

Annisa memutar bola matanya malas, Ia tau sekali bahwa sahabatnya ini sedang kesal dengannya, "Waalaikumsalam, kamu masih kesal sama aku?" tanyanya polos.

"Iya lah!"

"Hmm, aku gak peduli sih, lagian kenapa juga kamu harus kesal gitu? Toh, aku gak ngelukain idola kamu kan?!" ujarnya tak peduli.

"Ish! Ichaa, kamu tu yah! Bisa gak sih, ngehargain aku sebagai seorang sahabat?!"

"Ish iya iya, aku minta maaf, maaf ya, Bunga bangke, udah kan?!"

"Kamu ngehina aku?!" ucap Bunga tak terima.

Annisa terkekeh, "Ya gak lah! Kan aku gak sayang, eh sayang maksudnya."

"Ck! Ngapain kamu nelpon aku? Tumben!" tanya Bunga kembali sadar mengapa Annisa menghubunginya. Biasanya gadis itu tidak mau menghubungi terlebih dahulu.

"Oh iya, aku lupa, kamu sih! Sebenarnya tujuan aku nelpon kamu cuman mau nanya reaksi kamu ketika pertama kali ngeliat Gus Habibi, apa yang kamu rasakan saat pertama kali ngeliat dia?"

"Ya kagum lah, kan dia cakep banget."

"Cuman itu? Gak ada yang lain?" tanya Annisa lagi.

"Yang lain, maksudnya?" heran Bunga.

"Aku curiga deh,"

"Curiga ke siapa?"

"Curiga kalau Gus Habibi itu pake pemikat atau pemanis gitu."

"Astagfirullah, Ichaa! Kamu ini yah! Souzon mulu."

"Ya gimana gak souzon coba? Kamu tau aku kan? Masa Ia aku bisa kebayang-bayang wajah dia trus! Gak banget kan?!" adunya.

Terdengar kekehan dari sebrang sana, "Ya makanya jangan terlalu mati rasa, bilang gak ini itu lah, taunya baper sendiri sampai kebayang-bayang gitu." ledek Bunga.

"Apaan sih! Aku rasa dia itu pake pemikat we, masa Ia, langsung kebayang-bayang gitu. Gak pernah sejarahnya aku ngebahagiain orang ya! Sekelas Maher Zain aja aku gak tertarik apalagi Gus itu." ucapnya.

"Bukan kamu yang gak tertarik sama Maher Zain, tapi Maher Zain yang gak tau kamu idup apa ngak. Maher Zain, juga gak peduli kamu siapa, hewan, rumput, tai, atau hantu dia gak peduli, Ichaaa." geram Bunga.

"Huft! Ya, gitulah perumpamaannya Bunga teratai! Aku gak bisa gini trus, masa Ia aku ngebayangin dia yang gak aku kenal sih, aku kan tersiksa. Lama-lama aku bisa gila kalau kek gini trus."

"Ya wajarlah kamu kebayang Gus Habibi terus, orang dia emang selalu memikat hati siapapun termasuk hati manusia batu kek kamu."

"Apaan sih! Udahlah, orang aku mau lanjut bobo lagi, cerita sama kamu gak ada solusinya."

"Yeee, untung aku dengarin! Harusnya aku yang kesal, karena kamu ganggu aku nonton livenya Gus Habibi."

"Hah, Gus pake pemikat itu lagi ngelive?"

"Gus Habibi, Ichaaa! Iya, dia baru mulai ngelive. Udah ah, aku mau nonton live dia dulu. Bye!" Sambungan telepon pun terputus dan dengan cepat Annisa langsung membuka aplikasi instagramnya dan masuk dengan akun fake yang Ia buat.

Ia mulai bergabung kedalam live Gus Habibi, terlihat dilayar pipih miliknya, Gus itu sedang berada di Cafe dengan beberapa temannya.

Gus Habibi menggunakan kaos hitam polos yang entah kenapa terlihat sangat menggemaskan.

Entah kenapa, bulan sabit yang ada diwajahnya tercipta tak kala melihat Gus Habibi tertawa karena membaca salah satu komenan fans dilive nya.

"Ini Gus, beda banget ya? Gak terlalu koko banget. Suka deh aku." liriknya tanpa sadar.

"Astagfirullah, sadar Cha! Sadar!" ucapnya sambil menepuk-nepuk pipinya.

"Eh, Gus! Gara-gara kamu, aku jadi orang aneh, awas aja ya! Aku sumpahin kamu buat gak dapat jodoh, sok kecakepan banget!" monolognya.

Tak mau semakin larut dengan kegilaan yang Ia ciptakan sendiri, Annisa memilih keluar dari live sang Gus dan mencoba mengalihkan isi otaknya kepada yang lain, berharap, bayangan Gus Habibi tidak kembali melekat dibenaknya.

Annisa, keluar dari aplikasi instagramnya dan memilih membuka aplikasi tiktok dihpnya berharap bisa melupakan sejenak kegilaannya.

Baru saja masuk ke beranda tiktok, bukannya konten nyanyi atau lainnya yang Ia lihat melainkan konten dakwah sang Gus yang saat ini Ia hindari.

Bukannya sistem tiktok ini, apa yang paling banyak kita lihat itu yang bakal keluar terus? Lantas kenapa Gus Habibi yang keluar? Annisa tidak pernah melihat atau mencari tau konten gus itu.

Sungguh, tidak ada yang bersahabat dengannya saat ini.

"Dih, apaan nih? Kenapa Fyp aku langsung Gus Habibi sih?!" gerutunya dan langsung menggilir konten selanjutnya dan Ia kembali menemukan sosok Gus Habibi yang kali ini di JJ kan.

"Aduh! Kenapa ada JJ segala sih?! Mana like dan komennya banyak banget. Ini keknya bukan akun dia deh." lirihnya sembari kepo akan isi komentar video itu.

"Emang pada gila semua nih, manusia! Masa mereka bilang Gus Habibi pacar, atau suami segala. Dikira si Gus bisa membelah diri apa? Mana mungkin Gus satu untuk semua, kek SCTV aja." protesnya tak kala membaca komen-komen fans Gus Habibi yang terlalu lebay menurut Annisa.

"Tapi kalau diliat-liat dia emang tampan sih, dan sabi lah kalau dijadikan misua, tapi gak harus selebay itu kali juminten! Ya kali, kalian keroyokan buat dapetin dia. Mana pake bilang ga ridho kalau Gus Habibi nikah, emang ngadi-ngadi kalian we. Fans, ya fans aja! Gak usah ngatur gitu. Capek aku teh!" kesalnya.

"Okey, stop! Sudahi pencarian tentang Gus Habibi! Gak ada gunanya dan gak akan ada untungnya untuk aku ngepoin dia! Harusnya aku dengarin dakwahnya bukan liatin orangnya atau komentar aneh-aneh fansnya! Dan tidak masalah juga kalau aku mendengarkan dakwahnya, toh, itu banyak manfaatnya."

Annisa, sudah memutuskan untuk tetap mendengarkan dakwah dari sang Gus yang viral saat ini.

Baginya konten yang Gus Habibi bagikan tidaklah hal yang sia-sia melainkan bermanfaat untuk banyak orang, terlepas dari tidak atau iyanya kita mengidolakan sesuatu.

Tidak fans, bukan berarti tidak suka kan?!

Selagi kebaikan, kenapa tidak?

*****

Sore ini, Annisa sudah berada di kampus untuk mengikuti perkuliahan 2 sks. Seperti biasa, gadis tomboy yang tidak menggunakan gamis itu berjalan percaya diri dengan kemeja hitam yang tertiup angin hingga menampakkan kaos putih didalamnya.

"Ichaaa, udah dateng dari tadi?" tanya Bunga yang baru saja datang.

"Gak juga, Btw, penampilan aku hari ini kece gak?"

"Kece sih, tapi karna aku udah sering liat jadi bosen, palingan yang beda cuman kemeja doang, kaos sama celananya itu itu aja, sesekali yang berubah." protes Bunga pada pakaian Annisa yang tak jauh dari kemeja, kaos dan jeans + sepatu All-stars (Hitam-putih) tak hanya sepatu saja yang hitam putih, melainkan kemeja dan kaos juga hitam putih, adapun warna lain, percayalah pasti itu warna gelap seperti navy, coklat dan hijau army. Sedangkan celananya, Annisa hanya memiliki satu warna saja, yaitu hitam. Sebanyak apapun celananya pasti hitam pemenangnya.

Ditambah lagi, lengan tangan kemeja dilipat hingga berada dibawah siku sedikit, plus lima gelang karet hitam yang dipergelangan tangannya yang dikolaborasi dengan jam tangan ditangan kirinya.

Annisa mendengus kesal mendengar penuturan sang sahabat, "Ini itu cakep tau, simpel dan casual! Gak ribet dan anti badai."

"Iya terserah kamu aja, untung kamu gak fans sama Gus Habibi, kalau sampai fans aku pastikan kamu merubah semua penampilanmu. Secara, penampilanmu sekarang betolak belakang sama dia." ucap Bunga yang apa-apa mengaitkan sesuatu dengan idolanya.

"Ish! Kamu tu ya! Kenapa juga harus bawa-bawa Gus Habibi? Gak ada ngaruhnya juga." kesal Annisa yang apa-apa dikaitkan dengan Gus itu.

"Hahaha, iya maaf, kan aku cuman ngasih tau doang, mana tau suatu saat kamu mau nyalonkan diri menjadi fans dia."

"Terserah! Aku mau ke kelas dulu, cape ngomong sama orang gila kek kamu. Otaknya cuman Habibi dan Habibi." kesal Annisa berlalu pergi menuju kelas.

"Ya haruslah! Kan aku mau memanifestasikan Gus Habibi, biar jadi suami aku, dan kalau benar dia jadi suami aku, kamu harus fans sama dia secara dia bakalan jadi sahabat kamu juga, Cha!" ucap Bunga yang kini berjalan disebelah Annisa.

"Jika itu mimpi maka aku akan dengan senang hati menurutinya sahabatku tersayang, tapi jika itu nyata, innalillahi saja dulu Bunga kembang sepatu!"

"Ish! Kamu ini gak bisa banget bikin aku senang."

"Kamu terlalu terobsesi buat jadiin dia suami, seharusnya kamu itu mencintai dakwahnya bukan pendakwahnya. Jangan berfikiran lebih untuk menjadi bagian dari hidupnya karena faktanya bukan kamu saja yang melangitkan namanya dan jangan bikin Allah bingung atas kemauanmu. Hari ini minta gus Habibi, besok nampak yang waw minta yang waw. Harus ya, semuanya di kagumi?"

Bunga hanya terdiam saat mendapat penuturan seperti itu dari seorang Annisa yang pasalnya tak pernah berkata panjang kali lebar.

"Aku juga yakin, kalau Gus Habibi tau para fans nya sefanatik ini pasti dia gak suka. Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan membagi pengetahuan yang Ia miliki untuk orang lain, dan itu tidak lebih tidak kurang. Kagumi apa yang Ia sampaikan, praktekan dan terapkan dikehidupan sehari-hari bukan malah mencintai atau menginginkannya secara berlebihan." lanjut Annisa yang kini posisinya mereka sudah berada didalam kelas.

Kelas belum dimulai, Annisa dan Bunga memilih bangku paling terakhir karena percakapan mereka belum usai.

"Emang salah kalau aku menyukai dia? Salah kalau aku menginginkan suami seperti dia?" tanya Bunga merasa kecil saat mengingat bahwa dia hanyalah wanita biasa sedangkan idolanya orang yang sangat istimewa.

Annisa menggeleng, "Tidak ada yang salah, tidak ada yang tidak mungkin. Kita sebagai manusia hanya bisa berserah, sekalipun kita mencintai seorang mahkota raja. Kamu mencintai Gus Habibi, tidaklah salah, semua wanita muslimah, pasti menginginkan suami seperti dia tapi perlu diingat, jangan hanya menginginkan yang baik tapi lupa bahwa diri belum sebaik itu. Tugas kita hanya memperbaiki diri agar Allah temukan kita pada orang yang baik. Jangan hanya berandai tapi tidak berubah."

"Yaudah deh, mulai saat ini aku akan berubah menjadi lebih baik lagi biar bisa jadi ist--"

"Gak usah ngadi-ngadi! Berubah itu karna Allah dan kemauan diri sendiri bukan karena orang lain. Gak usah gila! Aku aduin Gus Habibi baru tau rasa, biar di blok dan dicoret dari KK fans dia." ancam Annisa membuat Bunga berdelik ngeri.

Tidak ada salahnya jika kita mencintai seseorang yang jauh diatas kita. Tidak ada salahnya kita menginginkan dia untuk hidup kita agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Hanya saja, apakah kita bisa menyeimbanginya? Apakah kita bisa menjadi baik sesuai apa yang ia ajarkan nanti kepada kita? Apakah kita siap dibimbing olehnya? Sedangkan kita masih malas-malasan, masih rebahan dan masih menjadi orang yang dongkolan.

Apakah tidak ada keberatan hati jika kelak Ia mengatur waktumu? Mengatur jam tidur, memintamu menghafal Al-Qur'an atau sekedar membaca bersamanya setelah sholat, memintamu memakai pakaian yang memang diperintahkan dalam islam sedangkan kamu tidak pernah memakai itu? Memintamu bangun disepertiga malam, sedangkan kamu tidak melakukan itu sebelumnya atau tidak istiqomah dalam hal itu.

Jika kamu siap, maka pertahankan rasa itu, tapi jika dirasa masih belum maka cobalah untuk memperbaiki diri sebelum bertemu dia yang akan menjadi pelengkap ibadahmu.

Mari berkaca pada diri sendiri, kamu mengidolakan dia karena dia banyak dikagumi, karena ketampanan dan hartanya atau memang karena ilmunya?

Terkadang nafsu bisa menjelma menjadi cinta.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!