"Saya terima Nikah dan Kawinnya,
Ayyura Fadya Haya Binti Alm. H. Irsyad Malik Haya dengan mas kawin 250gr Logam mulia dan seperangkat alat Shalat di bayar tunai".
Dengan satu tarikan nafas saja, Aydeen telah berhasil mempersunting Ayyura. Saat ini ia sudah sah menjadi istrinya seorang pria tampan seperti Aydeen. Seorang CEO muda yang sangat sukses.
"Bagaimana saksi, sah"? tanya pak penghulu.
"Sah"...
"Sah" ...
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa,
wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadamu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya".
Alhamdulillah, Semua orang yang hadir disana merasa lega dan turut mendoakan mereka berdua agar kelak menjadi keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah. Semoga rumah tangga mereka, selalu di dipenuhi dengan kebahagiaan dan juga keberkahan dari Allah Subhanahu wa ta'ala.
Pengantin wanita sudah mulai berjalan keatas panggung yang sudah disiapkan oleh Event Organizer. Semuanya nampak sangat indah dan juga elegan. Ballroom Hotel milik keluarga Addison sudah disulap secantik dan semewah mungkin di hari pernikahan anak laki-laki satu-satunya itu.
Semua keluarga menatap kagum kepada wanita yang sedang berjalan anggun diatas Red Carpet itu. Dia tengah mengenakan gaun pengantin putih serba tertutup, yang panjang menjuntai. Tidak lupa dengan balutan hijab serta sebuah mahkota cantik, yang menghiasi kepalanya. Walaupun penutup wajahnya belum dibuka Aydeen, namun semua keluarga yang hadir disana begitu yakin, bahwa Ayyura adalah sosok wanita yang sangat cantik dan juga anggun.
Pernikahan mereka saat ini, hanya dihadiri dua keluarga besar dan rekan bisnis terdekat saja. Aydeen menatap wanita itu dengan tatapan dingin dan juga datar. Wanita yang belum pernah ia temui sebelumnya. Ini adalah pertemuan pertama mereka, dan langsung berubah status menjadi suami istri.
Setelah sampai di atas panggung itu, Ayyura hanya bisa menundukkan pandangan dan juga wajahnya, dengan perasaan takut serta khawatir.
"Angkat wajahmu". titah Aydeen dingin.
Dengan pelan Ayyura mengangkat wajahnya,
Lalu secara tidak sengaja manik mata Aydeen bertemu dengan manik mata indah Ayyura.
Cukup lama mereka saling memandang, akhirnya MC menyuruh mereka berdua, agar segera bertukar cincin pernikahan masing-masing.
Setelah itu, Ayyura mengambil satu tangan suaminya, untuk segera dia cium dengan hormat. Sebagai simbol bahwasanya Aydeen sekarang ini sudah sah, menjadi seorang suami sekaligus pemimpin dirumah tangga mereka nanti.
Dengan hati terpaksa, Aydeen memberikan tangannya kepada wanita asing yang baru saja sah menjadi istrinya itu. Kemudian tanpa ia sadari,
ia mendekat ke wajah istrinya. Aydeen berniat ingin membuka kain penutup yang menjadi penghalang wajah cantik dari istrinya itu.
Aydeen begitu penasaran seperti apa wajah wanita yang tengah ada dihadapannya ini.
"Apa benar dia lebih cantik dari Malika".
gumam Aydeen dalam hati.
Lalu Aydeen tersadar, ia tidak berhak tahu rupa dan wajah wanita dihadapannya ini.
Dengan gerakan cepat ia langsung memundurkan langkahnya kembali. Seharusnya wanita yang ia nikahi hari ini, adalah Malika wanita yang begitu ia cintai dan impikan selama ini. Bagaimana bisa dirinya menikahi wanita yang tidak ia cintai, bahkan bertemu dengannya baru hari ini, hari dimana mereka melangsungkan pernikahan terpaksa ini.
Aydeen dan Malika sudah berpacaran 5 tahun, Mereka telah menjalin hubungan sejak masih duduk dibangku kuliah saat sama-sama masih berada di New York. Ayyura begitu kaget saat mendapat kabar, bahwa Kakaknya Malika pergi tepat 2 jam sebelum Ijab Qabul dilaksanakan.
Dua keluarga sudah dibuat malu hari ini oleh Malika, namun takdir memiliki caranya sendiri, untuk bisa menyatukan dua hati anak cucu/cicit dari Nabi Adam dan siti Hawa ini.
Nyonya Hanna ibunya dari Aydeen tidak ingin, pernikahan putra satu-satunya itu dibatalkan, hanya karena calon pengantin wanitanya pergi dan kabur. Menurut Hanna mereka cukup dengan mengganti mempelai wanitanya saja, dan pernikahan ini masih tegap bisa dilanjutkan.
Hanna yang sudah jatuh cinta pada Ayyura, sejak saat pertama kali ia menatap mata teduhnya milik Ayyurra yang membuat hatinya terasa nyaman.
Dengan niat yang baik dirinya segera mengambil keputusan, untuk segera mengganti Malika dengan Ayyura. Batin seorang Ibu tidak pernah salah dalam memilih kebahagiaan untuk anak-anaknya.
Hanna yakin dengan pilihannya, ia percaya bahwa hanya Ayyura yang pantas menjadi pendamping untuk putra semata wayangnya, Aydeen Fayadh Addison. Wanita baik-baik yang sangat cocok untuk merubah watak Aydeen yang sudah begitu berubah.
Saat acaranya sudah selesai, semua anggota keluarga sudah mulai pulang satu persatu.
Saat ini hanya tersisa keluarga inti saja disana.
"Nak Aydeen, saat ini kami titipkan yura kecil kami bersamamu, tolong maafkan semua kesalahan putri kami Malika". Ujar Abbas Ayah kandungnya dari Malika sepupunya Ayyura.
"Kami mohon maaf Hanna, Mas Fahri".
"Ini di luar kendali kami sebagai orang tua".
"Kami telah gagal mendidik putri kami Malika, mohon terimalah putri kami yang lain Ayyura".
"Tolong sayangi dia, terimalah dia dengan hati yang terbuka. Yura adalah sosok permata indah yang tersembunyi dikeluarga kami". jelas Anna ibu kandungnya Malika, sekaligus sahabatnya Hanna, mami dari Aydeen.
"Mama". ucap Ayyura sangat pelan, saking pelannya suaranya hampir tidak terdengar.
"Kamu memang belum mengenal keluarga Uncle Fahri dan Anty Hanna sayang".
"Tapi percayalah mereka semua orang baik nak".
"Kamu juga harus yakin nak, tidak ada yang bisa melawan namanya takdir".
"Ayyura yang niatnya terbang dari Kairo,
hanya untuk datang sebagai tamu di acara pernikahan Malika Kakaknya, ehhh malah hari ini dia yang jadi pengantin wanitanya".
"Sungguh jodoh dan maut sangat begitu dekat,
kita bahkan tidak dapat menebaknya sama sekali.".
"Kita disini tidak pernah tahu, siapa yang menjadi takdir dan jodoh kita, dan akan sampai kapan kita bisa hidup bersama dengan pasangan kita nanti". nasihat Mama Anna.
Semua keluarga tertegun mendengar nasihat dari Anna. Mengapa Malika tidak selembut dan sebaik Anna. Bahkan Ayyura lah yang terlihat seperti Putri mereka sungguhan sebenarnya.
Malika terbiasa hidup bebas di luar negeri,
dia biasa hidup bergaya Barat. Menurutnya pacaran adalah hal yang biasa baginya. Apalagi mereka hidup di era modern saat ini. Ayyura terisak mendengar nasihat lembut dari sang mama, kemudian ia berlari masuk kedalam pelukan hangat sang mama kemudian menangis sejadi-jadinya.
Ayyura merasa ini sungguh tidak adil untuknya.
Ia menganggap dirinya, tidak lebih sebatas hanya seorang wanita pengganti dalam pernikahan ini.
Ayyura berpikir, ia menerima pernikahan ini hanya sebagai bentuk bakti dirinya sebagai seorang anak.
Ayyura sangat menyayangi papa dan juga mamanya Mereka sudah sangat berjasa dalam hidupnya selama ini. Mereka juga telah mengurus dan merawatnya sedari kecil dengan penuh cinta.
"Kami akan menerima Yura dengan baik Anna,
Kau dan Aku sudah mengenal cukup lama,
Kita berdua bukan hanya bersahabat, namun sudah seperti saudara sendiri". sela Hanna menimpali.
"Aku hanya merasa bersalah dengan Putramu, seandainya saja Malika tidak membuat ulah,
Ayyura pasti tidak akan terlibat dalam hal ini".
"Ini semua terjadi bukan salah siapapun Anna, bukankah Kamu yang bilang, jika ini semua adalah permainan Takdir. Sungguh tidak ada yang bisa menolaknya walau itu hanya sesaat".
"Semuanya sudah tercatat di Lauhul Mahfudz Anak kita masing-masing". ujar wanita paruh baya yang masih begitu cantik diusianya.
"Biarlah semuanya menjadi pelajaran hidup,
untuk Anak kita masing-masing tuan Abbas".
"Jika Malika tidak bisa bersanding dengan putraku Aydeen, itu bukan menjadi masalah yang harus kita besar-besarkan. Cukuplah kita menganggap bahwa Aydeen, dan Malika tidak berjodoh, mereka tidak ditakdirkan untuk hidup bersama".
"Allah maha baik, sebelumnya kita semua tidak ada yang tahu, bahwa Ayyura wanita yang dikirim Allah untuk Putraku Aydeen". sahut Fahri dengan penuh pengertian dan bijaksana.
Ayyura tersentak saat melihat betapa bijak dan baiknya, kedua mertuanya itu. Ia merasa sedikit lega, walaupun nantinya Aydeen akan bersikap dingin kepadanya, itu bukan masalah besar baginya.
Cukup dengan memiliki mertua yang begitu baik dan sayang kepadanya, maka hidupnya akan merasa aman dan juga tentram pikirnya.
"Ya Allah, Ya rabb, Ya tuhanku".
"Terimakasih sudah memberikan Yura,
Mertua sebaik dan selembut Abi Fahri dan juga Mami Hanna, Aku akan belajar Ikhlas untuk menerima semua takdir yang sudah engkau titipkan kepadaku saat ini". batinnya.
Aydeen sedang merenung dibalkon kamar hotelnya. Dia sibuk dengan pikirannya, sudah berkali-kali ia mengusap wajahnya dengan kasar dan desahan panjang terdengar jelas di keheningan malam itu.
"Ahh ... Sial". teriak Aydeen kesal.
"Mami tahu apa yang sedang Kamu pikirkan saat ini nak". Aydeen dibuat kaget dengan kedatangan maminya, dia sendiri tidak sadar kapan wanita paruh baya itu, masuk kedalam kamarnya dan sudah berdiri disampingnya saat ini.
"Kamu menikahi wanita yang belum pernah Kamu kenal sebelumnya, tapi yakinlah nak, ini semua yang terbaik untuk hidupmu Bang".
"Mami disini, tidak untuk memaksa Abang untuk segera melupakan Malika, mami hanya ingin memberi nasihat sedikit untuk Abang".
"Nak, belajarlah sedikit demi sedikit menerima semua takdir dari Allah ini, mungkin dengan Kamu menikahi Ayyura, Kamu bisa kembali menjadi Aydeen putranya Abi dan mami yang begitu soleh seperti dulu". lirih mami Hanna.
"Mami dan Abi rindu dengan kepribadian Abang yang dulu, Abang tetaplah selalu baik dimata kami sebagai orang tua, namun tidak dengan pandangan orang lain. Abang sudah terlalu jauh melangkah".
"Jadi mami mohon nak, terimalah semuanya dengan hati yang ikhlas, Yura tidak bersalah sama sekali dalam hal ini, malah harusnya kita bersyukur ia mau menjadi istrinya Abang".
"Ayyura sudah menyelamatkan dua nama keluarga hari ini, kita harus membalasnya dengan bersikap baik kepadanya Bang".
"Jangan pernah membencinya, hanya karena ia menjadi wanita pengganti, ia bukan lagi pengganti Malika bang, tapi Yura sudah sah menjadi istrinya Abang. Dia gadis yang sangat baik, sudah begitu banyak penderitaan yang dia alami sejak kecil, jikalau kita belum bisa memberinya kebahagiaan, setidaknya jangan pernah sesekali kita melukai hati dan juga perasaannya nak".
"Mami pamit kekamar dulu, istrimu sebentar lagi akan datang kemari, sambut lah dia dengan senyuman hangat, belajarlah untuk membuka hati untuknya, bisa kan bang"? tanya Hanna kembali.
"Hmm, Insya Allah mam". lirihnya pelan.
"Hmm, ini baru putra mami yang baik".
"Yasudah, sekarang Kamu masuk kedalam gih,
angin malam tidak baik untuk kesehatan".
Setelah mami Hanna keluar dari kamarnya, Aydeen melanjutkan pikirannya kembali, yang sempat terhenti oleh kedatangan mami Hanna barusan.
Aydeen mengingat jelas bagaimana dirinya dan Malika begitu saling mencintai. Hubungan yang terjalin diantara mereka, bukanlah hubungan biasa, yang mudah untuk cepat dilupakan.
5 tahun bukanlah waktu yang singkat, mereka juga sudah berjanji dan berniat untuk menikah disaat mereka sudah mendapatkan pekerjaan yang mapan.
Aydeen sudah menjadi seorang CEO muda yang sukses diperusahaan milik keluarganya. Malika juga sudah sukses, ia sudah menjabat sebagai seorang Manager, diperusahaan besar tempat ia bekerja.
Entah apa yang membuat Malika menjadi ragu dan memilih kabur tepat di hari pernikahannya.
Ayyura masih terbilang sangat muda dan ia baru saja menyelesaikan Spesialisnya di Kairo. Dua hari yang lalu, ia memutuskan untuk pulang ke tanah Air.
Ayyura berniat ingin menghadiri pernikahan Malika kakaknya, dengan calon nya Aydeen di Indonesia. Berharap datang sebagai tamu undangan, malah ia datang sebagai mempelai wanitanya. Hari ini seharusnya menjadi hari bahagia bagi Aydeen dan Malika. Ayyura sejak kecil telah di asuh oleh kedua orang tua Malika, yang tak lain paman dan bibinya.
Kedua orang tuanya telah meninggal disaat Ayyura masih sangat kecil. Ia masih menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi padanya hari ini.
Semuanya terjadi begitu mendadak dan diluar kendalinya sebagai anak angkat dan juga sebagai seorang adik. Ayyura tidak akan pernah bisa membalas semua jasa kebaikan orang tua Malika.
Apalagi saat ini ia bisa menyandang gelar Dokter termuda, itu semua tak luput dari support dan dukungan dari Mama dan papanya. Ayyura berpikir dengan menerima pernikahan ini, dan menjadi istri Aydeen, setidaknya dirinya sudah bisa membalas kebaikan dari paman dan bibinya itu.
Ceklek .. Suara pintu kamar terbuka.
Aydeen langsung menatap ke sumber suara.
Namun hanya seperkian detik saja.
"Assalammualaikum, Bang Aydeen".
sapa Ayyura dengan pelan dan lembut.
"Waalaikumsalam". jawab Aydeen singkat.
"Apa Yura boleh masuk"? tanya Ayyura sopan.
"Silahkan". jawab Aydeen datar.
Ayyura pun masuk, dan menutup pintu kamar.
"Boleh kita bicara sebentar". ucap Yura pelan.
"Hmm". Aydeen pun mendekat dan ikut duduk di sofa namun sedikit jauh dari Ayyura.
"Bang, Ayyura disini ingin mengatakan sesuatu, Abang tidak perlu merasa sungkan kepadaku". ujar Ayyura kembali.
"Siapa juga yang merasa sungkan, kepedean"!
cibir Aydeen dalam hati.
"Yura paham dengan posisi kita saat ini, bahwa Bang Aydeen yang masih mencintai Kak Malika".
"Aku gak akan ikut campur atas hal itu, Abang bebas mau menganggap Yura sebagai istri atau adiknya Kak Malika saat ini. Aku akan tetap patuh dan nurut sebagaimana istri kepada suaminya, tapi satu hal yang ingin kuminta, tolong jangan membenciku".
"Sungguh, Aku juga tidak menginginkan diposisi ini".
ucap Ayyura tegas.
Ayyura sudah bertekat ingin memperjelas hubungannya bersama Aydeen malam ini.
"Aku juga sebenarnya, belum siap menikah".
"Usiaku baru menginjak 23 tahun, dan usia ini masih terbilang belum cukup dewasa untuk bisa menjadi seorang istri yang baik dalam rumah tangga".
"Tapi sepertinya, Allah punya rencana lain untuk ku". imbuhnya lagi dengan tertunduk.
"Sebenarnya dia mau ngomong apa sih"?
gerutu Aydeen dalam hati.
"Jadi Aku ingin mempertegas hubungan kita saat ini, tolong beritahu Aku, pendapat Abang tentang hubungan kita sekarang ini". tanya Ayyura mantap.
"Aku kira Kamu gadis yang penakut Yura".
lagi-lagi hanya bisa dia katakan dalam hati.
"Aku tidak tahu harus menjawab apa saat ini sekarang, yang jelas jangan pernah berharap lebih kepadaku, Aku tidak akan pernah bisa untuk mencintaimu Yura, karena hati yang sudah hancur akan susah untuk bisa kembali dengan utuh seperti semula". ucap Aydeen dengan monohok.
"Astaghfirullah, emang siapa juga yang mau minta dicintai". cibir Ayyura dalam hati.
"Kamu bebas melakukan apa saja yang Kamu inginkan, dan Aku juga bebas melakukan apa yang Aku inginkan, jangan pernah sesekali untuk mencoba mengatur dan mencampuri urusan pribadiku". ucap Aydeen tegas.
"Siapa juga yang ingin mencampuri urusannya apalagi sampai mengaturnya GR sekali". bisiknya dalam hati.
"Berarti Yura boleh, jika masih ingin tetap bekerja".
sela Ayyura, senyumnya sudah melengkung manis dibalik penutup wajahnya saat ini.
"Iya terserah Kamu, Aku tidak peduli"!
"Selagi Kamu bisa menjaga nama baikku, dan juga Keluargaku, Kamu bebas melakukan apa saja yang Kamu mau". jawab Aydeen.
"Baiklah Bang, terimakasih". cicit Ayyura.
"Jangan senang dulu, Kamu juga harus bisa bersikap seperti biasa, saat didepan kedua orang tua kita. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir dengan pernikahan dan hubungan ini".
"Hmm baiklah bang". lirih Ayyura.
"Setelah pulang dari hotel ini, kita akan pindah ke rumah baruku nanti". ucap Aydeen.
"Hah, rumah barunya, gak bisa apa nyebutnya dengan rumah kita, Aku kan juga istrinya".
lagi-lagi hanya mampu ia ucapkan dalam hatinya.
"Kamu mengumpatku"? sentak Aydeen.
"Enggak, Yura gak bilang apa-apa kok".
"Dari sorot matamu, Aku bisa baca jika Kamu sedang mengumpatku didalam Batinmu".
sindir Aydeen kesal.
"Enggak boleh suudzon Bang jadi orang itu gak baik, emangnya Bang Aydeen bisa denger, apa yang Yura katakan didalam hati barusan".
"Tuh kan, berarti Kamu benar-benar sedang mengumpatku dalam hatimu". cibir Aydeen.
"Hmm bukan begitu juga maksud Yura".
jawabnya sambil membuang nafasnya pelan.
"Kamu ini ternyata suka menjawab ya, Aku kira Kamu itu gadis yang lembut, santun, dan juga pendiam, tapi apa sekarang semuanya itu palsu dan munafik". sindir Aydeen emosi.
"Hmm nanti kalau Aku gak jawab, dikiranya bisu lagi sama dia". batin Ayyura dengan monohok.
"Kenapa gak jawab hah"? tanya Aydeen.
"Nanti kalau Aku jawab lagi, Abang akan bilang Aku gak santun dan penjawab lagi".
"Ahh sudahlah lama-lama Aku bisa gila ngadepin gadis kayak Kamu ini". sentak nya.
Aydeen berlalu pergi meninggalkan Ayyura sendirian. Setelah suaminya pergi, Yura tertawa kecil.
Sungguh menarik menurutnya. Ia pun kembali mengingat sebelum dirinya sampai dikamar,
Yura telah diberi wejangan terlebih dahulu oleh sang mertua. Bagaimana cara agar tidak terlihat lemah, dihadapannya Aydeen sang suami.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!