"Ahhh... Akhirnya..." Rain meregang kan tubuh nya setelah semalaman dirinya mengerjakan tugas untuk membunuh salah satu musuh dari klien nya.
Wanita itu baru saja pulang dini hari, tubuh nya terasa sangat lelah. Namun....
Tringg...
Dering notifikasi dari mbanking di ponsel nya membuat rasa lelah nya sirna begitu saja, bagaimana tidak uang sebanyak satu juta dollar baru saja masuk ke dalam rekening nya dari klien yang menggunakan jasa nya.
"Ahhh.. Bahagia nya, seperti nya aku akan menikmati hari - hari ku selama beberapa waktu." Rain senang bukan main, dia berencana untuk berlibur ke Hawai. Dirinya sudah ingin menikmati hidup nya setelah bekerja selama bertahun-tahun dan mengumpulkan banyak uang.
Wanita mulai berseluncur dengan ponsel nya, dia memesan tiket pesawat untuk berlibur. Setelah memesan tiket dan mengetahui jadwal keberangkatan nya. Rain mengistirahatkan diri terlebih dahulu sebelum prepare, dia berharap bisa mimpi indah untuk mengawali hari baik nya.
Keesokan hari nya, Rain sudah rapih dengan pakaian kasual nya. Wanita itu pergi ke bandara hanya membawa dirinya tanpa ada koper yang dia bawa, dia tidak ingin repot-repot membawa barang-barang yang dia bisa beli sendiri dengan uang nya di sana.
Drttt...
Drttt...
Ponsel wanita itu berdering, sebuah telpon masuk ke dalam ponsel nya sebelum namanya di panggil untuk keberangkatan nya ke Hawai.
Nick is caling....
"Ya, ada apa?" Tanya Rain setelah dia mengangkat panggilan tersebut.
"Rain, seseorang yang ingin menggunakan jasa mu menelepon ku. Apakah kau akan mengambil nya?" Tanya orang di seberang sana.
Nick adalah salah satu teman pria nya yang mengetahui pekerjaan nya sebagai pembunuh bayaran, bahkan dia lah yang menerima klien sebelum Rain memilih kembali klien nya.
"Aku ingin berlibur, Nick. Bisa kah kau tolak klien untuk beberapa waktu kedepan?."
"Kau berlibur tapi tak mengajak ku dan Andrew? Kau sangat... Tega..." Jawab nya mendramatis.
Rain memutar kan bola matanya malas, "Sudahlah, nama ku sudah di panggil. Aku akan masuk ke pesawat. Bye..."
Rain langsung memutuskan panggilan secara sepihak, dia langsung bangkit dari tempat nya dan masuk ke dalam pesawat setelah melakukan pemeriksaan. Rain menaiki pesawat kelas bisnis, dia bisa menikmati perjalanan dengan nyaman.
Wanita itu menatap jendela dengan senyum yang terbit di bibir nya, ini bukan kali pertama nya dia menaiki pesawat. Dia selalu menaiki pesawat saat harus pergi ke luar negeri untuk menjalankan tugas nya.
Sebelum lepas landas tadi, Rain memberi tahu pada Nick bahwa dia akan pergi ke Hawai dan meminta pria itu dan juga Andrew untuk menyusul nya nanti. Karena perjalanan masih jauh, Rain memutuskan untuk tidur.
Beberapa saat setelah Rain tertidur, tiba-tiba pesawat berguncang hebat. Namun aneh nya kehebohan di pesawat itu tak membuat Rain terbangun dari tidur nya, wanita itu bahkan seolah tak menyadari jika bahaya tengah datang pada nya.
🦋🦋🦋
Bugh...
Bugh...
Plak...
"Aish.. Sialan! Apa yang terjadi? Bukan kah aku tengah berada di pesawat?" Gumam wanita itu saat merasakan pukulan berkali-kali pada tubuh nya.
"Arghhh... Apakah liburan ku hanya mimpi? Lalu aku tertangkap oleh musuh?" Gumam nya lagi dalam hati dengan penuh kebingungan.
"Mati saja kau sialan!!" Suara bariton seorang pria adalah suara yang terakhir kali wanita itu dengar setelah kegelapan melandanya.
🦋🦋🦋
Di rumah sakit, seorang wanita kini tengah tertidur lelap dengan beberapa alat - alat yang menempel pada tubuh nya. Seorang wanita tua yang senantiasa menemani nya terus saja menatap sendu ke arah wanita yang tengah berbaring tak berdaya itu, sesekali dia mengusap pipi nya yang basah karena air mata.
Wanita tua itu mengeluarkan ponsel nya, dia mendial sebuah nomor di sana. " Ya nyonya, nona muda kembali terluka karena tuan Max. Ku harap setelah sadar nanti, nona muda akan memilih untuk meninggalkan tuan Max." Ucap wanita tua itu yang tak lain adalah pelayan pribadi wanita yang tengah terbaring di kasur pesakitan itu.
'Tolong jaga Rain, bi. Secepatnya aku dan Angello akan kembali dan membawa kalian bersama kami lagi.' Ucap wanita di seberang sana dengan sendu.
"Baiklah nyonya, saya akan menunggu kalian datang untuk menjemput kami."
Sambungan telepon terputus, tepat setelah bibi pelayan itu selesai menelepon. Tiba-tiba jari tangan wanita yang tengah terbaring itu mulai bergerak, awalnya bibi pelayan tak menyadari nya namun lama kelamaan bukan hanya jarinya saja yang bergerak, tapi kelopak mata wanita itu juga perlahan mulai terbuka.
Pemandangan yang pertama kali dia lihat bukan lah sebuah pantai dengan angin segar yang menerpa wajah nya, seperti impian nya selama ini. Tapi sebuah ruangan yang di dominasi cat berwarna putih dan juga bau obat - obat khas rumah sakit.
Tatapan nya mulai beralih ke tempat lain, dan kini wanita itu dapat melihat seorang wanita tua yang tengah menatap nya dengan tatapan aneh. "Siapa, dia?" Itulah kata pertama yang terlintas di otak nya.
Tak lama, seorang dokter dan juga beberapa perawat datang, mereka mulai melakukan pengecekan pada tubuh nya. Tapi tunggu, mengapa dirinya berada di rumah sakit? Bukan kah dia ada di pesawat? Tunggu, tunggu. Dia tidak di pesawat, tapi terakhir kali dia tengah di pukuli oleh seorang pria. Tapi siapa wanita ini? Mengapa dia menatap nya seperti itu.
Pemeriksaan sudah selesai, beberapa alat yang menempel di tubuh nya pun sudah di lepas, "Apakah separah itu aku terluka? Kenapa banyak sekali alat-alat yang di lepaskan dari tubuh ku?" Lagi-lagi dia hanya bisa mengungkap kan nya di dalam fikiran nya saja.
"Nona muda, apakah anda menginginkan sesuatu?" Tanya wanita tua itu saat wanita itu terus menerus menatap nya.
"A--ir.." Jawab wanita itu dengan susah payah, ya dia memerlukan air untuk membasahi tenggorokan nya yang terasa sangat kering.
Dengan cepat wanita tua itu mengambil gelas yang sudah berisi air, dia segera membantu wanita itu untuk minum dengan perlahan. Wanita itu langsung menjauhkan gelas itu setelah di rasa cukup.
Kembali, wanita itu menatapi wanita tua itu dengan tatapan lekat, melihat tatapan yang berbeda dari sang nona, tentu saja bibi pelayan itu menjadi salah tingkah. "Apakah nona muda memerlukan hal lain lagi?" Tanya bibi pelayan itu saat wanita itu tak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Siapa kau?" Tanya wanita itu yang tak lain ada Rain.
Mendengar pertanyaan itu dari Rain membuat bibi pelayan terkejut, bahkan mata wanita tua itu seolah akan keluar dari tempat nya. "No--nona.."
"Apa?!!" Teriak Rain saat mendengar penjelasan bibi pelayan.
Bagaimana dia tidak terkejut, bibi pelayan itu mengatakan jika dirinya telah menikah dengan seorang pria yang tak lain adalah seorang pemimpin mafia? Bagaimana dia bisa menikah jika kekasih saja dia tak punya, tapi tunggu dulu. Mengapa wanita tua itu mengenali nya? Bahkan dia tak mengenali wanita tua itu sama sekali.
"Bisakah bibi keluar terlebih dahulu, rasa nya aku membutuhkan waktu sendiri." Ucap nya dengan canggung sekaligus bingung. Kepala nya terasa sangat berat saat ini, banyak sekali bayangan-bayangan asing terus melintas di kepala nya.
Setelah bibi pelayan itu keluar, rasa sakit di kepala nya semakin menjadi. Sungguh ini sangat menyiksa, apalagi bayangan asing itu terus berputar seperti kaset rusak. "Arghhh.. Apa ini..." Rain meremas rambut nya.
Tak lama kesadarannya hilang, dan semua nya menjadi gelap gulita. Rain kembali sadar di tempat yang berbeda lagi, dan kini suasana nya lebih dingin. Wanita itu memeluk tubuh nya karena rasa dingin yang menembus hingga ke tulang, "Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa aku terus berpindah - pindah. Apakah ini mimpi?" Gumam nya pelan.
"Hallo," Rain langsung terdiam saat mendengar suara seorang wanita yang terdengar lemah lembut.
Wanita itu segera mengedarkan pandangan nya ke segala arah yang hanya berupa ruangan serba putih, "Aku disini." Ucap nya lagi tepat di samping telinga Rain.
Dengan cepat Rain menoleh dan menjauh saat melihat seorang wanita yang menatap nya dengan senyuman? Atau seringaian? "Siapa kau? Mengapa wajah mu sangat mirip dengan ku?!!" Tanya Rain dengan marah.
"Hahahah... Tenang lah Rain," Wanita itu tertawa melihat sorot mata tajam dari Rain.
Rain tak menjawab, wanita itu terus menatap wanita asing yang sial nya berwajah sama dengan nya. " Aku juga Rain, Rain Sallvasy Angello."
Rain membulatkan matanya, bagaimana bisa? Bukan hanya wajah saja yang sama, tapi bahkan nama mereka juga sama? Meski beda sedikit, tapi itu membuat Rain sebal bukan main.
Wanita itu mendekat ke arah Rain, tangan nya terulur menyentuh tangan Rain." Apakah kau tahu Rain, kau sudah mati?"
Mendengar perkataan kurang ajar dari wanita itu tentu saja Rain marah, wanita itu bahkan menarik tangan nya dengan kasar. Bagaimana bisa dia mengatakan jika dirinya sudah mati.
"Dengarlah wanita asing, aku masih hidup. Dan aku, belum mati seperti apa yang kau katakan tadi." Ucap nya yang masih menahan emosi nya.
Wanita itu tersenyum mendengar penyangkalan dari Rain, " Kau salah satu penumpang pesawat dengan keberangkatan ke Hawai, bukan? " Tanya wanita asing itu, tak ada jawaban dari Rain.
" Pesawat itu mengalami kecelakaan dan seluruh penumpang di pesawat itu tidak ada yang selamat, termasuk kau. Rain," Lanjut wanita itu.
" Hahahah... Kau fikir aku percaya? Aku tak pernah pergi ke Hawai..."
"Kau di pukuli oleh seorang pria? Itu terakhir kali yang kau ingat?" Potong wanita itu yang membuat Rain terdiam.
"Kau pergi ke Hawai dan menggunakan pesawat yang sama dengan yang di beritakan kecelakaan hari Ini Rain, sebelum kau pergi kau bahkan berteleponan dengan Nick." Jelas wanita itu lagi.
Rain membeku, penjelasan wanita asing itu benar-benar sama dengan apa yang terjadi pada nya. Rain langsung menatap tangan dan tubuh nya, apakah dia sudah mati?
" Kau memang mati Rain, tapi kau kembali hidup di tubuh ku. Jiwa mu, mengisi raga ku yang kosong..."
"A--apa maksud mu..."
🦋🦋🦋
Kembali, setelah kegelapan melanda nya. Kini bau khas rumah sakit tercium kembali oleh hidung nya, Rain membuka mata wanita itu menatap langit - langit ruangan nya dengan tatapan kosong.
Bagaimana tidak, penjelasan wanita asing yang tak lain adalah pemilik dari tubuh ini begitu tak masuk akal. Transmigrasi? Bagaimana bisa jiwa kita bertransmigrasi ke raga seseorang yang harusn nya di takdir kan untuk mati bersama raga nya?
"Nona muda, apakah anda baik-baik saja?" Tanya bibi pelayan dengan khawatir.
"Bibi, boleh kah nyalakan televisi nya?" Pinta Rain dengan suara tercekat.
Meski bingung dengan permintaan sang nona, bibi tua segera menyalakan televisi yang berada di ruang rawat Rain. Wanita itu meminta remot televisi pada bibi tua, dengan cepat dia mencari pemberitaan tentang kecelakaan pesawat menuju Hawai.
Dan ya, dia menemukan berita itu. Wajah nya sangat datar saat reporter mengatakan jika tak ada korban yang selamat dari insiden jatuh nya pesawat tersebut. Di layar besar itu juga menampilkan nama penumpang pesawat tersebut, Rain melihat namanya yang berada di daftar korban tersebut.
Rain hanya bisa menutup matanya, dia kini percaya dengan apa yang di katakan oleh wanita asing tadi. Sungguh sebenarnya ini tidak masuk akal, tapi ini nyata terjadi pada nya.
Rain bangkit dari kasur nya, bibi tua yang melihat Rain akan turun dari kasur segera menghampiri nya. "Apakah nona membutuhkan sesuatu?" Tanya bibi tua itu yang sangat Rain hafal, bibi itu selalu mengatakan hal yang sama saat dia melakukan pergerakan atau membutuhkan sesuatu.
"Aku ingin ke kamar mandi." Ucap Rain.
Dengan cepat bibi tua itu langsung membantu Rain untuk turun dari ranjang, bahkan dia juga yang mengantarkan Rain ke kamar mandi karena tubuh Rain yang belum bisa berdiri dengan seimbang.
"Bibi keluar lah, aku bisa sendiri." Ucap Rain saat sudah berada di dalam kamar mandi.
Setelah bibi itu keluar dan pintu yang tertutup, Rain berjalan ke arah cermin yang ada di sana. Dia berkaca dan melihat pantulan wajah nya dan tubuh nya di depan kaca itu, tangan nya terukur menyentuh pipi nya yang sangat tirus. Dia juga meraba bibir nya yang benar-benar kering dan pecah-pecah, tubuh wanita yang kini di tempati oleh Rain bahkan sangat kurus.
Apakah dia tak makan? Ataukah dia memiliki penyakit? Pertanyaan - pertanyaan itu terus berputar di kepala nya, bahkan jari-jari tangan nya terlihat sangat kurus. Sedangkan tubuh asli nya sangat lah bagus, dan berbanding terbalik dengan ini.
Lagi-lagi Rain mengelus kasar wajah nya, dia menyalakan keran air dan bercuci muka. Berharap jika dia tengah bermimpi buruk. Namun pantulan di kaca tak kunjung berubah, tangan nya menggenggam wastafel dengan erat.
Tok...
Tok..
"Nona.. Apakah anda sudah selesai?" Tanya bibi tua itu.
"Ya, tunggu sebentar." Jawab Rain, wanita itu kembali membasuh wajah nya.
Tak lama pintu terbuka dari dalam, Rain langsung keluar dari kamar mandi. Namun saat keluar, dia melihat ada dua pria dengan seragam hitam tengah berdiri di dekat pintu.
Alis Rain mengerut," Siapa mereka?" Ucap wanita itu dengan suara yang lumayan kencang.
Tatapan dua pria itu begitu tajam menatap Rain, mereka bahkan tak berbicara sedikit pun sekedar menjawab pertanyaan Rain.
Rain menatap abai pada mereka, kini kaki nya kembali melangkah menuju ke arah kasur, "Nona, kita akan pulang sekarang." Ucap bibi tua itu dengan suara sedikit gemetar.
Rain menoleh, dia melihat raut wajah ketakutan dari wajah bibi pelayan itu. Lalu tatapan nya beralih pada dua pria yang masih tetap dalam posisi nya, "Aku tidak mau," Jawab Rain singkat.
Wanita itu kembali merebahkan dirinya di kasur, bibi tua itu menatap dengan gusar. "Tuan memerintahkan untuk anda pulang sekarang, nyonya." Ucap salah satu pria itu yang akhir nya bersuara.
Rain menatap dengan tajam ke arah dua pria itu, "Pergilah, dan katakan pada tuan mu aku akan kembali sendiri." Ucap Rain acuh tak acuh.
"Anda tidak bisa menolak perintah tuan, atau anda akan---"
"PERGILAH DARI RUANGAN KU SIALAN!!!" Teriak Rain yang sudah sangat kesal dengan keberadaan kedua pria itu, belum lagi dia yang masih belum menerima apa yang terjadi pada nya saat ini.
Mendengar teriakan kemarahan dari wanita itu, mereka cukup terkejut. Apalagi tatapan wanita itu sungguh membuat nyali mereka sedikit menciut, mau tak mau akhir nya mereka keluar dari ruangan Rain dan akan mengatakan nya pada tuan mereka.
Rain mengatur nafas nya, tangan nya terkepal erat meski kedua pria itu sudah keluar. "Bibi, berikan ponsel mu." Pinta Rain pada bibi tua itu.
Bibi pelayan yang masih terkejut karena kejadian tadi akhir nya tersadar, wanita tua itu segera menyerahkan ponsel nya pada Rain. Dia mengira jika dia akan mengabari tuan nya, atau sekedar meminta izin untuk tinggal lebih lama di rumah sakit, karena itu lah yang selalu dia lakukan saat berada di luar kediaman.
Sedangkan Rain, wanita itu mengetik sebuah nomor dari negara asing di ponsel bibi pelayan itu. Dia tak langsung menelepon nya, melainkan memberikan pesan jika dia masih hidup pada orang yang berada jauh di negara lain.
Cukup lama mendapatkan balasan, akhirnya satu buah pesan balasan masuk ke dalam ponsel bibi tua itu. Dengan cepat dia membaca balasan dari rekan nya, yang tak lain adalah Nick.
+1 Massage Unknow...
[Apakah kau benar-benar Rain? Tapi bagaimana bisa? Rain ku sudah tiada karena kecelakaan pesawat. Apakah kau ingin menipu ku, sialan?!]
Rain menghela nafas saat mendapatkan balasan dari Nick. Jangan kan Nick, dia saja tidak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya kini. Akhirnya Rain mencoba untuk mengatakan beberapa rahasia yang hanya di ketahui oleh mereka bertiga, dan semoga saja Nick kini mempercayai nya.
🦋🦋🦋
Dua hari telah berlalu, Rain akhir nya memutuskan untuk keluar dari rumah sakit saat dirinya merasa tubuh yang dia tempati kini sudah lebih baik dari sebelum nya. Meski begitu, Rain masih dapat merasakan jika tubuh ini sangat lah rapuh.
Rain dan bibi tua itu keluar dari area rumah sakit, mereka memutuskan menggunakan taxsi untuk sampai di kediaman. Di perjalanan Rain meminta untuk mampir ke sebuah restoran yang di inginkan, meski ini adalah pertama kali nya dia keluar setelah berada di tubuh ini. Tapi dia tak asing dengan negara yang saat ini menjadi tempat tinggal nya.
"Bibi, kau pesan lah terlebih dahulu. Aku akan ke toilet terlebih dahulu." Ucap Rain yang meminta bibi tua untuk memesankan makanan untuk nya dan juga untuk dirinya.
"Baik nona," Jawab bibi pelayan yang menduduki mekda yang berada tepat di pojok ruangan.
Sedangkan Rain, wanita itu pergi ke arah ruangan VIP. Wanita Itu akan menemui seseorang di sana, "Atas nama Nicolas Bladwyn," Ucap Rian pada seorang pelayan restoran.
Mendengar itu, pelayan segera mengantarkan Rain ke sebuah ruangan yang sudah di pesan oleh pria yang namanya di sebutkan oleh Rain. "Silahkan nona."
Pelayan itu menunjuk kan ruangan tersebut, Rain mengangguk dan dia segera masuk ke dalam. Di sana sudah ada dua pria yang tengah menunggu nya, saat pintu terbuka kedua nya langsung menoleh ke arah pintu dan mengerut kan dagu nya saat melihat orang asing yang tak mereka kenali sama sekali masuk ke dalam ruangan.
"Nona, mungkin kah anda tersesat?" Tanya Andrew yang langsung bangkit dari duduk nya, dia sangat tidak menyukai seorang perempuan kecuali Rain.
Rain segera membuka topi yang dia gunakan, meski begitu kedua pria itu masih tak mengetahui siapa dia. "Aku Rain, Rain Angello." Ucap wanita itu yang menatap kedua pria di depan nya dengan sendu.
Nick segera bangkit, dia menatap Rain dari atas ke bawah, "Kau... Kau bukan Rain." Gumam pria itu.
Rain meraup wajah nya kasar, kini mata nya sudah memerah. " Nick, bukan kah dua hari yang lalu aku sudah menjelaskan nya kepada mu?" Ucap Rain, wanita itu sangat menyayangkan sifat pelupa teman nya itu.
Andrew menatap Nick yang terlihat kebingungan, namun tak lama pria itu menatap terkejut pada Rain. "Ini... Ini tidak mungkin.. Bagaimana bisa..." Ucap pria itu.
Ketiga nya akhirnya duduk bersama, Rain menjelaskan dan meyakinkan mereka bahwa dirinya adalah Rain Angello. Rain yang telah mati karena kecelakaan pesawat dan kembali hidup di tubuh seseorang.
Setengah jam kemudian, ketiga nya keluar dari ruangan itu. Andrew menghela nafas, "Aku masih tidak percaya, tapi aku bersyukur jika kau benar-benar masih hidup Rain." Ucap pria itu, kini tatapan nya tak sedingin saat awal pertama mereka bertemu.
"Ya, aku pun merasa ini tak masuk akal. Tapi, kini aku sudah berada di tubuh orang lain yang bahkan sudah menikah. Ini membuat ku frustasi," Gerutu Rain kesal.
Kedua pria itu hanya terkekeh melihat teman nya yang terlihat frustasi, ini kali pertama nya mereka melihat Rain yang benar-benar tak berselera untuk menjalani hidup.
" Makanya, kalau mau pergi jalan-jalan itu minimal ajak-ajak. Kan kalau satu mati, kita semua mati." Ucap Nick yang menyindir Rain, tapi dia sendiri tidak menyadari perkataan nya.
"Bodoh," Rain dan Andrew kompak menoyor kepala Nick.
Brukk...
Saat mereka tengah sibuk berbicara, seseorang menabrak tubuh Rain. "Maaf," Ucap pria itu singkat dan terkesan dingin.
Rain yang merasakan bahu nya sakit hanya bisa meringis kecil, dan kini dia menoleh ke arah pria yang menabrak nya. "Lain kali, berjalan lah dengan hati-hati." Ucap wanita itu yang langsung melanjutkan perjalanan nya bersama kedua rekan nya.
Sedangkan pria yang menabrak Rain tadi menatap kepergian Rain dengan tatapan antara terkejut dan juga marah, seorang wanita di belakang nya juga tak kalah terkejut meliha Rain.
"Bukan kah itu Rain, Max?" Tanya wanita itu pelan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!