NovelToon NovelToon

Menjadi Istri Ketiga Sang Jendral

Melihat Jendral Menikah

Hari ini Nakki buru-buru menyelesaikan pekerjaan di kebunnya. Ia akan ikut kakeknya ke desa sebelah untuk menghadiri pernikahan cucu seorang sahabatnya, menurut kakek sahabatnya sudah meninggal dunia, namun hubungan baik dengan keluarga mereka masih terjalin baik.

"Nakki! teriak kakeknya dari luar kamar.

"Kau sudah selesai berpakaian? ayo nak, sebentar lagi matahari semakin tinggi, pernikahan akan dimulai, kita harus disana sebelum acara". Terdengar suara kakeknya mengingatkan dari depan kamar Nakki.

"Iya kakek, Nakki sudah selesai". Nakki muncul dari balik pintu kamar.

"Bagaimana kakek? sudah bagus"? Begitulah Nakki, hanya kakek keluarga sekaligus temannya, hingga penampilan pun dia minta komentar kakeknya.

"Sudah cantik nak", puji kakeknya, bagaimana pun cucunya memang sudah hampir remaja, usianya sudah 12 tahun, ia menikahi istrinya dulu juga, yaitu nenek Nakki saat usianya 12 tahun, dan ibu Nakki menikah di usia 14 jadi Nakki pun tidak lama lagi mungkin akan menikah juga, sudah sepantasnya belajar merias diri dan urusan wanita pada umumnya.

Nakki tersenyum sendiri, baru kali ini ia mau berdandan seperti ini karena diminta kakeknya ikut acara pernikahan.

Mereka berangkat dengan menaiki kuda kesayangan kakeknya, Nakki tampak memeluk Sang kakek dibelakang punggungnya, rambut panjangnya yang diikat satu ke belakang nampak berayun-ayun seiring derap kaki kuda.

Sementara kakeknya memegang kekang kuda yang berjalan dengan suara gemerincing yang berbunyi dari leher kudanya.

Mereka pun sampai di desa sebelah, tidak jauh dari perbatasan desa tampak sebuah rumah yang tampak sangat luas dan megah dengan banyak hiasan khas acara pengantin terpasang di depannya.

"Nakki mau main-main yah kakek"? pinta Nakki saat melihat beberapa penjual makanan dan mainan anak-anak berjejer rapi di sepanjang jalan menuju ke tempat pengantin.

" Baiklah nak, tapi jangan jauh-jauh yah? kamu masuk cari kakek kalau sudah lapar yah? di dalam banyak makanan jadi tidak usah beli makanan sembarang". Kakeknya mengingatkan.

"Baik kakek, Nakki hanya mau melihat permainan disana, Nakki masih kenyang, kan kita tadi sudah makan sebelum kesini". Nakki mengingatkan kakeknya yang hanya tersenyum ringan mendengar Nakki membela diri.

Kakek bergegas masuk, mengingat dirinya diundang untuk menjadi wali nikah pengantin Pria, yang merupakan cucu sahabatnya yang telah tiada.

Manik, Sang Pengantin pria, yang juga seorang Jenderal besar di Kerajaan ini, tampak gagah dengan pakaian pengantin serba merah dengan jubah keemasan.

Pernikahan Jendral Manik sebenarnya kali ini pernikahan kedua karena Jendral Manik sebelumnya telah menikah dengan seorang putri dari kalangan Saudagar kaya raya yang mengantarkan putrinya untuk dinikahi oleh sang Jendral yang telah menyelamatkan perniagaannya dari rombongan perompak laut saat datang berdagang ke negara ini.

Dari pernikahan pertamanya, Jendral Manik telah memiliki seorang putri berusia 3 tahun namun belum lagi memiliki seorang putra pun karena kondisi istrinya yang menurut tabib tidak bisa lagi memberi keturunan karena penyakit aneh yang dideritanya.

Akhirnya setelah mencoba berbagai tabib untuk mengobati istrinya namun belum membuahkan hasil, Jendral Manik menerima nasehat raja agar dirinya menikah lagi, dan raja pun telah menyiapkan seorang calon istri untuk Jendral Manik, yaitu putri Kui, anak perdana menteri yang juga adik dari sang raja.

Bagaimana pun, di jaman itu, seorang putra adalah kebanggaan keluarga sekaligus penerus Nama besar keluarga, para wanita setelah menikah akan mengikuti suami mereka, namun anak lelaki tetap akan menjadi pewaris utama dalam keluarga.

"Kakek Boru, anda sudah tiba rupanya, mari silahkan cicipi hidangan dulu". Jendral Manik menghampiri Kakek Nakki, yaitu kakek Boru.

" Maafkan kakek, nak Manik, kakek agak terlambat karena ada suatu urusan". Kakek berdiri diantara tamu-tamu yang sudah duduk dan bersiap menanti acara dimulai.

"Tidak apa kakek, beberapa tamu juga masih diperjalanan, setelah mereka tiba baru kita berangkat menuju kediaman pengantin wanita". Jendral Manik memaklumi kekuatiran kakek Boru.

Akhirnya setelah beberapa saat semua kerabat yang akan mengantar Jendral Manik menuju tempat pernikahannya telah bersiap, mereka pun memasuki kereta kuda masing-masing, termasuk Jendral Manik yang memasuki keretanya yang berhias indah dengan nuansa merah keemasan.

Kereta kuda mulai berjalan perlahan, namun kakek Boru belum lagi menaiki satu kereta pun, karena sibuk mencari Nakki, cucunya.

Jendral Manik yang duduk dengan gagah diatas kereta hampir melewati gerbang rumahnya ketika matanya menangkap sesosok tubuh bergerak diatas pepohonan rimbun yang berjejer di sekitar kediamannya.

"Wah... Itu rupanya Jendral Manik yang sering diceritakan kakek, hemmh, sangat tampan dan perkasa". Puji Nakki.

Meskipun masih kanak-kanak, bukannya Nakki tidak pernah melihat buku komik di pasar, ia paling suka membeli komik kisah cinta muda-mudi, sehingga ia tentu bisa membedakan yang mana menurutnya yang sangat tampan atau yang biasa-biasa saja.

"Jendral Nakki memang hebat, pantas saja banyak putri yang menginginkannya, apalagi Jendral Nakki terkenal hebat dalam setiap menjalankan misi-misi dari raja". Puji Nakki lagi, tidak menyadari seseorang telah mengetahui keberadaannya.

Merasa curiga dengan pergerakan diatas pohon, dengan menggunakan kesaktiannya bergerak cepat tanpa disadari dan tidak terlihat oleh orang-orang disekitarnya, Jendral Manik terbang meninggalkan keretanya.

Jendral Manik menggunakan tenaga meringankan tubuh bergerak cepat hingga tidak disadari Nakki, sang Jendral telah duduk bertengger di salah satu dahan pohon tidak jauh dari tempat Nakki bersembunyi.

"Hah... kemana Jendral Manik? kenapa tiba-tiba hilang dari keretanya"? Nakki yang menyadari kalau Jendral Manik tidak berada di kereta segera melongok kesana kemari, namun orang-orang di sekitar tidak menyadari.

"Apa yang kau cari disini bocah bandel"? tegur Jendral Manik mengejutkan Nakki hingga hampir terjatuh, untunglah tangan Jendral Manik bergerak cepat menangkap tubuh Nakki yang ringan dan kecil dalam genggaman jari besar Jendral Manik.

" Hah... maafkan Tuan Jendral, saya hanya menonton acara pernikahan tuan dari atas pohon, dari sini bisa melihat seluruh tempat, jadi saya manjat kemari". Nakki mencoba menjelaskan.

"Dasar bocah, siapa orang tua mu hah? mereka pasti mencari mu, ayo turun, kau merepotkan saja". Jendral Manik merasa kesal, pasalnya tadi ia mengira ada perusuh atau musuh yang memata-matai dirinya, ternyata hanya bocah perempuan yang aneh.

Aneh. Begitu menurut Jendral Manik, para tamu yang membawa anak perempuannya, mereka tampak duduk tenang bersama orang tuanya, atau berkumpul beberapa orang dengan perempuan seusianya, mereka bercanda di sekitar panggung acara.

Tapi bocah ini malah memanjat pohon, ada-ada saja.

"Berapa umurmu, Hai bocah"? tegur Jendral Manik kesal.

"12 tahun, Jendral". Nakki mengaku terus terang.

"Astaga, kau bahkan sebentar lagi menikah, tapi kelakuanmu seperti bocah 7 tahun". Jendral Manik mencemooh.

"Apa? Menikah? iiih... Jendral keterlaluan, saya masih anak-anak, belum pantas menikah, kata kakek, mengurus diri saja belum bisa, bagaimana mengurus suami"? Nakki memonyongkan bibirnya, membuat Jendral Manik tiba-tiba tersenyum sendiri, gemas dengan kelakuan bocah didepannya.

"Sudah-sudah.. .. kalau begitu turun, atau kau bisa jatuh, mengganggu saja". Keluh Jendral Manik sembari berayun untuk menuju ke keretanya yang tetap berjalan perlahan.

Bisik-bisik

"12 tahun, Jendral". Nakki mengaku terus terang.

"Astaga, kau bahkan sebentar lagi menikah, tapi kelakuanmu seperti bocah 7 tahun". Jendral Manik mencemooh.

"Apa? Menikah? iiih... Jendral keterlaluan, saya masih anak-anak, belum pantas menikah, kata kakek, mengurus diri saja belum bisa, bagaimana mengurus suami"? Nakki memonyongkan bibirnya, membuat Jendral Manik tiba-tiba tersenyum sendiri, gemas dengan kelakuan bocah didepannya.

"Sudah-sudah.. .. kalau begitu turun, atau kau bisa jatuh, mengganggu saja". Keluh Jendral Manik sembari berayun untuk menuju ke keretanya yang tetap berjalan perlahan.

"Hah... mengganggu katanya? salah sendiri, siapa suruh kesini? aku yang manjat, dia yang pusing, ish... menyebalkan ternyata, ku fikir penilaian para gadis-gadis tentang sang Jendral tidak semuanya benar". Nakki ikut-ikutan mengomeli sang Jendral yang sudah mengagetkan dirinya.

"Nakki... kau disini rupanya, cepat turun nak, rombongan pengantin sudah keluar gerbang, nanti kita terlambat, kau menyusahkan kakek nak". Keluh kakeknya.

"Ayolah kakek, aku tidak mau menyusahkan kakek". Nakki buru-buru berjalan mendahului kakeknya.

"Kita naik kereta yang merah itu Nakki". Kakek Boru mengingatkan Nakki.

Rombongan kereta pengantar pengantin beriringan tampak megah dan luar biasa dengan jumlah yang sangat banyak dan panjang menuju ke pusat kota, dimana pusat pemerintahan berada.

Istana Perdana Menteri tidak jauh letaknya dari Istana raja, karena perdana menteri adalah adik dari Raja Qinrar sehingga kediamannya masih berada tidak jauh dari lingkungan kerajaan.

Rakyat mengetahui hari ini pernikahan kedua Sang Jendral utama kerajaan, hingga banyak penduduk berdiri di pinggir jalan untuk melihat wajah Jendral muda Manik, berbagai tanggapan dan bisik-bisik terdengar menilai Jendral mereka.

"Lihat wajah Jendral sangat tampan dan gagah perkasa". Seru seorang wanita muda

" Usianya lebih tua beberapa tahun dengan kita, Jendral baru berusia 20 tahun, kabarnya Jendral sudah menguasai berbagai ilmu perang dan bela dirinya sudah sangat tinggi" ucap pria berbaju biru.

"Dengar-dengar, Jendral Manik sangat dingin dan tidak memiliki belas kasih terhadap musuh, tapi hatinya juga sangat baik, sering memberi bantuan pada rakyat miskin". Seorang pria menambahkan.

"Psst.... Jangan terlalu memuji Jendral yang bisa menimbulkan kesalahpahaman raja, raja bisa saja berfikir memiliki saingan, atau musuh-musuh Jendral bisa mencari kelemahan Jendral untuk menjatuhkan Jendral". Bisik seorang pria muda.

"Kudengar dari seorang prajurit di kedai minum, raja sengaja menikahkan Jendral Manik dengan keponakannya agar Jendral semakin terikat pada keluarga kerajaan, mengingat Jendral Manik sangat cerdas, bahkan raja dari kerajaan lain tertarik untuk bekerjasama dengannya, dengan menjadikan Jendral anggota keluarga kerajaan, bukankah itu akan membawa keuntungan bagi raja Qinrar"? ucapnya dengan suara bisik-bisik yang cukup terdengar disekitarnya hingga beberapa mata tertarik mendengarkan.

"Hei.... mengapa kalian begitu pintar menilai sesuatu yang tidak kalian tahu kebenarannya, kalian hanya mendengar semilir angin lalu kalian hembuskan hingga akan menjadi angin kencang yang bisa berbahaya". Seorang wanita patuh bayar sedikit mengingatkan.

"Jangan kuatir bu, cerita ini hanya guyonan tidak akan berpengaruh apapun". Seorang yang lain berkomentar.

"Kalau kalian anggap hanya lelucon, lalu mengapa kalian begitu tertarik dengan kehidupan Jendral Manik dan mengaitkannya dengan kehidupan di istana? apa kalian tidak memikirkan resikonya? bisa saja disini ada mata-mata kerajaan yang mendengar dan melaporkan pada raja". ucapnya mengingatkan.

"Sudahlah, aku lebih suka mendengar kisah cinta Jendral kita, daripada cerita politik kerajaan". Seorang gadis cantik menimpali.

"Wah, betul itu, kabarnya Jendral memiliki banyak wanita di tempat yang dikunjunginya, wanita-wanita cantik berlomba-lomba meraih perhatiannya bahkan sekedar bisa menari berdua di setiap acara".Seorang pria berwajah cukup tampan mengungkapkan sesuatu yang juga didengarnya di kedai kopi tentang Jendral Manik.

"Ah kasian sekali istrinya, harus menahan diri mendengar semua kisah asmara suaminya, itulah mengapa aku tidak suka kehidupan istana, meskipun diadakan sayembara untuk wanita bisa menjadi selir aku tidak akan mau ikut, aku lebih baik menikah dengan seorang petani yang setia". Sindir seorang wanita yang memiliki paras cantik dengan baju tergolong paling mewah diantara teman-temannya.

"Ah... ucapanmu karena belum dilirik pangeran saja, lihat saja kalau salah seorang panglima kerajaan, para pangeran atau bangsawan istana tertarik padamu, aku yakin kau sudah lupa kata-katamu hari ini". Temannya membalas ucapan temannya dengan cukup pedas.

"Ah sudahlah, hei lihat, bukankah itu Nakki? yang duduk di kereta merah itu? bersama kakeknya, kakek Boru". tunjuk seorang pria muda sembari melambaikan tangan kearah kereta merah yang melintas, dibalas anggukan dan senyum tenang dari kakek Boru.

"Kau mengenalnya? seru yang lain", seakan gembira karena temannya mengenali salah satu anggota pengiring pengantin Jendral Manik.

" Kakek Boru? tentu saja. beliau dulu seorang prajurit terkenal di jamannya, namun setelah pensiun, beliau memilih menjadi petani, ayahku mengenalnya karena sering membeli hasil bumi darinya, hasil panennya selalu melimpah dan hasilnya sangat bagus". pemuda itu menjelaskan.

"Oh itu mengapa, kakek itu bisa berada diantara rombongan Jendral, tentulah salah satu kenalan Jendral Manik, lalu siapa Nakki? apa gadis kecil itu"? Pemuda di sampingnya menganggukkan kepala.

" Cantik juga, setelah remaja nanti tentu akan semakin cantik, apa mereka tetanggamu? aku tertarik pada gadis itu? kau lihat? senyumnya sangat manis, sikapnya ceria, berapa umurnya"? seorang pemuda menunjukkan rasa suka dengan terang-terangan menilai Nakki.

"Kau.... berani sekali kau"! Pemuda yang mengenal Kakek Boru menjadi tersinggung.

"Hati-hati dengan ucapanmu, meskipun sekarang mereka hanya petani, tapi keluarga mereka bukan orang sembarang, Kakek Boru sangat menjaga cucu kesayangannya itu, gadis itu seorang yatim piatu, ayahnya adalah anak kakek Boru, sayangnya orang tuanya meninggal karena serangan pemberontakan di waktu lalu, dan dia tidak akan membiarkan seseorang mengusik cucunya, asal kau tau kakek Boru memiliki ilmu bela diri luar biasa". Pemuda itu memperingatkan.

"Hei, mengapa kalian meributkan seorang gadis kecil, ada kami disini yang sudah remaja, bukankah kami lebih menyenangkan"? seorang wanita dengan paras sederhana mengalihkan kedua orang yang berdebat.

"Betul, ayolah... tidak usah meributkan sesuatu yang bukan urusan kita, lebih baik kita melihat atraksi dilapangan, pernikahan Jendral ini diadakan dengan mendatangkan berbagai rombongan hiburan dari berbagai pelosok, kita bisa puas melihat berbagai hiburan, ayolah bergegas, selepas upacara pernikahan, acara hiburan akan dibuka".

Mereka pun membubarkan diri, ikut bergerak di belakang iringan kereta pengantin dengan tujuan alun-alun kota kerajaan dimana akan diadakan berbagai atraksi dan hiburan merayakan pernikahan meriah Jendral Manik dengan Putri Perdana Menteri, sekaligus keponakan Raja Qinrar.

Raja sendiri hanya memiliki seorang putra, yaitu Pangeran Duna, putra mahkota berusia 14 tahun yang saat ini sedang di gembleng menjadi prajurit tangguh oleh Jendral Manik.

Menikmati Suasana Kota

"Hei, mengapa kalian meributkan seorang gadis kecil, ada kami disini yang sudah remaja, bukankah kami lebih menyenangkan?" seorang wanita dengan paras sederhana mengalihkan kedua orang yang berdebat.

"Betul, ayolah... tidak usah meributkan sesuatu yang bukan urusan kita, lebih baik kita melihat atraksi dilapangan, pernikahan Jendral ini diadakan dengan mendatangkan berbagai rombongan hiburan dari berbagai pelosok, kita bisa puas melihat berbagai hiburan, ayolah bergegas, selepas upacara pernikahan, acara hiburan akan dibuka." ajak temannya.

Mereka pun membubarkan diri, ikut bergerak di belakang iringan kereta pengantin dengan tujuan alun-alun kota kerajaan dimana akan diadakan berbagai atraksi dan hiburan merayakan pernikahan meriah Jendral Manik dengan Putri Perdana Menteri, sekaligus keponakan Raja Qinrar.

Raja sendiri hanya memiliki seorang putra, yaitu Pangeran Duna, putra mahkota berusia 14 tahun yang saat ini sedang di gembleng menjadi prajurit tangguh oleh Jendral Manik.

*****

Rombongan jendral Manik tiba dan disambut langsung oleh Yang Mulia Raja Qinrar sebagai wali nikah dari Putri Perdana Menteri.

Acara pernikahan pun berlangsung khidmat dan kakek Boru menjadi wali bagi Jendral Manik.

Nakki melihat ritual pernikahan dengan tatapan penuh kekaguman layaknya seorang anak kecil yang begitu terpesona dengan hiasan pengantin yang mewah dan semarak.

Nakki berkeliling menikmati berbagai hidangan yang disajikan, begitulah gadis cilik itu, sangat lugu dan sedikit memalukan. hihihi (suara author).

Usai menjadi wali nikah, kakek Boru pamit pada Jendral Manik, apalagi melihat Jendral Manik yang begitu sibuk menyambut tamu-tamu perdana Menteri sekaligus tamu kerajaan.

"Sering-seringlah berkunjung kakek." Pinta Jendral Manik.

"Mohon maaf karena kesibukan aku tidak pernah mengunjungi kakek sejak kakekku meninggal." Jendral Manik menyampaikan permohonan maaf.

"Tidak apa-apa Jendral, saya faham begitu banyak kesibukan Jendral mendampingi raja ataupun melaksanakan tugas-tugas dari Kerajaan." balas Kakek Boru

"Kakek doakan, Nak Jendral selalu kuat dan teguh menjalankan berbagai kegiatan Kerajaan dan turut memberi sumbang sih bagi Kerajaan kita." tambah kakek lagi

"Terimakasih kakek, dukungan kakek tentu sangat berarti, bagaimanapun beberapa perwira tua yang berpengaruh, banyak memberi dukungan kepadaku karena mengingat persahabatan kakekku dan kakek Boru di masa lalu." sang Jendral merendah.

Tentu saja nak, Jendral muda seperti mu yang berdedikasi tinggi patut mendapatkan dukungan dari kami, baik mantan prajurit maupun prajurit yang masih muda-muda.

Baiklah nak, kakek pamit dulu, kakek selalu berdoa untuk kebaikan mu. Kakek Boru undur diri, Jendral Manik menatap kepergian kakek Boru dengan perasaan sedih, entah mengapa pertemuan kali ini terasa bagitu dalam, meskipun hanya sahabat kakeknya, di masa lalu kakek Boru juga banyak memberi bimbingan padanya.

Tiba-tiba Jendral Manik teringat sebuah kotak pesan kakeknya, yang hanya boleh dibuka saat kakeknya telah meninggal, kotak itu telah disimpannya cukup lama di suatu tempat, sejak beberapa tahun lalu setelah kakeknya dimakamkan.

Dirinya lupa membuka kotak itu karena kesibukan sebagai prajurit, kala itu Jendral Manik belum lagi diangkat sebagai Jendral.

Jendral Manik berjanji, ia akan segera membuka kotak itu nanti, ia yakin kotak itu ada kaitannya dengan kakek Boru, mengingat kakeknya sering mengucapkan nama kakek Boru menjelang akhir hayatnya.

Jendral, anda diundang Yang Mulia Raja ke kursi perjamuan nya, silahkan. Seorang pelayan menghampiri Jendral Manik dengan sikap membungkuk hormat.

Baiklah, aku akan kesana. Jendral Manik melangkah gagah sambil membalas senyum beberapa tamu yang menyapanya.

Baru beberapa langkah, seseorang melintas dan menabrak Jendral Manik, dengan sigap Jendral Manik meraih tubuh kecil yang nyaris terjatuh karena menubruk tubuh besarnya.

Hai adik kecil, Berhati-hatilah. Ujarnya, wajah keduanya saling tatap dan gadis kecil itu cukup membelalakkan mata, tidak menyangka mereka bertemu lagi.

Anda, Tuan Jendral. mohon maafkan keteledoran hamba hingga tidak sengaja menabrak tuan. Segera membungkukkan badan dan tuturnya penuh hormat. Gadis kecil itu, Nakki menyadari siapa yang ada di depannya, selain itu mereka berada di tengah ruangan pesta yang dipenuhi tamu kehormatan kerajaan.

Jendral Nakki mengangkat alisnya dan tersenyum tipis, gadis ini rupanya cukup pandai menempatkan diri.

Apa kau kesulitan menemukan orangtuamu adik kecil? Jendral Manik memperhatikan sekelilingnya, tidak tampak orang tua yang menghampiri mereka.

Pelayan, kemarilah. Panggil Jendral Manik, seorang pelayan segera berjalan tergopoh-gopoh menghampiri.

Siap Jendral. Wanita itu menunduk hormat, hatinya girang hari ini mendapat kesempatan bisa bertegur sapa dengan Jendral Nakki yang dipuja banyak wanita, Teman-temannya akan iri, kalau ia bercerita nanti.

Tolong bantu adik ini menemukan orangtuanya. Perintahnya.

Siap Jendral, mari dik.

Baiklah, Terima kasih bantuannya, dan kau adik kecil, carilah orang tuamu, jangan bermain terlalu jauh. Jendral Manik menatap penuh arti, mengingat kelakuannya yang memanjat pohon dirumahnya, Jendral Manik menduga, keluarga gadis ini tentulah salah satu tamu undangannya.

Terimakasih Jendral. Nakki sekali lagi membungkuk hormat.

Mari kak. Nakki mengikuti pelayan tersebut sementara Jendral Manik melanjutkan langkahnya, sesaat ujung matanya mengikuti arah langkah pelayan yang membawa Nakki, wajah gadis itu seakan familiar dimatanya, mengingatkan dirinya pada wajah seseorang.

Disini saja kak, Nakki berhenti, itu kakekku. Tunjuk Nakki pada seseorang yang berada tidak jauh dari tempat mereka. Setelah mereka keluar dari tempat pernikahan.

Pelayan mengikuti arah telunjuk Nakki.

Oh itu kakekmu. Ketika melihat seorang pria yang berdiri membelakangi mereka.

Baiklah dik, tugasku sudah selesai, pergilah ke kakekmu, lain kali jangan jauh-jauh dari keluargamu, kakak mau melanjutkan tugas yang lain. Ucap wanita muda tersebut.

Terimakasih kak sudah mengantarku. Nakki tersenyum ramah.

Selamat tinggal adik kecil.

Selamat tinggal kakak.

Nakki berlari kecil menghampiri kakeknya yang memang sedang kewalahan mencari cucu perempuannya tersebut.

Nakki... kau dari mana nak? kakek kira kau sudah keluar ke alun-alun untuk menonton pertunjukan. Kakeknya menatap cucu kesayangannya yang cukup agresif.

Ah kakek, aku mau kesana, tapi tentu aku menunggu kakek menemaniku, tadi aku mengambil beberapa hidangan, tapi sampai makanan ku habis, aku tidak menemukan kakek. Nakki pura-pura cemberut.

Ah cucuku, kakek sudah bilang kakek menemani pengantin pria, apa kau lupa tempat pengantin pria duduk? Kakek disana sejak tadi. Kakeknya merasa lucu dengan tingkah cucunya.

Nakki ingat kakek, tapi tempat ini sangat luas dan megah, aku berkeliling melihat-lihat, aku akan bosan hanya duduk bersama kakek di dekat pengantin, karena itu aku berjalan-jalan. Nakki memberi alasan.

Baiklah, sekarang kau sudah melihat semua? Nakki mengangguk sembari tersenyum.

Ayo kita ke alun-alun kalau begitu, kau boleh menonton pertunjukan sampai puas. Ajak kakeknya.

Hari ini Nakki bersama kakeknya berkeliling menonton berbagai atraksi.

Karena mereka tinggal di desa, hanya di waktu-waktu tertentu mereka bisa berkunjung ke kota kerajaan dan melihat keramaian.

Sesuatu hal yang luar biasa bagi Nakki melihat alun-alun yang di penuhi panggung dan tenda-tenda dengan banyak persembahan tarian, seni bela diri, atraksi manusia bahkan hewan berbahaya seperti ular, monyet, gajah dan harimau.

Selain itu, penjual berbagai kerajinan dan makanan juga berjejer sepanjang tepi alun-alun.

Tangan Kakek dan Nakki sudah penuh dengan kantong hiasan, mainan dan makanan yang dibelinya.

Hari ini kakek memanjakan Nakki dengan memenuhi semua keinginan cucu satu-satunya itu, cucu yang dipelihara sejak masih bayi, cucu yang belum lama merasakan kasih sayang kedua orang tua.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!