💌 POSESIF SETELAH BERCERAI 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
Setiap pasangan yang menikah pastinya ingin memiliki kehidupan yang bahagia. Begitu juga dengan Darra Smith. Ia mengharapkan indahnya sebuah pernikahan. Memimpikan hari-hari bahagia bersama suami dan membesarkan anak. Darra Smith membayangkan pernikahan adalah gerbang kehidupan penuh cinta dan kebahagiaan. Namun, ketika angan tersebut bertolak belakang dengan kenyataan, maka pernikahan justru menyisakan luka hati dan duka yang mendalam.
Darra Smith tidak pernah menyangka kehidupan rumah tangganya hancur setelah suaminya mengkhianatinya. Suami yang sangat dicintainya pergi meninggalkan dirinya demi wanita lain. Luka hatinya semakin dalam ketika saat itu usia pernikahannya baru menginjak dua tahun dan Darra tak kunjung hamil, membuat ibu mertuanya semakin membenci dan menghasut Raynard untuk menceraikannya.
Sebelum bertemu dengan Raynard Smith. Darra tumbuh besar di panti asuhan St Maria. Ia lahir sebagai gadis yatim piatu. Darra dipertemukan dengan suaminya saat melakukan bakti sosial di sebuah kota kecil. Raynard Smith menjadi penggalang dana terbesar di acara itu. Semenjak kecil, Darra sudah terbiasa hidup mandiri. Semasa kuliah, Darra mencurahkan segala waktunya untuk belajar. Ia memang sangat skeptis dengan pacaran. Sampai saat itu, Darra berpegang tidak suka dengan prinsip pacaran. Menurutnya pacaran itu sangat merugikan dan mengganggu jadwal belajarnya. Darra hanya menginginkan ia bisa menyelesaikan kuliahnya dan secepatnya bekerja.
Darra mengaku ada kesunyian di dalam hati. Hingga dia mengenal, Raynard Smith, lelaki yang mencuri hatinya. Membuat hari-harinya semakin indah. Ia sadar Raynard adalah lelaki tampan dan kaya. Namun, Ray dapat menaklukkan hatinya yang keras. Darra membaca keseriusan Raynard dan berjanji akan membahagiakannya. Sampai akhirnya Darra meyakini bahwa Ray adalah sosok tepat yang dia pilih menjadi suami. Darra teramat bahagia ketika pernikahan itu akan segera datang.
Pernah pada suatu malam menjelang pernikahan tiba-tiba hati Darra ragu akan langkah untuk menikah. Karena begitu jelas, ibu Ray dan kakaknya tidak menyukainya. Tetapi di saat itu pula kata-kata manis dari Raynard menguatkan hatinya kembali.
"Jangan takut, aku akan selalu melindungimu dan menyayangimu. Aku berjanji akan membahagiakanmu." Ucap Ray meyakinkan Darra saat itu.
Pernikahan mewah pun berlangsung dengan lancar tanpa kekurangan apapun. Harapan Darra setelah menikah, bisa melanjutkan kuliahnya pupus sudah. Floren, ibu mertuanya tidak mengizinkannya kuliah. Kehidupan yang ia lakukan hanya di dalam rumah. Darra tidak pernah sekalipun diizinkan untuk bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.
Darra memiliki alergi terhadap beberapa jenis makanan, salah satunya adalah jamur. Sang suami mengetahui hal ini dan ia telah memberitahu kepada ibunya. Namun, sang ibu mertua seolah menganggap enteng. Dalam setiap acara makan keluarga, ia bahkan sengaja memasukkan jamur atau bubuk jamur ke dalam menu makanannya. Hal tersebut membuat Darra menjadi gatal-gatal.
Parahnya lagi bukan hanya ibu mertua saja yang bersikap jahat padanya.
"Sudahlah, kau tidak perlu berlebihan. Jamur bukanlah racun. Kau tidak akan mati hanya karena makan itu." Ucap Shanty nyeletuk pada saat makan malam.
"Pembantu juga tidak akan mungkin mengganti menu hanya karena satu orang." timpal ibu mertuanya juga. Sementara Ray hanya diam tak memberi komentar di sana.
Kejadian itu terus terjadi, hingga suatu saat, Darra pernah sampai dilarikan ke rumah sakit setelah menyantap jamur. Hingga akhirnya Darra meminta suaminya untuk tidak tinggal di kediaman Walt. Hal itu menambah kebencian ibu mertuanya.
Perjalanan hidup Darra pun dimulai saat itu.....
Happy reading...
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel ke sepuluh aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
ini
💌 POSESIF SETELAH BERCERAI 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
VISUAL RAYNARD WALT.
Kemewahan pesta ulang tahun Raynard Walt yang ke 30 tahun semakin lengkap dengan dekorasi tema beer wine di setiap sudut kediaman Walt. Pesta diadakan pada malam hari. Darra, istri Ray, meminta tambahan lampu dan lilin sebagai penerangan untuk menambah suasana menjadi tetap kesan hangat dan romantis. Karena suaminya menyukai kesan itu.
Lilin ditambahkan sebagai hiasan pada meja makan, sedangkan lampu di gantungkan pada pohon. Rangkaian bunga yang tersebar di setiap sudut ruangan dan halaman rumah menjadi lebih cantik. Sementara pada meja dan kursi di hias dengan kain berwarna senada dengan tema garden.
Pada pintu masuk kediaman Walt dihias dengan hiasan balon metalic dan undangan disiapkan di jamuan meja bundar. Acara ulang tahun Raynard, di jaga ketat oleh security yang di datangkan dari perusahaan Walt. Para undangan wajib menunjukkan kartu undangan agar bisa masuk.
Pada acara itu, Raynard dan Darra hanya mengundang sekitar 250 undangan teman, relasi, dan keluarga terdekat. Raynard menyapa beberapa tamu undangan. Sementara Darra mengenakan gaun rancangan Jean-Louis.
Floren ibu dari Raynard tersenyum anggun saat melihat tamu undangan sudah berdatangan. Melihat Darra yang sedang berbicara dengan pelayan. Ia terlihat sedang memberikan instruksi di sana. Floren tersenyum sinis melihat itu. Ia berjalan dan mendekat ke arah Darra.
"Kenapa bukan kamu saja yang turun langsung mengarahkan pelayan untuk mempersiapkan semua hidangan?" ucap Floren dengan santai sambil melipat tangan di depan dadanya.
Darra segera berbalik menatap ke arah wanita yang berdiri di belakangnya. "Ibu?" senyum Darra hilang dari wajah cantiknya.
"Kau tidak dengar?" alis Floren naik dari pangkalnya.
"Pelayan sudah cukup untuk mempersiapkan semuanya, bu." jawab Darra dengan lembut.
"Mereka bisa bermalas-malasan jika tidak diperhatikan. Sekarang kau ke dapur, perhatikan cara kerja mereka! Aku tidak mau melihatmu di sini."
"Apa maksud ibu? Ini ulang tahun suamiku, bu."
Floren mengembuskan napas kesal. "Aku tahu ini ulang tahun suamimu. Tapi tidak salah aku memerintahkanmu terjun langsung untuk mempersiapkan semuanya. Aku hanya tidak ingin ada kesalahan di acara ulang tahun Ray. Apakah aku salah?"
"Bukan itu maksudku bu," Darra mencoba bersabar. "Tapi Rey memintaku menemaninya." ucapnya dengan jelas agar ibu mertuanya bisa mengerti.
Seketika wajah Floren berubah. Matanya mendelik tajam. "Sekarang kau berani membantahku?" Floren menekan kalimatnya. "Aku tidak ingin kau merusak pesta ulangtahun anakku."
"Apa maksud ibu?"
Lagi-lagi Floren mengembuskan napas kesal. "Kau bodoh atau gimana? Raynard kedatangan tamu penting. Jadi jangan sampai kau muncul di acara penting itu. Kau cukup sembunyi di dapur dan atur semua pelayan-pelayan itu." Floren blak-blakan mengutarakan isi hatinya.
Mata Darra seketika berkaca-kaca menahan amarah. Ia meremas tangannya dengan erat sambil mengalihkan matanya ke arah Raynard yang tengah asyik berbicara.
"Ayo....tunggu apa lagi!" Floren mengulang ucapannya. "Jangan sampai aku mempermalukanmu di sini. Kau tahu sendiri, Raynard lebih mempercayai aku dari pada kamu. Aku bisa melakukan apa saja, agar Raynard semakin membencimu." Ucap Floren dengan sinis.
Dengan tarikan napas panjang, Darra akhirnya meninggalkan tempat itu. Floren tersenyum puas. Ia melangkah anggun mendekat ke arah Raynard, putra kesayangannya itu.
Acara pesta ulang tahun masih berlangsung. Perjamuan makan berjalan dengan sangat meriah. Raynard celingukan mencari istrinya yang sedari tadi tidak ada disampingnya.
"Mom, dimana Darra?"
"Darra sibuk di dapur. Biarkan saja dia."
Reynard mengurutkan keningnya. "Sibuk di dapur? Apa yang dia la...." Belum juga Ray selesai bicara, Floren melangkah melewatinya.
Floren tersenyum sumringah saat melihat tamu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.
"Hai sayang...." Folren menyambut tamu pentingnya itu. Saat itu juga pandangan Raynard teralihkan.
"Hai aunty...." seorang gadis cantik tersenyum menundukkan kepalanya lebih dulu, lalu menyalami Floren dan memeluk hangat tubuh wanita paruh baya itu.
"Apa kabar sayang, kamu cantik sekali." Puji Floren dengan ekspresi bahagia.
"Aunty bisa aja, kabar baik aunty." Gadis itu tersenyum malu.
Dan mata gadis itu teralih ke arah Raynard.
"Hai Ray. Kamu tampan sekali." Helena mendekat "Selamat ulang tahun ya." Ucap Helena kemudian memeluk Ray tanpa sungkan.
"Kau..." Ray sedikit terkejut saat melihat Helena ada di depannya dan tiba-tiba memeluknya.
Floren tersenyum saat melihat reaksi Raynard. "Dia datang jauh-jauh untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun untukmu sayang."
"Ini hadiah untukmu." Helena mengulurkan tangannya memberikan sebuah kotak yang sudah dibungkus rapi.
Reynard masih tidak bisa menutupi rasa terkejutnya. Helena adalah wanita yang pernah dicintainya. Gadis cantik ini melanjutkan pendidikannya ke Austria dan sekarang Helena berdiri di depannya, sungguh membuat Raynard tak percaya.
"Mommy tinggal dulu ya?" Mata Floren berkedip ke arah Helena.
Helena tersenyum mengerti. Ia mencoba mencairkan suasana ketika melihat Ray hanya diam.
"Aku dengar kamu sudah menikah Ray?"
"Hmm." Ray hanya menjawab dengan gumaman.
"Dimana istrimu?" Helena mengalihkan pandanganya.
"Dia sedang mengurus tamu-tamu."
Helena mengangguk sambil menatap ke arah tamu yang datang silih berganti.
"Bagaimana keadaan bisnismu?" tanya Helena mencairkan suasana.
"Sedikit ada kendala. Tapi masih bisa diatasi." Kata Ray mencari-cari keberadaan istrinya. Ia mulai kesal.
"Jika kau perlu bantuan. Aku bisa membantumu Ray. Aunty sudah cerita bahwa perusahaanmu sedang bermasalah. Aku akan memperkenalkan mu dengan rekan bisnisku."
"Terima kasih Helena. Tapi tidak usah repot-repot."
"Tidak kok. Aku senang bisa membantumu."
Sementara di arah dapur, Darra masih sibuk melayani beberapa tamu yang berada di dalam rumah. Darra benar-benar kewalahan. Kebanyakan pebisnis muda memilih di dalam. Sementara bagian luar itu sudah ada pelayan khusus dari restoran yang melayani tamu di luar. Ia tidak mau ada kesalahan. Setidaknya ia sudah bisa memberikan yang terbaik untuk acara ulang tahun suaminya. Melihat seorang pelayan hampir jatuh saat membawakan makanan ringan. Dengan cepat Darra mendekat.
"Biar saya saja, kamu bisa istirahat." Kata Darra mengambil alih nampan berisi makanan. "Mau diantar kemana?" Kata Darra.
"Jangan nyonya, biar saya saja."
"Gak apa-apa." Darra tersenyum lembut. "Ini mau dibawa kemana?" ucap Darra kembali.
Pelayan menunjukkan kembali ruang keluarga yang tidak jauh dari dia berdiri.
"Oke, saya antar ya. Kamu bisa istirahat!" Kata Darra mengambil alih pekerjaan pelayan yang di tugaskan di dalam rumah.
Sementara pelayan yang lain memilih berpencar melayani tamu di setiap rumah mewah yang cukup besar ini. Darra berjalan membawakan beberapa cake.
"Silakan makanannya." Kata Darra tersenyum ramah dan membungkukkan badannya. Ia meletakkan cake itu di atas meja.
Mendengar suara yang tidak asing, seorang wanita berbalik dan melihat ke arah belakang.
"Bukankah dia adik iparmu?"
Shanty adalah kakak perempuan Raynard. Dia judes dan tidak bersahabat dengan Darra. Shanty menoleh sekilas, lalu tersenyum sinis.
"Dia tidak pernah dianggap sebagai menantu di rumah ini. Dia hanya dianggap sebagai pembantu." ucap Shanty tersenyum sinis sambil meneguk wine yanga ada di tangannya. Ia sama sekali tidak memikirkan perasaan Darra.
Darra tidak tidak menghiraukan perkataan Shanty. Ia tahu seperti apa kakak iparnya itu.
"Silakan dinikmati...." kata Darra dengan tenang. Ia langsung meninggalkan tempat itu dan kembali ke dapur.
Darra mengelus dadanya disertai dengan hembusan napas. Ia kembali mengambil beberapa minuman untuk di bawanya kembali untuk tamu undangan.
"Kemana Reynard?" Darra mengedarkan pandangannya mencari keberadaan suaminya itu.
"Kemana lagi aku membawa ini? Apa ke taman belakang saja kali ya." lirih Darra berjalan ke taman belakang. Sesampai di taman belakang, seorang gadis memanggilnya.
"Pelayan!"
Darra menghentikan langkahnya dan berbalik mencari sumber suara.
"Saya di sini!" panggilnya lagi sambil mengacungkan tangan.
Darra tersenyum mengangguk saat melihat gadis itu sedang berdiri dan melambai ke arahnya. Darra melangkah sambil membawa baki yang ada di tangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat suami ada di sana.
"Ray?"
BERSAMBUNG....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel ke sepuluh aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
💌 POSESIF SETELAH BERCERAI 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
VISUAL DARRA SMITH
"Pelayan!"
Darra menghentikan langkahnya dan berbalik mencari sumber suara.
"Saya di sini!" panggilnya lagi sambil mengacungkan tangan.
Darra tersenyum mengangguk saat melihat wanita itu sedang berdiri dan melambaikan tangan ke arahnya. Darra melangkah sambil membawa baki yang ada di tangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat suaminya ada di sana.
"Ray?" Ucapnya pelan hampir tidak terdengar.
"Apa jangan-jangan wanita itu adalah tamu penting yang dikatakan ibu?"
"Dan apakah wanita itu yang akan membantu perusahaan Walt?" Batin Darra terus berbicara. Ia meremas baki yang ada di tangannya saat melihat mereka tampak akrab sambil tersenyum disela-sela perbicangan.
"Hei...kenapa diam saja, bawa ke sini!" Panggil wanita itu kembali.
Tak ingin ditunggu, Darra segera melangkah menaruh makanan dan minuman yang dibawanya. Ia bersikap biasa saja dan tidak ingin mengganggu pembicaraan suaminya itu.
"Silakan dinikmati!" ucapnya pelan dan lembut. Mendengar suara tak asing, Raynard segera menoleh dan menatap istrinya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Ray dengan mata memicing tak percaya.
"Aku membantu pelayan yang kewalahan mengurusi tamu-tamu." Jawabnya dengan senyuman tipis.
Melihat wajah Ray yang kesal, Helena menatap wanita pembawa baki itu dan berbicara.
"Siapa dia Ray? Apa dia istrimu?" Tanya Helena.
"Bukan siapa-siapa."
Deg!
Jantung Darra seketika berdetak kencang. Ia menatap ke arah Raynard, berharap ia salah dengar.
"Silakan dinikmati Helena." Kata Ray tersenyum kepada Helena. Ia sama sekali tidak memikirkan perasaan istrinya.
"Kenapa masih disitu? Layani semua tamu. Seperti yang kau katakan tadi, pelayan kewalahan mengurusi tamu." kata Ray menatap istrinya dingin.
Lagi-lagi Jantung Darra seperti terhantam saat mendengar perkataan suaminya. Hatinya begitu sakit sekali. Ia meremas baki yang ada di tangannya dan dengan segera memutar tubuhnya dan melangkah pergi.
"Aku dengar kamu belum punya anak Ray?" tanya Helena.
"Ya, Istriku tidak bisa memberikanku keturunan. Dia mandul."
Deg
Deg
Darra menghentikan langkahnya. Rahangnya mengencang kuat. Matanya seketika berkaca-kaca. Ia tidak bisa menutupi betapa sakitnya hatinya. Darra memejamkan matanya dengan sejuta rasa sakit di dalam dada. Ia menarik napas dengan sedih hingga mulutnya terbuka. Ia melangkah cepat meninggalkan taman belakang.
Di dalam dapur. Darra berkacak pinggang sambil mengembuskan napas panjang. Dadanya terlihat naik turun karena napas yang tidak beraturan.
"Kenapa dia harus mengatakan itu. Apa tidak ada kata-kata lain selain mandul? Lagian siapa yang mandul? aku tidak mandul." Ucap Darra meremas tangannya karena begitu marah. Ia memejamkan matanya dengan napas yang semakin memburu karena menahan emosi. Dadanya begitu sesak.
Perkataan suaminya sungguh menghunus tajam ke dada Darra, perkataan itu terus mengiang dan melukai hatinya. Bahkan membuatnya begitu marah, kenapa Ray dengan entengnya mengatakan itu.
Huftt... Darra membuang napasnya lagi. Ia mencoba menenangkan dirinya. Bunyi gelas dan sendok terdengar ribut, ia sengaja melakukan itu untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Lagi-lagi tak mengurangi rasa sakitnya.
"Apakah Ray sengaja melakukan itu? Siapa wanita itu?" Darra mendongak ke atas agar air matanya tidak terjatuh. Ia kembali menarik napasnya dan menghembuskan-nya lagi. Berusaha menenangkan dirinya yang terlihat kacau.
"Kenapa lambat sekali?" Suara kakak iparnya terdengar diruang tamu. "Bisa kerja gak sih? Kamu, antar makanan dan minuman ini ke tamu yang ada taman di depan!" Ia memaki pelayan yang tidak cekatan. Shanty sama seperti ibu mertuanya yang arogan.
"Baik nyonya." jawab dua orang pelayan yang kebetulan ada di sana.
Dengan tarikan napas panjang dan mencoba bersikap tenang, Darra kembali mengambil makanan dan minuman dan menaruhnya di atas baki. Ia keluar dari arah dapur menuju ke taman depan.
Seorang pelayan melangkah cepat ketika melihat Darra berjalan menuju ke taman depan.
"Biar saya saja, nyonya." Kata pelayan setengah berbisik. Wajahnya seperti ketakutan.
Darra menangkap wajah khawatir wanita paruh baya itu. Ia tersenyum sambil menggeleng. "Gak apa-apa, biar saya saja."
"Jangan nyonya, biar saya saja."
"Kenapa bu?"
"Saya takut anda jadi sasaran mereka nyonya."
"Maksud ibu kena marah?"
Wanita paruh baya itu mengangguk cepat. "Mereka adalah tamu nyonya Floren. Dari tadi mereka sudah marah-marah, karena minumannya tidak kunjung di antar."
"Terus?" Darra mulai nampak kesal. Ia bahkan mengigit bibirnya. Bertanda level kesalnya naik menjadi marah. Ditambah ia mengingat perkataan suaminya.
"Mereka masih menunggu jika dalam waktu 5 menit tidak datang, mereka akan marah dan melapor ke nyonya Walt. Jadi biarkan saya saja yang mengantarnya, nyonya."
"Tidak ...biar saya saja."
"Tapi nyonya, beliau dikenal tamu yang paling cerewet. Jadi biar saya saja yang mengantarnya. Kalaupun saya di marah, saya sudah siap." Pinta sang pelayan dengan wajah memohon.
"Sudah...sudah...ibu kembali ke dapur dan tamu di taman depan biar saya yang urus." Kata Darra mencoba memenangkan wanita paruh baya itu.
Wanita paruh baya itu hanya membuang napasnya dengan lesu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena Darra sudah melangkah pergi menuju taman depan.
"Permisi! Ini minuman yang anda pesan." Darra meletakkan minuman di atas meja bundar.
Wanita itu mengernyitkan keningnya, menatap gelas dan melihat Darra dari atas sampai ke ujung kaki.
"Kau paham gak sih apa yang aku pesan?"
"Bukankah anda minta minuman ini?"
Mendengar kata anda, emosi wanita itu tersulut. "Anda? Kau tahu gak siapa saya?"
"Anda tamu ibu mertua saya?"
Mendengar kata ibu mertua, wanita itu tertawa hambar. Itu artinya gadis yang berdiri di depannya itu adalah menantu dari keluarga Walt. "Bukannya kau pelayan di sini?"
Darra tersenyum tipis, ia tidak ingin berurusan dengan wanita yang merasa paling hebat itu. Ia menarik napas dan berkata. "Anggap saja saya pelayan. Kalau begitu saya permisi."
Wanita itu langsung bangun dari duduknya ketika melihat Darra ingin meninggalkan tempat itu.
Namun apa yang terjadi? minuman dingin yang dibawanya tadi mengalir dari atas kepalanya sampai ke tubuhnya. Darra tersentak dan membalikkan tubuhnya.
"Setelah aku menunggu lama, kau membawa minuman yang sama sekali tidak aku pesan." Alisnya terlihat naik dari pangkalnya. Wajah gaharnya terlihat jelas di sana. "Dan yang paling buat aku jengkel, kau mengaku-ngaku sebagai menantu rumah ini. Kau benar-benar wanita tidak tahu diri." Kata wanita itu tersenyum jahat. Matanya yang tajam, siap menghunus jantung Darra.
Darra masih begitu shock. Matanya terbelalak tak percaya. Ia melihat dirinya sampai ke bawah. Gaun yang digunakannya basah terkena minuman dingin yang dibawanya tadi.
"Itu salam perkenalan buatmu yang mengaku sebagai menantu keluarga Walt."
Deg!
Update hanya Senin sampai Jumat ya....
BERSAMBUNG....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel ke sepuluh aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!