NovelToon NovelToon

BENCI JADI CINTA

Bab 1. Menolak

"Aku tidak mau menikah, aku masih SMA, aku mau melanjutkan Sekolah." Tolak seorang lelaki tampan tidak mau menikah dengan gadis pilihan kedua orang tuanya.

Lelaki tampan dan dingin itu yang menjadi idola para cewek di sekolahnya, dia tidak mau di jodohkan dengan Anak gadis sahabat Papanya. Apalagi dia tidak mengenal gadis itu sama sekali.

"Tidak bisa, kamu tetap harus menikah, Papa sudah berjanji dengan almarhum sahabat Papa." Tegas Pak Andi pada Anak semata wayangnya.

"Nak, Mama harap kamu mau menerima perjodohan ini, Pak Yusran sangat sangat banyak membantu kita. Kalau tidak ada beliau kita tidak tau nasib kita gimana sekarang." timpal Mama Vina membuat remaja tampan itu luluh.

"Ma, tapi aku masih..." remaja tampan yang mempunyai nama Rangga itu tidak melanjutkan perkataannya lagi, karena Mama Vina sudah memotong pembicaraannya.

"Kamu masih bisa melanjutkan sekolah hingga sarjana, begitu juga dengan istri kamu nanti, kalian masih bisa melanjutkan sekolah hingga sarjana." Timpal Vina dengan lembut membuat hati Rangga adem.

Rangga tidak akan bisa membantah Mamanya. Remaja itu sangat menyayangi Wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu.

"Mulai sekarang kamu jauhi gadis yang tidak tau sopan santun itu!" titah Pak Andi tidak menyukai gadis yang selalu menempel pada Putranya itu.

Rangga tidak menjawab apa-apa lagi, remaja tampan itu bangkit dari duduknya, ia langsung keluar rumah dan menunggang kuda besinya pergi dari rumah.

Sebenarnya Rangga Anak yang baik dan penurut, dia tidak pernah kasar pada kedua orang tuanya. Rangga hanya ingin bebas dan menggapai cita-citanya hingga sukses.

"Pa, gimana kalau Rangga beneran tidak mau menikah dengan Rena?" tanya Vina khawatir kalau dia tidak bisa menepati janjinya pada orang yang telah menyelamatkan dan membantunya hingga menjadi seperti saat ini.

"Kita harus membuat Rangga setuju menikah dengan Rena, Papa tidak mau melanggar janji pada sahabat Papa yang telah memberi kita kekayaan, jika bukan karena Pak Yusran, mungkin kita sudah menjadi gembel dan hidup sengsara." Pak Andi tidak mau mengingkari janjinya dengan Pak Yusran untuk saling menjodohkan Putra Putri mereka .

Walaupun sekarang Pak Yusran sudah tiada, namun Pak Andi tetap memegang janjinya untuk menikahkan Putranya dengan Putri sahabatnya.

Flashback on.

"Pak tolong saya Pak, istri saya ingin melahirkan, kami butuh tumpangan ke rumah sakit." Mohan Pak Andi pada orang yang ada didalam mobil yang dia berhentikan tadi.

"Maaf, saya tidak bisa menolong, saya sedang terburu-buru." Jawab orang yang berada di mobil itu dan langsung pergi meninggalkan Pak Andi begitu saja.

Pak Andi sudah menghentikan beberapa kendaraan yang lewat, namun tidak ada satupun yang mau menolong dan mengantarkannya ke rumah sakit.

Pak Andi jadi berputus asa, dan takut kalau istrinya tidak bisa di selamatkan. "Pa, sakit Pa, Mama sudah tidak tahan lagi." Rintih Vina kesakitan menahan perutnya yang sangat teramat sakit karena mau melahirkan.

Pak Andi tidak bisa berbuat banyak, dia terpaksa menggendong istrinya berjalan kaki. Di saat ia hendak melangkahkan kakinya tanpa disangka sebuah mobil mewah berhenti di depannya.

Pak Yusran menghentikan langkahnya karena sudah terhalang oleh mobil yang tiba-tiba berhenti didepannya itu.

Seorang wanita anggun turun dari mobil tersebut dan di belakangnya juga ikut turun seorang lelaki tampan. Wanita anggun itu yang bernama Azuhra buru-buru mendekati Pak Andi yang sedang menggendong istrinya yang sedang menahan sakit.

"Bang, itu Akak nape?" tanya Azuhra yang seperti khawatir. Pak Andi hanya diam karena kurang paham pada bahasa yang digunakan oleh wanita anggun itu.

"Mas, istrinya kenapa?" timpal lelaki yang di belakang Azuhra tadi. " Mas, istri ku mau melahirkan, tapi disini tidak ada taksi, jadi terpaksa harus jalan kaki." Jawab Pak Andi sedih.

"Mari bawa masuk ke mobil, kami akan mengantar mas dan istri mas ke rumah sakit." Pak Yusran segera membuka pintu mobil mempersilahkan Pak Andi dan istrinya masuk.

Azuhra juga segera masuk ke mobilnya dan duduk di sisi Pak Yusran suaminya. Setelah semuanya siap, Pak Yusran segera menjalankan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.

Vina yang dipapah oleh Pak Andi suaminya, terus merintih kesakitan. Wanita yang berpakaian sederhana itu seperti sudah tidak tahan lagi dengan sakitnya.

Azuhra yang duduk di sebelah suaminya mengemudi menatap iba pada wanita yang menjerit sakit itu, dia memegang perutnya, karena dia juga sedang mengandung buah cintanya dengan suaminya yang baru memasuki 4 bulan.

"Abang, tolong laju sikik biar cepat sampai!" titah Azuhra pada Yusran dengan logat bahasa di Negerinya.

Yusran segera menambah kecepatan mobilnya, seperti yang di perintahkan oleh suaminya. Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit.

Suster segera membantu Vina duduk di kursi roda dan langsung di dorong keruang persalinan. Azuhra dan Yusran juga mengikuti kemana Vina di dorong oleh suster.

Semua berhenti di depan pintu ruangan persalinan. sedangkan Vina segera di tangani oleh doktor.

Andi menatap kedua pasutri itu, lelaki yang terlihat lusuh itu, ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua pasutri itu yang dianggapnya Malaikat penolong.

Saat Andi hendak berterimakasih, pintu ruangan Vina dibuka oleh dokter cantik yang bernama Olivia.

"Permisi, yang mana keluarga pasien?" tanya dokter cantik itu. "Saya dok, ada apa?" tanya Andi kembali pada dokter Olivia.

"Istri anda harus segera dioperasi karena tidak ada jalan lahir, dan air ketubannya juga sudah pecah, jadi harus segera dioperasi agar bayi selamat." Ujar dokter Olivia.

"Apa...operasi?" tanya Andi terkejut, bagai mana tidak, dia khawatir kalau biayanya mahal, dia tidak mungkin sanggup membayar karena uang simpanannya hanya 2 juta saja.

"T... Tapi dok, saya t...tidak." Ucapan Andi terhenti karena Yusran menyahutnya. " lakukan yang terbaik dok, selamatkan keduanya!" Sahut Yusran pada dokter Olivia.

"Maaf, anda siapa?" tanya dokter Olivia. " Saya Abangnya pasien." Jawab Yusran tanpa ragu.

"Kalau begitu baiklah, Pak." Jawab dokter Olivia dan segera masuk kedalam untuk melakukan persiapan operasi.

Yusran tau apa yang sedang di pikirkan oleh Andi, Yusran terpaksa mengaku sebagai Kakak pasien, walaupun mereka baru tadi saling kenal bahkan belum tau siapa nama satu sama lain.

Sedangkan Andi menatap heran pada kedua pasutri itu yang mengaku sebagai Abang dari istrinya.

Yusran yang peka dengan tatapan Andi padanya, dia langsung berkata. " Tidak usah khawatir kami akan membantumu." Ujar Yusran pada Andi agar tidak memikirkan soal biaya persalinan.

"Tapi aku tidak punya uang untuk membayar pada anda." Andi khawatir tidak sanggup membayar uang yang akan di keluarkan Yusran untuk operasi istrinya.

"Tenang aja, kami ikhlas membantu anda, Semoga operasinya lancar dan keduanya selamat." Ucap Yusran sembari melihat pada istrinya.

Azuhra yang sedikit paham, ia mengangguk setuju seperti yang dikatakan oleh suaminya.

Andi berlutut di hadapan Yusran dan Azuhra Dai mengucap syukur dan terimakasih pada Yusran dan Azuhra.

Andi tidak pernah menyangka tuhan menghadirkan dua orang yang berhati Malaikat untuk menolongnya.

Yusran langsung meraih pundak Andi, memintanya untuk bangun tidak enak dilihat orang. Andi bangun dan segera memeluk Yusran.

Flashback off.

"Andi tidak akan pernah melupakan jasa yang di berikan Yusran kepadanya.

Bersambung.

Bab 2. Rangga Frustasi

"Ma, besok Kak Zuhra kembali kesini, dan dia bilang, dia akan kembali memimpin perusahaan pusat kembali. Perusahaan di sana sudah dia jual, dia juga akan menetap disini." Pak Andi menceritakan apa yang di katakan oleh Azuhra kepada istrinya.

Mendengar cerita suaminya, Vina sangat senang karena Azuhra yang sudah di sebut Kakak olehnya akan kembali ke indonesia. Namun dia juga khawatir kalau Rangga tidak mau menikah dengan Rena, Putri dari Azuhra dan almarhum Yusran.

Vina ingat betul perjanjiannya dengan Yusran dan Azuhra waktu itu. Wanita itu tidak akan melupakan semua jasa yang sudah diberikan untuknya oleh kedua orang tua Rena.

"Mama akan terus membujuk Rangga supaya mau menerima perjodohan ini. Kita akan sangat malu kalau Rangga menolak perjodohan yang sudah kita sepakati dulu." Vina tidak tau harus berbuat apa kalau Rangga tetap bersikeras menolak perjodohan antara dia dan Rena.

Sementara disebuah kafe yang dikenal sebagai tempat nongkrong para Anak muda, Seorang pemuda tampan duduk termenung diantara teman-temannya. Lelaki tampan itu terus saja memikirkan perkataan kedua orang tuanya tadi.

"Bagaimana mungkin aku menikah dengan orang yang tidak aku kenal sama sekali. Bagaimana kalau dia jelek, aku pasti menjadi bahan olokan seumur hidup oleh teman-temanku, aku tidak mau itu terjadi." Gumam lelaki tampan itu dalam hati.

"Lo kenapa, kok diam, ada masalah?" tanya Azam pada Rangga yang dari tadi terlihat melamun saja.

"Iya, kalau ada masalah lo cerita sama kita-kita, ya gak bro?" sahut Ilham membenarkan pada teman-temannya yang lain.

Rangga hanya menggeleng, pemuda itu memang dikenal dingin dan irit bicara. Semua temannya sudah terbiasa dengan sikap dingin Rangga, jadi bagi mereka hanya biasa-biasa saja.

Tidak lama kemudian datang Lidia dan gengnya yaitu Dina dan Leni. "Hai guys, apa kabar?" sapa Lidia ramah sembari menyuruh Ilham bergeser karena dia ingin duduk disebelah Rangga.

Rangga yang risih cuma berdecak saja. Rangga sebenarnya tidak suka sama Lidia, tapi hanya Lidia saja yang kegatalan mengejar-ngejar Rangga dan mengaku pada seluruh siswa disekolah kalau dia pacarnya Rangga.

Rangga tidak ambil pusing, biarkan saja Lidia mengaku pacarnya yang penting dia tidak suka dan tidak punya hubungan apa-apa sama perempuan gatal itu.

Lidia mulai menyandarkan kepalanya di bahu Rangga, Rangga yang risih menggeser bahunya agar Lidia tidak bersandar padanya.

Sontak Lidia hampir jatuh karena Rangga bergeser. Ilham dan Azam hanya mampu tertawa tanpa suara, kedua lelaki itu dan yang lainnya juga malas mendengar omelan Lidia nantinya.

Jadi lebih baik mereka milih aman aja. "Gue pulang dulu, gak enak badan." Ucap Rangga sembari bangkit dari kursi duduknya tadi.

"Hati-hati bro." Jawab Ilham dan Azam. sedangkan Lidia menatap kesal pada Rangga. "Bisa-bisanya dia menghindari ku." Gerutu Lidia dalam hatinya.

Rangga menunggangi kuda besinya ke tepi pantai, pemuda tampan itu ingin menyendiri sesaat. Rangga terus saja memikirkan perjodohannya sama gadis yang tidak dia kenal itu.

"Di zaman yang sudah modern kok masih ada ya orang tua yang menjodohkan Anaknya, heran gue sama Papa dan Mama." Rangga berbicara dengan motor kesayangannya walaupun dia tau tidak mungkin ada jawaban dari motor itu.

Rangga benar-benar frustasi memikirkan tentang perjodohannya.

Sementara ditempat lain yaitu di Negeri seberang. Seorang gadis cantik dan anggun sedang di teriaki oleh teman-temannya.

Terdengar suara teriakan disetiap orang yang berada disitu. "Rena...Rena...Rena..." Semua orang meneriaki nama Rena ketika gadis cantik itu mencapai garis finish.

Rena turun dari motor gedenya dan membuka helmnya, lalu berjalan menghampiri para membernya yang sedang girang meneriaki namanya itu.

"Awak best, awak betul-betul off the best." Kawan-kawan Rena memuji gadis cantik dan anggun itu.

"Thank." Jawab Rena sembari melakukan tos dengan kawan-kawannya itu. Kemudian Rena mengajak kawan-kawannya itu duduk di bangku.

"Macam mane, awak jadi tak pindah ke Indonesia?" tanya salah satu kawan Rena yang akrab dengannya.

"Aku tak tau lagi, tengok nanti Mak cakap ape, kalau jadi aku nak buat macam mane? Aku mesti la ikut die, takkan la aku tinggal kat sini seorang." Jawab Rena pada kawan kawannya.

Kawan-kawan Rena terdiam menatap sendu pada Rena. kawan-kawan Rena sedih karena kehilangan salah satu teman yang selalu berada diantara mereka.

Rena mengerti dengan kesedihan Kawan-kawannya. Wanita cantik itu tidak bisa berbuat banyak karena itu keputusan dari Mamanya.

"Dah lah, tak yah sedih, kite 'kan bisa video call, kalau ade mase awak- awak datang aje kerumah ku kat Indonesia. Kite orang bisa lah jalan-jalan kat sana." Rena meminta pada kawan-kawannya agar tidak sedih melepasnya pergi.

"Tapi, awak tak boleh lupakan kita-kita orang to?" kawan-kawan Rena mengingatkan Rena agar tidak melupakan mereka.

"Tak lah, awak-awak member aku yang the best to?" keempat gadis itu saling memeluk dan saling menangis karena besok mereka akan berpisah dengan salah satu teman baik mereka.

Di Indonesia, Rangga yang sudah cukup menyendiri, pemuda itu kembali kerumahnya karena waktu sudah hampir magrib.

Rangga tiba dirumah tepat waktu magrib. Pemuda itu langsung masuk kekamarnya dengan buru-buru. Samapi didalam kamar pemuda itu segera membersihkan diri dan langsung menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim.

Rangga walaupun suka balapan namun pemuda itu tidak pernah lupa pada kewajibannya sebagai umat muslim. Pak Andi dan Mama Vina sudah mengajarkan Putranya itu taat beribadah sebagaimana dirinya dan suaminya tidak pernah meninggalkan kewajibannya.

Sejak kecil Rangga sudah diajarkan sholat, dan Rangga juga pernah mondok beberapa tahun hingga tamat SMP. Rangga berhenti mondok saat masuk ke sekolah SMA. Namun Rangga tidak lupa pada ilmu yang sudah didapatkannya saat mondok.

Rangga juga sering membaca Alquran sebelum dia tidur. Seperti malam ini Rangga memulai membaca Alqur'an setelah makan malam.

Mama Vina masuk kedalam kamar Putranya, dia melihat Putranya sedang mengaji, wanita paruh baya itu duduk ditempat tidur Putranya menunggu Putranya selesai membaca Alquran.

Rangga menyudahi mengajinya saat menyadari Mamanya sudah duduk diranjang tidurnya.

"Mama, ada apa?" tanya Rangga setelah selesai menyimpan Al-Qur'an pada tempatnya semula.

Mama Vina menatap lekat wajah Putra semata wayangnya yang sudah menjadi pemuda tampan. Kalau Vina ingat saat dia hamil dan waktu mau melahirkan, Mama Vina tidak bisa membendung air matanya.

Namun Mama Vina sangat bersyukur Allah telah mengirimkan dua suami istri yang berhati malaikat untuk menolongnya.

"Nak, kamu sekarang sudah besar, sudah menjadi Sorang pemuda tampan dan gagah, kalau Mama ingat saat Mama mengandung mu dan melahirkan mu," Mama Vina tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

Mama Vina sudah berkaca -kaca, jangankan mengingat, menceritakan saja Mama Vina rasanya tidak sanggup.

Rangga mengusap air mata wanita yang melahirkannya itu dengan kedua ibu jarinya.

"Ma, kenapa, sebenarnya ada apa saat Mama mengandung ku?" tanya Rangga dia jadi penasaran, dia juga ingin tau mungkinkah ada rahasia yang ditutupi Kedua orang tuanya saat mengandungnya. Pikir Rangga.

Bersambung.

Bab 3. Hati Rangga Luluh

Rangga membingkai wajah wanita yang melahirkannya itu dan menatap dua mata yang beranak sungai. "Mah, apakah ada yang Mama dan Papa tutupi dari Rangga?" tanya Rangga yang mulai berfikir ada rahasia apa saat Mamanya mengandungnya.

Vina secepatnya menggeleng. "Tidak Nak, hanya saja dulu---"Vina menggantungkan ucapannya. "Kenapa, tolong cerita sama Rangga!" tekan Rangga pada Vina Mamanya.

"Waktu Mama sedang mengandung mu, Mama hidup sangat kekurangan, bahkan untuk makan saja susah, dan disaat Mama akan melahirkanmu tidak ada satu orang pun yang mau menolong, Papamu sudah memberhentikan beberapa mobil untuk membantu membawa Mama kerumah sakit, namun tidak ada satupun orang yang mau membantu kami." Vina berhenti sejenak, wanita itu rasanya tidak sanggup menceritakannya lagi.

Namun Vina harus bercerita agar Rangga tau kenapa Vina dan suaminya menjodohkannya.

"Setelah itu?" tanya Rangga karena Mamanya sudah berhenti bercerita. Kemudian dengan sesak didada kembali melanjutkan ceritanya hingga datang sebuah mobil yang dengan suka rela membantunya dan membawanya keruamah sakit dan membayar biaya operasinya.

Rangga mengangguk dia mengerti sekarang, kenapa Kedua orang tuanya ingin menjodohkannya dengan orang yang sudah menolong kedua orang tuanya.

"Mama sangat berharap sama kamu Nak, Mama sama Papa tidak ingin membuat Kak Zahra kecewa." Vina sangat berharap Kalau Putranya akan mengerti dan mau menerima perjodohan ini.

Setelah menceritakan semuanya pada Rangga, Vina keluar dari kamar Putrinya. Wanita paruh baya itu menyapu habis air matanya sebelum menemui suaminya dikamar.

Sedangkan Rangga duduk merenung dikamar, pemuda tampan itu mungkin lagi memikirkan tentang cerita Mamanya tadi.

Sementara dilain tempat yaitu di Negeri tetangga, jiran Negara kita.

"Ren..Rena..." panggil seorang wanita yang masih kelihatan cantik dan modis walau sudah kepala empat.

"Akak tak balek lagi," sahut gadis yang bertubuh gembul yang sedang menonton di ruang televisi.

"Aduh, tu budak, dah bagi tau kite nak ke indonesia besok, tapi budak tu tak nak ambil pusing, macam tak nak ikut je." Azuhra merepet sendiri.

"Tak tau lah Mak, mungkin Kak Rena tak nak ikut kot." Sahut gadis yang bertubuh gembul itu lagi.

"Tak tau lah." Sahut Azuhra lagi, kemudian kembali pada pekerjaannya lagi.

Sementara gadis yang bertubuh gembul yang bernama Nana itu mengedikkan bahunya dan kembali melanjutkan tontonannya.

Nana Anak dari Kakak kandung Azuhra, kedua orang tua Nana telah tiada dalam sebuah kecelakaan saat melakukan perjalan bisnis ke Negeri yang berlambang singa.

Azuhra membawa Nana kerumahnya dan membesarkan Nana seperti Rena Anaknya sendiri.

Nana yang waktu itu masih sangat kecil tidak tau kalau kedua orang tuanya sudah tiada, yang Nana tau Azuhra adalah Mamanya dan Rena adalah Kakaknya.

Hingga sampai saat ini Nana tidak tau kalau Azuhra bukanlah Ibu kandungnya. Begitupun dengan Rena, gadis cantik itu juga tidak tau kalau Nana bukan Adik kandungnya.

Wajah Rena dan Nana juga sangat mirip, hanya saja Nana lebih sedikit gembul. Umur keduanya juga hanya selisih dua tahun lebih tua Rena.

Tidak lama kemudian seorang gadis cantik membuka pintu utama sebuah rumah, gadis cantik itu berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh pemilik rumah.

Namun saat melewati ruang tv tanpa sengaja Nana melihat kalau Kakaknya sedang berjalan pelan dan menunduk.

"Akak..." panggil Nana kaget.

"Hiiizt..." Rena meletakkan jari telunjuknya dibibir sebagai isyarat kalau Nana tidak boleh berisik.

Kemudian Rena berjalan pelan mendekati Adiknya itu. "Kalau awak bagi tau Mak, aku belasah korang." Ancam rena, kemudian Rena berlalu ke kamarnya setelah memberi amaran untuk Adiknya.

Nana hanya diam, dia pura-pura tidak tau apa-apa. Baginya Kakaknya itu sudah biasa seperti itu.

Sesaat kemudian Azuhra kembali lagi keruang tv, dia ingin menanyakan Rena apakah sudah disiapkan semua karena besok mereka harus terbang ke Indonesia.

"Aduh tu budak, tak pulang lagi ke?" tanya Azuhra pada Nana yang masih setia melebarkan matanya pada layar didepannya.

"Akak kat bilik, baru je balek." Nana memberitahu Mamanya, sepertinya gadis gembul itu tidak mengindahkan ancaman Rena tadi.

"Ye ke?" tanya Azuhra lagi, membenarkan apa yang Nana katakan.

Nana hanya mengangguk mengiyakan. Azuhra langsung kekamar Rena. Tanpa mengetuk pintu Azuhra langsung menerobos.

Rena ternyata sudah terlelap bersama mimpinya. "Budak ni." lirih Azuhra saat melihat Anaknya sudah terlelap.

"Bangun...bangun...bangun tak? tak bangun Mak siram, nak pure-pure tido, awak ingat Mak tak tau ke?" Azuhra tetap membangunkan Rena karena dia pikir Rena hanya pura-pura tidur. Padahal Rena benar-benar sangat mengantuk karena kelelahan balapan tadi.

Mau tidak mau Rena pun dengan terpaksa bangun walau matanya masih terpejam.

"Ape lah Mak ni, kacau orang tido je, aku dah sangat mengantuk lah." Rena sangat kesal pada Mamanya kerana membangunkannya yang sedang di alam mimpi.

"Macam mane Mak nak ajar Korang, awak ni Anak dare, tak elok kelua dan balek rumah tengah malam macam ni. Dah tu sembahyang tak awak hiraukan, nak jadi ape awak ni hah." Azuhra memang sedikit keras mengajarkan Anaknya, dia tau kalau dia tidak tegas Anaknya ini tidak akan takut padanya.

Azuhra sebagai single Mom, takut kalau Anaknya terpengaruh dengan pergaulan bebas, apa lagi di Negara ini bermacam suku bangsa.

Azuhra tidak mau hal-hal yang tidak dinginkan terjadi pada Anak gadisnya, begitu juga dengan Nana, namun Nana sangat patuh padanya.

Rena tidak menjawab apa-apa, matanya terus terpejam, tubuhnya bersandar pada kepala ranjang.

"Ape awak dah besiap? besok kita mesti ke indonesia?" tanya Azuhra pada Putrinya itu.

Namun tidak ada jawaban apapun dari Anaknya itu.

"Awak dengar tak?" Azuhra meninggikan suaranya hingga membuat Rena terperanjat dan segera membuka matanya.

Ternyata Rena tertidur sembari bersandar, jadi dia tidak mendengar yang Azuhra katakan tadi.

"Ah... Ape, ape Mak? tanya Azuhra dalam keterkejutannya. Azuhra menepuk jidatnya. Lelah sudah dia menceramahi Anaknya sampai mulutnya berbusa, eh ternyata orang yang diceramahi asyik dilam mimpinya.

"Aduh...pening aku punya Anak macam ni." Azuhra menggeleng-gelengkan kepala dengan tingkah Putrinya itu.

"Baik awak besiap, Mak tak nak tau, besok pagi awak dah siap, kita ke Indonesia." Tekan Azuhra pada Rena, setelah itu dia langsung keluar.

Azuhra sungguh sangat pusing dengan Anaknya yang satu ini.

******************

"Haruskah aku menerima perjodohan ini, tapi bagaimana, aku tidak mencintai gadis itu, jangankan mencintai, mengenalnya saja tidak. Yang pasti aku benci, benciiiiii, benci perjodohan ini." Rangga sangat frustasi.

Disatu sisi Rangga tidak mau dijodohkan, dia ingin bebas dan ingin melanjutkan sekolahnya. Apa lagi sekolahnya hanya tinggal delapan bulan lagi, dan setelah itu Rangga akan melanjutkan ke universitas.

Namun perjodohan dan pernikahan pasti akan membuatnya tidak sebebas dulu, pasti dia akan merasa terkekang.

Disisi lain Rangga tidak mungkin menolak lagi perjodohan ini, apa lagi setelah mendengar cerita dari Mamanya. Rangga sungguh tidak mau dicap sebagai Anak yang tidak berbakti pada kedua orang tuanya.

Rangga sangat menyayangi orang tuanya. Dia selalu patuh dan menuruti arang tuanya. Namun permintaan orang tuanya kali ini sungguh diluar kendalinya.

"Baiklah, aku siap dengan pernikahan ini, tapi aku tidak akan menyentuhnya, aku benci kamu," ucap Rangga seakan gadis yang akan dinikahinya berada didepannya saat ini.

Akhirnya pemuda tampan itu terlelap juga bersama pikiran nya yang frustasi.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!