Duakk
Duakkk
Brughh
"Sakit ayahhh," ringis seorang anak laki-laki kecil berusia 6 tahun yang tengah dilatih beladiri oleh ayahnya dengan kejam, hingga wajah tampan mudanya dipenuhi luka lebam.
Sang ayah hanya mendengus kasar
"Pukul lebih kuat dan bertahan dengan benar Leo," ujarnya geram.
Bocah yang dipanggil Leo itu hanya meringis meringkuk kesakitan.
"Dasar lemah, di usiamu sekarang kakakmu sudah bisa menguasai teknik bertahan dan menyerang. Tetapi lihatlah dirimu Leo, bahkan untuk menahan satu serangan dariku pun kau tak becus," ucap kasar pria yang di duga seorang ayah dari bocah laki laki itu.
"M-maafkan aku ayah, tapi ini sangat sakit..." Ucapnya menatap sang ayah dengan putus asa.
Tetapi bukannya iba sang ayah justru berdecak kesal
"Ck sial... Kalau bukan karena kakakmu yang mati di tangan keturunan Jovan sialan itu, aku tidak Sudi melatih anak manja seperti mu," ucap sang ayah dengan kejam.
"Tapi aku tidak pernah meminta untuk jadi pewaris mu," ucapnya lirih.
"Kau tidak berhak menolak!. Kau sendiri yang mendatangkan dirimu padaku Leo dan salahkan takdir karena telah membuat mu lahir dengan darahku mengalir di tubuhmu," ujarnya pada anak laki laki kecil itu.
"Ingatlah, besok kau harus latihan extra dari hari ini, kau akan terus merasa sakit seperti ini sampai kau menjadi kuat, jika kau terus mengeluh seperti ini besok, kau akan ku buang," lanjutnya lalu pergi begitu saja meninggalkan anak kecil yang terluka lebam diwajahnya akibat latihan hari ini.
"Hiks sakiiit, kenapa kakak tega meninggalkan Leo, ayah sangat jahat padaku kak..." Rintih anak lelaki bernama Leo itu.
Galileo Fernandez adalah anak haram dari Jonathan Fernandez kepala keluarga Fernandez yang sekarang, di usia 5 tahun dia mendatangi mansion Fernandez atas wasiat ibunya yang telah meninggal, saat itu Leo kecil polos yang sedang bersedih karena ditinggalkan ibunya sedikit terhibur karena ternyata dia memiliki seorang ayah. Dia datang ke mansion Fernandez dengan wajah penuh harap jika ayahnya akan senang menemuinya.
Tetapi ternyata itu hanyalah angannya semata, realita nya saat Leo datang dan mengaku sebagai anak dari Jonathan, dia justru diusir dan tak diakui oleh Jonathan sendiri dengan dingin.
Leo sangat terpukul dengan itu, ternyata ayahnya tidak menginginkan nya. tetapi saat dia hendak pergi, kakak tirinya Freddie Fernandez menghentikan nya dan memohon pada Jonathan untuk membiarkan Leo tinggal di mansion Fernandez. Sejak saat itu Leo di asuh dan di rawat oleh Freddie dengan baik, dia bahagia walaupun saat berada di sana tidak pernah bertemu dengan ayahnya, di pikiran nya selagi kakaknya berada disampingnya dia akan selalu baik baik saja.
kebahagiaan Leo tidak bertahan lama karena setahun kemudian kakaknya terbunuh oleh musuh keluarga Fernandez, yaitu Jovan Xanders, dan sejak Kematian kakaknya, Jonathan melatihnya dengan keras untuk menjadi pewaris klan mafia Killer Crow, organisasi dunia bawah milik keluarga Fernandez.
Keesokan harinya Leo kembali mendapatkan pelatihan dari ayahnya, walaupun saat proses itu dia merasakan lelah dan sakit luar biasa, tetapi sebisa mungkin dia menahannya karena tidak ingin dibuang dan hidup tanpa rumah di jalanan.
Tetapi ada yang berbeda hari ini!.
"Bunuh dia," perintah ayahnya pada Leo untuk menghabisi seorang anggota pengkhianat dari klannya
"T-tapi ayah... Aku tidak bisa," ucap Leo lirih, tangannya gemetar memegang pisau yang diberikan oleh ayahnya untuk menghabisi seorang pria di depannya, bagaimanapun Leo hanya seorang anak kecil polos berusia 6 tahun yang tidak pernah diajarkan atau melihat sesuatu yang kejam oleh ibunya dan kakaknya Freddie.
"Tu-tuan ampuni s-saya, saya terpaksa berkhianat karena diancam dengan menggunakan nyawa putri saya tuan," ucapnya bersujud di kaki Jonathan.
Jonathan hanya menatap nya datar
"Aku tidak peduli, yang jelas kau akan mati karena beraninya mengkhianati ku dan klan Killer Crow," ucap Jonathan dingin
"Leo! lakukan perintahku atau kau kubuang ke jalanan," ucap Jonathan pada Leo
Leo bergetar, dia bimbang apakah dia harus membunuh seseorang atau hidup seorang diri di jalanan, Leo memang sangat takut pada ayahnya tetapi dia lebih takut tidak memiliki siapa siapa dan sendirian di luar sana.
Leo menatap laki laki yang sedang memohon itu
"Tu-tuan muda..."
"Maafkan aku..." Ucap lirih Leo, lalu menutup matanya menusukkan belati yang ada di tangannya tepat di leher laki laki itu
Khuakk
Pria itu tidak bisa berteriak dan hanya menggelinjang kan tubuhnya meregang nyawa
Leo melihat itu terpaku, tangannya bergetar, dia menatap kosong pria yang sedang meregang nyawa di depannya
"Hahaha, baguslah Leo, tidak kusangka ternyata kau berani membunuh nya, mungkin ini adalah salah satu kelebihan mu dari kakakmu, dia terlalu lembut bahkan jika memiliki kemampuan yang hebat," ujar Jonathan tertawa senang.
Jonathan merangkul Leo, "ingatlah Leo, yang lemah akan mati dan yang kuat akan bertahan, begitulah hukum di dunia yang kejam ini, jadi, buanglah jauh jauh perasaan naifmu, dan menjadi lebih kejam dari dunia itu sendiri," ucap Jonathan pada Leo.
Sedangkan Leo kecil masih terpaku dengan mata kosongnya
Jonathan pasti tidak akan menduga jika apa yang dilakukannya ini adalah penyebab awal kelahiran seorang pria pembunuh kejam dan tanpa ampun di masa depan.
***
20 tahun kemudian
Brakk
Duagh
Brukk
Pria muda nan tampan dengan wajah sangar menatap datar kegiatan yang dilakukan anak buahnya
Dia adalah Galileo Fernandez seorang ketua mafia kejam Killer Crow, organisasi dunia bawah yang termasuk klan mafia terbesar di era ini.
"Haha berapa kali pun kalian memukulku, aku tidak akan membuka mulutku dasar kalian berdebah sialan..." Ucapnya menatap Leo penuh tantang
Mata gelap Leo yang kelam menatapnya acuh tak acuh, dia menarik sudut bibirnya dan menembak kepala pria itu tanpa ragu
Pria yang di tembak Leo tertegun, tidak dia sangka mafia kejam ini tiba tiba membunuh nya tanpa ragu
"Kau terlalu percaya diri, aku bisa saja mendapatkan informasi selain dari mulut busukmu itu," Ucap Leo tanpa ekspresi
"Bereskan," perintah Leo pada anak buahnya
Para anak buah Leo, anggota klan Killer Crow segera melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh tuannya dengan cepat.
"Ck kau tidak sabaran sekali Leo, kenapa kau langsung membunuh nya begitu saja, kita bisa saja menyiksa nya lebih dulu agar dia buka mulut, jika sudah mati begini kan kita yang repot harus cari informasi penting sendiri," omel tangan kanan Leo bernama Gavin Clair
Leo hanya menatap Gavin acuh tak acuh
"Ck dasar manusia es," decak Gavin, karena bos sekaligus sahabat nya ini sangat dingin dan berwajah tanpa ekspresi, walupun dia sudah terbiasa dengan itu tetap saja dia kadang merasa kesal, entah kapan wajah itu akan menampilkan emosi, Gavin heran pada Leo bahkan saat ayahnya meninggal pun wajah datarnya itu tidak berubah dan seakan tidak mempunyai emosi sama sekali.
Para anak buah klan Killer Crow hanya membuang wajah tidak berani menatap keduanya, kadang mereka heran mengapa Gavin sangat berani berbicara santai dan mengomel pada tuan kejam mereka.
Gavin adalah sahabat sekaligus tangan kanan Galileo dari kecil. Gavin adalah putra dari tangan kanan Jonathan, sehingga dari kecil dia dan Leo dilatih bersama sama untuk mengurus killer crow dengan baik.
Saat Leo berusia 23 tahun Jonathan resmi turun dari jabatannya sebagai ketua klan mafia Killer Crow karena jatuh sakit dan meninggal ketika Leo berusia 25 tahun, begitu pula dengan tangan kanannya yang juga ikut pensiun.
Setelah di bawah kepemimpinan Leo, Klan Mafia Killer Crow semakin maju berkembang pesat dan hampir menguasai hampir penjuru Dunia. Leo sendiri dikenal sebagai 'sang gagak pembawa bencana' karena di setiap kehadiran nya dimana pun, pasti ada saja nyawa yang melayang.
.
.
.
.
.
"Bos markas di serang,"
Leo mengernyitkan dahinya
"Saya akan segera kesana," ucapnya lalu bergegas keluar dari perusahaan bersama Gavin menuju markas killer crow. Saat ini Leo tengah berada di perusahaan Fernandez group, perusahaan terbesar di negara ini, tentu saja jika ada bisnis gelap maka terdapat pula bisnis terang, untuk menyembunyikan kegelapan itu dibalik bayangan nya.
Tak lama Leo dan Gavin sampai di markas. Keadaan markas saat ini sangat kacau, karena ketidakhadiran nya bersama Gavin. Serta para anggota elit lainnya yang tengah melaksanakan misi di luar negeri atas perintah Leo.
"Sial, siapa yang Berani berani nya menyerang markas kita," ucap Gavin geram.
Leo tidak menjawab dan segera masuk ke dalam markas diikuti oleh Gavin.
"Hahaha, hanya segini kemampuan klan Killer Crow ternyata," ucap seseorang yang tak lain adalah musuh dari klan Killer Crow, Jordan Xanders, ketua mafia dari klan Scorpions. Dia adalah anak dari Jovan musuh bebuyutan Jonathan dan klan mafia Killer Crow serta pelaku pembunuhan kakaknya Freddie.
Leo sampai di dalam dan menatap Jordan dengan dingin, karena berani beraninya dia duduk di kursi kebesarannya.
"Oh anak ingusan sudah sampai disini~ bagaimana kejutan dari ku," ucap Jordan pada Leo.
"Leo..." Ujar Gavin
"Dasar tua Bangka sialan," ucap Leo pada Jordan menatap tajam dengan mata kelam nya.
"Sang gagak pembawa bencana ya... Aku ingin melihat kemampuan mu. Tapi aku menyarankan untuk agar tidak melawan karena itu akan sia sia, hahaha,"
"Kepung mereka berdua," perintah Jordan pada anak buahnya.
Leo dan Gavin terdiam, biar seberapa hebat pun kemampuan bertarung mereka berdua, tetap tidak akan bisa menang melawan ratusan orang sekaligus, belum lagi sniper yang tersembunyi yang siap menembak mereka berdua.
Leo mengangkat sudut bibirnya
"Kau sudah mempersiapkan ini dengan matang pak tua," ucap Leo pada Jordan.
Jordan terkekeh
"Kau memang hebat Leo aku akui itu, kalau bukan karena kau keturunan dari Fernandez, kau akan ku rekrut menjadi tangan kananku," ujar Jordan tersenyum miring menatap Leo.
Leo hanya menatap datar Jordan, seolah tidak merasa takut sama sekali akan kematian.
"Leo bagaimana ini..." Khawatir Gavin
Leo menatap Gavin dan berkata
"Aku akan melawan mereka semua. Ketika ada kesempatan, larilah," ucap Leo pada Gavin
Gavin yang mendengar nya menggelengkan kepalanya
"Tidak!, aku tidak mungkin meninggalkan mu, jika kau mati, aku juga harus mati," ucap Gavin tidak setuju
"Lakukan Gavin ini adalah perintah!, jika kita berdua mati disini, klan Killer Crow akan musnah, jadi ku mohon..." Ucap Leo pada Gavin
Gavin tertegun, baru kali ini Leo berkata memohon sesuatu, ya walaupun masih dengan wajah datarnya.
"Tapi..."
"Jangan membantah Gavin," tegas Leo, lalu mengeluarkan pistol dari sakunya mulai menembak satu persatu anggota Scorpions.
"Ternyata kau memilih melawan sebelum kematian mu Leo, hahaha," ujar Jordan melihat Leo dengan lincah menaklukkan satu persatu Anak buahnya
"Sial dia memang berada di level lain," gumam Jordan
"Serang dia bersamaan," perintah Jordan pada anak buahnya
Dor
Dor
Dor
Brukkk
Duakk
Baku tembak antar Leo dan ratusan anak buah Scorpions, Gavin juga turut membantu disana.
"Gavin sekarang! Pergilah," perintah Leo pada Gavin
Gavin menatap Leo dengan ragu
"Tidak ada waktu lagi, pergilah," desak Leo
Gavin menutup matanya, mengeratkan kepalan tangannya.
"Maafkan aku Leo, aku akan datang kemari lagi dengan membawa bala bantuan, aku mohon, jangan mati..." ucapnya lalu pergi dengan cepat dari sana tanpa diketahui karena semua orang tengah sibuk melihat dan mewaspadai Leo yang terlihat seperti binatang buas yang mengamuk.
Dor
Dor
Sebuah tembakan dari sniper yang tak terlihat yang berhasil menembak bahu dan kaki Leo.
Leo terduduk sejenak, lalu berdiri kembali mengangkat senjata nya seolah tidak merasakan apapun.
"Sial.. monster sialan," ujar Jordan pada Leo, karena tertembak pun dia mampu bangkit kembali dan hampir menggulingkan semua anak buahnya
Jordan mengangkat pistol nya dan mengarahkan nya pada kepala Leo
"Mati kau bocah ingusan," ucap Jordan tersenyum miring lalu melepaskan tembakannya tepat pada kepala Leo.
Leo yang sedang bertarung mati Matian terhuyung karena tembakan itu, sebelum hilang kesadaran dia mengangkat tangannya dan menembakkan satu peluru terakhirnya pada dada kiri Jordan.
Dor
"Arrghh, bocah sialan, sampai akhir hidupmu pun kau tetap membuatku murka," geram Jordan karena dia tertembak oleh Leo.
"Tetapi usaha terakhir mu sia sia Leo, tubuhku sedikit istimewa, jantung ku tidak berada di dada kiri melainkan di sebelah kanan, hahaha," ujar Jordan tertawa
Sebelum hilang kesadaran Leo, bergumam
"Sialan... Ternyata ini benar benar akhir hidupku," lalu menutup matanya untuk selamanya, Leo memang sudah berada dalam situasi hidup dan mati beberapa kali dari sejak dia kecil, tak di sangka ternyata dia merasakan apa itu kematian sekarang. Leo merasakan semua terasa dingin dan gelap.
Sedangkan di sisi lain seorang anak kecil berusia lima tahun tengah menangis karena melihat ibunya di pukuli pereman.
"Jangan pukul ibuku..." Teriaknya pada para preman itu
"Hahaha ini adalah balasan karena kau tidak mampu membayar hutang mu," ujar preman itu memukul seorang wanita yang sudah tidak berdaya
"Max... Larilah..." Ucapnya lirih pada Sang anak
"Ibu... Hiks, tidak mauu.. max mau bersama ibu..." Ujar anak kecil bernama max itu menggelengkan kepalanya.
"Ibu mohon... Nanti ibu menyusul yaa..." Ucapnya lirih pada putranya
"Ibu janji?," ucap max menatap polos ibunya
Ibunya mengangguk dan dan menahan kembali pukulan yang diterima oleh para preman itu.
Max kecil segera melangkahkan kaki kecilnya dengan cepat, keluar dari rumahnya.
"Hei bocah, jangan kabur kau," teriak ketua preman itu pada max yang sudah berlari.
"Kejar bocah itu, jangan sampai kita kehilangannya, dia berguna untuk kita jual ke luar negeri," perintah ketua preman itu pada anak buahnya.
"baik bos,"
Ibu max yang mendengar itu menggelengkan kepalanya dan memegang kaki preman itu memohon.
"Tolong lepaskan anakku, jangan libatkan dia, aku mohon," ucap ya lirih
"Lepaskan aku dasar wanita gila," ujarnya menendang ibu max dengan keras hingga terpental dan kepalanya menabrak sisi meja.
Dukkk
Darah mengalir dari belakang kepalanya lalu tergeletak tidak sadarkan diri.
"Rasakan!, salah sendiri membuat ku emosi," ucapnya Melihat wanita itu tak sadarkan diri.
Dia menghampirinya untuk memeriksa
"Sial... Dia benar benar mati, kita harus pergi dari sini," ujarnya pada anak buahnya, lalu pergi meninggalkan rumah kumuh itu dengan jasad seorang wanita disana.
Max kecil yang sedang berlarian ke jalanan karena di kejar oleh preman tidak sadar jika mobil melaju cepat ke arahnya.
Brakkk
Max terpental hingga beberapa meter ke arah sisi jalan.
Pengemudi yang melihatnya terlihat syok dan bergegas keluar mobil untuk memeriksa seorang anak kecil yang di tabraknya.
"Astaga... Maafkan aku nak, bagaimana ini..." Ucapnya panik
"Lebih baik ku bawa kerumah sakit," gumamnya lalu membopong tubuh kecil itu masuk kedalam mobilnya.
Sesampainya di rumah sakit dia segera meminta pihak rumah sakit untuk menangani anak kecil itu dengan baik.
"Semoga saja kau baik baik saja nak, maafkan aku karena tidak sengaja menabrak mu..." Ucap wanita yang sepertinya berusia sekitar 30an itu.
.
.
.
.
.
.
"Bos kita kehilangannya anak itu," ucap salah satu preman yang mengejar anak kecil tadi melapor pada bosnya.
"Dasar bodoh, bagaimana kalian bisa kalah cepat dengan seorang anak anak, dasar tidak berguna," umpat sang bos pada anak buahnya.
Mereka yang dimarahi oleh sang bos hanya tertunduk takut.
"Sudahlah pergi sana! Lagipula dia masih kecil, walaupun bebas dari kita, dia tidak akan bisa bertahan hidup di luar sana," ujarnya mengusir para anak buahnya dari ruangannya.
"Baik bos"
______
3 hari kemudian...
"Dimana ini?," ucapnya ketika dia membukanya matanya, dilihatnya ruangan bernuansa putih dengan bau disinfektan tercium di hidung nya.
"Apakah aku selamat?, tapi bagaimana mungkin??, waktu itu aku tertembak tepat di kepala..." Gumam nya heran
"Tunggu! Mengapa suaraku menjadi seperti anak kecil??," ucapnya kaget baru tersadar
Dia melihat tangan dan kakinya juga terlihat kecil seperti anak anak.
Leo terdiam...
Ya dia adalah Galileo Fernandez seorang mafia kejam yang saat ini tengah bingung dengan apa yang dialaminya saat ini.
Saat dia sedang mencerna apa yang dialaminya, tiba tiba sekelibat ingatan masuk kedalam benaknya.
"Arghhh," teriak Leo Karena merasakan sakit dikepala nya.
Pintu masuk terbuka, terlihat seorang wanita yang menghampiri nya dengan raut wajah khawatir.
"Hei nak... Kau kenapa, Dokterrrr," teriak wanita itu panik sambil menekan bell pemanggil dokter di ruangan itu.
Leo masih merintih kesakitan, dia merasa kepalanya seperti pecah terbagi dua.
Dokter segera masuk ke ruangan itu dan menyuntikan obat pereda rasa sakit pada Leo.
Leo yang sudah diberikan obat pereda rasa sakit berhenti merintih dan kembali tertidur, keringat membasahi tubuhnya karena merasakan rasa sakit yang benar benar menyakitkan.
"Dok ada apa dengannya, kenapa saat dia terbangun dia berteriak kesakitan seperti itu, apa ada yang salah dengan kepalanya?," tanya wanita itu.
"Mungkin ini adalah efek dari benturan pasca kecelakaan Bu, anda tidak perlu khawatir, tidak ada luka serius di kepalanya, setelah dia sadar kembali dia akan baik baik saja," ucap dokter pada wanita itu.
Wanita itu bernafas lega
"Syukurlah kalau begitu," ucapnya lega
"Kalau begitu saya permisi Bu," pamit dokter itu.
Wanita itu hanya mengangguk dan tersenyum lalu mengantar dokter keluar dari ruangan tempat Leo di rawat dan kembali kedalam.
"Semoga kau segera sembuh nak, kau sudah tidak sadarkan diri selama lima hari," gumamnya mengusap rambut Leo lembut.
Wanita itu bernama Zivanna Louis, seorang wanita berusia 35 tahun, pemilik bisnis fashion yang lumayan besar dan tersohor di negara ini. Dia juga adalah wanita yang saat itu tidak sengaja menabrak seorang anak kecil yang di duga adalah pemilik tubuh dari anak kecil yang di rasuki Leo saat ini.
***
Malam harinya Leo terbangun dan duduk bersandar di kasur bangsalnya.
Leo terdiam mengingat ingatan pemilik tubuh yang saat terbangun tadi masuk ke dalam ingatan miliknya.
"Jadi tubuh anak ini bernama Max. Di ingatan terakhir nya dia melarikan diri ketika seorang penagih hutang menyiksa ibunya..." Gumam Leo
"Jadi aku bereinkarnasi ke tubuh seorang anak kecil ini... Hufttt merepotkan," gumam Leo kesal
"Tetapi bagaimana ya dengan keadaan Gavin sekarang, apakah dia berhasil melarikan diri dan menyelamatkan killer Crow?," lirihnya bertanya tanya
Gumaman Leo yang lirih membangunkan seseorang yang sedari tadi menunggu nya sadar.
"Kau sudah sadar nak, syukurlah..." Ucapnya bersyukur dan tersenyum senang
Leo menoleh dan hanya menatapnya datar
"Apakah masih ada yang sakit?," tanya Zivanna pada Leo
Leo terdiam dan menggelengkan kepalanya
"Hufttt syukurlah, maafkan aku karena waktu itu tidak sengaja menabrak mu," ucap Zivanna merasa bersalah
Leo hanya menganggukkan kepalanya kecil, dia tidak peduli apakah dia pelaku atas tertabrak nya tubuh anak kecil ini atau bukan, toh bukan dia yang mengalami nya.
"Terimakasih telah memaafkanku..." ucapnya tersenyum
"Oh ya kalau boleh Tante tau, siapa namamu nak?," tanya nya lembut sembari duduk di samping kasur Leo
Leo tidak langsung menjawab, dia bingung apakah dia harus mengatakan nama pemilik tubuh ini atau jiwanya saat ini yang tak lain adalah Leo, si pebisnis jenius dan seorang mafia kejam tanpa ampun.
"Max," ucapnya singkat
"Hmm jadi namamu adalah max, Tante mau bertanya apakah max ingat dengan orang tua atau rumah max?," ucap Zivanna lembut pada max (oke sekarang kita memanggil Leo dengan sebutan max ya)
Max mengernyit tidak suka pada nada bicara wanita di depannya ini, biar bagaimanapun jiwa nya sudah dewasa, dan dimana martabat seorang Leo sang mafia kejam dan terhebat abad ini jika diperlakukan seperti anak kecil begini.
Melihat keterdiaman Max membuat Zivanna bertanya kembali
"Bagaimana?, apa kau sudah ingat dengan orang tuamu?,"
Max hanya menganggukkan kepalanya kecil
Zivanna tersenyum, dia pikir max adalah seorang anak kecil yang irit bicara dan pendiam.
"Baiklah setelah kau boleh pulang oleh dokter nanti Tante akan antarkan kamu ke rumahmu ya, sekarang kau tidur lagi terlebih dahulu, ini masih jam 3 pagi," ucap Zivanna pada max.
Max tanpa berbicara sepatah katapun menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuh kecilnya.
Zivanna hanya menggelengkan kepalanya, dia tidak marah dengan sikap abai max yang dilakukan padanya, tetapi merasa lucu melihat nya, bagaimana mungkin seorang anak kecil berwajah lucu berbicara dan berekspresi dengan wajah datar?. Zivanna memang sangat menyukai anak kecil, karena itu mengingatkannya dengan calon putranya yang dulu tidak sempat lahir ke dunia ini karena dia mengalami keguguran pasca suaminya meninggal karena kecelakaan, jadi melihat anak kecil bagaikan obat yang menyembuhkan kesedihan nya.
.
.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!