Siang ini cahaya matahari terpapar begitu terik nya, di iringi deru angin yang menyejukan, membuat seorang perempuan begitu enggan beranjak dari gundukan tanah yang terlihat masih basah dengan taburan bunga yang memenuhi permukaan tanah itu.
Tatapan nya terlihat kosong tertuju pada nama yang tertulis diatas nisan yang berdiri di depan nya, tak ada air mata, tak ada isak tangis dan kepiluan, tatapan nya hanya datar.
"Ayo lun kita pulang, kasian anak2 kalau kamu kelamaan disini, mereka pasti butuh kamu, "
Suara kakak ipar nya mulai menembus pendengaran wanita yang bernama luna itu.
Tapi itu tetap tak merubah apapun, dia masih betah menatap kedepan dengan diam.
Geram karna lagi2 tak ada jawaban, wanita paruh baya yang dari tadi berdiri di depan nya merengkuh ke dua pundak luna dan menarik nya perlahan hingga berdiri,tetap tak ada reaksi, perlahan tubuh nya terus saja di giring menuju mobil yang sudah sedari tadi menunggunya.
Perlahan mobil itu bergerak membawa tubuh luna yg sdh berada di dalamnya,pandangan itu tetap kosong, tapi kemudian terkesiap ketika dirasa ada telapak tangan yang menggenggam telapak tangan nya yang dingin.
Netra nya menyorot wanita yang lebih tua disamping nya itu,
"kamu harus kuat lun, kamu harus selalu bisa menghadapi semuanya , kasian anak-anak, mereka sudah kehilangan ayah mereka, hanya kamu lun yang saat ini mereka ingin kan dan mereka punya" Perlahan butiran air mata itu mulai menetes hingga menderas dan menimbulkan isakan nya, terdengar begitu pilu tapi itu terlihat lebih baik dari pada dia dia terlihat terus diam dan mematung.
Usapan lembut kakak nya berikan membiarkan luna menumpahkan segalanya, segala kesedihan yang sedari tadi membeku dan tersimpan rapat di dalam sana.
"Apa kami bisa melanjutkan hidup tanpa dia kak, dia pergi tanpa pamit, tak meninggalkan sepatah katapun untuk ku, sedang kan aku selama ini begitu bergantung padanya" Wanita itu menyambut dengan senyuman teduhnya, ia bukan tdk bersedih karena kepergian adik nya itu, tapi dia tau ada seseorang yang harus dia kuatkan terlebih dahulu.
"Bisa sayang, kamu pasti bisa,ini sdh menjadi jalan yang Allah berikan, juga ada kami yang akan selalu ada untuk mu" Tangis luna makin menjadi,ada syukur yang dia rasakan memiliki keluarga yang begitu baik dan menerimanya.
Perlahan dia mulai menghapus sisa air matanya ketika mobil yang dia tumpangi mulai masuk gerbang rumah yang ia tempati, Sekilas pandangan nya menjelajah area depan rumah itu,
Rumah yang di impikan mendiang sang suami untuk keluarga kecil nya, tekad nya mulai terkumpul, dia harus tetap kuat demi anak2 nya.
Ketika langkah nya mulai masuk, pandangan nya sudah di sambut sebagian keluarga besar sang suami yang masih tetap tinggal.
Sang mertua beranjak menghampirinya, merangkul kedua bahunya sambil menerbitkan senyum,dia tentu tau seperti apa perasaan menantunya itu saat ini.
" Kamu makan dulu ya sayang, setelah itu istirahat, si kembar baru aja tidur, tadi sempat rewel juga nyariin kamu sejak tadi dr pemakaman" Luna berusaha menerbitkan senyum nya meski itu terasa begitu berat.
" Luna bersihin tubuh dulu ya bu, "netra nya mulai berkaca kaca, sungguh, begitu beruntung nya dia di kelilingi orang2 yang begitu baik dan menyayanginya,
setelah mendapat persetujuan dari sang mertua, Mulai dia bawa langkah kakinya menuju kamar utama, pintu terbuka menampakan kesunyian yang ada,Pandangan nya mengelilingi ruangan berbentuk persegi itu, sosok yang biasanya selalu dia tangkap dari ruangan itu kini telah tiada, dia melangkah menuju ranjang oversize milik nya,Tangan nya terulur mengusap tempat yang biasa di tempati sang suami, air matanya kembali mengalir, rasa nya baru kemarin dia di bawa ketempat ini oleh sang suami, tapi kini dia sudah di tinggal kan.
" Semalam kamu masih disini yah, kamu masih meluk aku seperti biasa, sekarang siapa yang bakal meluk aku yah, kamu tau kan aku gk bisa tidur sendiri " Tangis itu kian pecah, sungguh, betapa terguncang nya dia ketika pagi-pagi sekali mndapat telfon dr kantor yang mengabarkan bahwa suaminya tiba2 pingsan dan dilarikan ke rumah sakit &fatal nya lagi, suaminya tak bisa di selamatkan, luna merasakan dunia nya runtuh seketika, kehilangan pijakan nya dan tak tau harus kemana, selama ini dia hanya berperan sebagai wanita rumahan yang mengurus anak2 dan menunggu suami nya pulang,Tapi kini rasanya semua harus dia pikul sendiri, apa fia bisa menghadapi kerasnya persaingan dunia bisnis juga menggeluti nya???!!
Dia mulai beranjak ingin membersihkan tubuh nya sebelum bersimpuh pada sang penguasa jiwa raga nya.
Lama luna bersimpuh di hamparan sajadah nya tanpa pedulikan apapun di luar sana, hingga ketukan pintu membuyarkan lamunan nya.
"Kak luna, di panggil ibu di tunggu di meja makan" Suara itu terdengar bersamaan dengan muncul nya kepala adik ipar nya.
"Iya setelah ini aku kesana, " Jawab luna sambil melepas mukenah yg dia pakai kemudian dirapikan nya semua yg digunakan, lalu menyambar kerudung bergo yang biasa di pakai di rumah.
Semua keluarga menyambut hangat dg melempar senyum, "sini lun" Titah kakak tertua suaminya sambil menggeser kursi untuk luna duduki "aku panggil si kembar dulu ya kak" Jawab luna , belum juga sempat dia melangkah dia sudah di hentikan lagi.
"eh.. Eh... Eh sudah, hanny sdh kesana sekalian panggil anak2 smua.,"
luna pun hanya ber be oh ria, tak lama kemudian kegaduhan mulai terdengar mereka saling lari untuk bisa mendahului reflek luna pun menoleh "Jangan lari larian disini key, banyak barang bisa pecah kalau tertabrak kalian" Yang di hardik hanya cengengesan di susul si cantik kesya yg lgsg ambil posisi,
"Malam keysa, cantik nya budhe mau makan apa ini? " Tawar kakak tertua ilyas suami luna.
"Apa aja budhe" Jawab nya datar.
"Keysya kenapa sayang??? Kok murung begitu?"
Mata lentik gadis itu langsung tertuju pada nenek nya yang tadi bertanya.
"Keysya mau ayah oma" Lirih nya,seisi ruang makan langsung hening,
"Hey, anak cantik kok nangis,kan masih ada oma ,opa, budhe dan yang lain nya, ayah sudah lebih dulu pergi karna nyiapin tempat untuk keysya,keano dan mama di syurga dengan syarat kalian harus jadi anak baik, "
"Benar kah oma? " Tanya keysya mencoba meneliti "hmmm" Nenek nya mengiyakan.
"Key juga sedih oma, opa..., "
Semua mata lgsg tertuju pada si paling banyak drama siapa lagi jika bukan keyano,
"Kenapa nak?? " Tanggap sang kakek.
"Keyano gk ada lagi yang beliin mainan, yang ajak main dan jalan jalan juga" Wajah nya di buat penuh dengan kesedihan
"Jadi keyano bakal seneng lagi kalau ada yang mau beliin mainan n jalan2 lagi??? "
Tawar budhe nya, kakak tertua ilyas itu.
"Hmmm."... Jawab nya dG mulut penuh sambil mengangguk angguk.
"Baiklah budhe akan siapkan ayah baru buat kalian" Jawab nya enteng.
"No no no.... Key gak mau budhe, key gk mau orang baru," Luna hanya bisa geleng-geleng
Kenapa bisa seringan itu bicara tentang pengganti padahal ilyas keluarga mereka sendiri. itu pikir luna.
"Sudah sudah... Ayo lanjutkan makan nya setelah ini kita harus menyambut para tetangga untuk pembacaan yasin dan doa"
Semuanya langsung fokus menyelesaikan makan nya, setelah itu bersiap2 berkumpul keruang dpn dimana akan berlangsung nya acara malam itu
Acara malam ini berlangsung dengan lancar, meski semua keluarga masih sama2 terlihat berduka tapi semuanya sirna ketika keano mulai berulah penuh kekonyolan.
Semua keluarga ilyas ada disana, pandangan luna menyisir setiap ruangan rumah itu, rumah yang ilyas persembahkan untuk dirinya,murni hasil dari kerja kerasnya, rasanya baru kemarin ilyas membawa nya ketempat itu, tapi kini dia sudah meninggalkan nya, dadanya kembali merasa sesak,Tapi dia tak ingin menunjukan kesedihan nya, setidak nya dia harus tegar di hadapan keluarga suami nya.
"mama, apa sasa boleh- bobok sama mama"
pertanyaan keysya berhasil membuyarkan lamunan nya , luna coba persembahkan senyum ter lebar nya "boleh sayang"
netra kecil menelisik kearah mamanya
"mama syedih ayah pergi???" sungguh pertanyaan kecil itu mampu meluluh lantak kan jiwanya, dan melelehkan genangan air mata yang sedari tadi mati2 an dia tahan, ada nyeri yang berpusat di dadanya kali ini, rasanya dia ingin berteriak sekuat tenaga, usapan telapak tangan kecil itu memaksa luna mendongak dan kembali menatap gadis kecil didepan nya.
entah terbuat dari apa hatinya, hingga dia bisa setegar ini, padahal biasanya dialah yang selalu manja pada sang ayah, jari2 nya bergerak menghapus sisa lelehan di pipi ibunya itu.
" mama adalah kesayangan ayah, tapi syedih nya juga gk boleh lama lama, nanti ayah nya disana jadi syedih "
tak tahan, luna tarik tubuh kecil itu untuk direngkuh, tangis nya benar-benartumpah kali ini,
" maafin mama sayang, mama terlalu mikirin diri mama sendiri ,mama janji gak akan sedih2 lagi, kita berjuang bersama ya sayang" keysya dengan cepat mengangguk dan tersenyum
" mama kenapa menangis sa? "
suara itu berhasil melerai pelukan luna dan keysya.
"kamu ganggu aja deh key" timpal keysya,
"mama gk boleh nangis nangis lagi, sekarang ayah sudah gk ada, udah gk ada yang bakal bikin mama nangis lagi" reflek semua atensi anggota keluarga yang masih disana tertuju pada bocah laki2 itu,
" keyano... gk boleh ya bicara seperti itu, mama lagi sedih sayang!!! apa keyano gk sedih kehilangan ayah hmmm??? "
suara lembut maimunah kakak tertua ilyas mencoba memberi pengertian kepada sang keponakan.
" sedih budhe, key juga sedih, tapi key lebih sedih lagi kalau liat mama nangis karna ayah, mama kerjain tugasnya sambil nangis budhe, pas key deketin dan key hibur mama senyum tapi air matanya gk berhenti mengalir budhe" maimunah menghela nafas nya panjang, kesan buruk yang adik nya ciptakan begitu nyata tercetak di memory keponakan nya ini.
"maka dari itu, key sebagai laki laki harus bisa bikin mama gak nangis lagi, key mau janji sama budhe buat jagain mama??? "
"tentu saja budhe, key sayang banyak banyak sama mama, makanya key gak mau liat mama nangis nangis lagi" jawab nya tegas.
ucapan keano berhasil membuat bibir kecil sang mama tersenyum, dia sudah tegang sedari tadi mendengar ucapan sang anak, takut jika sang anak salah bicara di hadapan keluarga suami nya.
tangan luna melambai pada keyano agar mendekat, dia merengkuh tubuh si kecil lalu dia ciumi wajah itu "maafkan mama ya sayang"
ucap luna lirih sambal membawa tubuh itu ke dlm pelukan nya.
semua orang tersenyum haru melihat adegan kecil itu, mereka cukup tau seberapa dingin sifat saudara nya tapi luna dengan begitu sabar menghadapinya hingga mereka dipisah kan oleh taqdir sang kuasa.
"ibu.... ibu... ibu dimana??? " teriakan sang adik bungsu menggema memecah kesunyian.
"ibu di depan rey" jawab sang mertua yang sibuk membereskan sisa hidangan di ruang depan.
reyhan mendekat dg sedikit berlari,
"ini bu abi telfon, sedari tadi mau bicara sama ibu"
dia serahkan ponsel di tangan nya yang sdh menampilkan wajah lelaki di seberang sana.
"assalamu'alaikum nak, bagaimana kabarmu"
suara sang mertua mulai menyapa seseorang disana, luna beranjak berinisiatif melanjut kan apa yg mertuanya lakukan, lalu berbaur pada yang lain meninggalkan sang mertua yang sedang bertukar kabar dengan sang anak yang menetap jauh disana.
(Pagi ini, embun sejuk menyapa,Membasahi dedaunan hijau nan menyegarkan di luar sana.
Riuh kicau burung berpadu deru angin,Mentari pun tak kalah riang nya,Memancarkan keindahan cahaya keemasan yang memanjakan mata.
Semuanya tampak riuh namun terasa lengang,
Semuanya pupus, rasanya semesta ku telah hilang,
Hanya ada ke pilu an yang bersemayam di hati ini
Kemana langkah dan pandangan tertuju seakan bayang mu menjelma,rasa nya semua begitu melelahkan menjalani segalanya sendiri, menghadapi keras nya dunia, ah jika bukan karna anak2 pasti aku sdh sejak lama menyerah) luna.
tatapan mata nya masih betah tertuju kedepan sana keluar balkon kamar nya, rasanya masih enggan untuk membawa langkah nya kemana-mana.
dengan helaan nafas panjang akhir nya dia putuskan untuk berangkat ke kantor yang kini menjadi singgasana nya,derap langkah nya mulai menggema di tempat yang terlihat sudah sepi, hanya ada suara denting alat dapur bersautan yang sedang di bereskan.
"bi, anak2 berangkat sama siapa? " tanya luna pada wanita yang dia pekerjakan sebagai art sejak dia mulai menggantikan posisi ilyas, juga karna luna tidak mau jika mertuanya melakukan pekerjaan rumah nya, yang mana sang mertua memutuskan untuk menemani luna dan anak2 disana.
"anak-anak diantar ibu neng, katanya ibu sekalian mau mampir ketempat neng maimunah ada perlu sekalian." luna ber beo ria sambil mengunyah sandwich nya lalu meneguk segelas susu.
"saya berangkat ya bi, nanti tolong bilang sama ibu suruh istirahat aja sama anak-anak,jangan nungguin saya, nanti akan ada barang import datang jadi saya kemungkinan harus pantau dulu dan pulang agak malam." kakinya mulai melangkah tanpa menunggu jawaban dari sang art.
"iya neng, hati hati dijalan". seru si bibi menanggapi ucapan luna.
tak butuh waktu lama mobil yang luna kendarai sudah sampai di area parkir ruko berlantai 4 yang menjadi kantor nya sendiri, ya, luna memaksa kan diri untuk belajar mengemudi sendiri agar tdk lagi merepotkan siapapun untuk kemana saja, sungguh berbanding terbalik dengan keadaan nya 3 bln lalu sblm ilyas pergi, dia yang hanya seorang ibu rumah tangga yang hanya menunggu suami pulang kerja dan mengurus rumah juga anak2 kini harus bermetamorfosa menjadi wanita karier dengan sejuta kesibukan nya,
setelah melewati masa iddah,dia lgsg terjun ke lapangan untuk mengambil alih posisi sang suami, kesibukan nya berhasil sedikit mengalihkan rasa kehilangan nya, meski tangis itu masih sering datang di hening nya malam.
sesampai nya luna di ruang kerjanya, terlihat beberapa dokumen sudah menumpuk, siap untuk di baca dan di teliti, "rin, apa ada jadwal keluar kantor hari ini?
tanya luna pada sang sekertaris yang mengekor dibelakang nya sejak melihat kedatangan nya tadi.
" untuk hari ini tdk ada bu, hanya perlu mengawasi kedatangan barang import yang akan datang nanti malam di gudang"
"ya sudah kalau begitu terimakasih, biarkan saya teliti berkas2 ini dulu,nanti saya panggil kalau sudah selesai semuanya. "
"baik bu, saya permisi" gadis cantik itu menundukan badan nya lalu beranjak keluar meninggalkan luna yang mulai sibuk membaca berkas pertama di tangan nya.
waktu sudah menunjukan pukul 01:57 saat luna memasuki rumah nya yang sangat sepi, dia jatuhkan tubuhnya sejenak d shofa ruang tamu sambil menyandarkan kepalanya sejenak, matanya memejam meresapi rasa lelah yang begitu mendominasi tubuh nya.
"kamu baru pulang selarut ini luna...??? "
suara sang mertua berhasil mengagetkan nya,dia pun langsung menoleh ke sumber suara dan mendapati wanita paruh baya itu dg mukenah nya,pertanda sang mertua baru selesai melaksanakan ibadah malam.
"iya bu, ada sedikit masalah pada barang import hari ini, banyak kualitas yang tdk mumpuni yang mereka selundupkan, mungkin mereka kira luna akan lengah hanya karna seorang wanita" terlihat sedikit frustasi di tengah kelelahan nya
" kamu gak bisa terus2 an seperti ini lun, harus ada yang meng-handle tugas-tugas ini, jangan terlalu memaksakan diri....! "titah sang mertua sambil menjatuhkan tubuh nya di samping luna.
atensi luna sedikit tertarik oleh ucapan sang mertua.
" lalu luna harus gimana bu? apa luna harus menikah lagi dan memulai semua nya dengan orang baru,???!!! " mertuanya sudah menggeleng dengan mata yang mulai berkaca kaca.
"luna sudah cukup bahagia memiliki semua ini bu, luna bersyukur memiliki keluarga seperti ibu dan yang lain nya,luna gk mau ada orang baru apalagi harus menggantikan kehangatan keluarga ini" dua wanita beda usia itu pun saling menangis dan mencoba saling menguatkan.
"ibu tentu tidak ingin kan mas ilyas tergantikan di hati luna dan anak-anak" wanita paruh baya itu kembali menggeleng.
"maapkan ibu luna, ibu hanya tdk tega melihat kamu Memforsir seluruh tenaga kamu untuk pekerjaan nak"
"luna gak pa2 bu, luna masih baik2 saja" genggaman tangan luna membuat sang mertua mengangguk
"pasti akan ada solusi terbaik setelah ini nak, semoga ALLAH melimpahkan kebahagiaan untuk mu setelah ini nak "
"AAMIIN.. Bu"sesaat keduanya masih sama2 larut dlm kesedihan masing-masing, satu hati kehilangan putranya dan hati yang lain kehilangan suaminya.
" sekarang kamu istirahat dulu gih, kamu pasti lelah, atau mau makan sesuatu??? biar ibu siap kan???"
"luna mau langsung mandi aja bu, setelah itu pinginnya lgsg istirahat, luna titip kembar ya bu, maap klo ngerepotin ibu terus"
"ibu gak pernah ngerasa di repotin nak, jangan begitu, ya sudah sana segera mandi"
luna pun lgsg beranjak setelah meng iyakan perintah sang mertua, tubuh nya kini sdh berada di dalam kamar ,kekosongan itu kembali menyeruak, dulu dia yang selalu menyambut kepulangan sang suami dengan senyum terbaik nya, tapi kini... kala dia mulai terbawa arus perasaan nya alam bawah sadar nya seakan mengingatkan tentang keberadaan keluarga besar sang suami hatinya kembali bersyukur memiliki semua itu, keluarga yang begitu men suport hari2 nya.
setelah helaan nafas panjang dia mulai membawa langkah nya menuju kamar mandi, tak perlu waktu lama luna segera menyudahi mandinya, diapun langsung menaikan tubuh nya ke ranjang besar yang dia huni sendiri, tangan nya meraba sisi ranjang yang kosong, entah apa yang ada dlm pikiran nya, tapi perlahan kelopak matanya terasa berat dan mulai terpejam, hingga terlelap dengan damai nya.
luna mengerjap merasakan guncangan kecil pada lengan nya yang terasa begitu memaksa
"ma, ayo bangun, ditungguin oma di meja makan"
suara keyano mulai menyadarkan nya, "hah.... " otak nya langsung on seketika, dirinya mulai menyadari jika sudah kesiangan, langsung saja dia berlari kekamar mandi meninggal kan keyano yang masih mengawasinya, tk berselang lama dia sdh kembali keluar, sambil merapikan rambut nya dan menyambar hijab rumahan nya,
"keyano kok masih disini, ayo lekas berkemas sayang ini sudah siang, nanti kalau terlambat ke sekolah nya gimana? " luna yang melangkah tergesa-gesa hendak keluar mendadak berhenti mendengar kekehan sang putra,
"mama lupa ini hari apa??? " seketika luna menepuk jidat nya dg telapak tangan yang tadi hendak menyentuh handle pintu,
"mama lupa sayang! " jawab nya sambil tersenyum kikuk.
"ya sudah ayo kita temui oma, " keyano meraih uluran tangan sang mama bersama2 menuju dimana sang oma berada,
"bu, maafin luna ya bu, luna kesiangan, dan benar gak keusik apapun dari dini hari tadi, "sang mertua sontak menoleh mendengar luna memberi penjelasan, senyum nya mengembang sebelum berucap.
/" gapapa sayang ibu ngerti kok,kamu juga pasti kecapean, kamu juga bukan type yg suka bangun siang kan! " oh, betapa bahagia nya luna memiliki mertua sebaik itu.
"entah kalau sekarang kamu mau membiasakan nya !?" ujar sang mertua sambil mengangkat bahu nya.
" ah ibu bisa aja... "timpal nya sambil mendekati sang mertua dan menggandeng lengan nya manja,
" makasih ya bu, ibu adalah ibu terbaik di dunia. luna gk tau gimana jadinya luna jika gk ada ibu"
"kita ini keluarga luna, jadi harus saling menguatkan,bukan begitu?? " luna langsung mengangguk penuh makna.
"oh iya hari ini kamu gk usah ke kantor ya, bantu ibuk masak dan siapin yang lain nya, nanti anak-anak mau pada kumpul disini menyambut kedatangan ja'far siang ini! , " luna pun mulai tertarik dengan ucapan sang mertua kali ini.
"Abi ja'far mau datang bu? " tanya luna penasaran.
" iya, dia juga titip salam maap nya sama kamu karna gk bisa pulang waktu ilyas tutup usia kemarin, dia dilema dengan putrinya yg sedang skripsi juga kesulitan mengajukan cuti di akhir semester"
"iya bu, luna juga ngerti kok, berarti abi ja'far akan pulang bersama ica? "
"gak, ja'far sendiri, ibu boleh minta tolong ??" luna pun mengiyakan permohonan sangat mertua.
"nanti tolong siap kan kamar tamu ya,biar sekalian ja'far bermalam disini, "
"baik bu, " jawab luna sambil menerima sayuran yang sdh mertuanya bilas,
"saya telpon rina dulu ya bu, sekedar ingin memberi kabar kalau saya gk ke kantor hari ini"
"ya ya ya, selesaikan dulu semua kepentingan mu, nanti baru bantu ibu disini" luna pun beranjak menuju kamar nya, tak pernah luput syukur dia panjatkan setelah bersama ibu mertuanya, dia sadar jika itu sebuah anugrah yang tdk semua orang dapat kan.
benar saja, siang ini setelah luna keluar dari kamar sekaligus membersih kan diri, satu persatu keluarga besar sang suami datang, dia ingat keinginan sang suami untuk memiliki ruang tengah yang luas agar bisa menampung keluarga besar nya, dan benar saja kini ruangan itu sudah terisi anggota keluarga nya meski belum semuanya, bukan kah ini anugrah bagi luna yang sebatang kara itu, luna mulai menjabat tangan mereka yang datang satu persatu, kak maimunah bersama kedua anak dan cucunya, istri Reyhan yang memangku baby nya yang sedang di temani si kembar dan bibi art yang membantu ibu menyiapkan sayuran untuk di masak.
"eh lun, kamar tamu sudah di bersih kan??"
suara sang mertua memulai perbincangan.
"sudah bu, semua nya sudah luna rapikan dan siap untuk di tdmpati" jawab nya sambil mengambil posisi di samping sang adik ipar istri Reyhan,
"halo baby ahnaf, tambah gembul aja ya keponakan budhe ini" sapa luna pada baby disamping nya itu.
"lucu ya ma, sasa suka sama dedek bayi nya, coba kalau cewek pasti seru bisa sasa ajak main barbie bareng kalau sudah besar nanti, " keysha terlihat begitu antusias dg ucapan nya.
"key gak mau dedek bayi cewek, pasti cerewet kayak sasa, " timpal keyano yang tengkurap
ditengah sambil sesekali mengajak nya bercanda,
terlihat Reyhan melangkah dari ruang depan menuju perkumpulan para wanita itu.
"bu, Reyhan berangkat ke bandara dulu ya bu, buat jemput abi, " pamit Reyhan pada sang mertua seraya berlutut dan meraih telapak tangan nya untuk dia cium.
"lo....sudah mau datang ya rey,? "
sambung maimunah sang kakak tertua.
"belum sih, jadwal landing masih satu jam lagi, rey cuma antisipasi aja takut ada macet dan yang lain nya, dari pada nanti bikin abi nunggu disana kan mending kita yg sampai duluan dan menyambut kedatangan nya" jawab Reyhan sambil kembali berdiri dan beralih menyalami sang kakak juga.
"kamu hati hati ya rey, jangan kebut kebutan" titah sang ibu
" siap ibu negara" dengan memberi gerakan hormat sambil mulai melangkah nya keluar.
"alhamdulillah ya bu, akhir nya ja'far mau juga di suruh balik kesini lagi, " sambung Maimunah
"iya, alhamdulillah, akhirnya ayah kalian punya alasan kuat untuk memaksanya pulang" luna mulai penasaran dengan topik yang dibicarakan.
"memang abi ja'far sudah berapa tahun di Singapore bu?? " tanya luna mulai penasaran.
"ja'far disana sudah hampir 21 tahun, dia enngan kembali kesini meski sang istri telah meninggal, dia mendedikasikan hidup nya untuk mengajar dan fokus membesarkan ica, " ya luna tahu jika sang kakak telah menduda ditinggal mati sang istri, tapi memang enggan untuk berkeluarga lagi,
selama ini luna juga belum pernah bertemu langsung dengan sang kakak ipar, saat mendiang istrinya meninggal pun luna tak ikut serta dikarnakan sedang mengandung si kembar yang lumayan membuat nya kewalahan,
semua anggota keluarga terlihat begitu antusias menyambut kedatangan saudaranya yang berprofesi sebagai dosen di Universitas ternama di salah satu pondok pesantren disana,
siang menjelang masakan sudah satu persatu siap dihidangkan, mulai dari menu utama, makanan penutup juga aneka minuman semua sudah siap, tinggal menata ulang di meja prasmanan yang sudah di siapkan sang mertua di ruang tengah.
ya, sang mertua memang sangat lihai dalam menyiapkan jamuan untuk tamu, dia seakan tak ada lelahnya, dia juga tidak membeda bedakan siapapun yang datang, semua tamu dia anggap pembawa berkah, tentu tabiat dan adat istiadat seperti itulah yang luna jadikan pertimbangan jika ingin memutus silaturrahmi atau bahkan memulai hidup bersama orang baru, karna dia belum tentu menemukan keluarga seperti itu untuk kedua kalinya.
"yang sudah selesai, ayo segera bersiap, abi ja'far sdh keluar dari area bandara bersama Reyhan, tapi kemungkinan masih akan mampir ke masjid untuk melaksanakan sholat ashar, jadi kita juga sekalian sholat ashar, biar nanti bisa leluasa menyambut abi, " seru maimunah, yang kemudian di iyakan oleh yang lain dan mulai membubarkan diri.
"kenapa tidak sholat di sini kak?kan otomatis perjalanan juga cepat sampai! " sela luna yang tengah menata gelas2 untuk es yang telah di sediakan,
"ckk, kamu ini blm tau saja, abi ja'far itu paling ontime masalah sholat, jadi gk mungkin mau lah kalau harus nunda2 waktu sholatnya, " luna pun manggut manggut mendengar penjelasan kakak tertuanya itu.
"udah sana siap2 gih, dandan yang cantik, jangan yang biasa2 aja! " alis luna mulai terangkat tanda tak mengerti akan maksud ucapan kakak ipar nya itu.
" apa hubungan nya kak sama luna??? "
timpal nya yang masih penasaran.
" sebagai tuan rumah yang baik, menyambut tamu itu pahalanya besar loh, "luna baru sadar bahwa disini dialah tuan rumah nya.
" luna lupa kalau ini rumah luna kak, luna pikir kan masih ada ibu yang akan lebih baik menyambut kedatangan abi, kalau begitu luna keatas dulu ya kak sekalian nunggu sholat ashar" maimunah hanya mengisyaratkan tangan nya seakan mengusir cepat2, setelah itu dia senyum senyum sendiri sambil menatap punggung adik ipar nya yang kian menjauh, tanpa ada yang tau apa yang sedang ada di pikiran wanita itu.
menunggu adalah hal paling meresahkan, satu persatu anggota keluarga sudah bersiap dan duduk di ruang tengah, begitupun dengan luna yang baru saja keluar dari kamar nya sambil merapikan kancing lengan gamis yang ia kenakan, dia tarus melangkah dengan pandangan menyusuri isi ruangan ini, rasanya semua anggota sdh di sana ibu masih terlihat mondar mandir memastikan semua hidangan tertata rapi tanpa kurang sesuatu apapun, hingga deru mobil terdengar memasuki area halaman rumah, serentak semuanya bangkit dr duduk nya dan berdiri dengan wajah sumringah, sungguh begitu hangat hubungan kekeluargaan di keluarga suami nya ini, sepersekian detik jeritan keyano melengking menyerukan nama seseorang yang mulai melangkah memasuki rumah.
" assalamu'alaikum " suara itu menggelegar
disambut jawaban serentak dari hampir seluruh yang ada disana.
"waalaikumsalam" tubuh kecil keyano yang pertama mendekat dan menghambur dalam pelukan tubuh tinggi tegap itu, luna ikut membawa langkah nya mendekat mengikuti semua anggota keluarga yang bergantian berjabat tangan dengan sang tamu yang terlihat tengah menggendong keyano.
" sejak kapan keyano dekat dg abi ja'far? "
satu pertanyaan melintas di angan luna, hingga kini giliran nya yang bersitatap dengan sang tamu, luna dg cepat mengatupkan kedua telapak tangan nya di dada sebagai ganti berjabat tangan, ja'far pun membalas nya dengan sebuah senyuman tulus.
"key, coba turun dulu, abi baru sampai pasti beliau capek " usul luna sang ibu agar anak nya mau turun,
"gak mau ma, key mau sama abi, abi bawa kan mainan yang key mau kan ??? "
kerutan mulai muncul di dahi luna.
"sejak kapan anaknya ini dekat dg saudara ayah nya" pikir luna,
"pasti donk jagoan, abi kan sudah janji, lelaki sejati akan selalu menepati janjinya, "
disaat pandangan luna masih fokus pada dua lelaki di depan nya itu, dia merasakan ujung hijab nya ada yang menarik narik, diapun membawa pandangan nya pada seorang gadis kecil disamping nya ini.
"ada apa sayang? "
tanya luna sambil mensejajarkan tubuhnya dg sang anak, blm sempat keysha menjawab
"wah yang cantik ini pasti keysha ya???"
suara abi ja'far berhasil membuat pandangan keysha beralih pada lelaki yang tengah menurunkan keyano yang juga mensejajarkan tubuh nya dengan keysha saat ini, keysha pun tersenyum ramah sambil mengangguk,
"salim dulu gih sama abi ja'far, beliau itu kakak nya ayah sayang" perintah sang ibu sambil kembali berdiri.
" sasa udah tau ma,sasa juga udah nungguin kedatangan abi kok, "
jawab nya sambil menatap sang mama kemudian langsung beralih pada lelaki di depan nya dan mencium telapak tangan nya sambil tersenyum manis, interaksi kecil ini tak luput dari perhatian semua anggota keluarga yang kini ikut tersenyum,
" loh kok tamu nya masih disini, gak ada yang mau mempersilahkan nih???" seru reyhan, sang ibu pun langsung mendekati nya.
"bi, kamu mau ganti baju dulu atau mau lgsg kumpul saja? " sang ibu pun mencoba memastikan,
" abi ingin ganti baju yang lebih santai dulu ya bu," jawab ja'far.
"ya udah ayo buruan, takut nya yang di sini sudah pada lapar nungguin kamu, " kedua orang itu mulai melangkah di ikuti dengan si kembar yang turut mendampingi, sedang pandangan luna masih menyorot kemana mereka melangkah, dia merasa ada banyak hal yang sudah dia lewat kan kali ini.
"sudah, ayo duduk dulu, sambil nunggu ibu dan abi kembali," luna sedikit tersentak kala sang kakak tertua menggiring tubuh nya untuk duduk, dia menurut saja meski pikiran nya masih berkelana entah kemana,
tak lama kemudian yang di tunggu tunggu datang juga, semua mata tertuju pada lelaki tinggi tegap di hadapan mereka itu.
"udah pada nungguin ya??? " seloroh abi ja'far.
"iya abi, udah laper banget nih, " timpal Naura sang keponakan dari kakak tertuanya.
"keyano tau tidak, apa yang harus di lakukan sebelum kita makan? " tanya abi ja'far pada bocah yang digandeng nya itu, terlihat keyano sedikit berfikir apa yang akan dia jawabkan,
"cuci tangan dulu biar bersih abi, " jawab nya asal.
"No abi, " belum juga sempat abi berucap, keysha sudah menimpali, ja'far tersenyum pada gadis kecil yang tengah duduk di sebelah mamanya itu,
"lalu menurut keysha apa yang harus dilakukan sebelum kita makan???" ucap nya sambil melambaikan tangan nya agar gadis kecil itu mendekat padanya yang sudah men jongkok,
keysha pun lgsung menghambur ke arah nya.
" kata ibu guru, sebelum kita makan kita harus berdoa, biar makan nya jadi berkah"
ja'far kembali tersenyum sambil mencubit pipi gadis kecil itu gemas,
"keysha memang pintar,! tapi bukan berarti jawaban keyano salah, hanya sedikit kurang tepat" tangan nya kembali menarik keberadaan keyano yang terlihat sdh mengerucut kan bibir nya.
"sudah, sudah, ayo pimpin doa nya biar cepet makan, tuh anak-anak sudah tak tahan melihat aneka ragam makanan di meja." suara ibu menginterupsi.
ja'far pun berdiri dan mulai menengadahkan tangannya sambil melantunkan doa, semua anggota keluarga larut dlm keheningan, dan mengamini doa nya setelah doa selesai semua pun langsung berhambur hendak mengambil makanan masing-masing sesuai selera mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!