"Assalamualaikum."
Arumi yang baru pulang kerja tak lupa mengucapkan salam saat memasuki rumah.Dia sebagai istri harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga ibu mertuanya.Itulah yang sedang di jalani wanita cantik itu selama lima tahun belakangan ini. Sejak menikah dengan pria yang tidak di kenalnya, yang ternyata seorang pengangguran.
" Dari mana saja,hah..?Jam segini baru pulang," bentak Gerry, suami Arumi.
"Maaf ya, Mas. Aku pulang telat, soalnya kerjaan aku baru selesai," terang Arumi sambil menyelami tangan suaminya dengan takzim.
Tetapi Gerry menipis tangan Arumi dengan tatapan tajam."Banyak alasan!Bilang aja habis berkeluyuran di luar sana,bukan?Sampai lupa tanggung jawab kamu sebagai istri di rumah ini."
Bukannya mendapat sambutan baik dari suaminya justru tuduhan yang di dapatkan Arumi.
"Kurang tangung jawab apa lagi aku jadi istrimu,Mas? Selama ini, aku yang kerja cari uang.Justru Mas yang tidak bertanggung jawab sebagai suami," tegas Arumi.
Plakk...
Tamparan keras mendarat di wajah Arumi hingga wanita itu menyentuh pipinya yang terasa sakit dan perih.Ini bukan pertama kali mendapatkan tamparan dari suaminya, tapi sudah berulang kali sejak mereka menikah.
"Oh.. sekarang mulai berani ya mengungkit tanggung jawab?! Seharusnya kamu itu bersyukur, aku nikahi yang sedang hamil saat itu.Apa itu masih kurang tangung jawab, hah..?" bentak Gerry yang menganggap dirinya begitu berjasa dalam hidup Arumi.
Tetapi Arumi hanya diam dan menerima perlakuan kasar dari suaminya.Pria yang sudah menyelamatkan nyawanya disaat dia mencoba mengakhiri hidupnya dengan berdiri di jalan rel kereta api.Saat itu, Arumi benar putus asa dengan kondisi yang sedang hamil, apalagi dia diusir dari rumah oleh orang tuanya.Dia akui dirinya salah apa yang dia lakukan karena itu cukup fatal sebagai wanita yang belum menikah dengan menjalin hubungan seorang pria begitu intim membuat dirinya hamil.Tapi pria itu tidak ingin bertanggung jawab bahkan pria itu menghilang begitu saja seperti di telang bumi.Namun, pria yang tidak di kenalnya justru ingin menikahi dirinya yaitu Gerry yang kini menjadi suaminya.
"Bukan maksud aku seperti itu,Mas! Aku hanya ingin kamu cari kerjaan" sanggah Arumi.Dia tidak bisa lagi berkutik di depan suaminya karena pria itu selalu mengungkit apa yang dia lakukan padanya.
"Kali ini, aku maafkan! Jika berani mengungkit kembali! Aku tidak senggang menceraikan kamu," ancam Gerry dengan menakuti istrinya."Sekarang juga kamu ke dapur, lalu masak!"
" Sebentar ya, Mas.Aku ganti baju dulu,"ucap Arumi kemudian melangkah kakinya.
Namun, tangan Arumi di genggaman oleh Gerry."Tidak perlu! Aku sudah lapar.Mending kamu masak, dan jangan membantah lagi!"
"Ya sudah, tapi lepaskan aku ya ,Mas!" seru Arumi dengan lembut.
Walaupun di perlakukan kasar, Arumi masih berusaha menjadi istri yang baik dan patuh pada suaminya.Padahal, dia sendiri lagi capek dan butuh istirahat karena habis kerja seharian.Namun kata itu, seakan sulit bagi Arumi jika sudah ada di rumah.Dia harus kembali melakukan pekerjaan rumah sebagai ibu rumah tangga.
Lalu Gerry melepaskan tangan Arumi hingga wanita itu masuk ke area dapur.Kemudian memasak dengan menu makanan seperti biasa yaitu telur dadar dan tempe goreng.
Tak berselang lama,makanan tersebut sudah siap di sajikan hingga diletakkan di atas meja makan.Sementara Gerry dan Sarita nampak duduk manis di depan meja makan.
"Lama banget sih masak? Atau kamu sengaja supaya kami ini mati kelaparan?"ketus Sarita,ibu mertua Arumi.
"Astaga! Kok ibu ngomong seperti itu?Padahal aku masak cuma sebentar.Dari pada ibu marah tidak jelas.Mending ibu makan, nanti keburu dingin!" ucap Arumi kemudian duduk di kursi kosong di samping suaminya.
Tetapi wanita paruh baya itu tidak suka dengan masakan yang di buat menantunya.
"Bisa tidak ,jangan makanan... ini terus! Ganti kek dengan ikan goreng rica-rica atau sup ayam gitu supaya kita selera makan.Kalau seperti ini, aku tidak mood makan soalnya sudah bosan,"protes Sarita.
"Iya nih...Mas juga bosan," sambung Gerry yang ikut protes.
"Seharusnya Mas dan ibu bersyukur, makanan yang ada.Kalian tahu sendiri,kan gaji aku tidak seberapa sebagai sekertaris.Apalagi harus membagi pada kalian berdua lalu di tampah lagi keperluan Aqilah yang sudah masuk sekolah.Belum lagi bayar listrik, air, dan masih banyak lagi keperluan lainnya,"ucap Arumi dengan memberikan pengertian pada suami dan ibu mertuanya.
Arumi sebagai sekretaris di perusahaan Group PT Angga Real dengan gaji empat juta perbulan hanya mendapatkan separuh gajinya.Sementara keperluan lainnya semua di tanggung olehnya.
"Oh... jadi sekarang kamu perhitungan ya sama kami?!"
"Bukan seperti itu,Bu," sanggah Arumi.
"Lalu apa, kalau bukan seperti itu?" tanya Sarita dengan tatapan tajam ke arah menantunya.Dia tidak terima jika menantunya pengungkit masalah uang yang telah di ambil dari Arumi
Hikss... Hikss... Hikss..
" Maaf,Bu.Arumi harus pergi ke kamar, Aqilah."
Mendengar tangisan sang anak, Arumi cabut dari hadapan ibu mertuanya dan juga suaminya.
" Hikss... Bunda.. Aqilah akut.."
Sebelum Sarita keluar dari kamar Aqilah.Dia sengaja memadamkan lampu membuat Aqilah ketakutan pada ruangan yang gelap.
Arumi yang sudah tiba di kamar putrinya langsung menghidupkan lampu kembali lalu memeluk Aqilah supaya berhenti menangis.
" Cup..cup.. anak Bunda, kenapa menangis, sayang?"
" A-aqilah akut..." Aqilah memeluk erat tubuh Arumi dengan suara isak tangis.
"Jangan takut, sayang! Bunda sudah ada di sini.Lampunya sudah aku nyalakan!" ucap Arumi sambil mengelus rambut Aqilah dengan lembut.
"Hikss...masih elap.Bunda, bohongin Aqilah..."rajuk Aqilah yang terus menangis.
Arumi di buat heran dengan tingkah Aqilah dengan mengatakan masih gelap padahal lampunya sudah menyala.Hingga wanita itu melepaskan dekapan dari tubuh Aqilah untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi lalu menatap putrinya yang ternyata lagi memejamkan mata hingga Arumi tertawa melihat tingkah gemes Aqilah.
Aqilah ikut tertawa karena berhasil mengerjai bundanya.
"Aqilah, kamu ngerjain Bunda ya..?"
Aqilah mengiyakan dengan menganggukkan kepala.
" Nakal ya.." Arumi menggelitik putrinya hingga Aqilah tertawa lepas karena merasa geli.
Melihat putrinya tertawa seperti itu, rasa lelah dan capek hilang seketika.Sungguh Aqilah adalah pemberian terbaik yang Allah berikan padanya hingga jadi penyemangat dia saat ini.
Namun tidak bisa dipungkiri, Aqilah adalah anak hubungan di luar nikah.Dia hamil dengan pria yang sangat dia cintai.Itulah kesalahan terbesar yang di lakukan oleh Arumi di dalam hidupnya.Karena dibutakan cinta hingga dia rela memberikan kesuciannya.Tapi pria itu malah meninggalkan dirinya di saat dia sedang hamil hingga wanita itu sangat kecewa dan mencoba melupakan pria itu di dalam hidupnya dengan mencintai suaminya.
Sebenarnya Arumi berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya.Hanya saja, wanita itu menyembunyikan identitas dia dengan mengaku sebagai wanita biasa yang tidak memiliki keluarga.Bahkan penampilan yang dulu modis dan seksi sekarang tidak lagi.Wanita itu sudah melakukan perubahan dengan menutup auratnya menggunakan pakaian panjang dan hijab.Dia begitu taat beribadah, hingga wanita itu terbangun dari tidurnya saat mendengarkan alarm di ponselnya berbunyi, yang menandakan sudah jam 05:00 subuh.Sebelum sholat subuh, dia membangun suaminya yang tertidur pulas.
" Mas, bangun! Ayo, kita sholat subuh!" Arumi menepuk pundak suaminya dengan lembut.
" Hmm.."
Cuma kata itu yang keluar dari mulut Gerry yang masih memejamkan matanya di tempat tidur.
" Ayo,bangun Mas! Kita Sholat bersama."Arumi berusaha membujuk Gerry agar mau menjalankan ibadah sholat.
Sebagai istri,sudah tugas dia menyadarkan suaminya menjadi orang yang lebih baik lagi walaupun Gerry tidak pernah mau di ajak sholat.
Karena kesal, terus di ganggu yang lagi tidur hingga Gerry menipis tangan Arumi begitu kasar hingga jidat istrinya terbentur di dinding .
" Aw...." pekik Arumi dengan menyentuh jidatnya yang terasa memar.
" Kalau mau Sholat, Sholat aja.Jangan pernah mengajak ku! Dengan kamu Sholat, apa yang telah kamu dapatkan, hah..? Tidak ada, kan? Hidup kita tetap miskin.Jadi jangan pernah menggangu tidurku hanya sebuah Sholat yang sama sekali tidak ada gunanya," cibir Gerry yang menganggap Sholat itu tidak penting hingga memejamkan mata kembali.
"Astaghfirullahaladzim,Mas.Sadarlah! Tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu,"ucapnya lirih dengan mengusap dada sambil menatap sendu ke arah suaminya.
Hingga wanita itu memilih masuk ke kamar mandi untuk melakukan wudhu terlebih dahulu.Setelah itu, mengambil mukena di dalam lemari lalu di pasang hingga melaksanakan sholat Subuh.Di dalam doanya meminta ketabahan hati untuk menghadapi suaminya yang begitu kasar padanya selama ini.Dia berharap suaminya di bukakan pintu hatinya menjadi suami yang baik.
Setelah selesai Sholat, Arumi keluar dari kamar untuk menyiapkan makanan.Setelah itu, cuci piring di lanjutin dengan beres-beres rumah.Sebelum berangkat kerja, dia harus menyelesaikan semua pekerjaan rumah, kalau tidak, ibu mertuanya akan marah besar.
"Hufff... akhirnya selesai juga." Arumi bisa bernafas lega setelah pekerjaan rumah telah selesai.
Tok...Tok...Tok....
Mendengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya.Sarita yang masih berbaring di tempat tidur segera bangkit lalu berjalan ke arah pintu lalu membukanya.Ternyata yang mengetuk pintu adalah menantunya.
"Ada apa pagi-pagi sudah mengetuk pintu kamar aku,hah..? Kamu itu hanya mengganggu tidurku saja," kesal Sarita pada menantunya.
" Maaf mengganggu,Bu.Aku cuma ingin mengatakan kalau pekerjaan rumah sudah selesai aku kerjakan semua.Kalau nanti Aqilah bangun tolong ibu urus dia!"pinta Arumi.
"Aku ini mertua kamu bukan pengasuh putrimu.Mending kamu cari sana pengasuh untuk putrimu! Lagi pula ibu sudah capek, mengurus Aqilah yang susah di atur dan banyak maunya." Sarita menolak untuk menjaga Aqilah.
"Aqilah itu cucu, Ibu.Apa salahnya mengurus cucu sendiri? Jika aku menyewa pengasuh untuk Aqilah rasanya aku tidak sanggup bayar.Tolong ibu mengerti dengan keadaan kita yang susah ini."
Sarita mengerutkan keningnya." Cucu katamu? Aqilah itu bukan anak Gerry, itu artinya Aqilah bukan cucu aku.Jika kamu masih ingin aku mengurus Aqilah.Berikan aku uang yang banyak!" Sarita meminta imbalan karena tidak ingin merawat Aqilah dengan cuma-cuma.
"Setiap aku gajian,aku berikan.Kenapa ibu minta lagi?" tanya Arumi yang mencoba menahan emosi karena pikiran ibu mertuanya hanya tentang uang dan uang.
"Itu masih kurang.Sementara aku banyak kebutuhan lainnya.Jika kamu menolak, aku tidak senggang membawa putrimu itu ke panti asuhan." ancam Sarita dengan penuh penegasan.
Arumi sampai menghela nafas panjang.Seakan dada terasa sesak dengan apa yang di katakan ibu mertuanya.
"Jangan,Bu! Setelah aku gajian,aku tambahin dari biasanya."
" Gitu dong, aku jadi semangat menjaga putrimu.Sekarang juga kamu boleh pergi! Soal Aqilah, biar aku yang urus."
" Terima kasih ya,Bu." Arumi menyalami tangan mertuanya dengan takzim.Dia begitu menghormati ibu mertuanya seperti ibu kandung sendiri walaupun wanita paruh baya itu selalu menyusahkan dirinya.
Hingga wanita itu masuk ke kamar mandi lalu membersihkan seluruh tubuhnya.Setelah itu, dia keluar dengan mengunakan style baju kantor.
"Aku berangkat kerja ya,Mas," pamit Arumi dengan menatap ke arah suaminya yang ternyata masih tertidur pulas di tempat tidur hingga Arumi menggelengkan kepala.
Cuma itu yang bisa di lakukan suaminya hanya bisa tidur dengan sesuka hatinya tanpa berpikir untuk bangun dari tempat tidur.Seakan suaminya tidak memiliki beban hidup untuk mencari pekerjaan di saat dia sendiri banting tulang.
"Sudahlah,mending aku berangkat!" Arumi segera keluar dari rumah lalu menaiki taksi yang sudah dia pesan.Namun,di tengah berjalanan taksi yang dia tumpangi tiba-tiba berhenti.
" Ada apa,Pak?" tanya Arumi yang sedang duduk di belakang.
"Ban mobilnya bocor, Nona.Mending Nona naik taksi yang lain saja! Lagi pula Bapak tidak bisa mengantar Nona sampai tujuan,"kata pak supir yang merasa bersalah.
"Tidak apa-apa,Pak," sahut Arumi lalu bergegas turun dari mobil kemudian membayar ongkos taksi tersebut.
"Tidak perlu membayar aku, Nona!" tolak Pak supir karena merasa tidak enak hati untuk menerima uang pada penumpangnya.Sementara dia sendiri tidak bisa mengantar wanita itu sampai tujuan.
"Ambil saja,Pak! Tidak boleh menolak rezeki.Aku ikhlas memberikan uang itu."Arumi menyodorkan kembali uang tersebut ke arah pak supir hingga supir itu mengambilnya setelah itu Arumi pergi.
"Baik sekali Nona itu." Pak supir menatap kepergian Arumi dengan rasa kagum.
Sementara wanita itu memilih jalan kaki dibandingkan cari taksi lagi.Namun, pengendara mobil Sport menghentikan mobilnya ke arah Arumi hingga wanita itu menghentikan langkahnya lalu menatap arah mobil tersebut lalu seorang pria membuka kaca mobilnya.
" Pak Angga?"
Ternyata pria itu adalah Angga pemilik perusahaan Groups PT Angga Real tempat dia bekerja sebagai sekretaris.
"Kenapa jalan kaki?" tanya Angga dengan menatap Arumi.
"Taksi yang aku tumpangi tadi Ban mobilnya bocor,Pak Angga," jawab Arumi.
"Sekarang ikutlah dengan ku!" Angga mengajak Arumi masuk ke dalam mobilnya.
"Tidak perlu,Pak Angga! Sebentar juga sampai ," tolak Arumi tidak ingin merepotkan bosnya itu.
"Tapi kali ini kamu harus ikut dengan ku! Kita ada meeting dengan klien di luar perusahaan.Aku harap kamu bisa mengerti sebagai sekertaris ku," ucapnya sedikit memaksa.
Jika sudah menyangkut pekerjaan, Arumi tidak bisa menolak hingga wanita itu bergegas masuk ke dalam mobil lalu duduk di area belakang.Padahal pria itu berharap jika Arumi duduk di depan.
Setibanya, Arumi menatap gedung bertingkat yang di datangi oleh bosnya yang ternyata itu perusahaan Angga sendiri.Dia telah dikelabui oleh bosnya dengan mengatakan ada meeting di luar perusahaan.
"Kenapa Pak Angga berbohong ?"tanya Arumi dengan wajah datarnya.
" Jika berbohong untuk kebaikan tidak apa-apa,' kan? Lagi pula aku memberikan kamu tumpangan justru di tolak!" kata Angga dengan memberikan pengertian pada Arumi.
"Tidak seharusnya Pak Angga melakukan ini!"ucap Arumi lalu turun dari mobil.Dia paling tidak suka di bohongi.
Tetapi pria itu segera menyusul Arumi."Kamu marah ya?" tanya Angga yang terus mengikuti Arumi dari belakang.
" Tidak! Mana berani aku marah sama Bos aku sendiri.Aku ini hanya sekretaris, Pak Angga," imbuhnya yang terus berjalan.
Saat memasuki perusahaan, wanita itu jadi pusat perhatian karyawan lainnya hingga menghentikan langkahnya.
" Bisa tidak Pak Angga jangan mengikuti ku!Tidak enak di lihat orang, yang nantinya akan jadi fitnah," tegur Arumi yang begitu menjaga marwahnya sebagai wanita yang sudah menikah.
"Aku ini tidak melakukan apapun.Kenapa jadi fitnah?" Angga tidak paham maksud dari perkataan Arumi padahal dia hanya mengikutinya.
Arumi tidak merespon lagi apa yang dikatakan bosnya.Setelah manager Al mendekat hingga memilih pergi kemudian masuk di ruang kerjanya yang di khususkan untuk sekretaris.
+++++++
Sementara di rumah mewah yang seperti istana, nampak suasana di dalam begitu hening.Cuma ada sepasang suami istri yang lagi duduk di meja makan dengan menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh pelayan.
"Sudah lima tahun kita tidak bertemu dengan Arumi.Apa tidak kangen?" tanya Aleta yang sangat merindukan putrinya.
Tetapi wanita paruh baya itu tidak pernah di izinkan oleh suaminya untuk berkomunikasi atau bertemu dengan putrinya.
" Jangan pernah Mami ungkit anak itu lagi!Dia itu bukan anak kita lagi! Apa Mami lupa kalau anak itu sudah mempermalukan kita?"
Karena kesal dengan istrinya yang lagi membahas Arumi hingga makanan yang tadi ingin di masukkan kedalam mulutnya seketika di letakkan kembali di atas piring.
Tentu saja sebagai ayah dia marah, kecewa dan sakit hati atas apa yang dilakukan Arumi ,anak semata wayangnya.Dengan tingkah putrinya yang tidak bermoral harus menanggung malu dengan berbagai cibiran dari masyarakat yang tidak mengenakkan di hati.Bahkan dia mendapatkan hinaan kalau dirinya tidak becus jadi ayah karena putrinya hamil di luar nikah.
Seakan hinaan itu bagaikan tamparan keras yang dirasakan oleh Irawan.Dia dikenal sebagai keluarga terpandang dan kaya raya.Tapi reputasinya di rusak oleh Arumi hingga mengeluarkan nama Arumi dari kartu keluarga bahkan tidak mengakui Arumi sebagai putrinya lagi.
" Walaupun Papi mengeluarkan Arumi dari kartu keluarga dan tak mau mengakuinya lagi sebagai putri kita,sampai kapanpun dia tetap darah daging kita," ucapnya yang masih mengharapkan hati suaminya luluh supaya menerima kembali Arumi sebagai putrinya.
BRAAk..
Irawan murka sampai memukul meja makan."Cukup ya Mi! Ini terakhir kalinya aku mendengar Mami menyebut nama anak itu lagi," bentak Irawan pada istrinya.
"Tega ya Pi, bentak Mami? Papi jahat!"
Aleta tidak terima dibentak oleh suaminya hingga bangkit dari tempat duduknya lalu pergi dengan meneteskan air mata.Kali ini, suaminya sudah sangat keterlaluan.
" Maaf ya ,Mi.Bukan bermaksud membentak Mami.Tapi papi kelepasan karena kesal sama Mami menyebut nama Arumi " ucapnya lirih dengan menatap kepergian istrinya yang menaiki anak tangga.
****
Hikss.. Hikss.. Hikss..
Aqilah yang terbangun dari tidurnya disertai dengan suara tangisan keras karena bermimpi buruk, melihat bundanya di sakiti oleh ayahnya.
Mendengar suara tangisan, Sarita keluar dari kamar lalu menemui Aqilah." Kamu ini kenapa sih, Aqilah? dikit-dikit nangis,sampai kuping aku sakit..."
"Bunda..."
"Bunda kamu itu sudah berangkat kerja.Berhentilah menangis! Cepat bangun lalu mandi!" titah Sarita dengan meninggikan suaranya.
"Aqilah idak mau mandi," tolak Aqilah dengan wajah cemberut.
"Jangan ngeyel kamu anak kecil! Sini...cepat bangun lalu mandi." Sarita memaksa Aqilah dengan menarik tangan anak kecil itu dengan kasar supaya turun dari tempat tidur.
" Idak mau..." Gigit Aqilah lalu berlari keluar dari kamar.
"Aw... Aqilah... kamu berani ya sama Om"pekik Sarita lalu mengejar Aqilah.
Aqilah tertawa sambil berlari hingga tak sengaja menabrak kaki seseorang.Kemudian anak kecil itu mundur kebelakang lalu mendongak ke atas menatap orang tersebut.Ternyata itu ayahnya yang kini menatap tajam dirinya.
"lihatlah anak itu sekarang !Dia begitu nakal dan tak mau mandi.Bahkan sudah berani menggigitku," terang Sarita yang terlihat kesal.
"Keterlaluan kamu ya Aqilah, masih kecil sudah berani sama orang tua.Apa kamu mau ayah pukul,hah..? Baru kamu mau mandi!"ancam Gerry untuk menakuti Aqilah agar tidak menjadi anak nakal.
Aqilah hanya diam dengan menggelengkan kepala.Dia tak ingin bernasib seperti bundanya yang sering mendapatkan pukulan, karena sebelumnya dia pernah melihat bundanya di sakiti oleh ayahnya.
" Bagus.Itu baru anak pintar.Sekarang kamu pergi mandi!" titah Gerry dengan menepuk pipi Aqilah.
"I-iya... ayah," Aqilah sampai gelagapan karena takut pada Gerry yang di anggap ayah kandungnya sendiri.
Lalu Sarita menarik tangan Aqilah dengan kasar menuju ke kamar mandi.
++++++
Namun,Arumi yang berada di ruang kerjanya sedang mengetik dengan wajah begitu serius di depan laptop.Tapi Angga terus memperhatikan wanita itu di ruangan kerjanya.Karena kaca pembatas dia gunakan transparan di samping ruangan Arumi.
Pria itu mengagumi kecantikan wajah Arumi dan juga kelembutan hatinya.Apa dia menyukai Arumi?Entahlah, Angga juga bingung dengan perasaan dia sendiri terhadap Arumi.Tapi yang jelas, dia tidak boleh jatuh cinta pada wanita yang sudah bersuami karena itu hanya akan menyakiti hatinya.
Ckrek!
Terdengar suara pintu dibuka, Angga tidak menyadari kedatangan Al yang merupakan manajer dan juga sahabatnya selama ini.
"Ehemm.. itu istri orang ya! Jangan selalu di tatap!" sindir Al sambil berjalan mendekati Angga.
Di dalam hati Al, ada rasa kecemasan karena takut jika bosnya punya perasaan cinta pada Arumi.Karena selama satu tahun belakangan ini, sikap Angga begitu perhatian terhadap Arumi.
" Apa sih,Al? Tidak mungkin aku suka dengan istri orang," sanggah Angga.
"Serius? Tidak mencintainya?" tanya Al untuk lebih memastikan kembali.
"Tidak percaya amat sih jadi orang."
" Iyah deh aku percaya."
"Percaya apa,Al?" celetuk Arumi yang muncul di belakang Al.
Hal itu, membuat Al dan Angga terkejut saat menyadari kehadiran Arumi. Hingga suasana jadi tegang karena mareka bingung mau mengatakan apa terhadap Arumi.Tidak mungkin juga mengatakan yang sejujurnya tentang apa yang mereka bicarakan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!