NovelToon NovelToon

Just You

1

Karya seni adalah sebuah penyaluran emosi yang mungkin sangat efektif untuk sebagian orang, itu juga dengan seorang gadis yang sedang mengerjakan karya seninya sendiri dengan menyalurkan emosinya.

"Kamu lagi bikin lanjutin komik yang kemaren shan?" Teman Shani sedang melihat hasil kerja Shani

"Iya kak ini sebentar lagi jadi" Shani mengerjakan kembali hasil karyanya

Iya gadis itu bernama Shani Indira Natio dia adalah komikus walaupun bisa dibilang amatir namun kelihaian menggambarnya tidak bisa diragukan lagi banyak yang mengagumi hasil karyanya namun ada satu kelemahan dalam komik yang dia buat.

"Coba aku liat" Temannya melihat Shani sedang menggambar di komputernya.

"Kamu kok kayak bikin ngga bercerita sih shan?" Tanya teman Shani

"Maksudnya kak?" Shani yang bingung dengan maksud temannya

"Aku sih kagum sama gambarnya kamu tapi kayak ngga bercerita gitu, nanti direktur marah kalo kamu kayak gini terus" teman Shani menegur

"Iya kak maaf nanti aku revisi lagi" Shani menundukkan kepalanya

"Tapi nanti dulu kamu selesaikan dulu ini nanti liat reaksinya" teman Shani tadi kembali ke meja kerjanya

"Iya kak aku selesaikan dulu" Shani kembali mengerjakan komiknya

*

"Kamu gimana sih yon memperkerjakan orang yang ngga bisa bikin cerita, kalo gini sih mending kita pekerjakan yang gambarnya biasa aja tapi ada ceritanya" direktur menegur Yona teman Shani tadi

"Iya pak maaf nanti saya beritahu komikusnya" Yona menundukkan kepalanya

"Iya ya tolong direvisi kalo ngga terpaksa dia harus keluar" direktur menyuruh Yona

"Baik pak nanti saya beritahu orangnya, kalo begitu saya permisi"

"Iya" ucap direktur dan Yona keluar dari ruang direktur dan menuju ke meja Shani.

Yona berjalan menuju Shani dan langsung menegurnya.

Viviyona atau biasa dipanggil Yona adalah teman sekaligus supervisor Shani di kantornya mereka sudah kenal dari kuliah namun dia satu kantor karena Yona memberitahu Shani tentang lowongan komikus baru di kantor dan hingga sekarang mereka masih berteman.

"Kan bener kata aku harus direvisi, kamu revisi ya kalo ngga kamu diancam keluar"Yona meletakkan dokumen yang Shani siapkan

"Iya kak maaf" Shani menundukkan kepalanya

"Coba kamu keluar dulu deh jalan-jalan atau kemana gitu biar kamu dapet inspirasi" saran Yona

"Iya kak nanti habis pulang ini" Shani menganggukkan kepalanya

"Udah sekarang aja, sekalian kamu revisi kan bisa" Yona tidak ingin Shani menunda-nunda

"Iya kak kalo gitu aku keluar dulu ya" Shani segera mengambil tasnya dan bergegas pergi

"Iya shan semoga dapet inspirasi yang menarik" Ucap yona dan dianggukkan oleh Shani, kemudian Shani keluar dari kantornya dan mulai berkeliling disekitar kantornya. Di bagian taman kantor ada seekor anjing yang sepertinya kehilangan pemiliknya, kemudian Shani berjalan menuju anjing tersebut.

"Hai kamu tersesat yah" Shani melihat ada kalung yang terpakai di leher anjing itu.

"Arnold, nama yang bagus" batin Shani

"Pemiliknya kamu dimana Arnold?" Ucap Shani sambil mengelus kepala Arnold

Tiba-tiba anjing itu mulai berjalan dan itu membuat Shani kaget, dia langsung menarik tali yang mengikat di leher anjing itu namun sayang tenaga Shani kalah dengan Arnold jadi dia terbawa oleh Arnold.

*

Arnold berjalan cukup jauh yang membuat Shani cukup kelelahan, dan akhirnya Arnold berhenti di sebuah dermaga dan disitu juga ada seseorang yang sedang memandangi pemandangan danau disana.

Arnold mendekati pria itu dan Shani berpikir mungkin dia pemilik dari anjing itu.

"Iya anjingnya?" Tanya Shani

"Iya betul" jawab pria itu

"Gantengnya" batin Shani

"Kamu lagi liat apa?" Pria itu menegur Shani karena melamun

"Gpp saya tidak melihat apa-apa, kalo begitu saya permisi" Shani tersadar dari lamunannya

"Tunggu" ucap Pria itu sambil berjalan mendekat hingga persis di depan wajah Shani.

"Makasih" bisik pria itu

"Iya sama-sama" Shani yang gugup menjawabnya

Tanpa disadari pria itu, Arnold berlari mengejar kupu-kupu yang tadinya hinggap di hidungnya. Pria itu hilang keseimbangan dan terjatuh di hadapan Shani sampai tubuhnya menindih Shani dan juga tanpa sengaja bibir mereka bertemu. Setelah beberapa detik mereka tersadar dari apa yang terjadi, kemudian pria itu langsung berdiri dan membenahi diri.

"Maaf saya tidak sengaja"

"Iya gpp" ucap Shani yang juga ikut berdiri membenahi dirinya

"Iya gpp, tapi bolehkah saya meminta nomer telpon anda?" Tanya Shani yang teringat dengan inspirasinya

Tiba-tiba handphone Shani berdering dan kemudian Shani mengangkatnya.

"Halo Shan, kamu ke kantor lagi bisa?"

"Bisa aku kesana sekarang"

"Ok ditunggu"

Shani menutup telponnya.

"Mohon maaf mas saya harus buru-buru, masnya bisa nunggu sebentar saya balik lagi kesini gpp?"

Pria itu menganggukkan kepalanya dan kemudian Shani langsung pergi meninggalkan pria itu di dermaga sambil bermain dengan anjingnya.

Waktu berjalan dan sudah menunjukkan malam hari, Shani teringat dengan pria yang tadi dia temui kemudian Shani langsung menuju dermaga.

Setelah sampai disana Shani tidak menemukan pria yang tadi dia temui dan Shani memutuskan untuk pulang karena dia ada janji dengan temannya untuk makan bersama.

*

Di kantor, pria itu masuk ke dalam ruangannya sehabis rapat kemudian duduk sambil memainkan sebuah kotak seperti permainan rubik namun itu menggunakan aspek arsitektur untuk menyelesaikannya.

Disela-sela menyelesaikan permainannya, temannya dari pria itu masuk dan menghampiri pria itu.

"Ehh Vin Lo disuruh sama kakek tuh, katanya ada kenalan" teman pria itu duduk di sofa dekat meja kerjanya

"Apalagi sih itu kakek gw ngga suka kayak gitu" pria itu frustasi dengan kelakuan kakeknya

"Makanya lo cari dong, Lo udah umur segini masih jomblo aja terus muka Lo itu bikin ngeselin banget" ejek temannya

"Ya memang dari pabriknya begini" pria itu membenarkan

"Iya ya terserah lo"

"Tapi gw udah ada satu cewek" ucap pria itu mengingat kejadian tadi pagi

"Sape? Tumben lo kenalan sama cewek" temannya yang penasaran

"Tadi pagi gw ketemu di dermaga" lanjut pria itu

"Ohhh gimana orangnya?" Tanya temannya yang tambah penasaran

"Rada oon tapi cantik" pria itu mendeskripsikan Shani

"Lo ye semua orang aja dibilang bodoh padahal Lo yang susah, tapi tumben lo bilang cantik biasanya lo bilang biasa aja sama cewe" temannya heran dengan pria itu

"Iya beda aja sama yang gw ketemu tadi pagi" pria itu tersenyum sambil memainkan permainannya

"Iya ya terserah lo, Udah lah ngomong sama Lo bikin gw emosi" temannya langsung bergegas pergi karena frustasi dengan pria itu

"Baik lah silahkan bapak Okta pintunya disana" pria itu mempersilahkan

"Awas lo ye" ucap temannya dan Vino hanya tersenyum dan kemudian Okta meninggalkannya di ruangan.

Benar pria yang kita bahas tadi adalah Raja Vino Ramadhan, dia adalah seorang arsitek yang sangat terkenal, tekun dan juga teliti dalam merancang sebuah bangunan yang sedang dia kerjakan sampai dia dijadikan dosen honorer untuk membantu kampus dia yang dulu untuk mengajar.

Namun ada kejelekan dari Vino yaitu bersikap dingin dan dia tidak pernah mengingat nama seseorang dia suka memanggil orang dengan sebutan angka atau semacam rumus kimia. Dari kejelekan itu dia sangat disukai oleh mahasiswa di kampusnya bahkan para mahasiswi disana membuat kelompok fans khusus Vino.

Dan temannya adalah Oktavian bin Salim, dia memang dinamakan oleh orangtuanya seperti itu karena mengikuti tradisi Arab. Dia adalah teman Vino semasa kuliah dan memang sedikit ngeselin tapi dia memiliki hati yang baik, sebenarnya dia menjadi calon pewaris dari perusahaan ayahnya yaitu Salim Group namun dia menolaknya karena dia ingin membuka usahanya sendiri agar dirinya bisa mandiri dan dia juga berencana agar bisa menyaingi perusahaan ayahnya. Sekarang dia menjadi direktur satu perusahaan dan juga memiliki kafe yang dia kelola untuk mengisi waktu luangnya.

*

Shani sampai di restoran yang temannya sudah janjikan dan kemudian dia makan bersama.

"Gimana Shan kominya?" Tanya teman Shani yang mengajak Shani makan bersama

"Revisi lagi gre padahal tinggal dikit lagi" jawab Shani sedikit lesu

"Dari yang aku liat draf komik kamu, emang bener kamu bisa gambar tapi ngga bercerita, coba kamu cari referensi gitu dimana biar pada saat kamu gambar juga ada ceritanya" temannya Shani membenarkan tentang komik yang Shani bikin

"Iya gre tadi pagi aku ketemu referensi di dermaga" Shani memainkan makanannya dan mengingat kejadian tadi pagi

"Maksudnya?" Teman Shani kebingungan dengan ucapan Shani

"Ketemu referensi aku di dermaga, tadi ada cowo gitu ganteng pokoknya cocok buat aku jadiin komik" Shani menjelaskan tentang kejadian tadi pagi di dermaga

"Bagus deh kalo gitu, tapi kamu tau ngga itu cowo siapa dan gimana?" Tanya temannya

"Belum sih aku tadi nganterin anjingnya doang terus aku pergi lagi di telpon sama kantor"

"Ohh sabar deh semoga kamu ketemu lagi sama dia"

"Iya gre"

Teman Shani adalah Shania Gracia Harlan mahasiswa magang di bidang manajemen, sebenarnya mereka berdua satu angkatan namun Gracia memutuskan untuk ikut orangtuanya ke Jepang dinas disana jadi dia terpaksa ikut dan berkuliah disana. Dan beberapa bulan ini Gracia kembali lagi ke Indonesia karena tidak betah jadi dia mendaftar lagi kuliah di Indonesia dan sekarang dia dalam program magang di salah satu kantor.

"Kamu gimana magangnya?" Tanya Shani

"Lumayan sih tadi ada artis ngeselin banget tapi ya bisa lah" Gracia cukup kesal dengan artis yang di dampingi selama magang

"Gpp lah itu risiko kamu jadi nikmatin aja"

"Iya shan, Ohh iya Shan tadi pagi aku ketemu orang kocak banget" ucap Gracia mengingat kejadian tadi pagi

"Kocak gimana?" Tanya Shani yang penasaran

"Iya tadi pagi aku ngga sengaja tabrakan sama orang gitu, tinggi deh pokoknya tapi mukanya Arab dan dia salah ambil tas aku gitu dan aku baru ngeh tas aku ketuker sama dia pas udah di kampus mau lanjutin skripsi aku" cerita Gracia apa yang dia alami tadi pagi

"Lahh terus gimana dong?" Tanya Shani yang kaget mendengar itu

"Aku pas itu liat ada kartu nama di tasnya ternyata dia dari group Salim gitu Shan ya aku telpon lah karena lagi mendesak, dan dia mau ketemu secepatnya gitu. Habis ketemu dia langsung minta tuker gitu dan aku cek isi tasnya ternyata pembalut aku ngga ada" lanjut cerita Gracia namun dia mengecilkan suaranya pada saat dia menyebutkan 'pembalut'

"Hahh kok bisa" Shani yang kaget kembali

"Iya aku juga ngga tau, aku pas itu ngga enak tanya jadi aku kasih kode-kode gitu dan dia untung paham dan ngga tau kemana dia tiba-tiba beliin pembalut aku" lanjut cerita Gracia lagi

"Lahh kocak yah padahal gpp" ucap Shani yang menganggap itu masalah sepele

"Gpp matamu itu satu-satunya nanti kalo aku rembes lagi gimana" emosi Gracia sambil mendelik ke arah Shani

"Hehehe iya ya bercanda" kekeh Shani melihat ekspresi Gracia seperti itu

"Ya gitu kocak dah itu orang apalagi pas liat mukanya lucu gitu" ucap Gracia kemudian meminum minumannya

"Awas loh nanti kamu suka lagi" ucap Shani yang menggoda Gracia tentang orang yang tadi mereka bahas

"Apaan sih aku sama dia beda ras kali" elak Gracia yang tidak ingin dijodoh-jodohkan

"Ya mungkin, kamu ngga tau kating kita dulu itu kak Ayana. Bapaknya Arab ibunya Jepang ngga masalah tuh" ucap Shani yang mengingat dulu pada saat kuliah

"Iya sih tapi kan kalo keluarganya setuju juga ngga masalah"

"Ya balik lagi ke keluarga yah"

Gracia menggelengkan kepalanya, "Ehh malah bahas gini sih, aku cuman mau cerita itu malah ke jodohi aku sih"

"Gpp kali gre mungkin jodoh kamu onta hahaha" tawa Shani

"Awas ya kamu Shan, aku doain kamu jodohnya itu orang yang jadi inspirasi komik kamu" balas Gracia mendoakan Shani berjodoh dengan inspirasinya itu

"Apaan sih malah begini jadinya, Ya udah yuk udah habis nih, aku pulang ya" ucap Shani membereskan barang-barangnya

"Iya Shan aku juga sampai ketemu lagi yah" pamit Gracia

"Iya gre kapan-kapan main ke rumah aku" pamit Shani

"Iya ya"

Akhirnya Shani dan Gracia berpisah di restoran itu dan memutuskan untuk pulang, sepanjang perjalanan Shani berpikir bagaimana mana mengimplementasikan kejadian tadi pagi menjadi komik dan juga dia berusaha untuk bertemu dengan pria itu yaitu Vino.

***

2

Flashback kejadian pagi tadi

Setelah bertemu dengan Vino di kantornya, Okta memutuskan untuk kembali ke kantornya pada saat dia ingin ke mobil dijalan dia bertabrakan dengan gadis cantik membuatnya tas mereka terjatuh.

"Mas hati-hati dong kalo jalan" ucap gadis yang terjatuh

"Lo dong yang harusnya hati-hati jangan main hape kalo lagi jalan" ucap Okta yang sedang membersihkan dirinya karena terjatuh

"Ehh malah marah balik" ucap gadis itu yang sudah berdiri dibantu oleh temannya

"Udah udah jangan berantem, gre minta maaf" ucap teman gadis itu melerainya

"Loh kok gw sih Nin yang minta maaf?" Tanya gadis itu yang tidak terima

"Udah turutin aja nanti tambah berabe" jawab temannya yang tidak ingin menambah masalah

"Ya udah deh, saya minta maaf" gadis itu memohon maaf

"Nah gitu dong udah tau salah dia yang marah" jawab Okta dengan bangganya

"Awas aja yah kalo ketemu lagi gw injek-injek itu muka" ancam gadis itu

"Udah gre udah, kita lanjut jalan-jalan lagi yah" temennya melerai kembali

"Iya deh daripada disini bikin emosi" ucap gadis itu yang menahan emosinya karena tidak ingin menimbulkan masalah baru

Okta dan gadis itu juga mengambil tasnya mereka masing-masing, kemudian mereka berdua berpisah.

Gadis itu bernama Shania Gracia Harlan anak dari Harlan group, sebenarnya Okta tahu siapa pemilik perusahaan itu namun dia tidak mengetahui anak dari pemilik perusahaan itu. Dan yang satunya adalah teman Gracia bernama Anindhita Rahma Cahyadi, dia adalah teman satu gengnya dengan Shani dan Feni dulu pada saat mereka SMA dan satu universitas namun Gracia memutuskan untuk pindah kuliah karena orangtuanya pindah ke Jepang dan sekarang dia sudah kembali lagi dan ingin melanjutkan kuliahnya yang sebenarnya sebentar lagi lulus namun dia mengambil kampus di Bandung setelah kepulangan dari Jepang.

*

Okta sampai di kantor karena ada jadwal meeting, pada saat di ruang rapat dan Okta membuka tasnya dia melihat barang-barang yang bukan miliknya dan juga ada sebuah bungkusan asing baginya, tanpa sengaja asisten Okta melihat apa yang Okta pegang sekarang.

"Pak Okta ngapain bawa pembalut?" Tanya salah satu bawahan Okta sambil berbisik

Sontak Okta kaget dan tanpa sengaja menjatuhkan pembalut itu, dan ternyata dilihat oleh orang yang ada di ruang rapat itu. Semuanya tersenyum melihat tingkah Okta.

"Ehh ngga ada yang tersenyum, ayo kita rapat" tegas Okta

Akhirnya Okta terpaksa rapat dengan materi yang dia hafalkan saja dan untung saja asistennya menyiapkan cadangan jadi dapat diantisipasi.

Setelah rapat Okta langsung keluar menuju tempat tadi dia bertabrakan dengan Gracia. Sesampainya disana Gracia ternyata sudah menunggunya disana dan membawa tasnya yang tertukar, Okta menghampiri Gracia dan membawa tasnya.

"Nih tas Lo" ucap Okta sambil memberikan tasnya yang tertukar

"Iya makasih"

Mereka bertukar kembali tas mereka dan mengecek apakah barang di tas mereka ada yang hilang atau tidak.

Tas milik Okta isinya masih seperti yang dia bawa tadi pagi, namun berbeda dengan Gracia dia mencari-cari barang yang dia bawa.

Melihat Gracia mencari sesuatu di tasnya Okta bertanya. "Lo nyari apa?"

"Masa ngga ada sih" gumam Gracia masih mencari barang yang sedikit terdengar oleh Okta

"Lo ngga mungkin pake kan?" Tanya Gracia sambil menatap Okta dengan tatapan mencurigakan

"Hah maksudnya?" Okta yang bingung

"Gpp kok gpp gw ikhlas kok kalo Lo pake"

"Gimana sih gw ngga maksud"

"Ya udah makasih udah balikin tas gw"

"Maksudnya dia apa sih" batin Okta sambil berpikir

"Astaghfirullah maksudnya dia itu" akhirnya Okta teringat dengan apa yang Gracia pikirkan

"Heii" panggil Okta

"Apa lagi?" Tanya Gracia

"Tadi yang kamu maksud pembalut?" Bisik Okta

"Iya kenapa kamu pake kan" jawab Gracia dengan ketusnya

"Ngga lah gw cowo masa pake pembalut" elak Okta

"Ok kalo gitu terus kemana pembalutnya?" Tanya Gracia sambil menyodorkan tangannya

"Gw buang" jawab Okta sambil memalingkan wajahnya

"Hahh kok dibuang sih itu stok terakhir gw dan uang gw udah tipis lagi" Gracia yang sebal dengan Okta

"Ya udah deh gw beliin sebagai gantinya, ukurannya apa?"

"Lo yakin mau beliin?" Tanya Gracia yang tidak yakin

"Yakin lah gw yang salah, sekarang bilang ukurannya berapa?"

"..." Bisik Gracia

"Ok gw beliin, Lo tunggu disini" Okta meminta Gracia menunggu

"Ehh ngga usah besok aja gpp" tolak gracia

"Udah Lo tunggu aja gw beliin"

Okta langsung menuju minimarket terdekat untuk membeli pembalut sesuai dengan yang Gracia bilang. Sesampainya di rak yang banyak berbagai merk pembalut, disana lah kebingungan Okta muncul karena Gracia tidak memberitahu merk apa yang biasa digunakan dan sialnya Okta dia lupa merk pembalut yang dia buang tadi pagi.

"Yang mana yah, duh yang tadi pagi ngga ada lagi" batin Okta sambil mencari mana yang pas untuk Gracia

"Misi mas ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan yang melihat Okta kebingungan

"Ehh mba saya bingung memilih pembalut yang pas" jawab Okta yang masih mencari merk yang pas untuk Gracia

"Nyari pembalut buat istrinya yah" ucap pelayan toko itu menebak

Okta menggelengkan kepalanya, "Ngga kok mba"

"Gpp kok mas mau ukuran yang mana?" Tanya pelayan itu memaklumi dan berusaha membantu

"Ngga mba" tolak Okta

"Udah gpp, masnya berani banget beli pembalut buat istrinya" puji pelayan itu tentang keberanian Okta

"Bukan buat istri saya mba" elak Okta kesekian kalinya

"Terus buat siapa mas?" Tanya pelayan itu yang penasaran siapa yang membuat Okta mau membelikan pembalut untuknya

"Teman saya" jawab Okta

Pelayan menganggukkan kepalanya yang mungkin tahu maksud teman dari ucapan Okta itu, "Ohh temen"

"Iya mba"

"Ok, ukurannya berapa mas nanti saya cariin"

"..." Bisik Okta

"Baik saya carikan yah"

Okta menunggu pelayan itu mencarikan apa yang dia minta. Dan beberapa saat kemudian pelayan itu memberikan beberapa merk pada Okta

"Ini pak?" Tanya pelayan itu menyodorkan beberapa bungkus pembalut dari berbagai merk

"Loh kok ada, disini ngga ada" ucap Okta yang kaget ternyata yang dia cari ada dan dia baru ingat setelah melihat bungkusan pembalut itu

"Itu baru sampai pak barangnya jadi belum kamu tata kembali" ucap pelayan itu kenapa pembalut itu tidak ada di rak

"Oh gitu, ya sudah ini saja" ucap Okta yang ingin membayar

"Baik pak bisa ke kasir saja"

Okta langsung menuju kasir dan membayar apa yang dia beli. Setelah itu Okta langsung menuju Gracia dan memberikan apa yang sudah dia beli. Setelah membeli ampyang membuat hampir harga diri Okta turun, dia langsung menuju ke tempat Gracia tadi dan memberikannya

"Nih" Okta menyodorkan bungkusan itu pada Gracia

"Loh bener loh dibeli" ucap gracia yang tidak percaya

"Kan gw bilang mau ganti, nih" Okta memaksa agar Gracia menerima itu

"Iya makasih" ucap terimakasih Gracia

"Sama-sama, gw mau ke kantor dulu" pamit Okta yang terburu-buru

"Iya hati-hati" ucap Gracia sambil melambaikan tangannya

"Lucu juga itu orang, pas dia beli orang reaksinya gimana" batin Gracia

"Ehh malah mikirin itu orang, magang dipikirin" Gracia menggelengkan kepalanya

Gracia langsung pergi menuju tempat magangnya karena sudah ditunggu oleh aktris yang dia dampingi.

***

3

Sepulang dari makan bersama dengan Gracia Shani kembali mengerjakan komiknya di rumah. Pada saat dia sedang mengerjakan komiknya, adik Shani yaitu Krishna menelepon.

"Assalamu'alaikum ci"

"Walaikumsalam kenapa?"

"Ngga kok, ibu khawatir katanya Cici habis kena tegur direktur yah"

"Iya de"

"Mau aku bantuin ngga?"

"Emang kamu mau bantuin apa?"

"Itu bosnya aku lagi nyari yang bisa gambar gitu"

"Ya ngga ke aku juga kali de"

"Kan ci Shani bisa gambar"

"Iya kan gambar apa dulu dong"

"Gambar bangunan"

"Ni adek bener-bener yah"

"Hehehe bercanda kok ci, kalo ci Shani butuh apa-apa bilang ya"

"Iya ya, ya udah aku tutup dulu mau gambar lagi"

"Iya ci assalamu'alaikum"

"Walaikumsalam"

Shani menutup telponnya dan cukup kesal karena Krishna memang menyebalkan tapi setelah dipikir-pikir Shani kepikiran dengan pria yang tadi pagi dia temuin.

Dia langsung membuat layer kosong di aplikasi laptopnya dan menggambarkan sketsa gambar pria itu dengan harapan warga internet atau netizen bisa membantu dirinya.

Beberapa menit dia menggambarkan akhirnya selesai dan dia upload di sosial medianya agar orang-orang minimal bisa membantu dirinya. Setelah menunggu beberapa lama ada komentar yang masuk

"Sepertinya saya pernah liat orang yang persis sama di gambar"

Melihat komentar itu, Shani langsung membalas komentar itu.

"Apakah anda pernah melihatnya?"

"Saya pernah liat, dia di sekitar universitas di Bandung"

"Waduh jauh juga yah"

"Baik kalo begitu terimakasih atas infonya"

Shani senang bukan main karena inspirasinya itu akhirnya ketemu, langsung tanpa pikir panjang Shani menyiapkan apa saja yang dia bawa dan memesan tiket kereta menuju Bandung.

*

Keesokan harinya Shani tiba di tempat yang sudah ditentukan tepatnya di salah satu perguruan tinggi di Bandung untuk menunggu pria yang dia cari. Dia mencari ke sana kemari tidak bertemu, namun dari kejauhan ada seseorang yang sedang memotret di sana. Dengan penasaran Shani menghampiri orang itu.

"Permisi" Shani menepuk pundak wanita yang sedang memotret itu

"Ampun ampun saya cuman ambil foto doang bukan pencuri" wanita itu langsung mengangkat kedua tangannya

"Maaf mba saya bukan satpam" ucap Shani

"Ohh gw kira satpam" wanitanya itu membalikan badannya dan ternyata benar Shani bukan satpam

"Bukan kok mba, mba pernah liat ngga orang yang di sketsa ini?" Tanya Shani menyodorkan sketsa gambar yang dia buat

"Ohh kamu yang di internet itu yah" ucap wanita itu sambil melihat gambar yang Shani sodorkan

"Iya mba kok mbanya tau?" Tanya Shani

"Saya yang komentar, itu orangnya lagi jalan ke kelas" wanita itu menganggukkan kepalanya dan memperlihatkan Vino yang sedang berjalan menuju kelas

"Ohh iya itu, tapi mba nya ngapain foto-foto" Shani kebingungan dengan wanita itu yang sedari tadi memotret

"Buat bisnis" bisik wanita itu

"Maksudnya?" Tanya Shani

"Disini ada club' fans buat orang itu jadi gw jualin foto-fotonya" wanita itu lanjut membisikan

"Ohh gitu" Shani menganggukkan kepalanya

"Hei yang di sana jangan lari" teriak satpam melihat wanita itu

"Maaf ya gw kabur dulu" wanita itu menepuk pundak Shani dan langsung berlari

"Mba mba saya belum selesai" Shani memanggil wanita itu

"Mba liat tadi ada cewek ngga?" Tanya satpam yang berpapasan dengan Shani

"Dia naik ke atas pak" jawab Shani dan yang kesal karena belum mendapatkan informasi yang lebih

"Terimakasih ya, hei jangan lari" satpam itu lanjut berlari mengejar wanita itu

Shani menghembuskan nafasnya kemudian berjalan menuju Vino. Pada saat sudah di depan kelas Shani mencegah langkah Vino, kemudian Vino melihat siapa yang menghalangi jalannya dan melihatnya kearahnya

"Anda mau apa?" Tanya Vino dengan tatapan dingin

"Bolehkah saya minta nomernya pak?" Tanya Shani yang masih menghalangi jalan Vino

"Atas dasar apa hm?" Vino melipat kedua tangannya

"Saya ingin berkenalan dengan anda" ucap Shani yang malu

"Boleh dengan satu syarat" Vino mengacungkan jari telunjuknya

"Apa pak saya akan usahakan" Shani memohon

"Menghilang dari hadapan saya" Vino menggeser tubuh Shani dan melanjutkan langkahnya menuju kelasnya

"Itu orang ngeselin banget sih" batin Shani yang kesal dengan sikap Vino

"Loh Shani" ucap Gracia yabg baru saja sampai di kampus

"Ehh gre mau kelas?" Tanya Shani

"Iya Shan" Gracia menganggukkan kepalanya

"Tapi kok hari ini gre bukannya kamu libur yah?" Tanya Shani yang bingung dengan Gracia

"Ngga Shan. Gw lagi ambil mata kuliah yang aku pengin, jadi ada program disini bisa ambil mata kuliah di fakultas mana aja" Gracia menjelaskan tentang sistem di kampusnya

"Ohh gitu, aku ikut boleh ngga?" Tanya Shani

"Tumben lo mau ikut, ya udah deh yuk mumpung ini kelas umum"

Shani dan Gracia langsung menuju ke kelas yang Gracia masukin, pada saat masuk ternyata kelas itu adalah kelasnya Vino. Sontak Shani kaget dan Vino kaget namun dia memasang wajah biasa saja agar tidak dicurigai oleh banyak orang. Mereka berdua duduk di depan karena kursi yang kosong berada di depan.

"Gre kok penuh yah" bisik Shani yang sudah duduk disebelah Gracia

"Emang selalu penuh kelasnya pak Vino" balas Gracia dengan berbisik

"Ohh" Shani menganggukkan kepalanya

"Ok kita lanjutkan kelas namun disini saya akan memberikan tantangan untuk kalian, siapa yang bisa menyelesaikan permainan ini kalian boleh minta apa saja dari saya dan saya kabulkan" Ujar Vino sambil menunjukkan permainannya

Setelah mendengar itu para mahasiswa langsung mendekati Vino dan melihat permainan itu. Semua orang mencobanya satu persatu namun tidak ada yang bisa, dengan penasaran Shani melihat permainan itu dan mencobanya ternyata dia bisa menyelesaikannya itu membuat Vino kaget.

"Saya bisa pak" ucap Shani sambil menunjukkan hasilnya

"Hmm ok setelah kelas kamu bisa ke ruangan saya" Vino menganggukkan kepalanya

"Baik pak" Shani menganggukkan kepalanya dengan begitu senang.

"Ok kita lanjutkan kuliah hari ini"

Selama perkuliahan Shani sering tersenyum melihat cara mengajar Vino dan dia juga menggambarkan Vino di bukunya.

*

Setelah kelas selesai, Shani mengikuti langkah Vino dari belakang menuju ke ruang dosen Vino.

"Sekarang apa yang kamu inginkan?" Ucap Vino yang sudah duduk di kuris meja kerjanya

"Bolehkah saya jadi asisten bapak?" Permintaan Shani

"Apa dasar kamu ingin menjadi asisten saya?" Vino menatap serius Shani

"S...saya ingin mengenal lebih dekat dengan anda" jawab Shani dengan gugup

"Apakah ada tujuan lain?" Tanya Vino yang masih menatap Shani namun sekarang dia berdiri

"Tidak ada pak" jawab gugup Shani sambil memundurkan tubuhnya agar tidak berdekatan dengan Vino. Tanpa sengaja buku milik Shani yang terdapat gambar vino terbuka sedikit dan Vino melihatnya.

"Baiklah kamu bisa menjadi asisten saya, tapi dengan satu syarat dan satu pertanyaan" Vino menganggukkan kepalanya dan kembali mengacungkan jari telunjuknya

"Apa itu pak?" Tanya Shani

"Untuk pertanyaan dulu, bagaimana kamu bisa menyelesaikan permainan ini?" Vino yang masih penasaran dengan Shani

"Itu saya pernah memainkannya pada saat kecil dulu ayah saya pernah membuat permainan ini dan mengajari saya" Shani menjelaskan kenapa dia bisa menyelesaikan permainan Vino sambil memainkan lagi permainan itu

"Hmm ok" Vino menganggukkan kepalanya dan dia melihat Shani menyelesaikan permainan itu

"Dan syaratnya pak?" Tanya Shani

"Kamu harus lakukan apa yang saya bilang"

"Baik pak saya akan usahakan" Shani menganggukkan kepalanya

"Ok kalo gitu, kamu bisa jadi asisten saya besok" Vino kembali duduk

"Baik pak kalo gitu saya permisi dulu" Shani bersalaman dengan Vino dan berpamitan

"Iya"

Shani meninggalkan ruangan Vino dengan ekspresi cukup senang, kemudian dia berjalan menuju Gracia ternyata dia menunggu Shani.

"Ehh gre belum pulang?" Tanya Shani

"Belum lah kan nungguin lo" kesal Gracia

"Ohh tumben"

"Nanti gw tinggal Lo marah ya udah yuk itu om gw udah jemput" Gracia melangkah menuju mobil omnya

"Ok"

Mereka berdua menuju mobilnya Om Gracia yang sudah menunggu cukup lama karena Shani dan mereka melaju pulang ke rumah masing-masing.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!