NovelToon NovelToon

Eliza'S Secrat

Eliza’s Secret

“Sahabatku yang baik. Selamat tinggal,”ucap Dairah dari belakang. Dimana posisi Dairah membawa pisau belatih yang tajam. Tepat di punggung Calsilda pisau itu menusuk ke tubuh kurus dan kekar Calsilda. Dairah yang tepat di belakang berbisik,”Ini adalah hadiah untuk kamu sahabatku yang baik.”

Calsilda yang sudah tertusuk belati menoleh ke belakang. Mata Calsilda yang menatap dengan tatapan tajam dan ketidak percayaan.”Kenapa kamu membunuhku,”ucap Calsilda yang masih tidak percaya dengan apa yang dia rasakan pada saat itu.

Apa lagi saat itu Calsilda bersama dengan Dairah baru saja menyelesaikan misi untuk mempertahankan wilayah di medan perang.”Kamu bertanya kenapa?. Karena kamu aku selalu di singkirkan dari mata orang. Karena kedudukan kamu itu yang selalu di puncak. Mereka memandang aku rendah. Aku juga tidak suka dengan kamu yang selalu ada di atasku. Jadi nikmati saja rasa sakit ini,”ucap Dairah yang menekan belatih ke tubuh Calsilda.

Calsida yang merasakan tusukan belatih mencoba untuk melepaskan dirinya. Di sisa tenangnya Calsida mendorong Dairah. Tubuh yang berlumur darah mata yang kunang-kunang. Dairah melangkah mendekat. Dairah yang tersenyum penuh dengan kebencian dia menodongkan pistol ke kepala Calsida yang merupakan seorang Jendral.

“Kamu ingin kamu bahagia bukan sahabatku yang baik. Jadi kamu harus bisa menerima semua konsukuensinya bukan,”ucap Dairah yang menekan pelatuk untuk membunuh Calsilda. Wajah Dairah yang tanpa penyesalan membunuh sahabatnya hanya bisa pergi setelah tubuh Calsida sudah tewas.

Tapi disaat terakhir Calsida dia berkata,”Apa salahku hingga kamu ingin membunuhku. Aku selalu baik kepada kamu. Tapi apa ini balasan kamu untuk.”

“Apa yang kamu katakan. Karena kamu itu yang baik dan polos. Aku bisa membunuh kamu dengan mudah. Ohhh iya satu lagi tunangan kamu juga menginginkan kamu mati. Jadi terima saja ya sabahatku Calsida,”ucap Dairah sebelum dia menarik pelatuk untuk membunuh Calsida.

Tepat di depan kematian Calsida hanya bisa tersenyum dengan hati berkata,”Kenapa aku harus menerima semua ini. Aku tidak rela jika aku mati di tangan sahabatku ini.”

Kata yang di ucapkan Calsida itu membuat dia terlempar di dunia lain. Dimana dunia itu berbeda dengan tempat asal Calsida. Di bayangan kegelapan dengan darah mengalir Calsida yang masih membuka mata melihat Dairah bersama dengan tunangannya tersenyum.

“Jika aku memiliki kesempatan kembali. Aku tidak akan mempercayai orang dengan mudah,”suara kecil Calsida. Tepat di kematian datang dia masuk ke alam dunia lain. Tampak dia mendengar suara, tapi Calsida tidak tahu suara apa itu. Calsida yang sulit untuk bergerak atau membuka mata hanya bisa mendengarkan suara itu saja.

“Calsida, kamu adalah orang baik. Seharusnya bukan waktu kamu untuk mati sekarang. Karena ini adalah kesalahanku. Aku akan memindahkan kamu ke tempat lain. Jalani hidup kedua kamu dengan baik dan temukan kebenaran dari tubuh kamu itu,”ucap suara yang tidak dikenal.

Calsida yang terus berjalan mengikuti cahaya hingga dia membuka mata dengan cahaya yang bersinar terang. Atap yang terlihat berbeda dengan tempat asalnya membuat Calsida melihat sekelilingnya.

“Aku ada dimana ini?,”ucap Calsida yang masih berbaring.

“Kalau aku ingat kembali aku sudah mati karena Dairah. Apa di sini adalah surga,”batin Calsida yang masih tidak sadarkan dirinya.

Tapi saat dia melihat ke arah lain terdengar suara memanggil dia,”Nyonya, ada sudah siuman.” Calsida yang tidak tahu siapa yang di panggil wanita tadi hanya bisa terdiam.

“Nyonya anda baik-baik saja. Kenapa anda masih hidup, kenapa anda tidak mati saja,”ucap pelayah yang lain. Calsida yang menatap ke arah pelayan yang berkata kasar itu hanya bisa diam.

“Ini dimana dan kamu itu siapa?,”ucap Calsida dengan santainya.

“Apa nyonya Eliza sudah gila karena diberikan surat cerai kepada tuan muda,”ucap pelayan yang kasar. Jeni yang sudah kembali dari memanggil tuan muda Charli berkata,”Mia jaga ucapan kamu itu.”

“Apa aku tidak salah bukan, untuk apa kamu perduli dengan nyonya kita ini yang sudah membuang uang, membuat kita hampir dipecat,”kata Mia yang terus terang didepan Calsida yang sudah menempati tubuh Eliza.

“Kalian bicara apa sebenarnya?,”ucap Charlie yang masuk bersama dengan Fayza.

Mia dan Jeni segera tertunduk melihat ke lantai tanpa berkata karena merasa takut.”Kenapa kalian diam saja?,”ucap Charlie.

“Charlie, biarkan saja mereka. Yang penting kita lihat kondisi kakak Eliza dulu saja,”ucap Fayza dengan wajah cantik dan polos. Calsida yang masih menatap dan melihat drama mereka hanya terdiam.

Dokter datang dan memeriksa kondisi Eliza. Belum selesai di periksa Fayza datang dan memegang tangan Eliza dengan lembut.”Kakak Eliza bagaimana kabar kamu?,”ucap Fayza yang tersenyum lembut.

Calsida melihat ke arah Fayza dengan tatapan bingung dan tidak mengerti.”Kalian ini siapa dan aku ada dimana?,”ucap Calsida karena ingin tahu dimana dia berada.

“Kakak kamu jangan menakuti aku. Apa kamu tidak ingat aku Fayza sahabat kamu. Dia adalah suami kamu Charlie,”ucap Fayza menjelaskan kondisinya.

“Suami sahabat. Lalu aku ini siapa?,”ucap Calsida yang sedang mencari informasi.

“Eliza jangan membuat aku marah ya. Jangan kamu kira aku akan tetap mempertahankan hubungan ini. Jika kamu berpura-pura tidak tahu,”ucap Charlie yang merasa kalau dirinya dipermainkan lagi oleh Eliza.

“Aku benar tidak tahu, apa yang kamu katakan. Apa benar ini adalah surga tapi kenapa sama saja seperti dunia lain banyak pertikaian,”ucap Calsida yang merasa kesal.

Charlie melihat sikap Eliza yang aneh bertanya kepada dokter,”Bagaimana dokter apa benar dia lupa atau hanya berpura-pura saja?.” Dokter yang telah selesai memeriksa mengangguk kepada Tuan muda Charlie.

“Apa jadi kakak Eliza benar lupa tentang dirinya,”ucap Fayza yang merasa tidak senang. Sementara itu Calsida yang melihat sikap wajah dari orang yang dia lihat hanya bisa menghela nafas.

“Sebenarnya ini ada dimana kenapa aku ada disini, bukan ini seharusnya surga yang damai. Tapi kenapa seperti melihat drama saja,”ucap Calsida dalam hatinya.

“Dari kondisi Nyonya Eliza dia benar amnesia. Melihat dia tidak kenal dirinya itu disebabkan oleh benturan yang keras dan menyebabkan gangguan di otaknya. Di tambah lagi nyonya Elisa jatuh sakit karena kebanyakan minum. Itu membuat otaknya tidak bisa merespon termasuk ingatan dia tentang masa lalunya,”ucap Dokter menjelaskan kondisi Eliza.

“Jadi kapan dia bisa ingat tentang kembali dokter,”ucap Fayza.

“Saya tidak bisa memastikan itu. Karena setahu saya kondisi ini bisa jangka panjang dan jangka pendek sesuai apa yang dikenal oleh nyonya,”ucap Dokter. Fayza dan Charlie yang tidak tahu kalau Eliza benar melupakan semua kejadian dimasa lalu membuat mereka tidak berdaya.

Dokter yang sudah  memberikan obat segera pergi di antar oleh Jeni.”Jadi apa kalian bisa jelaskan kepadaku siapa aku dan kalian ini siapa?,”ucap Calsida yang masih tidak mengerti kondisinya.

“Kamu adalah Eliza istriku, nyonya dari kediaman duke ini. Kita sudah menikah apa kamu benar tidak ingat Eliza,”ucap Charlie.

“Aku Eliza istri kamu?,”ucap Calsida yang masih terbengong karena tidak percaya.

“Itu benar. Wanita disamping kamu adalah sahabat kamu Fayza. Kedua wanita yang bersama kamu adalah pelayan kamu Mia dan Jeni,”ucap Charlie menjelaskan.

“Lalu kamu ini siapa.... apa kamu adalah suamiku?,”ucap Calsida yang menatap ke arah Charlie yang tampak dingin dan tidak memiliki perasaan.

“Itu benar aku adalah suami kamu Charlie tuan rumah di kediaman Duke ini. Sebaiknya kamu pelan-pelan saja untuk mengingat jati diri kamu itu. Aku akan meninggalkan kamu sendirian,”ucap Charlie yang segera pergi dari kamar Eliza.

“Kakak aku juga akan pergi. Jadi jaga kesehatan kamu ya,”ucap Fayza yang ikut dari belakang mengikuti Charlie. Sebelum Fayza pergi dia berpapasan dan berhenti didekat Mia. Mia terdiam diri sampai Fayza keluar dari kamar Eliza tanpa ada kecurigaan dari Eliza. Mia meminta Jeni untuk menjaga Eliza sementara dia keluar untuk mengambil makanan untuk Eliza. Tapi apa yang akan terjadi dengan Eliza setelah ini,lalu bagaimana kehidupan Calsida yang ada di tubuh Eliza?.

E.S 2

“Apa benar dia suamiku dan sahabatku,”batin Calsida yang masih belum terbiasa dengan nama baru dan kehidupan barunya.

“Nyonya Eliza apa ada yang bisa saya bantu,”ucap Jeni dengan ramah dan sopan.

“Tidak ada kamu bisa meninggalkan aku sendiri tidak,”ucap Calsida. Jeni mengangguk dan segera keluar dari kamar Eliza. Saat Jeni hendak pergi di lorong Jeni bertemu dengan Mia bersama dengan seseorang. Karena terhalang oleh tempok Jeni tidak bisa melihat siapa yang bicara dengan Mia.

Jeni hanya segera pergi saja meninggalkan Mia bersama dengan orang yang tidak terlihat wajahnya itu. Mia yang sudah keluar dulu pergi ke lorong dekat taman. Di sana sudah ada seseorang yang menuggu Mia.

“Apa yang sebenarnya terjadi, bukan aku meminta kamu membunuh wanita itu. Kenapa dia masih hidup,”ucap seorang yang ditemui oleh Mia.

“Saya sudah melakukan semua yang anda minta nona,”ucap Mia berkata jujur.

“Jika kamu sudah melakukan apa yang aku suruh kenapa dia masih hidup. Malah dia amnesia,”ucap orang itu.

“Jadi bagaimana sekarang nona,”ucap Mia yang tidak tahu harus berbuat apa.

“Untuk sementara awasi saja apa yang dia lakukan. Semua kegiatan dia aku ingin tahu. Aku tidak perduli dia amnesia asli atau hanya pura-pura. Yang aku inginkan adalah Charlie menjadi milikku seutuhnya,”ucap orang itu.

Setelah wanita mistirius itu pergi Mia segera pergi ke dapur dengan wajah kesal. Tepat dia masuk dia melihat Jeni sedang menyiapkan makanan.”Kenapa kamu ada disini Jeni, bukan menemani Nyonya,”ucap Mia yang baru saja datang.

“Itu nyonya meminta saya untuk pergi. Jadi saya pergi ke dapur untuk membantu kamu. Tapi kamu malah berbicara dengan orang lain, bukan didapur,”ucap Jeni dengan terus terang.

“Apa yang kamu katakan,”ucap Mia yang sedikit gugup.

“Aku berkata kamu tidak langsung pergi ke dapur malah bicara dengan orang lain,”ucap Jeni.

“Apa kamu tahu siapa orang yang aku ajak bicara tadi,”ucap Mia yang berhati-hati. Jeni hanya menggelengkan kepalanya hingga dia membuka mulutnya,”Memangnya dia siapa bukan kamu tadi bicara dengan pelayan lain.”

Mia mendengar jawaban dari Jeni merasa lega.”Itu bukan urusan kamu. Kalau kamu sudah menyiapkan makanan untuk nyonya bawa saja sana,”ucap Mia yang dengan wajah cemberut. Jeni melihat wajah Mia hanya bisa diam dan menggelengkan kepalanya saja.

Tapi di dalam ruangan Eliza. Calsida masih menatap dirinya didepan cermin.”Jadi ini Eliza wajah yang cantik dan anggun berbeda dengan diriku. Tapi kenapa aku bisa ada di tubuhnya. Dimana Eliza yang asli berada?,”batin Calsida yang masih berpikir.

Setelah lama berdiri didepan cermin dia melangkah ke arah teras. Pintu yang sudah terbuka membuat Calsida menatap ke luar teras. Tampak dunia yang berbeda dan asing.”Apa aku berpindah jiwa ke tempat lain,”ucap batin Calsida.

“Jika itu benar. Aku yang dulu seorang Jendral Calsida apa sudah mati. Tapi dimana Eliza asli berada. Aku masih tidak paham,”ucap Calsida.

Saat mata Calsida melihat ke luar bangunan yang luas dia melihat ke salah satu tempat di taman. Mata Calsida yang menatap dengan wajah tajam menatap ke arah taman itu.”Bukan itu Charlie dan Fayza kenapa mereka berpelukan. Sebenarnya apa yang sudah terjadi sebelumnya,”ucap Calsida yang merasakan kepalanya sakit.

Calsida segera duduk di teras hingga ada bayangan yang melintas ke kepala Calsida. Tampak ingatan tentang Eliza muncul dari masa kecil hingga dia mati keracunan.”Jadi ini yang sebenarnya terjadi,”ucap Calsida yang merasa kalau apa yang di rasakan Eliza dan perjuangan dia tidak akan di siakan oleh Calsida.

“Kamu tenang saja Eliza. Aku akan mencari kebenaran itu untuk kamu. Jadi mulai sekarang aku adalah Eliza,”ucap Calsida yang sudah siap menerima tubuh barunya.

“Tapi bagaimana bisa kamu mati keracunan. Siapa yang ingin membunuh kamu sebenarnya,”kata Calsida.

“Tapi dari ingatan Eliza kamu minum teh bukan anggur,”ucap Calsida berdiri masuk ke dalam kamarnya. Tampak ruangan yang biasa saja dan ada meja serta kursi untuk bekerja. Calsida menuju meja tampak di atasnya sebuah surat.

Calsida segera mengambil dan membaca isi surat itu. Di atas lembaran kertas itu tertulis perjanjian perceraian antara Eliza dan Charlie.”Apa dia keracunan setelah membaca surat cerai ini?,”ucap Calsida yang sedang mengotak-atik pikirannya.

“Aku tidak tahu kalau kamu akan semenderita ini. Tapi kenapa Charlie ingin menceraikan kamu. Apa yang sudah membuat dia kesal kepada kamu Eliza,”ucap Calsida yang tidak tahu apa yang sudah terjadi sebelumnya.

Calsida segera mencari tempat duduk dan mencoba untuk menenangkan pikiran dia. Apa lagi ingatan dia yang sebagai Calsida dan Eliza bertumpa tindi membuat kepalanya sakit kembali. Di saat Calsida menenagkan dirinya Jeni datang membawakan makanan.

“Nyonya saya membawakan makanan untuk anda,”ucap Jeni datang mendekat dengan nampan berisi makanan.

“Terima kasih...tunggu dulu siapa nama kamu?,”ucap Calsida yang tidak tahu nama pelayannya.

“Nama saya adalah Jeni nyonya,”ucap Jeni dengan ramah.

“Jeni baik terima kasih ya,”ucap Calsida yang segera memakan hidangan yang sudah diberikan oleh Jeni. Setelah selesai makan Calsida berkata kepada Jeni,”Jeni wanita yang bersama kamu tadi siapa dia?.”

“Maksud nyonya Mia. Ada apa ya?,”ucap Jeni melihat dengan santai.

“Tidak ada. Seingat saya dia yang akan membawakan aku makanan tapi kenapa malah kamu yang membawa,”ucap Calsida yang merasa kalau pelayan yang bernama Mia itu sedikit mencurigakan.

“Itu soal Mia dia sedang menjalankan kerjaan lain. Jadi tidak bisa membawa makanan untuk nyonya. Jadi saya yang menggantikan dia. Jangan marah yang Nyonya Eliza,”ucap Jeni yang merasa bersalah.

“Aku tidak marah dengan dia. Tapi Jeni apa kamu bisa katakan kepada aku. Seperti apa aku ini?,”ucap Calsida.

Jeni mendengar itu sedikit ragu dan takut sehingga dia berkata kebongan.”Itu nyonya anda itu orang yang baik dan pengertian memiliki banyak orang yang suka dengan anda,”ucap Jeni dengan wajah tertunduk dan tidak berani melihat ke arah Eliza.

Calsida melihat sikap Jeni merasa ada yang aneh.”Jeni aku ingin perkataan jujur dari kamu bukan kebohongan. Jadi katakan saja apa yang sudah aku lakukan dan bagaimana aku dulu. Aku tidak akan marah dengan kamu,”ucap Calsida.

“Nyonya tidak akan marah dengan saya. Jika aku mengatakan yang sebenarnya,”ucap Jeni sedikit keraguan.

“Itu benar jadi katakan saya apa yang kamu lihat dan kamu dengarkan tentang diriku,”ucap Calsida yang masih santai.

“Saya akan mengatakan kepada anda. Nyonya itu suka menghampurkan uang, dan tidak perduli dengan urusan rumah. Anda juga pernah menyiksa para pelayan sehingga sebagian dari pelayan di kediaman duke ini tidak suka dengan anda. Ada kabar juga kalau perceraian ini terjadi karena nyonya berselingkuh dengan sahabat kecilnya,”ucap Jeni yang terdiam.

Calsida mendengar perkataan dari Jeni hanya diam.”Kurasa ingatan tentang Eliza yang asli dengan apa yang di pandang oleh orang berbeda ya. Kalau begitu apa Eliza menyembunyikan perbuatan dia selama ini untuk mencari kebenaran,”hati Calsida.

“Nyonya anda baik-baik saja bukan,”ucap Jeni yang merasa gelisah.

“Aku baik-baik saja. Terima kasih kamu sudah mengatakan semua kepada saya ya Jeni. Tapi apa kamu tahu hubungan aku dengan Charlie itu seperti apa dulu. Lalu wanita yang tadi memegang tangan saya itu siapa?,”ucap Calsida.

“Maksud ada nona Fayza. Dia adalah sahabat nyonya Eliza. Untuk hubungan anda dengan tuan muda tidak pernah akur selalu berantem. Apa lagi saat hari pernikahan anda tuan tidak pernah datang ke kamar anda nyonya,”ucap Jeni memberitahukan apa yang sudah terjadi.

“Jadi seperti itu. Kurasa memang ada yang aneh,”batin Calsida.

“Kamu bisa pergi aku ingin istirahat dulu,”ucap Calsida. Jeni segera membereskan sisa makanan yang dibuat oleh koki. Tapi apa yang akan dilakukan Calsida setelah mengetehui sedikit tentang Eliza?.

E.S 3

Calsida duduk termenung dengan berbagai pikiran yang masih belum dia pecahkan.”Kenapa kamu memiliki banyak rahasia Eliza,”suara kecil Calsida.

“Aku tidak tahu dari mana dulu aku harus menyelesaikan masalah yang kamu buat ini. Aku hanya ingin hidup dengan damai. Tapi melihat kenangan kamu itu, kamu memiliki banyak musuh,”ucap  Calsida yang berjalan ke teras.

Tapi anehnya saat itu ada suasana yang dingin dan tidak bisa di jelaskan oleh dirinya. Mata yang masih melihat ke langit terahlikan karena suara dari bawah. Calsida melihat ke bawah tampak seorang yang dia kenal bersama dengan wanita lain.”Diakan suamiku kenapa dia ada disana, lalu dia bersama dengan siapa itu. Kenapa tubuhnya tidak asing,”kata Calsida setelah melihat dari atas teras.

Tapi dia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh mereka berdua. “Kuras aku tahu kenapa Charlie ingin cerai denganku. Apa karena dia berselingkuh. Tapi kata Jeni aku yang berselingkuh. Melihat ingatan dari pemilik tubuh ini Eliza ini tidak pernah selingkuh. Tapi dia mencari kakaknya dan kematian kakaknya,”ucap Calsida yang segera masuk.

“Nyonya kenapa ada berjalan di teras. Apa anda ingin saya di marahi oleh tuan muda karena anda,”ucap Mia yang masuk tanpa mengetuk pintu.

“Kamu itu Mia bukan,”ucap Calsida yang merasa kalau sikap dari Mia sedikit mencurigakan.

“Itu benar nyonya Eliza. Saya adalah pelayan anda Mia,”ucap Mia yang percaya diri dan bangga dengan dirinya.

“Kalau kamu tahu, kenapa kamu bersikap tidak sopan kepada majikan kamu,”ucap Calsida. Mia yang mendengar itu merasa kalau sikap dari Eliza sedikit berbeda dari dia kenal.

“Maafkan saya nyonya Eliza,”ucap Mia yang mengubah sikapnya.

“Lihat saja nanti anda akan mati dan akan tinggilkan oleh tuan,”ucap Mia dalam hatinya.

“Kalau kamu tidak ada hal yang ingin dikatakan. Kamu bisa pergi dari sini. Aku ingin tidur,”ucap Calsida yang segera menuju kasurnya.

“Baik Nyonya Eliza. Saya akan segera pergi,”ucap Mia yang segera pergi. Pintu tertutup Calsida melihat ke arahnya hanya bisa menghela nafas.

“Kurasa untuk pertama aku harus melihat situasi lingkungan tempat aku tinggal ini. Jika sudah aku akan membatalkan perjanjian perceraian itu dengan Charlie,”ucap Calsida sebelum dia tertidur.

Di lorong belakang kediaman Mia yang diam-diam sedang bertemu dengan seseorang. Orang itu berkata,”Awasi pergerakan Eliza. Jangan sampai rencanaku menjadi nyonya kediaman duke gagal. Apa kamu mengerti. Jika bisa berikan racun secara sedikit dengan cara berkala. Aku ingin melihat dia mati dengan perlahan.”

Mia mengangguk dan mengambil obat itu dari tangan orang asing itu. Setelah itu Mia pergi tanpa ketahuan oleh orang lain. Tapi di sisi lain di dalam ruangan kerja Charlie dia menatap surat perceraian dia.”Kalau begini aku tidak bisa membatalkan perjanjian cerai ini,”ucap Charlie.

“Tuan apa yang anda pikirkan?,”ucap Ben yang merupakan sekertaris kepercayaan dari Charlie.

“Aku sedang berpikir bagaimana aku bisa bercerai dengan Eliza. Jika dia saja amnesia untuk sekarang,”ucap Charlie.

“Tuan muda apa anda masih menyukai nona Fayza,”ucap Ben.

“Kamu tahu bukan kalau orang yang aku sukai adalah Fayza. Jika bukan karena orang tuaku yang setuju dengan pertunangan ini. Aku akan bisa menikah dengan Fayza sekarang,”kata Charlie yang terus terang.

“Tapi apa anda akan tega untuk menceraikan nyonya Eliza. Apa lagi dia tidak memiliki kerabat untuk sekarang. Di tambah lagi kondisi dia yang amnesia,”ucap Ben yang melihat dari kondisi yang ada.

“Aku tahu makanya aku sedang memikirkan cara ini,”ucap Charlie.

“Bagaimana untuk sekarang kita pantau saja nyonya. Jika tidak ada yang berubah dari sikapnya. Tuan muda bisa menceraikan dia. Tapi kalau ada yang berubah tuan harus memikirkan kondisi nyonya Eliza,”ucap Ben.

“Itu ide yang bagus aku akan menyuruh Nezo untuk mengawal dia mulai sekarang,”kata Charlie.

Tepat di pagi hari Calsida yang sudah terbangun menatap kalau dia tidak mimpi.”Kurasa memang ini adalah kehidupan keduaku mulai sekarang. Jadi aku akan membantu kamu Eliza,”ucap Calsida.

Di atas kasur Calsida masih melihat keluar jendela. Tampak cahaya dan burung berkicau sangat indah. Calsida berjalan menuju teras. Mia yang mengantarkan air berisi baskom dengan wajah kesal masuk. Mia melihat kalau Eliza sudah tidak ada di kasurnya. Dia mencari dan menemukan kalau Eliza sedang ada di teras.

Calsida merasakan hawa kebencian menoleh ke belakang. Tampak Mia membawa baskom berisi air dingin. Dia dengan kasar melatakan baskom berisi air itu dengan tidak lembut, membuat sebagian dari air di dalamnya membasahi lantai.

“Nyonya ini air mukanya sudah saya siapkan untuk anda,”ucap Mia yang dengan wajah datarnya. Calsida berjalan ke arah Mia dengan tatapan santai dia menyentuh airnya. Calsida menatap ke arah Mia.

“Kamu ingin aku membasuh mukaku dengan air ini. Bagaimana jika ini untuk kamu saja dari pada untukku,”ucap Calsida dengan lembut.

“Itu tidak pantas Nyonya Eliza,”ucap Mia yang sedikit gugup.

“Kenapa kamu terlihat gugup itu. Apa kamu tidak tahu kalau air yang harus aku gunakan itu harus air hangat. Tapi yang kamu berikan ini adalah air dingin bukan,”ucap Calsida yang mengambil baskom airnya dan dia siramkan ke atas kepala Mia.

“Nah kalau begini bukan enak kalau di pandang. Jangan kira kamu bisa berbuat seenak kamu ya. Kamu harus tahu posisimu mulai dari sekarang,”ucap Calsida dengan wajah dingin.

“Cepat bersihkan tempat ini dan ganti airnya dengan keinginanku,”ucap Calsida segera melangkah ke sofa.

Jeni yang baru saja masuk terkejut dengan apa yang terjadi dengan Mia. Segera dia membantu Mia untuk berdiri.”Mia ada apa dengan kamu?,”ucap Jeni dengan wajah polosnya.

“Ini nyonya tidak suka denganku sehingga dia menyiram aku dengan air dingin,”ucap Mia dengan wajah sedih.

“Apa kamu percaya dengan dia Jeni?,”ucap Calsida yang duduk dengan santai melihat drama yang dilakukan oleh Mia.

“Nyonya saya tahu kalau saya salah. Jadi tolong ampuni aku,”ucap Mia dengan wajah kasiahan dan penuh penyesalan.

“Aku tahu kalau kamu salah. Kalau begitu cepat selesaikan tugas kamu dengan benar,”ucap Calsida yang sama sekali tidak perduli dengan sikap kasihan Mia. Tapi di mata Jeni merasa ada yang aneh. Jadi dia tidak berkata lain hingga Mia keluar dengan baskom. Mia segera membersihkan lantai yang basah.

“Jika kamu ada hal yang ingin kamu katakan. Katakan saja aku akan menjawab semuanya,”ucap Calsida yang tahu sikap dari Jeni yang terlihat aneh.

“Maaf nyonya aku hanya ingin tahu apa yang terjadi dengan Mia kenapa dia basah tadi?,”ucap Jeni.

“Dia tidak menghormati diriku. Dia datang membawa air dingin untuk aku membasuh muka. Kamu juga tahu kalau cuaca saat ini sangat dingin. Apa yang akan terjadi jika aku membasuk mukaku dengan air dingin. Aku akan sakit,”ucap Calsida menjelaskan.

“Itu tidak mungkin. Mia tidak akan melakukan itu kepada nyonya,”ucap Jeni yang membantah apa yang dikatakan oleh Eliza.

“Jika kamu tidak percaya. Apa kamu tadi merasakan air dingin yang membasahi Mia. Bagaimana?,”ucap Calsida. Jeni terdiam untuk sesaat dan memikirkan apa yang dia rasakan tadi saat menyentuh Mia.

“Airnya dingin bagaikan es,”bisik Jeni. Calsida yang mendengar itu hanya bisa diam hingga dia duduk dengan membaca beberapa buku di tangannya. Selesai masalah di pagi hari Mia membawa air yang sesuai dengan santai Calsida membasuh mukanya dengan nyaman.

“Aku ingin berjalan-jalan nanti setelah sarapan. Apa kamu bisa menemani aku Mia, Jeni,”ucap Calsida dengan santai.

“Tentu saja nyonya kami akan menemani anda dengan baik,”kata Jeni.

“Iya nyonya Eliza,”ucap Mia yang merasa males dengan apa yang dia katakan. Tapi bagaimana perjalanan Calsida di kediaman duke dengan tubuh Eliza nantinya. Ada kejadian apa yang akan dia dapatkan nantinya?.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!