NovelToon NovelToon

Silhouette

Awal Pertemuan

Hari ini adalah pertama kalinya aku menginjakkan kaki di SMA. Masuk melalui jalur prestasi, karena memang sejak SD aku termasuk murid pandai. Terlahir dari keluarga sederhana dan juga broken home tak membuatku insecure, justru aku terkenal memiliki karakter yang percaya diri. Meskipun tak jarang mendapatkan hinaan dan bullyan dari teman yang tidak suka ataupun beberapa tetangga yang suka sekali menjadi hakim dadakan tapi tak pernah sedikitpun mempengaruhiku.

Sambil menuntun sepeda mini biru hadiah dari kakek karena bisa menjadi juara 2 sekabupaten untuk nilai ujian saat SD waktu itu, aku melangkah pelan sambil menyunggingkan senyum manis. Biar kata orang apapun, yang penting tujuan saat ini adalah menuntut ilmu setinggi langit. Toh hidup kita ya kita sendiri yang merasakan bukan orang lain.

Kring kring kring (kira-kira begitu suaranya) alarm tanda upacara bendera Senin sekaligus pembukaan MOS tahun ini. Semua murid baru ataupun lama berbaris rapi di lapangan yang luas. Karena aku tergolong murid yang pendek, jadi ya berbaris dibagian belakang. Karena yang depan khusus buat murid yang tinggi rata-rata.

"Huff, untung baris di belakang jadi panas matahari tidak terlalu mengenai wajahku. Bisa gosong nanti padahal baru sehari disini." Gumamku yang sangat lirih.

Sambil mendengarkan perkenalan guru-guru dan dilanjutkan dengan amanat dari Kepala Sekolah yang benar-benar panjang kali lebar kali tinggi. Mataku berkeliling kesana kemari, sampai akhirnya berhenti pada satu titik dibarisan para pengurus OSIS. Ada satu pemandangan yang menarikku untuk setia melihatnya. Ku gelengkan kepala, "apa yang aku pikirkan, fokus sama tujuan. Ingat itu Echa." Ingatkanku pada diri sendiri.

Upacara selesai dengan meninggalkan banyak keringat serta bau yang menyengat. Masuk ke kelas masing-masing setelah tadi melihat daftar pembagian kelas dipapan pengumuman. X IPA 1 itulah kelasku yang akan menjadi tempat ternyaman ku belajar untuk setahun kedepan. Duduk dibangku nomer dua dari depan pinggir tembok adalah kebiasaanku dari dulu. Aku masih sendiri karena belum menemukan teman, sampai beberapa menit kemudian duduklah 3 orang siswi yang sepertinya mereka dulu sudah saling kenal. Masing-masing mengenalkan diri. Ratna duduk tepat disampingku, Nia dan Vava duduk berdua di depanku. Pertemuan pertama yang membawa kami berempat sebagai sahabat.

Tok tok tok

"Selamat pagi semua" masuklah beberapa kakak kelas yang aku duga mereka pengurus OSIS. Ada 1 perempuan dan 2 laki-laki. Ketiganya lalu memperkenalkan diri sebagai pendamping kelas saat MOS berlangsung untuk 3 hari ke depan.

Arya, Catur, dan Lina nama ketiga kakak pendamping kami. Dan ternyata kak Catur merupakan ketua OSIS saat kelas XI, dan setelah ini akan ada pemilihan pengurus OSIS yang baru. Setelah perkenalan singkat itu dilanjutkan dengan materi pengenalan lingkungan sekolah, segala macam tata tertib yang harus kami para siswa patuhi. Tak terasa jam istirahat pun tiba.

"Ke kantin yuk" ajak Ratna ke kami bertiga.

"Ayuklah" jawab kami serempak

Padahal baru beberapa jam kenal, tapi kami merasa sehati dan cocok. Bahagia sekali aku bisa dengan mudah menemukan teman sekaligus sahabat di Sekolah baru ini. Setelah dari kantin, kami berempat pun kembali ke dalam kelas. Duduk santai, sambil ngobrol. Tak terasa jam masuk dimulai lagi. Dan kali ini, ketiga kakak pendamping menganjurkan untuk pemilihan pengurus kelas karena besok hari kedua akan diadakan lomba yel yel kelas. Yang mana harus ada penanggung jawab kelas.

Setelah pemilihan yang terkesan gampang karena banyak siswa yang suka rela mendaftarkan diri. Para pengurus kelas langsung berdiskusi untuk kegiatan esok hari. Andrian sang ketua kelas, Vava sebagai wakilnya, Ratna sebagai Sekretaris kelas, Nia sebagai bendahara 1 dan aku sebagai bendahara 2. Kenapa bendahara harus dua orang, itu karena tugas membawa duit gak gampang. Harus dibagi antara yang narik uang kas, uang bulanan sekolah, dan iuran dadakan. Dan tentu tidak mudah meminta teman cowok membayar tepat waktu. Pasti akan ada drama saat penagihan. Merupakan pengalamanku saat jadi bendahara waktu SMP dulu.

Interaksi antara kami para siswa baru dan kakak pendamping lumayan akrab juga. Apalagi kak Catur yang mempunyai selera humor memberikan warna di kelas kami. Yang sedari awal sudah menarik atensiku itu.

"Eh, kakak OSIS banyak yang ganteng dan cantik ya?" Ratna bertanya sambil senyum-senyum sendiri.

"Hmm" Nia si pendiam hanya berdehem pelan membenarkan.

"Va, apa ada yang kamu suka? Barangkali kamu nyari gebetan." Godaku saat melihat mata berbinar Vava sedari tadi.

"Gak lah." Jawab Vava sambil malu - malu meong.

Obrolan berhenti saat ada seorang cowok berseragam pramuka masuk ke dalam ruangan. 'Kapan ganti bajunya?' gumamku dalam hati. 

"Perkenalkan, nama saya Ghofar. Kelas XI IPS 2. Saya perwakilan dari extra pramuka. Ingin mengajak adek sekalian yang berminat mendaftar sebagai anggota baru." Lantang dan tegas cara bicara kakak pramuka itu.

Dari seluruh penghuni kelas, ternyata hanya aku dan Ratna yang tertarik mengikuti extrakulikuler Pramuka. Banyak yang menarik dari pramuka, melatih kedisiplinan, kekompakan, rasa peduli, tanggungjawab. Itulah yang menyebabkanku sedari SMP sudah rajin berlatih pramuka. Apalagi kalau sudah acara camping di luar sekolah, wow aku senang sekali.

"Jadi, hanya dua saja yang mendaftar? Tidak ada yang menambahkan?" Kembali kak Ghofar bertanya.

"Kalau begitu saya pamit, terima kasih" tambahnya.

"Okey berhubung sekarang sudah mendekati jam pulang. Mari kita semua menyusun ulang rencana untuk lomba yel yel besok pagi. Jangan ada yang kendor, tetap semangat dan salam kompak" Kak Arya menutup MOS di kelas kami hari ini.

"Akhirnya, selesai juga hari pertama. Dan masih ada dua hari lagi, semoga besok gak berat-berat lawannya" aku bicara dengan ketiga sahabatku. Dan ketiganya kompak mengangguk. Setelah sama-sama keluar gerbang sekolah, kami berempat pun berpisah. Karena ketiga temanku yang rumahnya jauh dari sekolah memilih ngekost disekitaran sekolah. Mereka cukup jalan kaki sudah sampai. Beda denganku yang harus mengayuh sepeda kurang lebih 45 menit untuk sampai ke rumah dengan selamat. Capek? tentu, tapi aku harus tetap semangat untuk bisa meraih semua cita-cita dimasa depan dengan gemilang.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Assalamu'alaikum Wr.Wb, Bismillahirohmanirohim, Alhamdulillah novel pertamaku bisa publish hari ini. 

Murni hasil karya sendiri, karena 75% cerita ini pengalaman pribadi yang aku kembangkan. 

Jujur aku belum terlalu pandai menulis novel. 

Ini adalah tulisan pertamaku, kalau puisi aku udah sering nulis. Jadi mohon maklum ya, kalau ada kata yang gak pas. Penulisan yang banyak typo dan amburadul. 

Aku butuh banyak kritik dan saran dari kalian. Karena itu menjadi cambuk dan semangatku.

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara like, komen dan vote.

NO PLAGIAT!

Terima kasih.

By : Erchapram

Permata Dalam Lumpur

Berada dalam keluarga lengkap dan kehidupan yang mewah merupakan keinginan semua manusia. Tapi, haruskah kita lupa. Jika Tuhan Sang Maha Mengatur? Kita bahkan tidak diberikan pilihan untuk memilih harus lahir dilingkungan apa. Semua sudah digariskan, semua sudah diberi jalan hidup masing-masing. Kita hanya diperintahkan untuk ihklas menjalani semua takdir melalui ibadah yang diwajibkan. Karena Tuhan Maha Tahu mana ya terbaik untuk umatnya.

Sama halnya denganku yang harus menghadapi kerasnya hidup. Aku hanya punya seorang Ibu, dan kakek serta nenek saja. Jangan tanya dimana Bapak ku? Karena itu akan membuka luka hatiku kembali menganga. Tapi akan aku ceritakam sedikit buat kalian. Ya, Bapak ku pergi dengan selingkuhannya dan meninggalkan aku serta Ibu saat aku masih berumur 5 tahun. Aku gak tau rasanya kasih sayang dari seorang ayah, tapi aku harus tetap bersyukur. Karena masih ada Ibu, Kakek dan Nenek yang selalu melimpahkan kasih sayangnya padaku.

Dari kehidupan yang pahit ini, aku belajar dewasa. Harus memahami kondisi keluarga, aku bahkan tidak malu saat membawa barang dagangan ke Sekolah. Menjajakan keripik singkong buatan Ibu pada teman-temanku, lumayan uangnya bisa buat jajan dan juga beli buku. Banyak yang medukung serta memberikan aku semangat. Tapi tak sedikit juga yang merendahkan. Cibiran, hinaan, dan caci maki menjadi makanan sehari-hari.

"Hey, kau anak miskin bisa sekolah di SMA X juga ternyata." Hinaan dari si Kamboja untuk ku.

"Halah palingan juga karena beasiswa, kalau gak mana mungkin Si Dekil ini menginjakkan kaki di Sekolah Favorit." Kenanga pun menambahi cibiran tak kalah sadis.

Aku hanya diam tak membantah. 'Apa ada yang salah jika aku masuk Sekolah Favorit. Toh aku mendapatkam beasiswa karena aku memang layak. Aku pandai, meskipun miskin otak ku bekerja. Daripada mereka yang cuma bisa membanggakan kekayaan orang tua tapi otak kosong' gerutuku dalam hati.

Kadang aku berfikir, kenapa kelayakan manusia hidup harus dinilai dari status sosial. Tidak kah mereka sadar sejatinya dunia hanya persinggahan sementara. Kekayaan yang mereka miliki pun hanya titipan. Lalu apa yang mereka sombongkan sebenarnya. Bukankah, manusia mati semua membusuk dibalik timbunan tanah? Kaya, miskin, pejabat, ataupun penista sama saja dihadapan Tuhan. Yang membedakan hanya amalan yang mereka perbuat saat hidup. Surga Neraka yang sesungguhnya telah menanti setelah kita mati. Lalu untuk apa kesemena-menaan yang merela lakukan padaku.

Sedih? tentu saja aku sedih. Rasanya tak ada habisnya kepedihan yang kujalani. Pernah juga aku dihadang seorang bapak-bapak yang membonceng anak gadisnya. Dengan pandangan meremehkan dia berkata "Sekolah dimana kamu? anak miskin kayak kamu gak pantas sekolah disitu. Merusak pemandangan saja."

Lamunanku buyar seketika Ibu memanggilku dari arah dapur. Malam ini kami kembali membungkusi keripik singkong yang akan dijual besok pagi. Karena masih masa MOS jadi aku belum belajar, belum ada pelajaran juga kan.

"Cha, besok kamu bawa keripik lagi atau tidak?" Tanya ibuku.

"Bawa bu, tapi sedikit saja. Soalnya mungkin besok gak terlalu siang pulangnya. Hanya lomba yel-yel saja bu." Jawabku sambil terus memasukkan keripik yang sudah digoreng itu ke kantong plastik bening.

"Maafkan Ibu ya sayang, Ibu belum bisa memberikan kebahagiaan selama ini untuk kamu" Lirih Ibu sambil menatapku sendu.

"Aku sudah bahagia Bu, aku memiliki seorang Ibu hebat, aku punya kakek seorang Polisi yang kuat. Dan juga nenek yang penuh kasih sayang. Aku bisa sekolah, bisa makan, bisa bermain. Aku sehat apalagi yang kuharapkan Bu?" Jawabku menggebu.

"Hm hm" Kakek tiba-tiba datang sambil berdehem yang membuat kami berdua berjingkat kaget.

"Echa cucuku yang cantik satu-satunya kemari nduk. Kakek punya cerita untuk kamu." Ajak kakekku.

Ya, memang aku cucu tunggal untuk kakek dan nenek ku. Aku sangat dekat dengan kakek ku. Karena aku mendapatkan sosok Ayah dalam diri kakek. Dari kecil aku suka mendengarkan kakek berdongeng, dan kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang. Cerita tentang masa muda kakek, tentang perjalanan kakek sehingga menjadi seorang abdi negara. Dan tentunya petuah-petuah kehidupan yang menjadi motivasi ku, sehingga aku bisa selalu berfikir dewasa bahkan sebelum aku berumur dewasa.

Ada yang bilang hiduplah seperti air yang mengalir, menurut kemana arus membawa mu. Tertubruk batu, merembes dari lubang kecil. Agar hidup kamu tentram. Tapi pemikiran itu salah menurutku. Jika aku diibaratkan ikan dan aku mengikuti arus begitu saja. Sama artinya aku seperti ikan mati, tak punya pilihan, tak punya cita-cita. Aku mau menjadi ikan hidup, seperti ikan salmon yang melompat-lompat melawan arus agar tidak jatuh dari ketinggian dan berakhir berada dalam tempat yang tidak ku kenal. Aku mau menjadi ikan hidup, yang meskipun nanti tertangkap manusia tapi tetap menikmati arti perjuangan.

Malam ini, kami ber empat bersenda gurau seperti biasa. Mensyukuri apa yang kami miliki adalah kunci sejati kebahagiaan. Selesai dengan keripik singkong yang telah terbungkus semua. Kami memutuskan untuk segera tidur, agar besok pagi kembali bangun dengan sehat dan selalu semangat.

Adzan Subuh berkumandang, artinya harus sudah kembali menjalani rutinitas hari ini. Sesudah sholat subuh, aku membantu Ibu memasak. Menyiapkan 2 cangkir kopi untuk kakek dan nenek ku. Aku terbiasa sarapan dipagi hari, serta untuk menghemat aku memilih selalu sarapan di rumah. 

Jam sudah menunjukkan pukul 06:00, aku harus segera berangkat. Dengan semangat membara aku mengayuh pelan sepedaku. Sambil bersenandung kecil agar perjalananku tidak sepi. 30 menit kemudian aku tiba di Sekolah, setelah memarkir sepeda di tempat yang seharusnya. Aku berjalan menuju kelasku berada. Ternyata sudah ada Ratna dan Nia, sedang Vava belum menampakkan batang hidungnya. 5 menit menuju bel berbunyi, dari arah gerbang terlihat Vava berlarian sambil ngos-ngosan karea kehabisan nafas.

"Kenapa kamu baru datang Va?" Tanyaku yang diangguki Ratna dan Nia.

"Aku telat bangun, trus kamar mandi pake ngantri lagi. Mana belum sempat sarapan juga." Vava menjawab sambil terus mengatur nafasnya yang terasa mau putus.

"Syukurin, kapok, tuman hahahaha" Kompak aku, Ratna dan Nia menertawakan kekonyolan Vava.

Dan itulah kebersamaan kami ber empat untuk menyambut hari ke dua MOS hari ini dengan penuh semangat.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Alhamdulillah satu part lagi berhasil aku publish. Semoga saja ada yang mampir baca.

Jangan lupa like, komen dan vote jika cerita ini menarik untuk kalian.

Harap maklum jika masih banyak typo dan tanda baca yang tidak pas.

Saran dan kritik membangun masih aku harapkan ya.

Terima kasih.

By : Erchapram

Kakak Angkat

Tak terasa sudah tiga hari aku mengikuti MOS, artinya resmi sudah aku menyandang status siswi SMA untuk tiga Tahun mendatang. Selain mengenal banyak tentang sekolah, aku juga mendapatkan tiga sahabat di kelas. Ratna, Nia, Vava dengan mudahnya aku membaur dengan mereka, perasaan klik itu hadir sesaat setelah perkenalan. Entah mungkin kita memang jodoh xixixi.

Hari ini akan diadakan apel penutupan yang dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah dan setelahnya semua siswa baru boleh membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing. Tapi tidak bagi anggota pramuka yang baru. Kami diminta tetap tinggal untuk mengikuti rapat yang akan diadakan di aula sekolah setelah ini.

Setelah semua berkumpul, kakak Pramuka yang dulu mendaftarkan anggota baru yang bernama lengkap Ghofar Alfarizky memulai rapatnya. Ternyata akan diadakan persami untuk peresmian anggota baru. Persami adalah perkemahan Sabtu Minggu yang biasanya ditempatkan di Bumi Perkemahan yang lokasinya agak jauh dari Sekolahan.

Ada lebih dari 30 dari keseluruhan anggota pramuka yang akan mengikuti persami Sabtu depan. Aku dan Ratna yang mewakili kelas kami pun sangat antusias, karena ini adalah kegiatan pertama kami setelah kami menjadi dekat. Sudah banyak hal yang kami rencanakan, mulai dari siapa yang akan membawa cemilan, dan banyak hal absurb kami tentunya.

"Cha, pasti kalau malam akan dingin sekali disana. Secara kan kita kemah di Gunung. Kamu mau bawa selimut gak?" Ratna bertanya sesuatu yang tak terpikirkan olehku sebelumnya.

"Apa perlu bawa selimut tebal? Apa gak susah bawanya. Mungkin kita bawa jaket tebal saja biar gak terlalu repot. Bawaan kita sudah banyak lo Na." Bantahku, karena menurutku selimut tebal memakan tempat yang banyak. Dan tas ransel kita sudah penuh dengan barang yang lebih penting. Belum lagi kardus berisi alat memasak. Ya nanti akan dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompoknya diwajibkan memasak sendiri. Tidak diperbolehkan membeli makanan jadi. Tujuannya memang melatih kemandirian. Karena ini kemah bukan piknik. 

Perkemahan kali ini bukan yang pertama untukku, karena aku sudah aktif ikut kegiatan Pramuka dari SMP. Jadi keribeten yang akan terjadi nanti serta kejadian yang mungkin diluar prediksi bisa saja menjadi kendala jika kita lalai dan tidak siap. Pernah waktu itu ada teman yang terlalu banyak membawa bekal, dan entah apa isi tas ranselnya sehingga terlihat sangat penuh itu. Tiba-tiba dia terjatuh dan kakinya keseleo. Pada akhirnya semua direpotkan. Bukan tidak mau menolong, karena sebagai pramuka sejati memang kita harus siap tolong menolong kapanpun dan dimanapun. Tapi kan jadi tidak bijak jika kecelakaan itu karena kelalaian dan keegoisan semata. Untuk itulah, aku sebisa mungkin mengingatkan teman dekat termasuk Ratna untuk membawa keperluan sekedarnya saja.

Kembali mendengarkan pesan-pesan dari para senior yang tadi sempat terabaikan karena aku dan Ratna yang sibuk ngobrol sendiri dibangku belakang. 'Maaf kak, bukan tidak menghargai tapi kami terlalu excited sih tadi' kataku dalam hati.

Selama lebih dari 45 menit berdiskusi, akhirnya rapat hari ini selesai. Dan kami semua boleh langsung pulang, karena memang waktu pulang Sekolah sudah dari 1 jam yang lalu.

Tapi aku memilih berdiam sebentar karena jujur aku sangat lelah dan lapar tentunya. Tapi uang saku menjadi berat aku keluarkan untuk sekedar cari makan di kantin. Aku lebih memilih menyimpannya dan berfikir makan masakan ibu lebih baik. Lebih hemat dan tentu lebih lezat.

Disaat aku melamun sendirian, tanpa sadar ada yang duduk manis sambil menopang dagu disampingku. "Astaghfirullah" kagetku. Aku heran kenapa ada manusia tiba-tiba datang tapi aku gak tau ya. Apa karena keasyikan membayangkan lezatnya makanan ibu, sampai aku gak peka terhadap sekitar.

"Hai, kamu Echa kan?" Sapanya, sambil tersenyum hangat.

"I.. iya benar kak." Aku tergagap begitu melihat ada cowok tampan yang duduk dengan jarak yang terbilang tidak jauh ini.

"Kamu sudah tau namaku kan?" Tanyanya lagi. Ya jelas taulah, dari MOS juga dia sudah mengenalkan diri. Heranku kenapa cowok ini SKSD sekali. "Kenapa belum pulang?" Lanjutnya.

"Ah itu, aku masih lelah dan lapar" Jawabku tanpa saringan. Karena saringannya tertinggal di rumah hahaha. Saringan teh atau saringan santan. Entahlah tiba-tiba otakku ngeblank.

"Ya udah, yuk ikut aku. Kita ke kantin dan makan. Masih ada teman-teman kamu juga disana. Jadi gak usah sungkan". Ajakan cowok tadi, yang tak lain adalah kak Ghofar.

Sambil berjalan beriringan menuju kantin, kami berdua ngobrol ngalor ngidul. Entah kenapa aku merasa nyaman dengan kak Ghofar, mungkin karena selama ini aku yang anak tunggal. Jadi dengan mudah menganggap dia sebagai kakak laki-laki ku sendiri. 'Apa dia akan merasa keberatan ya jika aku menganggapnya demikian' pikirku saat itu.

Setelah makanan kami habis ludes masuk keperut, aku langsung mengucapkan terima kasih karena telah ditraktir. Misi penghematanku berhasil, senangnya hatiku. Duit ngumpul perut kenyang. Alhamdulillah.

"Echa, kamu lucu" godanya setelah melihat aku mengusap perut kenyangku.

"Hahaha, kak Ghofar bisa aja" aku tersipu malu.

Ku beranikan diri menatapnya sambil berkata. "Bolehkah aku menganggap kakak sebagai sahabatku sekaligus saudaraku?" Tanyaku dengan menampilkan wajah sendu. Jujur aku takut dianggap lancang, menyalah artikan kebaikannya yang mengajakku makan. Sambil tertunduk, aku memejamkan mata dan memaikan jari tangan menunggu jawabannya.

Dia diam saja belum mau mengeluarkan suara, hanya helaan nafas saja yang ku dengar. Tapi, "tentu, tentu saja Echa. Justru dari awal melihatmu aku sudah menyukaimu." Jawabannya ambigu, tapi tak kupikirkan saat itu. Buatku yang terpenting aku sudah punya seorang kakak.

"Makasih, makasih kak Ghofar." Aku berseru semangat sambil menggoncangkan lengannya. Sampai aku tak sadar sudah menyentuhnya.

"Hmm hmm" deheman dari teman kak Ghofar menyadarkanku. Ah betapa malunya aku saat ini. Sedangkan kak Ghofar hanya tertawa renyah sambil mengacak-acak puncak kepalaku.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya olehku, menemukan tiga orang sahabat yang baik serta tulus dan juga seorang kakak angkat yang penuh kasih sayang. Entah karena aku yang selama ini selalu sendiri atau bagaimana. Tapi euforia ini membuatku terlihat gila karena senyum-senyum sendiri.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Alhamdulillah, akhirnya bisa up lagi. Niatnya mau up maksimal 2 hari sekali. Tapi sakit gigi menghalangi kreatifitasku.

Maaf ya, apabila part kali ini kurang nge feel. Aku gak mau buat kalian yang menunggu kelanjutan cerita ini kecewa, karena aku yang lama update. 

Jika ada yang merasa kurang sreg atau ada yang ingin memberi kritik dan saran. Aku persilahkan langsung tulis dikolom komentar. 

Terima kasih.

By : Erchapram

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!