NovelToon NovelToon

Kesatria Awal Mula

Awal kebangkitan

Satria adalah seseorang yang terlahir dengan kekuatan fisik paling lemah diantara teman-temannya,hingga ia selalu terintimidasi oleh semua orang yang mengenalnya,kecuali ibu dan teman satu-satunya.

"Satria,bangun nak,hari ini adalah hari kebangkitan kemampuan,apa kamu tidak ingin mengikutinya?," terdengar suara seorang wanita dari luar pintu kamarnya.

Satria membuka mata, melihat sekeliling untuk memastikan bahwa ia tidak bermimpi. "Aku berada di dunia lain dan menempati tubuh anak dengan nama yang sama,aku merasa jika ini adalah mimpi,tapi setelah ingatan aneh itu,aku yakin jika semua ini nyata," batinnya.

Satria keluar dari kamarnya,melihat wanita cantik yang menjadi ibu di usia muda. "Ibu,aku berjanji untuk menjadi kuat dan melindungi mu." Ucap Satria dengan mata berkaca-kaca.

Ibunya memeluk Satria dengan lembut. "Putraku,aku hanya ingin kamu bahagia,tidak perlu memikirkan ibumu ini, meskipun kamu gagal dalam membangkitkan kemampuan,ibu tidak ingin kamu berduka." Pesannya sambil mengelus kepala putranya yang baru berusia 10 tahun.

"Baiklah Bu,aku berangkat menuju balai desa terlebih dahulu." Pamit nya sambil mencium tangan ibunya.

Satria berjalan kaki dari rumahnya menuju balai desa Kiwa,desa dengan penduduk sekitar 3000 kepala keluarga.

Berjalan sendirian,hingga akhirnya ada seseorang gadis kecil yang seumuran dengannya datang menghampiri. "Satria,kita berangkat sama-sama ya," ajaknya.

Satria mengangguk. "Tapi Mimi,jalanku sangat lambat." Ucapnya sambil terengah-engah kelelahan.

Mimi menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa,kita berjalan pelan-pelan saja."

Satu jam kemudian,Satria kecil tiba di aula desa, tepatnya di sebelah balai desa Kiwa.

Di sana sudah ada banyak anak-anak lain yang sudah tiba,karena datang terakhir, Satria dan Mimi mendapatkan tempat paling belakang. "Maafkan aku Mimi,jika kamu berjalan lebih dulu,kamu tidak mendapatkan tempat terakhir." Kata Satria sambil menundukkan kepalanya.

Kepala Desa Kiwa,Ki Sanjaya menaiki podium. "Baiklah,semua anak-anak telah berkumpul,ayo segera saja dimulai upacara kebangkitan kemampuan."

"total 20 anak tahun ini, siapapun yang dapat membangkitkan kemampuan,silahkan naik ke podium untuk menerima hadiah dari kepala Desa." Perintah wakil kepala Desa. "bagi urutan pertama,silahkan maju ke depan dan letakkan tangan pada bola hitam yang kalian semua lihat," lanjutnya.

Peristiwa sekali seumur hidup bagi anak-anak berusia 10 tahun sedang berlangsung,masa depan menjadi taruhan saat ini,jika berhasil membangkitkan kemampuan,masa depan tidak terbatas,namun jika gagal,hanya menjadi manusia biasa.

Satria melihat anak-anak kecil baginya, jiwanya sendiri sudah berusia 30 tahun di kehidupan sebelumnya, setidaknya menurut ingatan di benaknya.

Proses kebangkitan tidak memakan waktu lama,jika bola hitam menyala maka sudah pasti itu berhasil di bangkitkan. Dari 18 anak,hanya lima anak yang berhasil membangkitkan kemampuan,kali ini giliran Mimi yang berikutnya.

Mimi berjalan menuju bola hitam yang diletakkan di atas meja kayu, meletakkan tangannya, tiba-tiba bola hitam bercahaya dengan sangat terang,udara disekitarnya menghilang dan muncul lagi secara tiba-tiba.

"Selamat atas kebangkitan kemampuanmu, silahkan terima hadiah dari kepala Desa, sekarang giliran yang terakhir." ucap wakil kepala Desa.

Satria berjalan menuju batu hitam dengan langkah lambat. "Cepatlah anak tidak berguna,jalan saja seperti semut." teriak salah satu penonton.

Satria tidak menghiraukan suara di sekitar yang menghina nya,dia hanya terus berjalan hingga akhirnya meletakkan tangannya di atas batu hitam.

Jiwanya merasa sangat kesakitan,yang menyebabkan Satria pingsan di tempat.

"Dasar lemah,gagal membangkitkan kemampuan malah pingsan!," umpat wakil kepala Desa.

"Sudahlah,bawa dia kembali ke rumahnya," perintah kepala desa.

.......

Satria terbangun ketika ia sudah berada di kamarnya. "Kemampuan apa ini?,aneh sekali,tidak hanya meningkatkan kekuatan fisik,tapi juga memiliki fungsi yang aneh," batinnya.

Satria bangkit dari tidurnya dengan sangat mudah,tidak seperti sebelumnya, untuk bergerak saja sangat menguras tenaga.

"Satria, bagaimana keadaanmu nak." Tanya ibunya ketika melihat Satria keluar dari kamarnya.

"Aku baik-baik saja Bu, sekarang tubuhku tidak lagi merasa lemah," jawab Satria.

Ibunya memeluk Satria dengan senyuman khas seorang ibu. "Jadi kamu berhasil membangkitkan kemampuan?,tapi menurut orang yang membawamu kembali,ia mengatakan jika kamu gagal dalam kebangkitan."

Satria hanya menggelengkan kepalanya. "Tidak tahu Bu,saya pingsan setelah menyentuh bola hitam tadi," jawabnya.

"Baiklah kalau begitu,kita makan dulu,ibu sudah memasak daging kelinci kesukaanmu," ajak ibunya.

Ibu dan anak makan bersama dengan lahap, meskipun usia jiwa Satria sebenarnya lebih tua dari ibunya,tapi ia tidak memiliki perasaan aneh apapun,hanya murni perasaan seorang anak kepada ibunya.

"Bu,aku ingin pergi berlatih ke danau di sebelah Desa, mencoba melatih kemampuan baru," ijin Satria.

"Berhati-hati dalam berlatih,jika tidak dapat menggunakan kemampuanmu dengan baik,jangan sampai melukai diri sendiri," nasihat ibunya.

Satria mengangguk dan bergegas menuju danau,tempat dimana ia pergi bermain sendirian untuk menghindari anak-anak lain.

"Aku tidak tahu bagaimana bisa tiba-tiba hidup di dunia yang aneh ini,tapi dengan bangkitnya kemampuanku,aku pasti bisa hidup di dunia ini dengan baik," gumamnya.

"Satria,aku ke rumahmu tadi,tapi kata Tante Shinta,kamu sedang berlatih disini," kata Mimi yang baru saja tiba.

Satria menoleh ke arah suara. "Mimi,kamu tiba di saat yang tepat,ayo latihan." Ajaknya dengan semangat tinggi.

Mimi menghilang dan berada di belakang Satria secara tiba-tiba. "Apa kamu yakin,aku bisa teleportasi," ucapnya.

Satria juga menghilang dan muncul di belakang Mimi. "Aku juga bisa," balasnya.

"Wah,kamu juga bisa,jadi kemampuan kita sama." Ucap Mimi sambil melompat kegirangan.

Satria mengangguk. "Tapi kamu harus janji,jangan bilang siapa-siapa, kalau tidak,aku tidak mau bermain lagi," ucapnya.

Mimi mengangguk-anggukkan kepalanya berulang-ulang. "Aku janji,jika aku berani mengkhianatimu,jiwaku akan hancur dengan sendirinya."

Satria sangat senang dengan sikap Mimi,mereka akhirnya bermain-main hingga larut, mereka akhirnya kembali karena Satria di cari oleh ibunya.

"Maaf ibu,aku bermain dengan Mimi sampai lupa waktu," ucap Satria.

Ibunya menatap Satria dengan senyuman hangat. "Kamu sudah besar sekarang,ibu akan menceritakan apapun yang ingin kamu ketahui setelah berusia 16 tahun,jadi jika ada pertanyaan saat ini yang berhubungan dengan ibu, sebaiknya simpan saja dulu." jelasnya.

Satria mengangguk patuh. "Tidak ibu,aku tidak ingin mengetahui apa-apa,aku hanya ingin menjadi kuat untuk melindungi ibu dari orang-orang yang berbicara buruk tentangmu."

"Hai,kamu masih terlalu kecil nak,tidak perlu memikirkan ibu sampai seperti itu,ibu tidak pernah memperdulikan perkataan orang-orang,yang ibu perhatikan hanya perkembangan mu,putra ibu satu-satunya," jelas ibunya.

Satria meneteskan air matanya,memeluk ibu satu-satunya di dunia yang aneh.

"Kamu sebaiknya istirahat,besok kamu boleh bermain lagi," perintah ibunya.

Satria mengangguk dan berjalan menuju kamarnya.

Satria berbaring dan termenung. "Menjadi anak-anak adalah impian bagi kebanyakan orang dewasa,nikmati saja saat menjadi anak-anak." Batinnya hingga akhirnya tertidur pulas.

...

Hari-hari berlalu dengan cepat,Satria yang selalu bermain bersama Mimi,tanpa terasa telah menginjak usia 16 tahun. Tidak ada orang lain yang mengetahui kemampuan Satria selain Mimi dan ibunya,karena pada dasarnya,tidak ada seorangpun yang ingin berteman dan bermain dengan Satria,hanya Mimi seorang.

.......

Bab 2

Satria sedang bersama dengan Mimi di pinggir danau,duduk dengan tenang dan menikmati keindahan alam.

"Tanpa terasa kita sudah cukup kuat untuk melindungi diri sendiri,kepala Desa memintaku dan orang-orang yang berhasil membangkitkan kemampuan untuk berkumpul di aula Desa, saatnya untuk bertugas di Desa kita." ucap Mimi.

Satria menatap wajah Mimi yang telah tumbuh menjadi gadis yang cantik,mata besar dan hidung kecil yang lancip ujungnya. "Kalau begitu,ayo kita pergi bersama,aku juga ingin bekerja dan mendapatkan hasil untuk ibu."

Mimi mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tentu saja,aku akan menunggumu besok pagi di tempat biasa,ayo sekarang kita latihan berpedang," ajaknya.

Keduanya berdiri berhadapan, dengan memegang sebilah pedang kayu. Mimi menghilang dan muncul di belakang Satria sambil mengayunkan pedangnya. Ding!! pedang Mimi terhalang oleh pedang Satria yang melakukan tangkisan di belakang punggung. Satria menghilang dan mengayunkan pedangnya dari samping Mimi,kedua pedang bertemu lagi,yang menghasilkan suara benturan kecil.

"Satria,gerakan reflek kamu sudah sangat luar biasa,aku sudah lelah,ayo kembali," kata Mimi.

Satria mengangguk. "Gerakan pedang mu sangat cepat,hari juga sudah sore,ayo."

Keduanya tertawa kecil dan berdua kembali ke rumah masing-masing.

"Ibu,aku pulang!." Teriak Satria saat memasuki rumahnya.

Seorang wanita cantik muncul dari belakang rumah. "Kamu sudah besar,kenapa masih berteriak saat memasuki rumah,makan terlebih dahulu,ibu sudah menyiapkannya di atas meja makan."

"Bu,besok aku ingin bekerja di Desa kita,apa ibu mengijinkannya?," tanya Satria.

"Kamu sudah cukup usia untuk membuat keputusan sendiri, terserah kamu mau melakukan apa,mau menikahi Mimi juga ibu tidak keberatan." Jawab ibunya sambil tersenyum main-main.

"Ibu,jangan bercanda terlalu dini,aku ingin memberikan pelajaran yang berharga bagi orang-orang yang pernah berbicara buruk tentang ibuku, wanita paling baik di alam semesta." Kata Satria sambil menatap langit-langit.

Ibunya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Satria. "Apa yang akan kamu lakukan pada orang-orang itu,apa kamu mau bertarung demi mengembalikan harga diri?." Ucap ibunya dengan mengelus rambut putra yang kini lebih tinggi darinya.

Satria menunduk sedikit,agar ibunya dapat mengacak-acak rambutnya dengan mudah. "Tidak ibu,kalau bertarung dengan mereka saja tidak akan seru,aku ingin mereka terdiam dengan prestasiku nanti." Jawab Satria dengan semangat membara.

"Ibu ingin bercerita,tapi rasanya sangat berat,jika kamu tidak ingin tahu tentang ibumu ini,ibu tidak akan memaksakan cerita,ayo kita makan bersama," ajaknya.

"Ibu,aku sudah cukup memahami,tapi aku juga sudah merasa cukup dengan melihat ibu bahagia,jadi tidak perlu repot-repot bercerita yang hanya membuat ibu bersedih,makan lebih enak daripada bercerita yang tidak penting." Balas Satria dengan senyuman hangat.

........

Keesokan harinya,Mimi sudah menunggu di pertigaan jalan antara rumahnya dan Satria,ia tersenyum tatkala melihat Satria datang dengan tergesa-gesa. "Satria,baru hari pertama masuk sudah terlambat, bagaimana dengan hari-hari berikutnya?."

Satria menggaruk belakang kepalanya. "Maaf,aku tidak bisa tidur semalam,baru tidur setelah jam 10 han."

Mimi tertawa terbahak-bahak. "Jam 10 malam tidur terlambat?,kamu ini bercanda saja."

Keduanya menuju ke aula Desa dengan teleportasi karena sudah terlambat,di aula sudah ada 3 orang yang sedang duduk menunggu,satu orang laki-laki dan 2 wanita.

"Maaf kami terlambat." Ucap Mimi dengan menyatukan kedua tangannya.

Ketiga orang tersebut menoleh ke arah Satria dan Mimi yang baru saja tiba. "Satria,ngapain kamu disini,ini adalah tempat para kesatria,bukan tempat orang biasa sepertimu," ejek laki-laki tersebut.

"Berisik!." Ucap Satria sembari muncul di depan laki-laki itu dan memukulinya dengan tinju. Rentetan pukulan menimpa perut dan wajah laki-laki tersebut.

"Hentikan,kalian akan menjadi tim,jadi jangan berkelahi." Kata kepala Desa yang baru muncul. "Satria,Mimi sudah menceritakan tentang anda yang membangkitkan kemampuan, meskipun anda menyembunyikannya dari kami,tapi selama anda bertugas pada usia 16 tahun,kami tidak akan pernah menyalahkan anda," lanjutnya.

Mendengar perkataan kepala Desa,ketiga orang itu terkejut,tapi mereka tetap diam karena kepala Desa sedang berada di antara mereka semua.

"Baiklah,mulai sekarang kalian adalah satu tim,untuk melaksanakan tugas demi kepentingan Desa dan semua penduduk,Mimi, Ani, Luna, Bayu dan Satria. Tugas pertama kalian adalah berpatroli di hutan selatan Desa,jika ada sesuatu yang membahayakan, segera melapor kepada kapten penjaga," perintah kepala Desa.

Berlima,berjalan bersama menuju gerbang selatan Desa Kiwa,setalah mendapatkan ijin dari penjaga gerbang,semua orang memasuki hutan selatan dan tugas resmi dimulai.

"Satria,aku minta maaf atas ejekan ku tadi,aku Bayu,aku memiliki kemampuan tubuh fisik yang kuat dan dapat diandalkan pada garis depan," ucap Bayu.

"Aku Ani,dengan kemampuan penyembuhan,jadi jika ada yang terluka,aku bisa diandalkan," sahut Ani.

"Aku Luna,memiliki kemampuan spiritual,dapat melihat sekeliling dalam radius 1 kilometer,jadi aku bisa menjadi pengintai," lanjut Luna.

"Aku Mimi, Satria sudah mengenalku sejak kecil,jadi perkenalan itu tidak berguna." Kata Mimi dengan senyuman main-main.

Satria mengangguk dan berjabat tangan dengan ketiganya. "Aku dan Mimi memiliki kemampuan yang sama,jadi tidak perlu menjelaskan,kalian juga sudah melihatnya sendiri tadi," ucapnya.

"Kemampuan ku yang sebenarnya adalah Awal dari segalanya, dapat meniru apapun karena semuanya memiliki Awal,tapi terlalu sulit untuk dijelaskan," batinnya.

"Baiklah karena semuanya sudah saling mengetahui kemampuan masing-masing,kita berjalan pelan-pelan sambil melihat situasi," kata Bayu.

"Kita harus memilih kapten,bagaimana kalau Mimi saja yang menjadi kaptennya!," usul Ani.

Luna mengangguk,tapi Mimi menggelengkan kepalanya. "Tidak, sebaiknya laki-laki saja yang menjadi kapten," kata Mimi.

Satria dan Bayu saling melihat. "Biar Mimi saja yang menjadi kapten," ucapnya kompak.

Mau tidak mau,Mimi menjadi kapten tim mereka.

"Baiklah jika kalian semua setuju untuk menjadikanku kapten,selama pertarungan,kalian harus menuruti perintah kapten ini," kata Mimi.

Seketika Satria dan lainnya merasakan firasat buruk.

Mereka berlima berjalan beriringan menyusuri hutan,melintasi pepohonan yang rindang.

"Tolong,ada babi hutan yang menyerang ladang ku, siapapun tolong bantu mengusir kawanan babi hutan." Terdengar suara teriakan dari kejauhan.

Mereka berlima segera pergi menuju teriakan.

"Ada seseorang petani di depan,dalam keadaan panik dan meraung-raung," kata Luna.

Dalam beberapa menit,mereka berlima telah menemui petani tersebut.

"Dimana letak ladang anda,disini adalah hutan,mana ada ladang di wilayah ini," kata Mimi.

Lelaki tua tersebut tertawa. "Aku hanya memancing kalian kesini,bodoh sekali, sekarang kalian serahkan harta yang kalian miliki," ucapnya.

"Anda sepertinya salah paham,kami ada lima orang,jadi anda sudah terkepung," kata Bayu.

"Haha,saya tidak sendiri,lihat sekeliling," kata lelaki tua tersebut.

Tiba-tiba muncul 10 orang dari kedalaman tanah. "Cepat serahkan harta kalian,atau tiga wanita cantik itu saja yang mengikuti kami!."

Mimi menarik pedang panjang yang berada di punggungnya. "Berantem saja lah, daripada repot-repot negosiasi yang tidak berguna," ucapnya.

Keempat lainnya membentuk formasi. "Luna,berapa pedang terbang yang bisa kamu gunakan," tanya Bayu.

"Aku hanya mampu menerbangkan dua pedang saat ini,sudah batas kemampuan spiritual ku," jawab Luna.

"Dengan itu,kamu bisa melindungi Ani dengan baik,ayo Satria kita berkolaborasi," ucap Bayu.

Satria mengangguk dan keduanya maju dengan gagah berani, menyerang para pengepung. Bayu memukuli dan Satria meninggalkan pengepungan dengan teleportasi instan,kemudian menyerang dari arah belakang para pengepung. Sayatan demi sayatan dilakukan pada anggota penyerang.

Melihat anggotanya penuh luka,pria paruh baya yang memancing masalahnya sendiri, akhirnya memilih untuk melarikan diri.

"Semuanya,selamatkan diri kalian sendiri, anak-anak itu terlalu cepat." Teriaknya sambil berlari.

Mimi tiba-tiba muncul di depannya dan langsung menebas, sayatan lebar di dadanya membuat pria paruh baya tersebut langsung pingsan.

"Ani, sembuhkan lukanya,nanti bisa mati kehilangan banyak darah," kata Mimi.

Ani mengobati luka semua orang agar tidak keburu mati,dalam sekejap sayatan lebar telah dipulihkan,setelah mengikat semua orang,Mimi menghubungi kapten penjaga Desa,untuk membawa orang-orang kembali ke Desa dan di interogasi.

........

Bab 3

Setelah menaklukkan perampok yang muncul entah darimana, Satria, Mimi,Luna, Ani dan Bayu melanjutkan patroli,hingga merasa lapar,semuanya memutuskan untuk berburu hewan dan membakar daging terlebih dahulu.

"Satria,kamu merahasiakan kemampuan selama ini,apa yang kamu lakukan selama 6 tahun ini,siapa yang melatih mu?," tanya Ani.

"Ibuku yang melatihku,beliau sangat kuat,juga ada Mimi yang selalu menjadi rekan tanding yang baik," jawab Satria.

"Jadi selama ini Mimi jarang mau bermain dengan kita,karena selalu bersamamu,apa Mimi menyukaimu?," sahut Luna.

Wajah Mimi memerah mendengar perkataan Luna. "Aku dan Satria berteman sejak kecil,jadi wajar jika aku sering bermain bersamanya."

"Di wilayah tinggal aku dan Mimi tidak banyak orang yang seumuran,mungkin itu juga yang membuat Mimi mau berteman denganku yang tidak berguna," kelakar Satria.

"Tidak berguna apanya,waktu kamu memukuli ku,aku tidak bisa melawan,padahal kemampuanku adalah peningkatan kekuatan fisik,jelas kekuatan fisikmu lebih kuat dariku," bantah Bayu.

"Waktu kita bertanding,aku selalu kelelahan terlebih dahulu," balas Mimi.

"Tapi bagus juga, seorang yang awalnya sangat lemah dalam kekuatan fisik,menjadi sangat kuat setelah kebangkitan kemampuan," kata Ani.

"Setelah aku melihat Satria dengan menggunakan kemampuan spiritual,ada hal yang sangat aneh pada sirkulasi energi nya, seolah-olah tidak memiliki akhir,bisa dikatakan energinya tidak memiliki batas," ucap Luna.

Mendengar pernyataan Luna,Satria sedikit panik. "Mungkin hasil pelatihan dari ibuku yang luar biasa,jadi memberikan ilusi seperti itu." Bantah nya sambil menggunakan kemampuan spiritual untuk memberikan ilusi,supaya terlihat sama dengan orang normal.

"Benar juga,setelah aku lihat lagi,sirkulasi energi Satria sudah sama dengan kita," kata Luna.

"Jadi kamu yang salah lihat, Satria itu sama saja dengan kita," ucap Mimi.

Satria menghela nafas lega. "Jika kemampuanku diketahui oleh orang lain,maka bahaya buat ibu tidak terelakkan," batinnya.

Melanjutkan patroli harian, Satria dan timnya tidak menemui kendala sampai malam hari,mereka kembali ke rumahnya masing-masing, Satria dan Mimi berpisah di pertigaan jalan, tempat biasanya bertemu.

Satria memasuki rumahnya tanpa suara,karena takut menganggu ibunya. Berjalan mengendap-endap menuju ke kamarnya.

"Anak ibu sudah berani sekarang,masuk rumah diam-diam," ucap ibunya dari belakang.

Satria menoleh dan tersenyum melihat ibunya. "Ibu,aku hanya takut menganggu istirahat mu."

"Bagaimana dengan pekerjaan baru,apa ada sesuatu yang terjadi," tanya ibunya.

"Tidak ada,hanya beberapa tikus yang merampok,tapi sudah kami lumpuhkan dengan mudah,juga aku punya teman baru." Jawab Satria dengan penuh semangat.

Ibunya hanya geleng-geleng kepala melihat Satria yang begitu bersemangat. "Itu salahmu sendiri,ibu sudah bilang kan sejak awal,kamu tidak akan di ejek oleh teman-temanmu kalau sudah membangkitkan kemampuan."

"Iya Bu,aku salah,aku hanya takut kalau di ejek dan langsung memukuli teman-teman,tadi juga aku memukuli Bayu." Kata Satria sambil terkekeh.

"Kamu ini,tapi Bayu tidak marah kan?,kalau marah dan orangtuanya datang,biar ibu yang bertindak." Ucap ibunya mendominasi.

"Kalau berantem ibu memang jagonya,tapi untuk melawan mulut tetangga,ibu diam saja," balas Satria.

Ibunya tertawa terbahak-bahak. "Anak ibu juga sudah berani meledek ibunya sendiri,tapi mulut tetangga memang pedas,jadi sebaiknya kita diamkan saja, lama-lama juga tidak pedas."

Satria tertawa kecil. "Ajarin aku berpedang dong Bu,tadi aku sempat kelamaan waktu melawan para bandit."

"Boleh,tapi ke danau saja untuk berlatih,jika di belakang rumah,suara dentuman mengganggu para tetangga pedas itu,nanti semakin menyala," bisik ibunya.

Satria mengangguk,memegang lengan ibunya dan membawanya berteleportasi menuju danau tempat biasanya berlatih.

"Nak, gunakan seluruh kekuatanmu,jangan menahan diri seperti saat kamu latihan bersama Mimi," kata ibunya.

Satria menggunakan pedangnya, teleportasi digunakan untuk melawan,Ding!! Ding!!! suara tabrakan pedang bergema di danau.

Shinta menggunakan kecepatan cahaya dan menyerang Satria bolak balik tanpa meninggalkan celah serangan balik, Satria tidak mau kalah,menggunakan kombo antara kecepatan cahaya dan teleportasi,tapi masih tidak dapat membuat celah serangan pada Shinta,ibunya yang sangat cepat.

Dentuman demi dentuman terdengar memekakkan telinga, Satria juga menggunakan kemampuan peningkatan kekuatan fisik,juga kemampuan spiritual,yang dia tiru dari timnya.. bommm!!! bommmm!!!!

Namun Shinta masih stabil dan mengimbangi begitu banyak kombo kemampuan Satria.

Pertarungan ibu dan anak berlangsung semalaman,perlahan kemampuan baru Satria juga dikuasai dengan baik,hingga akhirnya Shinta menyerah kehabisan energi. "Sudah cukup,kamu memang tidak kenal lelah," gerutu Shinta.

"Ibu tidak akan pernah kalah memang ya,aku sudah kehabisan taktik untuk membuat celah serangan,tapi tidak ada yang berhasil," keluh Satria.

"Kamu ingin melukai ibumu!,dasar anak kurang ajar," gurau Shinta.

"Bukan begitu,aku hanya penasaran saja, kecepatan cahaya milik ibu sama denganku,tapi reflek ibu sangat luar biasa." ucap Satria.

"Itu hanya masalah pengalaman saja,masih butuh 100 tahun lagi bagimu,untuk mengimbangi ibumu yang hebat ini," jawab Shinta.

Satria mengangguk setuju. "Ibu sangat luar biasa."

"Sudah,ayo pulang,pagi hampir tiba,ibu mau memasak untukmu," pinta Shinta.

Satria membawa ibunya berteleportasi untuk kembali ke rumah, kemudian Satria menuju kamarnya untuk tidur.

"Satria,kamu memang anak dari kakak senior ku yang paling berharga,jika mereka berdua masih ada,pasti akan sangat bangga memiliki putra sepertimu." Batin Shinta dan perlahan air mata mengalir di pipinya.

....

Setelah tidur selama 30 menit, Satria keluar dari kamarnya,melihat ibunya yang tengah menyiapkan makanan di atas meja makan.

"Bu,aku nanti akan pergi bekerja lagi, ada perintah untuk berburu hewan,katanya untuk digunakan sebagai perayaan Desa kita," ijin Satria.

Shinta mengangguk. "Tidak apa-apa,tapi kamu harus ingat,tidak boleh menunjukkan kemampuan lain,selain teleportasi saja."

"Siap Bu, teleportasi malah mudah untuk melarikan diri," kelakar Satria.

"Kamu ini,tapi ibu juga sering menggunakan kecepatan cahaya untuk melarikan diri." Kata Shinta sambil terkekeh.

"Siapa dulu ibunya,tapi pulangnya tidak tahu kapan,karena berburu nya juga agak jauh dari Desa," lanjut Satria.

"Oke,jaga juga teman-temanmu jika mampu,jika kamu tidak mampu,selamatkan diri sendiri terlebih dahulu,ayo makan dulu," kata Shinta.

Keduanya makan bersama, kemudian Satria pergi ke pertigaan jalan untuk menunggu Mimi.

"Satria, tumben sekali kamu tidak terlambat, biasanya paling belakang datangnya," ledek Mimi.

"Kebetulan saja aku bangun tidur lebih awal,jadi ya berangkat saja lebih dulu," balas Satria.

"Karena waktunya masih lama,kita jalan kaki saja ke gerbang Desa, sekalian menghemat energi," ajak Mimi.

Kemudian keduanya berjalan kaki menuju gerbang desa Kiwa yang tidak terlalu jauh,hanya dalam 30 menit, Satria dan Mimi telah tiba di depan pintu gerbang.

Setelah menunggu beberapa menit,ketiga orang timnya telah tiba.

Luna masih tampil energik seperti biasanya dan Ani tampak elegan dengan baju dan celana panjang, sementara Bayu,masih tampak sangar dengan pakaian hitamnya.

"Ayo langsung saja,nanti bisa lebih menghemat waktu," ujar Luna.

Mereka berlima berjalan melintasi jalanan hutan dengan pohon disamping kiri dan kanan.

"Jika kita tidak menemukan hewan buruan,kita bisa bermalam di hutan,apa kalian sudah mempersiapkan barang bawaan?," tanya Luna.

"Semuanya sudah dipersiapkan dengan baik,paling tidak kita membawa air bersih untuk minum,jika tidak ada air bersih di hutan," balas Mimi.

Berlima berjalan selama dua jam,hingga akhirnya tiba di hutan belantara,yang terdapat banyak hewan buruan,namun juga ada binatang ganas yang sangat kuat. Di dalam hutan, semuanya membentuk formasi,dengan Ani yang memiliki kemampuan tempur paling rendah berada di tengah.

"Luna, bagaimana dengan sekitarnya,apa sudah menemukan hewan buruan?," tanya Mimi.

"Masih belum, sepertinya hewan buruan di wilayah ini sudah dihabiskan, bukannya beternak malah berburu terus menerus,habis deh," gerutu Luna.

"Mau bagaimana lagi,yang berburu hewan kan bukan hanya penduduk Desa kita," ucap Bayu.

"Tunggu sebentar,ada hewan buruan di wilayah ini,400 meter di depan kita,tapi ada kawanan serigala liar yang mengejar." kata Luna.

......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!