NovelToon NovelToon

She'S My Wifeꨄ

Deskripsi

^^^Cover by Detia Fazrin^^^

Deskripsi

Perjuangan cinta Nero dan Aruna dapat digambarkan dengan menghadirkan konflik sosial, emosi, serta ketegangan dalam keluarga yang menambah kedalaman cerita.

Berikut adalah deskripsi bagaimana kisah perjuangan Nero dan Aruna :

Nero dan Aruna berasal dari dua dunia yang berbeda. Nero adalah salah satu pewaris di perusahaan ternama, dia seorang pria yang terbiasa hidup di lingkungan penuh kemewahan dan status sosial tinggi. Sementara itu, Aruna hanyalah gadis desa yang sederhana dan tulus, datang ke kota dengan harapan bisa mengubah nasibnya. Cinta mereka bersemi tanpa memandang status, tapi kebahagiaan yang seharusnya mereka rasakan sebagai pasangan suami istri seringkali diganggu oleh rintangan besar dari keluarga Nero.

Sejak menikahi Aruna, Nero tahu bahwa tidak akan mudah untuk mempertemukan dua dunia mereka. Akan tetapi, ia tak pernah menyangka bahwa keluarganya sendiri lah yang akan menjadi sumber penderitaan terbesar bagi Aruna. Regina (ibu tiri Nero) tidak pernah menerima pernikahan ini. Baginya, Aruna tidak pantas untuk menjadi bagian dari keluarga Adrianus. Begitu dengan Amara, adik tirinya yang masih kuliah, sering memperlakukan Aruna dengan hinaan dan sindiran bersama Aron, yang masih di bangku SMA, kerap kali memerintah Aruna layaknya pelayan, menganggap bahwa keberadaannya hanya sebatas melayani keluarga mereka.

Ketika Nero berada di rumah, dia selalu berusaha melindungi istrinya dari kejahatan keluarganya. Nero dengan tegas menyuarakan bahwa Aruna adalah istrinya, bukan seorang pembantu. Dia sering kali menegur Amara, dan Aron, bahkan juga ibunya Regina. Serta menuntut mereka untuk menghargai peran Aruna sebagai istri yang sah. Namun itu tidak berlaku, ketika Nero pergi bekerja atau berada di luar kota, situasinya akan berubah. Aruna kembali terjebak dalam siksaan baik verbal dari perlakuan buruk keluarga tiri Nero.

Aruna, walaupun dia terluka secara fisik dan emosional, tetapi dia terus berusaha kuat. Ia tidak ingin membebani Nero dengan masalah-masalah di rumah, meskipun sering kali air matanya jatuh dalam diam. Baginya, cinta kepada Nero adalah alasan untuk bertahan. Di balik kesederhanaannya, Aruna menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk tetap menjaga keharmonisan pernikahan mereka. Namun, ia pun tahu bahwa ini bukanlah hidup yang layak bagi seorang istri.

Sementara itu, Nero tidak tinggal diam. Semakin ia menyadari penderitaan yang dialami Aruna, semakin besar tekadnya untuk mengubah situasi. Nero berjuang keras untuk membuktikan kepada keluarganya bahwa status sosial tidak menentukan nilai seseorang. Ia berulang kali melawan tekanan dari Regina, yang selalu mencoba menjodohkannya dengan Bianca, wanita dari kalangan elit yang dianggap lebih pantas.

Nero dan Aruna menghadapi cobaan yang seolah tiada akhir, namun cinta mereka menjadi sumber kekuatan untuk bertahan. Di tengah ketidakadilan dan penghinaan, Nero berusaha melindungi Aruna dengan segala daya. Mereka tidak hanya berjuang untuk mempertahankan pernikahan, tetapi juga untuk memperbaiki pandangan keluarga Nero yang penuh prasangka.

Meskipun jalan mereka dipenuhi dengan air mata dan kesedihan, perjuangan cinta mereka adalah bukti bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi tentang keteguhan hati untuk bertahan di tengah badai. Nero dan Aruna berjuang bersama, melawan dunia yang menolak keberadaan cinta mereka, sambil terus mencari cara untuk hidup dalam damai di tengah segala rintangan.

Perjuangan cinta Nero dan Aruna menggambarkan konflik keluarga, kesetiaan, dan komitmen yang kuat dalam menghadapi tantangan. Ini bisa menjadi kisah yang penuh emosi dan mendalam dengan tema tentang ketulusan, pengorbanan, dan kekuatan cinta sejati di tengah perbedaan status sosial.

...◦•●◉✿ Telah Hadir di NovelToon✿◉●•◦...

Karya Baru Akhir Tahun :

She's My Wifeꨄ

Pengumuman untuk Pembaca

Terima kasih yang telah dan baru mengikuti cerita "She's My Wife" cerita ini menampilkan perjalanan kisah cinta antara Aruna dan Nero. Sebagai penulis, saya ingin mengingatkan kepada para pembaca untuk membaca cerita ini dengan bijak. Karena kisah ini adalah karya fiksi yang dibuat untuk hiburan dan tidak bermaksud untuk mempromosikan tindakan dan pandangan tertentu mengenai kehidupan, pernikahan, serta hubungan sosial.

Cerita ini hanya menggambarkan konflik dalam konteks perbedaan status sosial dan tantangan keluarga, serta tidak mewakili pada nilai-nilai, keyakinan tertentu. Setiap tokoh dan peristiwa dalam cerita adalah hasil imajinasi dan tidak memiliki hubungan dengan orang atau kejadian nyata.

Saya berharap pembaca juga dapat menikmati cerita ini dengan penuh kesadaran bahwa cerita ini hanya fiksi belaka untuk refleksi, hiburan, dan eksplorasi emosi, tanpa bermaksud memberikan pengaruh negatif.

Terima kasih atas dukungan dan apresiasi Anda.

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

01 Pertemuan Awal

Hari itu matahari mulai tenggelam di balik gedung-gedung tinggi kota, mengiringi Aruna yang melangkah keluar dari sebuah gedung perkantoran. Hembusan angin sore yang terasa lembut menyapa wajahnya, membuatnya bisa sedikit melepas penat setelah seharian bekerja.

Aruna, adalah seorang gadis desa yang merantau ke kota untuk bekerja, dia merasa beruntung bisa mendapatkan pekerjaan sebagai staf administrasi di salah satu perusahaan besar. Meski suasana kota masih asing baginya, namun dia mulai terbiasa dengan hiruk pikuk kehidupan perkotaan.

Saat berjalan pulang, tiba-tiba langkahnya terhenti. Di pinggir jalan, ia melihat seekor kucing kecil berwarna abu-abu, tampak kebingungan dan gelisah. Naluri kasih sayang pun muncul. Aruna berjongkok dan memanggil pelan, "Hei, kucing kecil. Kamu tersesat, ya?" Kucing itu menatapnya dengan mata bulat yang besar dan, tanpa ragu, mendekat. Dengan hati-hati, Aruna mengangkat kucing itu, dia mulai membelainya lembut bulu si kecil sambil mencari tanda pemilik.

Di sudut lain, dari dalam mobil hitam mewah yang terparkir di depan gedung, Nero sedang memperhatikan semua itu. Tanpa disadari senyum kecil terlukis di wajahnya. Baginya, pemandangan itu terasa begitu damai. Gadis sederhana itu, dengan pakaian kerja yang rapi, terlihat sangat peduli pada hewan kecil itu sebuah kesederhanaan yang tidak sering ia temui dalam kehidupan penuh kemewahan di sekelilingnya.

"Nak, ada yang bisa aku bantu?" tanya seorang satpam yang mendekat.

Aruna tersenyum kecil dan menunjukkan kucing itu. "Sepertinya dia tersesat. Apa ada yang kehilangan hewan peliharaannya di sekitar sini?"

Sang satpam menggeleng pelan, tetapi sebelum mereka sempat beranjak lebih jauh, suara berat terdengar dari belakang mereka. "Mungkin itu kucing milik saya."

Aruna menoleh, dan di hadapannya berdiri seorang pria tinggi dengan jas hitam yang rapi. Wajahnya tampan, dengan rahang tegas dan mata yang memancarkan ketegasan. Pria itu adalah Nero, tetapi Aruna belum tahu siapa dia sebenarnya. Tanpa menyadari siapa yang dihadapinya, Aruna hanya tersenyum hangat, "Benarkah ini kucing Anda? Saya pikir dia tersesat."

Nero tertawa kecil, "Ya, dia suka berkeliaran. Terima kasih sudah menemukannya."

Aruna menyerahkan kucing itu kepada Nero, dan ia sedikit terkejut merasakan detak jantungnya yang tiba-tiba berdebar lebih cepat. Ada sesuatu pada pria ini, meski mereka baru bertemu, yang membuatnya merasa aneh.

"Senang bisa membantu. Kalau begitu, saya pamit dulu," ucap Aruna sambil melanjutkan jalannya. Nero hanya menatapnya berlalu, dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

Di dalam mobil, Nero tersenyum kecil sambil mengusap kepala kucing yang kini berada di pangkuannya. "Siapa dia?" pikirnya, teringat pada kehangatan yang memancar dari sosok gadis itu.

...***...

Keesokan harinya, Nero berangkat ke kantornya seperti biasa. Sebagai salah satu pemilik perusahaan, ia jarang terlihat di kantor kecuali saat ada rapat penting atau urusan mendesak. Namun, kali ini berbeda. Pikirannya masih terikat pada gadis sederhana yang ditemuinya kemarin sore. Ketika ia berjalan melalui lobi kantor, mata birunya berhenti sejenak pada sosok yang berdiri di depan lift itu Aruna.

Namun, tampaknya Aruna sama sekali tidak menyadarinya. Dia sibuk dengan berkas-berkas di tangannya, fokus pada pekerjaannya. Bagi Aruna, Nero hanyalah pria asing yang ditemuinya di jalan. Ia tidak tahu bahwa Nero adalah salah satu pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

Nero mendekat perlahan, ingin menyapanya, namun sebelum sempat berkata apa-apa, suara nyaring yang sudah sangat dikenalnya menyela dari belakang.

"Nero! Kau di sini juga!" seru Bianca, wanita yang selalu mengejar perhatian Nero. Dengan pakaian elegan dan riasan sempurna, Bianca tampak seperti sosok yang selalu dipuja oleh banyak pria. Namun tidak dengan Nero.

"Bianca," Nero mengangguk sopan, meski rasa tidak nyaman langsung menguasai dirinya. Bianca selalu mencoba mendekat, dan ibu tirinya sangat mendukung hubungan mereka. Tapi bagi Nero, hatinya tidak pernah tertarik pada Bianca.

"Aku pikir kita bisa makan siang bersama nanti. Bagaimana?" tanya Bianca dengan suara genit, sambil meraih lengan Nero.

Nero menghela napas dalam hati. Sekarang, dengan kehadiran Aruna, perasaannya semakin jelas. Ia tidak tertarik pada Bianca. Ia telah menemukan seseorang yang berbeda seseorang yang sederhana namun memikat.

"Aku ada urusan lain," jawab Nero singkat, sambil melepaskan tangannya dari Bianca dengan lembut. Matanya kembali tertuju pada Aruna yang kini sudah masuk ke dalam lift. Sebuah senyuman kecil kembali muncul di sudut bibirnya.

Pertemuan takdir ini baru saja dimulai.

Setelah Nero melepaskan tangannya dari Bianca, ia melangkah cepat menuju lift. Meskipun Bianca masih berdiri terpaku, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi, Nero tidak lagi memperhatikan. Pikirannya hanya terpusat pada Aruna.

Di dalam lift, Aruna menatap cermin di depannya. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan degup jantungnya yang masih terasa kencang. Pertemuan dengan pria itu Nero terasa begitu singkat, tapi cukup untuk membuat hatinya bergetar aneh.

"Siapa dia sebenarnya?" Batinnya bertanya-tanya, tapi dia segera menepisnya. Bukan saatnya untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting. Dia memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan.

Saat pintu lift terbuka, Aruna melangkah keluar dan menuju ruangannya. Setibanya di meja, ia langsung tenggelam dalam pekerjaannya. Tugas menumpuk hari itu, tetapi pikirannya masih melayang-layang sesekali, mengingat pertemuan singkat di lobi.

Sementara itu, Nero tetap memandang ke arah lift yang baru saja menutup. Rasa penasaran yang menggelitiknya semakin kuat. Dia merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Aruna, sesuatu yang menarik perhatian tanpa alasan jelas.

Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan lebih jauh pertemuan mereka baru saja dimulai, dan Nero yakin ini bukan yang terakhir kalinya mereka akan bertemu.

Beberapa jam berlalu. Nero kembali ke kantornya dengan langkah tegas. Pikirannya sibuk dengan pekerjaan, tapi bayangan Aruna terus muncul di benaknya. Ia tak bisa berhenti memikirkan gadis itu, bagaimana ia begitu alami, begitu berbeda dari wanita lain yang pernah ia temui.

Tidak ada kesan bahwa Aruna tertarik padanya karena status atau kekayaannya, tidak seperti Bianca dan banyak wanita lain yang terus mengejarnya. Di balik kesederhanaan Aruna, Nero melihat sesuatu yang lebih dalam.

...***...

She's My Wifeꨄ

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

02 Pertemuan Awal

Namun, dia tahu bahwa hubungan ini tidak akan mudah, terutama dengan ibu tirinya itu Regina, yang selalu memiliki rencana berbeda untuk masa depannya. Nero bisa membayangkan bagaimana Regina akan bereaksi keras jika mengetahui bahwa dia tertarik pada seorang gadis yang biasa saja, gadis yang bekerja di perusahaannya. Tapi kali ini, Nero tidak peduli. Dia siap menghadapi apa pun demi mengenal Aruna lebih dalam.

Di ruangan lain, Aruna akhirnya menyelesaikan pekerjaannya untuk hari itu. Saat ia bersiap untuk pulang, pandangannya tertuju pada seekor kucing kecil yang tampak tersesat di sekitar lobi. "Oh ya Tuhan, kucing ini lagi" pikirnya, mengenali hewan yang ia temui beberapa hari sebelumnya.

Tersenyum kecil, Aruna mendekat ke kucing itu dan menggendongnya. Ia merasa kasihan, kucing itu tampak kelaparan. “Apa kamu tersesat lagi?” gumam Aruna sambil mengelus lembut kepala kucing tersebut.

Namun, saat ia membalikkan badan, ia terkejut melihat Nero berdiri tak jauh dari sana, memperhatikannya dengan tatapan lembut. Pemandangan itu membuat jantung Aruna berdebar lagi. Mereka bertatapan sejenak sebelum Nero mendekat.

"Kucing itu sepertinya menyukai kamu," ujar Nero sambil tersenyum, memecah keheningan di antara mereka. "Mungkin dia sudah menemukan orang yang tepat untuk merawatnya."

Aruna tersenyum kikuk, tidak tahu harus berkata apa. "Saya hanya kebetulan menemukannya lagi," jawabnya pelan, mencoba menjaga jarak profesional antara dirinya dan pria itu, meskipun sulit.

Nero menatap kucing kecil yang berada dalam pelukan Aruna. Hewan itu tampak nyaman, seolah menemukan rumah dalam dekapan wanita muda itu. Nero, yang biasanya tidak begitu peduli dengan hal-hal kecil seperti ini, mendapati dirinya tersenyum tanpa sadar.

"Kamu suka binatang?" tanyanya, mencoba mengalihkan perhatian dari perasaan aneh yang mulai tumbuh di hatinya. Pertemuan singkat dengan Aruna sepertinya meninggalkan kesan yang lebih dalam dari yang ia duga.

Aruna mengangguk pelan. "Iya, saya suka. Mereka selalu terlihat jujur," jawabnya sambil mengelus lembut bulu kucing itu.

Nero terdiam sejenak, matanya masih tertuju pada Aruna. Ada sesuatu dalam cara wanita ini berbicara dan bertindak yang membuatnya berbeda dari orang-orang yang biasa ditemuinya dalam lingkaran sosialnya. Tanpa bisa menahan diri, ia berkata, "Kamu juga terlihat jujur, Aruna."

Aruna tertegun mendengar perkataan itu. Ia tak menyangka pria yang baru saja dikenalnya bisa membaca dirinya dengan begitu mudah. Kata-kata itu terdengar tulus, dan anehnya, Aruna merasa sedikit tersentuh. Namun, sebelum ia sempat merespons, Nero sudah melanjutkan, "Kamu pasti lelah. Biar aku antar kamu pulang."

Aruna menolak dengan sopan. "Terima kasih, tapi saya bisa pulang sendiri."

Nero tak mau membiarkannya pergi begitu saja. Ada sesuatu yang mendorongnya untuk memperpanjang pertemuan ini. "Aku yakin kucing itu juga butuh tumpangan pulang, kan?" katanya dengan senyum lebar yang membuat Aruna sedikit salah tingkah.

Tanpa bisa menolak lebih jauh, Aruna setuju. Mereka berjalan menuju mobil Nero, dan Aruna tidak bisa menahan rasa takjub ketika pria itu membuka pintu untuknya. Mobil mewah itu bukanlah sesuatu yang biasa ia lihat, apalagi tumpangi. Sesaat, ia merasa gugup, tetapi kucing dalam dekapannya membuatnya tetap tenang.

Di perjalanan, suasana awalnya tenang. Aruna memandangi jalanan dengan sesekali mengelus kucing di pangkuannya. Tapi suasana berubah ketika Nero akhirnya memperkenalkan dirinya dengan lengkap.

“Oh iya, aku belum sempat memperkenalkan diri dengan benar. Namaku Nero Adrianus."

Saat Aruna mendengar nama itu, ia tertegun. Nama Nero Adrianus adalah nama CEO perusahaan tempatnya bekerja. Dia menoleh perlahan, menatap Nero dengan pandangan penuh keterkejutan.

"Anda... Anda Nero Adrianus?" tanyanya terbata-bata. "CEO dari Adrianus Corporation?"

Nero mengangguk ringan, matanya tetap fokus ke jalanan. "Ya, itu aku."

Reaksi Aruna langsung berubah. Sikap santainya menghilang seketika. Ia merapikan duduknya dan kini terlihat lebih canggung. Tangannya yang tadi membelai kucing kini diletakkan di pangkuannya, dan sikapnya menjadi lebih formal.

"Maafkan saya, Pak Nero, saya tidak tahu... Maaf jika tadi terlalu—"

Nero menoleh dan tertawa kecil melihat perubahan drastis itu. "Santai saja, Aruna. Ini bukan di kantor dan bukan juga jam kerja. Kamu tidak perlu memanggilku dengan 'Pak' segala."

Aruna tampak bingung sejenak. "Tapi—"

Nero memotong dengan senyum lembut. "Cukup panggil aku Nero. Semua orang juga memanggilku begitu."

Aruna masih terlihat ragu, tapi akhirnya ia tersenyum kecil. Senyuman itu membuat Nero diam-diam menatapnya lebih lama dari biasanya. Ada kecantikan alami yang terpancar dari Aruna, dan itu membuatnya merasa semakin tertarik. Dia kemudian memalingkan pandangan ke depan, mencoba menenangkan pikirannya yang tiba-tiba terasa berdebar lebih cepat.

Di pangkuan Aruna, kucing kecil itu kini sudah tertidur lelap. Nero melirik ke arah kucing itu dan mendapati dirinya terenyuh melihat bagaimana makhluk kecil itu tampak begitu nyaman dalam pelukan Aruna.

Tanpa berpikir panjang, Nero mengambil keputusan mendadak. "Sebentar, kita berhenti dulu di supermarket," katanya, kemudian memutar setir dan memarkir mobil di depan sebuah supermarket kecil di pinggir jalan.

Aruna menatap Nero dengan bingung. "Kenapa kita berhenti di sini?"

Nero membuka pintu mobilnya dan berkata sambil tersenyum, "Aku hanya ingin membeli sesuatu."

Beberapa menit kemudian, Nero pun kembali dengan sebuah kantong belanja. Ia duduk di kursi pengemudi dan menyerahkan kantong itu kepada Aruna. "Ini, makanan kucing dan susu. Kita tidak bisa membiarkan kucing itu kelaparan."

Aruna terkejut dan tersentuh dengan perhatian Nero. Ia memandang Nero dengan mata yang berbinar, tetapi merasa sedikit tidak enak. "Terima kasih banyak, tapi... Anda tidak perlu repot-repot."

Nero menggeleng. "Tidak apa-apa. Lagipula, aku juga akan membantu merawat kucing ini," ujarnya sambil tersenyum, menatap Aruna dengan tatapan yang membuat Aruna salah tingkah.

Aruna hanya bisa tersenyum canggung, tak tahu harus berkata apa. Namun, hatinya terasa hangat. Nero ternyata bukan hanya pria sukses, tetapi juga penuh perhatian dan baik hati. Tak pernah ia bayangkan bahwa ia akan bertemu dengan CEO perusahaannya dalam situasi seperti ini.

Perjalanan dilanjutkan, dan dalam beberapa menit, mereka sudah sampai di depan apartemen kecil tempat Aruna tinggal. Nero menghentikan mobil dan mematikan mesin.

"Terima kasih sekali lagi, Nero," kata Aruna sambil membuka pintu mobil. "Saya tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Anda."

Nero tersenyum, kali ini lebih hangat dari sebelumnya. "Tidak perlu. Aku senang bisa membantu."

Aruna mengangguk dan menutup pintu mobil, melangkah perlahan menuju pintu apartemennya. Sesaat sebelum masuk, ia menoleh ke arah Nero, yang masih duduk di mobilnya, menatapnya dari kejauhan. Mereka saling pandang untuk beberapa detik, sebelum akhirnya Aruna tersenyum kecil dan masuk ke dalam apartemennya.

Nero menghela napas panjang sambil tersenyum, melihat Aruna menghilang dari pandangannya. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya setelah pertemuan ini. Sesuatu yang membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang gadis desa sederhana itu, dan kucing kecil yang kini menjadi bagian dari cerita mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!